NIM : 17060484047 KELAS : IKOR B JURUSAN : PENKESREK BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk filsafat barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat an sich masih lebih menonjol daripada agama. Nama nama beberapa filosof: Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan lain-lain.Pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran timur lebih dianggap agama dibanding filsafat. Pemikiran timur tidak menampilkan sistematika seperti dalam filsafat barat. Misalnya dalam pemikiran Cina sistematikanya berdasarkan pada konstrusksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut (Takwin, 2001: 12). Belakangan ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat timur, misalnya Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme, untuk membangun kembali bangunan ilmu pengetahuan yang sudah terlanjur dirongrong oleh relativisme dan skeptisisme (Bagir, 2005: 6). Skeptisisme terhadap metafisika dan filsafat rene Descartes dan William Ockham. Mengingat penting dan beragamnya hasil filsafat dari Timur ini maka saya memutuskan untuk mengambil judul SEJARAH FILSAFAT TIMUR pada makalah yang akan saya bahas. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana sejarah filsafat yang berasal dari India? 1.2.2 Bagaimana sejarah filsafat yang berasal dari Cina? 1.3 Tujuan 1.3.1 mengetahui sejarah filsafat yang berasal dari India. 1.3.2 mengetahui sejarah filsafat yang berasal dari Cina. 1.3.3 mengetahui sejarah filsafat dari pandangan Islam. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Filsafat India Filsafat India mengusung keyakinan akan kesatuan fundamental antara manusia (individu) dengan alam (kosmos). Dengan demikian, tidaklah mustahil jika filsafat India bisa menjadi solusi bagi krisis spiritual dan alam saat ini. Menurut filsafat India, harmoni yang terjalin akan mengantarkan seseorang menjadi waskita (arif bijaksana) terhadap hidup. Tidak terasing dari kehidupan dunia (alam semesta) dan mampu beramah-tamah dengan semua benda di sekelilingnya. Bagaikan bersahabat dengan gemericiknya air, kesuburan tanah yang menumbuhkan segalanya, dan sinar matahari yang menghangatkan semesta raya. A. Pembagian Lima Periode Dalam Filsafat India Berikut merupakan babakan perkembangan filsafat India yang terjadi selama lima periode besar itu yakni, zaman Weda, zaman Skeptisisme, zaman Puranis, zaman Muslim, zaman Modern: 1. Zaman Weda (2000 - 600 SM) Filsafat India dimulai sejak bangsa Arya masuk ke India dari utara sekitar tahun 1500 SM. Literatur suci mereka disebut Weda, yang terdiri dari Samhita, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. Samhita memuat Rigweda (kumpulan pujian-pujian), Samaweda (himne-himne liturgis), Yajurweda (rumus-rumus korban), dan Artharwaweda (rumus-rumus magis). Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad memuat komentar-komentar pada semua literatur. Upanisad merupakan yang terpenting dari filsafat India yang sepanjang sejarah merupakan sumber yang sangat kaya untuk inspirasi dan pembaharuan. Tema yang menonjol untuk Upanisad adalah ajaran tentang hubungan Atman dan Brahman. Atman adalah segi subjektif dari kenyataan, diri manusia. Sedangkan Brahman adalah segi objektif, makrokosmos, alam semesta. Upanisad mengajarkan bahwa Atman dan Brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan (moksa, mukti) kalau ia menyadari identitas Atman dan Brahman. 2. Zaman Skeptisisme (600 SM 300 M) Sekitar tahun 600 SM mulai suatu reaksi baik terhadap ritualisme imam-imam maupun terhadap spekulasi hubungan dengan korban para rahib. Para imam mengajarkan ketaatan pada kitab suci, tetapi para rahib mengajarkan suatu metafisika di mana ketaatan ini mengganggu kebaktian kepada dewa-dewa. Reaksi ini datang dalam berbagai bentuk. Tetapi yang terpenting diantaranya adalah Buddhisme ajaran dari Gautama Buddha, yang memberi pedoman praktis untuk mencapai keselamatan dan mengajarkan secara nyata bagaimana manusia dapat mengurangi pemderitaannya dan bagaimana ia mencapai terang budi yang membawa keselamatan. Reaksi lain adalah kebaktian yang lebih eksklusif kepada Siwa dan Wisnu