Filsafat Umum
Filsafat Timur
06
Psikologi Psikologi M-603 Ahmad Sabir, M. Phil
Abstract Kompetensi
Filsafat Timur Mengenal filsafat Timur, dalam sejarah
dan perkembangannya
Filsafat Barat
Filsafat timur terdiri dari tiga bagian, yakni filsafat india, filsafat cina dan fisafat islam
1. FILSAFAT INDIA
Filsafat (zaman kuno) di India (“anviksiki” atau “darsana” = sistem) agak berlainan artinya
dengan pemahaman filsafat barat modern. Filsafat lebih mneyerupai ilmu, lebih mendekati
kata ‘philosophia’ awal, yang lebih identik kepada ajaran hidup yang bertujuan memaparkan
cara pencapaian kebahagiaan yang kekal. Berlainan denga sikap orang Yunani (pada
umumnya lebih bersifat objektif, rasional dan teknis), maka sikap orang india lebih subjektif.
Masyarakat India ,lebih mementingkan perasaan, penuh dengan rasa kesatuan dengan alam
dunia yang mengelilinginya dan dengan membuka hati terhadap realitas ‘ajaib’ yang
mengatasi segala-galanya dan harus dihormati dengan adanya upacara-upacara serta
pemberian korban-korban persembahan.
Dalam pembahasan filsafat india, manusia tidaklah dipandang sebagai ‘tolak ukur dan
norma atas segala sesuatu’, namun manusia dipandang memiliki keterikatan dengan dunia
kebendaan. Dimana manusia harus bisa membebaskan diri untuk mencapai kebahagiaan.
Dalam filsafat India terdapat 5 periode besar, yaitu: Zaman Weda, Zaman
Skeptisisme, Zaman Puranis, Zaman Muslim, dan Zaman Modern.
Pada masa 1500an, bangsa Aryan masuk ke IndiaSecara ringkas zaman ini meliputi
1) Samphita yang terdiri dari ; Rig Veda (kumpulan pujian-pujian), Sama-Veda (himne-
himne liturgis) dan Yayur Veda (berisi tata cara ritual korban) serta Atharva Veda (berisi
rumus-rumus magis).
Dalam tulisan tersebut terkandung benih dari berbagai aliran-aliran dan sistem. Terdapat
unsur-unsur animisme dan dinamisme, monotheisme. Khususnya pengertian Brahmana
(yang mutlak,dan yang kekal) serta Atman (jiwa dan kesatuan). Satu tema yang meni=onjol
dari Upanishad mengenai hubungan antara Atman dan Brahman tersebut. Atman merupakan
sisi subjektif dari kenyataan, “diri” manusia, sedangkan Brahman adalah sisi objektif,berupa
“makro-kosmos”, alam semesta. Upanishad mengajarkan bahwa Atman dan Brahman
memang sama dan manusia mencapai keselamatan (‘moksa’, ‘mukti’) bila manusia dapat
menyadari identitas Atman dan Brahman. Dalam sejarah filsafat India selanjutnya terdapat
dua aliran, yang dibedakan menurut sikap mereka terhadap weda, yaitu;
- Nastika (Na-asti=it is not) yang tidak menerima kekuasaan weda dan tidak
mendasarkan ajaran hidupnya atas weda tersebut
- Astika, yang mendasarkan ajarannya atas weda dan berpegang teguh padanya.
Demikian ke enam sistem Brahma ortodox (Baddarsana); Samkya dan Yoga, Nyanya dan
Vaisesika, Mimansa dan Vedanta.
Reaksi yang radikal terjadi pada tahun 1600, terutama terhadap ritual korban dan
keberadaan para rahib, para imam kurban (kaum Brahmana). Para imam tersebut dianggap
tidak pantas atau tidak cukup baik memimpin agama, bahkan dalam batas-batas tertentu,
para rahib tersebut dianggap telah mendistorsi kebenaran agama. Reaksi muncul terjadi
Reaksi lain adalah faham Jainisme, yang ditokohi oleh Mahawira Jina. Reaksi lain adalah
suatu bentuk kebaktian yang mengkhususkan pada siwa dan wisnu. Keduanya merupakan
agama yang jauh lebih menarik daripada ritual korban dan spekulasi Brahman.
