MAKALAH
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas matakuliah
Filsafat sejarah yang dibina oleh bapak Hariono
Oleh:
Elys Tria Widyatama 109831426326
Titi Ningrawati 109831416533
Nizza Nadzillah. D 109831426323
1.3 Tujuan
1.3.1 mengetahui sejarah filsafat yang berasal dari India.
1.3.2 mengetahui sejarah filsafat yang berasal dari Cina.
1.3.3 mengetahui sejarah filsafat dari pandangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
5. Daoisme
Lao Zi dan pengikutnya menduga bahwa ada yang salah dalam hakekat masyarakat dan
peradabannya. Mereka menganjurkan rakyat Cina untuk membuang semua pranata dan
konvensi yang ada. Mereka percaya bahwa manusia yang dulu mempunyai suatu surga
kemudian hilang karena kekeliruannya sendiri, yaitu karna ia mengembangkan peradaban.
Menurut Lao Zi dan pengikut pengikutnya, cara terbaik untuk hidup adalah menarik diri dari
peradaban dan kembali kepada alam, dari keadaan beradab ke keadaan alami. Inilah jalur
pemikiran naturalistic yang dikenal sebagai Daoisme yang menjunjung tinggi Dao dan alam.
Chuang Tzu memandang Dao sebagai totalitas dari spontanitas segala sesuatu di alam
semesta ini. Semua hal harus dibiarkan berkembang sendiri, secara alami dan spontan, Akan
tetapi Yang Tzu berpendapat bahwa Dao adalah suatu kekuatan fisis yang buta. Dao
menghasilkan dunia tidak atas dasar perencanaan atau kehendak, tetapi atas dasar keniscayaan
atau kebetulan. Pendapat ini merupakan pendapat yang mewakili kaum materialistic Daoisme.
Apapun perbedaannya, ajaran ajaran mereka menekankan bahwa manusia harus cocok dan
serasi dengan kodratnya dan puas dengan apa adanya
6. Neo Konfusianisme
Neo-Konfusianisme adalah bentuk Konfusianisme yang terutama dikembangkan
selama Dinasti Song, tetapi aliran ini mulai nampak ke permukaan sudah sejak zaman dinasti
Tang lewat Han Yu dan Li ao. Mereka membuka cakrawala baru Neo-Konfusianisme, yaitu
dimensi kosmologis dalam refleksi mereka. Zhou Dunyi merupakan tokoh yang tak boleh
dilupakan. Kosmologi Zhou Dunyi merupakan pengembangan butir-butir ajaran Apendiks dari
Kitab Yi Jing dan dia memakai diagram daois untuk ilustrasi dan membentuk Tai Ji Tu dan Tai JI
Shuo-nya. Selain Zhou Dunyi masih ada Shao Yong (kosmologis lain yang mengembangkan
ajarannya berdasar juga Apendiks dari Kitab Yi Jing. Bedanya dengan Zhuo dia memakai 64
hexagram Yi Jing). Sementara Zhang Zhai (kosmologis lain yang juga mengembangkan
ajarannya berdasar juga Apendiks dari Kitab Yi Jing. Namun dia menekankankan dan mengolah
lebih jaug gagasan Qi). Mewarisi ke-satu-an dari segala dari Zhang Cai, itu yang dikembangkan
Cheng Hao menjadi filsafatnya. Ren = rangkuman dari: Yi, Li, Zhi dan Xin, pahami itu dan
tempa-tumbuhkan dengan ketulusan dan kecermatan, itulah segalanya. Secara metafisis ada
kesatuan antara semua yang ada. Gagasan tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh
Lu Jiuyuan dan Wang Yangming yang pada akhirnya membentuk sekolah Lu wang (Fung Yu-
Lian,2007:54-56).