dan juga Jainisme dari Mahawira Jina. Keduanya merupakan bentuk agama yang menarik daripada ritualisme dan spekulasi dari imam dan para rahib. Sebagai kontra-reformasi muncullah Hinduisme resmi enam sekolah ortodoks (disebut ortodoks karena Buddhisme dan Jainisme yang tidak berdasarkan Weda dianggap bidah). Sekolah itu adalah Saddharsana (Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Purwa-Mimamsa, dan Ynana). Adalah yang terpenting dari sekolah itu adalah Samkhya (artinya jumlah) dan Yoga (dari kata juj, menghubungkan). Yoga mengajarkan suatu jalan (marga) untuk mencapai kesatuan dengan ilahi. Samkhya mengajarkan sebagai tema terpenting hubungan alam-jiwa dan kesadaran-materi. 3. Zaman Puranis (300 1200) Setelah tahun 300, Buddhisme mulai lenyap dari India. Pemikiran India dalam abad pertengahan dikuasai oleh spekulasi teologis, terutama mengenai inkarnasi dewa-dewa. Contoh cerita tentang inkarnasi dewa- dewa terdapat dalam dua epos besar, Mahabharata dan Ramayana. 4. Zaman Muslim (1200 1757) Dua nama yang menonjol dalam periode muslim yaitu Kabir (pengarang syair) yang mencoba mengembangkan suatu agama universal dan Guru Nanak (pendiri aliran Sikh) yang mencoba menyerasikan Islam dan Hinduisme. 5. Zaman Modern (setelah 1757) Zaman modern adalah zaman pengaruh Inggris di India mulai tahun 1757. Periode ini memperlihatkan kembali nilai-nilai klasik India, bersama dengan pembaharuan sosial. Nama penting dalam periode ini adalah Raja Ram Mohan Roy (1772-1833) yang mengajarkan monoteisme berdasarkan Upanisad dan suatu moral berdasarkan Khotbah di Bukit dari Injil, Vivekananda (1863- 1902) yang mengajarkan semua agama benar tetapi agama Hindu paling cocok di India, Gandi (1869-1948), dan Rabindranath Tagore (1861-1941) sang pengarang syair dan penmikir religius yang membuka pintu untuk ide-ide luar. Sejumlah pemikir India zaman sekarang melihat banyak kemungkinan untuk dialog antara filsafat Timur dan filsafat Barat. Radhakrishnan (1888-1975) mengusulkan pembongkaran batas-batas ideologis untuk mencapai suatu sinkretisme hindu-kristiani, yang dapat berguna sebagai pola berpikir masa depan seluruh dunia. Pemikir-pemikir lain tidak begitu optimis dengan kemungkinan ini. Menurut mereka, perbedaan antara corak berpikir Timur dan Barat terlalu besar untuk mengadakan suatu interaksi, dalam arti saling melengkapi. Filsafat India dapat belajar dari rasionalisme dan positivisme Barat. Filsafat Barat dapat belajar dari intuisi Timur mengenai kesatuan dalam kosmos dan mengenal identitas mikrokosmos. Mungkin, filsafat Barat terlalu duniawi sedangkan filsafat Timur terlalu mistik. 2.2 FILSAFAT CINA Dalam memahami asal mula Filsafat Cina, ada 3 hal yang perlu diketahui. Pertama, filsafat adalah sebuah usaha sadar untuk memformulasikan pandangan-pandangan dan nilai-nilai sebagai ekspresi dari keyakinan fundamental sekelompok orang. Karenanya filsafat tidak dapat dilepaskan dari latar belakang budaya dan tradisi kelompok tersebut. Dalam hal ini adalah bahasa, seni, literatur, dan agama. Yang kedua, filsafat sebagai sebuah aktivitas yang berkelanjutan haruslah dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari aktivitas praktis kehidupan yang berfokus pada pemecahan masalah tentang pengetahuan yang benar, pemahaman asali, dan penghargaan yang wajar atas berbagai masalah kehidupan, entah secara individu ataupun sosial. Yang ketiga adalah lebih berupa konstruksi-konstruksi teoretis sebagai hasil pemikiran filosofis ataupun kegiatan kultural dari suatu kelompok orang/masyarakat (Fung Yu-Lian,2007:5) . Filsafat Cina dikenal terbagi menjadi beberapa bagian, bagian-bagian tersebut adalah: 1. Konfusius Ulasan yang lebih detail tentang kehidupaan Confusius adalah biografi yang terangkum dalam bab empat puluh tujuh Shih Chi atau Historical Records (sejarah dinasti Cina pertama, lengkap ca. 86 SM). Dari riwayat hidupnya ini, bisa didiperoleh ide bahwa ajaran-ajaran Konfusius lahir atas keprihatinannya akan situasi sosial dan politik pada saat itu. Bagi Konfusius kekacauan itu timbul karena Li kehilangan jiwanya. Untuk menghidupkan kembali Li berarti