Akhirnya sebagai kontra-reaksi muncullah Sad Darsana (enam sistem filsafat). Berbeda
dengan Budhisme dan Jainisme yang tergolong aliran heterodok, Sad Darsana merupakan
aliran ortodoks, karena membela ortodoksi Hinduisme. Ke enam aliran tersebut ialah :
1. Nyaya 4. Yoga
2. Waisesika 5. Uttara
3. Samkhya 6. Mimamsa
Ajaran yang paling penting dari Sad darsana tersebut adalah Samkhya – Yoga. Samkhya
sebagai darsana yang mengajarkan hubungan jiwa dan alam, kesadaran dan materi, purusa
dan prakti merupakan dasar filosofis dari meditasi yoga. Yoga berasal dari kata ‘yuj yang
berarti menghubungkan atau menyatukan jivatman dan paratman, jiwa manusia dan alam
atau Tuhan. Yoga mengajarkan suatu jalan atau marga untuk mencapai penyatuan dengan
illahi, melalui empat jenis Yoga;
Disebut pula dengan zaman epos atau wiracarita. Setelah kurang lebih 300 tahun, Budhisme
mulai hilang dari india dan menyebarkannya ke negara-negara tetangga. India kemudian
didominasi karya-karya sastra yang bersifat mitologis, terutama mengenai reinkarnasi dewa-
dewa. Pemikiran india dalam era abad pertengahan dikuasai oleh spekulasi theologis,
terutamaBerbagai contoh reinkarnasi para dewa terdapat dalam dua epos besar yakni
Pada tahun 1200 hingga 1757 Masehi, merupakan periode masuknya pemikiran dunia Islam
di dataran kefilsafatan India. Pokok pembahasan yang sangat mononjol kala itu ialah usaha
untuk menyelaraskan ajaran Islam dengan Hinduisme, seperti yang dilakukan oleh Guru
Nanak yang merintis aliran Sikh. Tokoh ternama lain yang terkenal karena karangannya ialah
Syair Khabir.
Zaman modern ini ditandai dengan masuknya Inggris ke India pada tahun 1757 Masehi.
Periode ini merupakan abad pencerahan kefilsafatan di India,yang memperlihatkan
perkembangannya kembali terhadap nilai-nilai klasik India dalam menghadapi perubahan
sosial. Pada masa ini,sejumlah pemikir India modern melihat banyak kemungkinan dialog
antara filsafat Timur dan Barat. Radhakrishnan,merupakan Guru Besar filsafat di Calcutta
dan Oxford University,mengusulkan pembongkaran terhadapa batas-batas ideologis untuk
mencapai suatu sinkretisme hindu-kristiani sebagai pola berpikir untuk masa depan seluruh
dunia.
Namun masi ada juga pendapat yang bersebrangan dengan hal tersebut di atas,bagi pemikir
lain corak pikri Timur dan Barat terlalu berbeda jauh untuk bisa berkomunikasi dan saling
melengkapi. Filsafat Timur dinilai cenderung mistik dan spiritual sedangkan filsafat Barat
dianggap terlalu duniawi. Seharusnya filsafat Timur (India) dapat belajar dari rasionalitas dan
positivisme dari pemikiran Barat, dan filsafat Barat juga perlu mengikuti tradisi intuisi Timur
mengenai kesatuan manusia dan alam, dan keterpaduan mikro dan makrokosmos. Dengan
cara tersebut,maka akan terbuka kemungkinan untuk dapat mempertemukan keduanya.
~ Raja Ram Mohan Roy (1772-1833), yang mengajarkan monoteisme berdasarkan Upanisad
dan ajaran Moralitas beru berdasarkan Khotbah di Bukit dari kitab injil
Terdapat dua reaksi ekstrim terhadap masuknya dunia barat ke dalam dataran India;
(b) Menerima pikiran-pikiran baru namun hanya dimasukkan dalam alam pikirannya saja
sehingga pemikir India tetap berpegang teguh pada tradisi lama.