DAFTAR RUJUKAN
A. Latar Belakang
Jika kita ditanya Apa Itu Filsafat? Mungkin akan sukar dijawab, bukan karena
sulitnya arti kata filsafat, melainkan karena banyaknya jawaban yang telah diberikan sejak
filsafat diusahakan manusia.
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofi yang diturunkan dari kata
kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Akan tetapi arti kata ini belum
menampakkan hakikat filsafat yang sebenarnya. Sebab mencintai masih dapat dilakukan
secara prinsip saja. Padahal dalam pengertian filosofein itu terkandung gagasan, bahwa orang
mencintai kebijaksanaan tadi, yaitu seorang filsuf, dengan aktif berusaha memperoleh
kebijaksanaan. Oleh karena itu filsafat lebih mengandung arti himbauan kepada
kebijaksanaan.
Filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan
dunia dan hidup. Kata dengan akalnya disini mendapat tekanan. Tidak dapat disangkal,
bahwa semua orang melalui agama masing-masing, telah memiliki suatu pandangan dunia
dan hidup. Dari mana asal dunia dan manusia serta hidupnya. Bagaimana manusia harus
hidup di dalam dunia ini dan lain sebagainya.
Sejarah filsafat yunani kuno dimulai sekitar abad ke-6 SM. Zaman ini sering disebut
juga sebagai zaman peralihan dari mitos ke logos. Sebelum masa ini, banyak orang yang
bercerita tentang alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi berkat kuasa gaib dan
adikodrati, seperti adanya kuasa para dewa-dewi. Mitos-mitos seperti ini kerap sekali
ditemukan di dalam sastra-sastra Yunani.
Jangkauan filsafat dalam pemahaman kuno dan pemikiran para filsuf kuno adalah
usaha-usaha intelektual. Hal ini jugalah yang menjadi permasalahan-permasalahan yang
dipahami dalam filsafat. Filsafat juga mencakup disiplin-disiplin lainnya, seperti matematika
dan ilmu-ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, astronomi, dan biologi. Aristoteles
merupakan salah seorang filsuf yang menuliskan pemahamannya mengenai topik-topik ini.
Istilah Filsafat Barat pun kemudian muncul dan pada saat itu tidak membantu dan tidak jelas,
sejak definisi itu meliputi berbagai macam perbedaan seperti tradisi, kelompok politik,
kelompok agama, dan pemikir-pemikir yang sudah ribuan tahun lamanya.
B. Rumusan Masalah
1.1 Bagaimana pandangan filsafat zaman pra Sokrates beserta tokoh-tokoh penggagasnya?
1.2 Bagaimana pandangan filsafat zaman Sokrates, Plato dan Aristoteles?
1.3 Bagaimana pandangan filsafat Helenisme beserta tokoh-tokohnya?
C. Tujuan Penulisan
1.1 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pandangan filsafat zaman pra Sokrates beserta
tokoh-tokoh penggagasnya?
1.2 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pandangan filsafat zaman Sokrates, Plato dan
Aristoteles?
1.3 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pandangan filsafat Helenisme beserta tokoh-
tokohnya?
BAB II
PEMBAHASAN
4. Anaximenes (538-480 SM )
Bagi Anaximenes asas pertama segala sesuatu berasal adalah dari hawa atau udara,
manusia akan mati jika ia tidak dapat bernafas. Hawa atau udarah adalah hal yang
menyatukan manusia juga mempersatukan sesuatu pada alam sejagad raya ini. Dia berpikiran
bahwa udarah atau hawa yang melahirkan segala benda didalam jagad raya ini. Hal ini
mungkin disebabkan karena udarah dapat mengencer dan memadat. Udarah yang memadat
akan menimbulkan secara berturut-turut angin, air, tanah dan batu. Sebaliknya karena udarah
mengencer maka membentuk api. Anasir-anasir itulah yang kemudian membentuk jagad
raya. (Harun Hadiwijoyo, 1980:18)
2) Plato (427-347SM)
Plato merupakan filsuf Yunani pertama yang banyak diketahui orang dengan karya-
karyanya yang utuh. Dilahirkan dari keluarga terkemuka, dari kalangan politisi. Awalnya ia
ingin menjadi sorang politikus namun, Sokrates memadamkan ambisinya untuk menjadi
seorang politikus.