menghidupkan kembali ritual dan musik denngan pendasaran pada Ren. Seperti kita ketahui, Konfusiuslah yang mengambil kitab klasik dinasti Zhou keluar dari tempat penyimpanannya dan membeberkannya di depan umum. Konfusius pulalah yang mengubah aneka tata cara dan upacara serta kebiasaan feudal menjadi suatu sistem etika. Konfusius berjuang tanpa kenal lelah sepanjang hidupnya untuk membangun dan memelihara suatu masyarakat yang tertib dan teratur dengan terus menerus menekankan pentingnya hubungan antara manusia atas dasar doktrin ren. Ren, adalah gagasan sentral dari Konfusianisme yang juga merupakan kelanjutan yang lebih jernih dari gagasan yang hidup sebelum jaman Konfusius. Ren bisa dipahami sebagai: kebaikan hati ataupun kasih antar manusia. Kebaikan ini adalah hakikat terdalam manusia yang membuat unsur lain (dalam hidupnya) menjadi mungkin. Menurut Konfusius ren adalah sesuatu di dalam diri yang membuat seseorang sungguh- sungguh manusia. Sedangkan Li mengandung arti tatacara dan upacara keagamaan, tetapi Konfusianisme memberi arti lebih luas dari pada sekedar ritus dan ritual, yaitu, segala sesuatu yang terkait pada tindakan tepat manusia, dan Xiao merujuk pada tindakan antar manusia yang menumbuhkan ren yang juga berarti hormat bakti yang muda terhadap yang lebih tua. 2. Taoisme. Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (guru tua) yang hidup sekitar 550 S.M. Lao Tse melawan Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan jalan manusia melainkan jalan alam-lah yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak dan tak-ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika, sedangkan ajaran Konfusius lebih-lebih etika. Puncak metafisika Taoisme adalah kesadaran bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao (Abu Ahmad,1975: 157). 3. Mencius dan Xunzi Konfusianisme bermula dari ajaran Konfusius, tetapi kemudian dibangun dan dikembangkan oleh Mencius dan Xunzi. Seperti Konfusius, Mencius mendasarkan ajarannya pada Ren, tapi ia menyatakan bahwa untuk membina Ren harus dikembangkan yi atau kebaikan. Yang disimpan dalam hati adalah ren, yang dipakai dalam tindakan adalah yi. Jadi, ren adalah prinsip tepat untuk mengawasi gerak internal, sedangkan yi adalah cara tepat untuk membimbing tindak eksternal. Lebih lanjut lagi, Ia menekankan Sistem Keluarga yang diungkap Confusius; yaitu sistim masyarakat Tionghoa, ada 5 jenis hubungan yaitu Raja-Menteri, Ayah-Anak, Suami-Istri, Kakak-Adik, teman-teman. 4. Mohisme Adapun perbedaan pendapat anatara konfusianis dan mohis adalah sebagai berikut: Para Konfusianis mementingkan relasi yang tepat (L), tanpa memikirkan keberuntungan. Dari segi moral atau pendirian, para Konfusianis mengutamakan kebenaran dan kemurnian, tanpa menghitung keberhasilannya. Penganut Mo Tz lebih pragmatis. Mereka mengutamakan secara khusus keberuntungan (L) dan pencapaian (Kung). Dengan demikian, tolok ukur kebenaran sebuah prinsip menurut Mo Tz adalah seberapa besar keberuntungan yang diberikan kepada negara dan rakyat jelata. Segala sesuatu harus berguna, dan semua prinsip harus bisa diaplikasikan supaya menyumbang sesuatu nilai secara mandiri. Maka sesuatu prinsip yang tidak bisa diejawantahkan nilainya, ataupun tidak bisa diajarkan secara efektif kepada manusia lain untuk mengejawantahkan nilainya, hanya rasio belaka. Tetapi pendirian Mo Tz ini bertabrakan dengan idealisme Konfusianis, yang mengutamakan pembentukan moralitas yang mendukung tindakan seseorang, supaya bertindak mengikut apa yang benar, dan bukan mengikut apa yang lebih memanfaatkan. 