2. FILSAFAT CINA
Sifat-sifat filsafat Cina adalah kepeduliannya terhadap kelakuan manusia, dan sikapnya
terhadap dunia yang mengelilinginya serta hubungan sesama manusia. Bila filsafat Barat
cenderung bertanya tentang hubungan sebab akibat objek yang diselidiki secara
abjektif,maka lain dengan filsafat Cina yang melihat hubungan manusia dan dunia sebagai
satu kesatuan,yakni ‘kesatuan kosmos’ yang tidak dpat diganggu oleh perbuatan-perbuatan
manusia yang tidak selayaknya dilakukan. Cita-cita masyarakat Cina tak lain ialah menjadi
“the inner sage” yang memiliki arti orang yang telah membentuk kebajikan dalam dirinya
sendiri yang “bijaksana”,oleh karena itu hal-hal poko dalam ajaran filsafat cina ialah :
2) Walaupun yang terlihat bahwa filsafat Cina hampir tidak memiliki perkembangan akan
tetapi para “penafsir” juga mengemukakan buah pemikirannya sendiri. Walaupun masih
terkandung ‘benih-benih’ pemikiran lama,namun pemikiran para pemikir tersebut akan terlihat
lebih nampak.
Pada masa ini terdapat tidak kurang dari seratus sekolah serta aliran filsafat yang berbeda-
beda. Aliran-aliran yang menonjol meliputi ; Confucianisme, Taoisme, Yin-Yang dan
Maoisme. Sekalipun pemikirannya berbeda-beda,namun secara umum aliran tersebut
membicarakan konsep mendasar yaitu ;
- Tao (jalan)
- Yen (perikemanusiaan)
- T’ien (surga)
a. Confucianisme
Pendirinya yang lazim disebut Kong-Fu-Tse (guru dari etnis Kung) atau Confucius dalam
bahasa latinnya. Ia mengajarkan bahwa Tao adalah ‘jalan’ yang menjadi prinsip utama atau
hakikat dari kenyataan. Bagi Confucius, Tao merupakan ‘jalan manusia’, maka manusia yang
dapat menentukan Tao nya masing-masing. Sedangkan kebahagiaan diri sendiri hanya
adapat tercapai melalui Yen, yakni sikap dasar yang menempatkan semua manusia secara
hakiki memiliki derajat yang sama walaupun sikap,tindakan dan atribut dunia lainnya
berbeda. Ajaran Confucius cenderung mengarah kepada etika.
b. Taoisme
Tokohnya adalah Lao Tse (guru tua),yang hidup disekitar tahun 550 SM. Berbeda dengan
Confucius, Lao Tse melihat bahwa Tao adalah ‘jalan alam’ bukan ‘jalan manusia’. Tao adalah
prinsip kenyataan objektif,substansi abadi yang tunggal dan tak bernama serta tak dapat
diidentifikasi. Ajaran Tao mengarah kepada metafisika. Puncak ajaran Taoisme adalah
kesadaran bahwa manusia tidak mengetahui apa-apa mengenai Tao, maksudnya adalah
perjalanan panjang manusia dalam proses mendekatkan diri kepada Tuhan (alam) manusia
menyadari kebesaran-Nya dan akan merasa bahwa dirinya kecil dan tak berarti. Ketidak
tahuan inilah,yang disebut dengan ketidak-tahuan yang bermakna.
c. Yin – Yang
Yin-yang mengajarkan kenyataan sehari-hari yang merupakan sintesa harmoni antara dua
hal yang berlawanan, antara yin dan yang. Yin adalah prinsip pasif (ketenangan, surga,bulan,
d. Moisme
Didirikan oleh Mo Tse sekitar tahun 400-500 SM. Poko ajaran Mo tse ialah ‘cinta universal’,
kemakmuran untuk semua orang dan perjuangan bersama untuk memusnahkan kejahatan.