Banyak sekali karyanya yang masih utuh lengkap. Menurutnya tidak mungkin
seandainya yang satu mengucilkan yang lain, artinya bahwa: mengakui yang satu, harus
menolak yang lain. Juga tidak mungkin, bahwa kedua-duanya berdiri sendiri, yang satu lepas
dari pada yang lain. Plato ingin mempertahankan keduanya, memberi hak berada bagi
keduanya.
Pemikiran tentang Tuhan, Plato meyatakan bahwa terdapat beberapa hal bagi manusia
yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Beberapa hal tersebut yaitu, manusia
mempunyai Tuhan sebagai penciptanya, Tuhan mengetahui segala sesuatu yang diperbuat
manusia, Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan
lain-lain, Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi
mempunyai peraturan. (Santoso Listiyono, 2007:56)
Plato berhasil menjembatani pertentangan yang ada antara Herakleitos yang
menyangkal pada perhentian, dan Parmenides yang menyangkal tiap gerak dan perubahan.
Yang tetap, yang tidak berubah, yang kekal itu oleh Plato disebut idea.
Perbedaan antara Sokrates dan Plato adalah Sokrates, mengusahakan adanya definisi
tentang hal yang bersifat umum guna menentukan hakekat atau esensi segala sesuatu, karena
ia tidak puas dengan mengetahui hanya tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan satu per
satu saja. Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan mengemukakan, bahwa
hakekat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang
lepas daripada sesuatu yang berada secara kongkrit.
Ada dua macam dunia menurutnya: 1) dunia ini yang serba berubah dan serba jamak,
dimana tidak ada hal yang sempurna, dunia yang diamati dengan indera yang bersifat
inderawi dan dunia idea dimana tidak ada perubahan, tidak ada kejamakan (yang baik hanya
satu, yang adil hanya satu dan yang indah hanya satu saja).
Menurut Plato, golongan-golongan didalam negara yang ideal harus terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
a. Golongan yang tertinggi, yang terdiri dari pemerintah, yang oleh Plato disebut para penjaga,
yang sebaiknya terdiri dari para orang bijak atau filsuf, yang mengetahui apa yang baik.
Kebajikan orang ini adalah kebijaksanaan.
b. Golongan pembantu, yaitu para prajurit, yang bertujuan menjamin keamanan, menjamin
ketaatan warga negara kepada pimpinan para penjaga. Kebajikan mereka adalah keberanian.
c. Golongan terendah yang terdiri dari rakyat biasa, para petani dan tukang serta para pedagang
yang harus menanggung hidup ekonomi negara. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.
3) Aristoteles (384-322SM)
Aristoteles dilahirkan di Stageira, Yunani Utara yang merupakan anak seorang dokter
pribadi raja Makedonia. Hasil karyanya banyak sekali, akan tetapi sulit menyusun karyanya
itu secara sistematis. Berbeda-beda cara membagi-bagikannya. Ada yang membaginya atas 8
bagian, yang mengenai: logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan
ekonomi, retorika dan poetika.
Ada juga perkembangan pemikiran Aristoteles sebagai meliputi tiga tahap yaitu:
a. Tahap akademi, ketika ia masih setia kepada gurunya, Plato termasuk ajaran Plato tentang
idea
b. Tahap di Assos, ketika ia berbalik dari Plato, mengkritik ajaran Plato tentang idea-idea serta
menentukan filsafatnya sendiri
c. Tahap ketiga ia di sekolahnya di Athena, waktu ia berbalik dari berspekulasi kepenyelidikan
empiris, mengindahkan yang kongkrit dan yang individual. Asal pembagian ini tidak
diterapkan secara konsekuen .