5. Daoisme Lao Zi dan pengikutnya menduga bahwa ada yang salah dalam hakekat masyarakat dan peradabannya. Mereka menganjurkan rakyat Cina untuk membuang semua pranata dan konvensi yang ada. Mereka percaya bahwa manusia yang dulu mempunyai suatu surga kemudian hilang karena kekeliruannya sendiri, yaitu karna ia mengembangkan peradaban. Menurut Lao Zi dan pengikut pengikutnya, cara terbaik untuk hidup adalah menarik diri dari peradaban dan kembali kepada alam, dari keadaan beradab ke keadaan alami. Inilah jalur pemikiran naturalistic yang dikenal sebagai Daoisme yang menjunjung tinggi Dao dan alam. Chuang Tzu memandang Dao sebagai totalitas dari spontanitas segala sesuatu di alam semesta ini. Semua hal harus dibiarkan berkembang sendiri, secara alami dan spontan, Akan tetapi Yang Tzu berpendapat bahwa Dao adalah suatu kekuatan fisis yang buta. Dao menghasilkan dunia tidak atas dasar perencanaan atau kehendak, tetapi atas dasar keniscayaan atau kebetulan. Pendapat ini merupakan pendapat yang mewakili kaum materialistic Daoisme. Apapun perbedaannya, ajaran ajaran mereka menekankan bahwa manusia harus cocok dan serasi dengan kodratnya dan puas dengan apa adanya 6. Neo Konfusianisme Neo-Konfusianisme adalah bentuk Konfusianisme yang terutama dikembangkan selama Dinasti Song, tetapi aliran ini mulai nampak ke permukaan sudah sejak zaman dinasti Tang lewat Han Yu dan Li ao. Mereka membuka cakrawala baru Neo- Konfusianisme, yaitu dimensi kosmologis dalam refleksi mereka. Zhou Dunyi merupakan tokoh yang tak boleh dilupakan. Kosmologi Zhou Dunyi merupakan pengembangan butir- butir ajaran Apendiks dari Kitab Yi Jing dan dia memakai diagram daois untuk ilustrasi dan membentuk Tai Ji Tu dan Tai JI Shuo-nya. Selain Zhou Dunyi masih ada Shao Yong (kosmologis lain yang mengembangkan ajarannya berdasar juga Apendiks dari Kitab Yi Jing. Bedanya dengan Zhuo dia memakai 64 hexagram Yi Jing). Sementara Zhang Zhai (kosmologis lain yang juga mengembangkan ajarannya berdasar juga Apendiks dari Kitab Yi Jing. Namun dia menekankankan dan mengolah lebih jaug gagasan Qi). Mewarisi ke- satu-an dari segala dari Zhang Cai, itu yang dikembangkan Cheng Hao menjadi filsafatnya. Ren = rangkuman dari: Yi, Li, Zhi dan Xin, pahami itu dan tempa-tumbuhkan dengan ketulusan dan kecermatan, itulah segalanya. Secara metafisis ada kesatuan antara semua yang ada. Gagasan tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Lu Jiuyuan dan Wang Yangming yang pada akhirnya membentuk sekolah Lu wang (Fung Yu-Lian,2007:54-56). BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Filsafat India mengusung keyakinan akan kesatuan fundamental antara manusia (individu) dengan alam (kosmos). Dengan demikian, tidaklah mustahil jika filsafat India bisa menjadi solusi bagi krisis spiritual dan alam saat ini. Menurut filsafat India, harmoni yang terjalin akan mengantarkan seseorang menjadi waskita (arif bijaksana) terhadap hidup. Tidak terasing dari kehidupan dunia (alam semesta) dan mampu beramah-tamah dengan semua benda di sekelilingnya. Bagaikan bersahabat dengan gemericiknya air, kesuburan tanah yang menumbuhkan segalanya, dan sinar matahari yang menghangatkan semesta raya. Dalam memahami asal mula Filsafat Cina, ada 3 hal yang perlu diketahui. Pertama, filsafat adalah sebuah usaha sadar untuk memformulasikan pandangan-pandangan dan nilai-nilai sebagai ekspresi dari keyakinan fundamental sekelompok orang. Karenanya filsafat tidak dapat dilepaskan dari latar belakang budaya dan tradisi kelompok tersebut. Dalam hal ini adalah bahasa, seni, literatur, dan agama. Yang kedua, filsafat sebagai sebuah aktivitas yang berkelanjutan haruslah dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari aktivitas praktis kehidupan yang berfokus pada pemecahan masalah tentang pengetahuan yang benar, pemahaman asali, dan penghargaan yang wajar atas berbagai masalah kehidupan, entah secara individu ataupun sosial. Yang ketiga adalah lebih berupa konstruksi-konstruksi teoretis sebagai hasil pemikiran filosofis ataupun kegiatan kultural dari suatu kelompok orang/masyarakat (Fung Yu-Lian,2007:5). Daftar Rujukan http://www.kompasiana.com/priya.purnama/filsafat- india_550ff608813311d138bc601c diakses pada tanggal 5 September 2017 http://sejarahmatematika1.blogspot.co.id/2017/01/sejarah-dan- perkembangan-filsafat-india.html diakses pada tanggal 7 September 2017 http://pintardonk22.blogspot.co.id/2015/06/filsafat-cina-sejarah-singkat- tokoh-dan.html diakses pada tanggal 11 September 2017 http://www.kompasiana.com/othinx/lintasan-sejarah-filsafat-cina- perjalanan-menuju-neo-konfusianisme_5500d92b8133116819fa7fc3 diakses pada tanggal 11 September 2017