Logika sebagai ajaran berpikir yang secara ilmiah, yang membicarakan hal bentuk-
bentuk pikiran itu sendiri (pengertian, pertimbangan, dan penalaran) dan hukum-hukum yang
menguasai pikiran itu, adalah ciptaan Aristoteles.
Bukan hanya pengertian-pengertian yang dapat digabungkan yang satu dengan yang
lain, tetapi juga pertimbangan-pertimbangan dapat digabung-gabungkan sehingga
menghasilkan penyimpulan. Penyimpulan adalah satu penalaran, dengannya dari dua
pertimbangan dilahirkan pertimbangan ketiga, yang baru yang berbeda dengan kedua
pertimbangan yang mendahuluinya. Umpamanya:
a. Manusia adalah fana
b. Gayus adalah manusia
c. Jadi: Gayus adalah Fana.
Pendapat tentang negara, manurut Aristoteles negara akan damai apabila rakyatnya
juga damai. Negara yang paling baik adalah negara dengan system demokrasi moderat,
artinya sistem demokrasi yang berdasarkan Undang-undang Dasar.
1. Epikuros
Dilahirkan di Samos dan mendapat pendidikan di Athena. Ada beberapa filsuf yang
mempengaruhi pikirannya, akan tetapi Demokritoslah yang paling besar mempengaruhinya.
Dia mengemukakan bahwa agar manusia bahagia dalam hidupnya, terlebih dahulu harus
memperoleh keterangan jiwa (ataraxia). Untuk mencapai kebahagiaan manusia harus
menghilangkan rasa ketakutan pada kemarahan dewa, nasib, dan kematian.
2. Stoa
Didirikan oleh Zeno dari Citium, di Siprus (336-264SM). Sejarah aliran ini meliputi
tiga tahap, yaitu: fisika, yang berfungsi sebagai lading beserta pohon-pohonannya, logika
yang berfungsi sebagai pagarnya, dan etika yang berfungsi sebagai buah-buahannya.
Mencapai kebahagiaan manusia harus harmoni terhadap dunia (alam) dan harmoni dengan
dirinya sendiri.
3. Skeptisisme
Merupakan aliran Pyrrho dari Elis (360-270SM) yang berpangkal pikir dari
realitivisme. Orang yang bahagia adalah orang yang tidak pernah mengambil keputusan.
Dengan demikian, orang yang bijaksana adalah orang yang selalu ragu-ragu, dengan ragu-
ragu itu orang tidak akan pernah keliru.
4. Neoplantonisme
Tokohnya adalah Plantonius dan Ammonius. Inti pemikirannya adalah mengharapkan
agar manusia tidak menekankan kedunawian sehingga cepat dapaat mencapai keindahan
dunia. Untuk mencapai keindahan, manusia memurnikan diriya agar dapat bersatu dengan
Tuhan. (Achmadi dalam Suparlan, 2007:47)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mite-mite
yang diterima dari agama, yang memberitahukan tentang asal mula segala sesuatu, baik dunia
maupun manusia. Akal manusia tidak puas dengan akal manusia tidak puas dengan
keterangan dongeng-dongeng atau mite-mite, karena tidak dapat dibuktikan oleh akal.
Periode Yunani Kuno diawali dengan adanya Sofisme, yaitu berasal dari kata sophos yang
berarti cerdik dan pandai. Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran tetapi lebih
merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh semakin
besar minat orang terhadap filsafat.
Periode Yunani Kuno diawali dengan adanya Sofisme, yaitu berasal dari kata sophos
yang berarti cerdik dan pandai. Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran tetapi lebih
merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh semakin
besar minat orang terhadap filsafat. Sofisme mengalami perkembangan tersendiri. Sebelum
abad ke V istilah itu berarti sarjana, cendekiawan.
Namun pada abad ke IV para sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut sofis
melainkan filosofos, sedangkan sebutan sofis dikenakan kepada para guru yang berkeliling
dari kota ke kota lain untuk mengajar. Ahirnya sebutan sofis menjadi suatu sebutan yang
tidak harum lagi, karena seorang sofis adalah orang yang menipu orang lain dengan memakai
alasan-alasan yang tidak sah. Para guru yang berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang
yang minta uang bagi ajaran mereka.
Timbulnya kaum sofis menampakkan bahwa di Yunani pada masa itu ada krisis
pemikiran. Orang telah jemu terhadap pemikiran-pemikiran yang bermacam-macam itu, yang
kebenaran diragukan, dasar ilmu pengetahuan digoncangkan. Oleh karena itu dapat
disangkal, bahwa memang ada pengaruh yang negatif pada kebudayaan Yunani, seperti:
merobohkan nilai-nilai tradisional dibidang agama, merusak moral, dan menyalahgunakan
kecakapan berpidato dimuka umum.
Akan tetapi harus juga diakui, bahwa masih ada segi-segi yang menguntungkan,
yaitu: menimbulkan revolusi secara intelektual. Sofisme juga menciptakan gaya baru, yang
mempengaruhi para ahli sejarah, para penulis drama dan yang lebih penting lagi: oleh
sofisme manusia ditempatkan pusat perhatian.
B. Saran
Tentunya makalah yang telah kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
perlu adanya pembahasan dan penulisan makalah lebih lanjut yang mungkin akan membantu
memberi pemahaman yang lebih luas dan lengkap. Dan diharapkan nantinya bisa dijadikan
referensi dalam pengkajian filsafat berikutnya serta mampu menjadi motifasi untuk
mempelajari apa itu filsafat dan tokoh-tokohya beserta perkembangnya dari waktu ke waktu.
DAFTAR RUJUKAN
0
Add a comment
2.
DEC
14
Oleh
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Karl Marx merupakan seorang tokoh pemikiran yang sangat Revolusioner pada masa
itu. Ia banyak melakukan kritik-kritik yang tajam berkaitan dengan masalah ekonomi dan
agama. Menurut Marx dalam Materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat
dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada hakikatnya adalah
insan bersejarah. Manusia sebagai pemangku sejarah tidak lain hanyalah keseluruhan relasi-
relasi masyarakat. Cara produksi kehidupan material mengindikasikan proses kehidupan
sosial, politik, dan spiritual pada umumnya. Bukan kesadaran manusia yang menentukan
keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran
mereka.
Saran
Banyak hasil-hasil pemikiran Marx yang bisa di ambil dan di jadikan sebuah pijakan
dalam melakukan suatu hal yang lebih baik dan bijak. Selain itu pemikiran Marx yangberupa
agama merupakan candu rakyat bukan berarti Marx menentang agama, tetapi menurut Marx
agama merupakan sebagai tempat pelarian rakyat setelah menghadapi keadaan yang nyata
yang sangat berat.
Daftar Rujukan
Bertens, K. 1979. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: LP3ES.
Darsono P. 2007. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta Pusat: Diadit Media.
Hardiman, F. Budi. 2004. Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Katsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat, terj. Soerjono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lavine, T. Z. 2003. Marx: Konflik dan Orang yang Terasing. Yogyakarta: Jendela.
Ramly, Andi Muawiyah. 2004. Peta Pemikiran Karl Marx: Materialisme Dialekstis
dan Materialisme Historis.Yogykarta: LKiS.
Santoso, Listyono. 2007. Epistemologi Golongan Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.
Magnis-Suseno. Franz. 2006. Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanisius.
Magnis-Suseno. Franz. 2003. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke
Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Titus, Harold H, dkk. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, terj. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang.
Wardaya, Baskara T. 2003. Marx Muda: Marxizme Berwajah Manusiawi. Yogyakarta: Buku Baik.