Paham monisme tersebut sangat pragmatis,karena langsung terarah kepada hal yang
berguna. Segala sesuatu yang tidak berguna,dianggap sesuatu yang –tidak hanya jelek atau
buruk—namun dinilai jahat. Perang tidak berguna (berniali positif),oleh karena itu perang
dianggap jahat, Orang bodoh pun dinilai jahat,karena tidak ada gunanya.
Etika monisme mengajarkan untuk memperlakukan orang lain sebagai dirinya sendiri. Prinsip
ini dianggpa cukup dapat mencapai kebahagiaan dan kemakmuran universal.
e. Ming Chia
Aliran yang berarti ‘sekolah nama-nama’ tersebut, menekankan pada analisa istilah dan
konsep. Ming Chia juga sering disebut sekolah dialektik,yang mirip dengan sofisme dalam
filsafat Yunani. Ajaran Ming Chia penting sebagai analisa dan kritik yang mempertajam
perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat dan mengembangkan logika dan tata bahasa.
Dalam ajaran Ming Chia pun telah membahas mengenai konsep eksistensi relativitas,
kausalitas, dan ruang-waktu.
f. Fa Chia
Fa Chia atau aliran hukum berbeda dengan aliran klasik yang lain. Aliran ini tidak
mengajarkan masalah manusia, dunia, surga, melainkan mengajarkan mengenai politik dan
prkatis. Menurutnya kekuasaan pemerintahan yang tidak tercipta dari contoh teladan atau
pemimpinnya, melainkan berdasarkan sistem perundang-undangan yang keras, dalam arti
tegak dan bersih.
Berdasarkan penjelasan singkat beberapa aliran filsafat cina tersebut, ada beberapa pihak
yang mendapatkan kesimpulan, berupa;
Berawal dari dataran India, Budhisme lahir sebagai reaksi atas Hinduisme dan kemudian
mendapat perlawanan balik,lalu melebarkan perkembangannya ke negara lain termasuk
Cina. Di Cina, Budhisme diterima dengan baik dan mengalami pembaharuan ketika bertemu
dengan tradisi kefilsafatan Cina, yang ketika itu didominasi oleh aliran Tao yang dihidupkan
kembali sebagai Taoisme baru (Neo-Taoisme).
Pada masa ini, Confucianisme klasik kembali menjadi ajaran filsafat terpenting.
Confucianisme tersebut bangkit kembali sebagai reaksi atas budhisme yang dianggap
mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan kebudayaan serta tradisi filsafat Cina.
Kehidupan dunia, kemakmuran materi, hidup berkeluarga,yang merupakan nilai-nilai
tradisional cina, sama sekali dilalaikan bahkan disangkal oleh Budhisme, sehingga ajaran
tersebut oleh masyarakat Cina dialami sebagai sesuatu yang sama sekali asing.
Sejarah modern filsafat Cina dimulai sekitar tahun 1900,dengan kecenderungan besarnya
pengaruh dari filsafat Barat. Pada masa ini,telah banyak tulisan-tulisan pemikir barat yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Cina. Pada masa itu aliran filsafat barat yang terkenal
didaratan Cina adalah aliran pragmatisme, suatu jenis aliran filsafat yang berawal dari
Amerika Serikat. Dampak yang mulai muncul setelah pengaruh dari filsafat Barat
tersebut,akhirnya mulai terlihat. Ditandai dengan reaksi yang berupa kecenderungan untuk
kembali kepada tradisi lama. Akhirnya, sejak tahun 1950,filsafat cina dikuasai oleh pemikiran
Marx, Lenin dan mao Tse Tung.
3. FILSAFAT ISLAM
Menurut Mustofa Abdur Razik, filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan
berada dalam naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa
pemiliknya. Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tara Chand,yang mengatakan bahwa orang-
orang nasrani dan yahudi yang telah menulis kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis atau
Adapun objek filsafat Islam, pada dasarnya hampir sama dengan objek filsafat yang
berusaha untuk menafsirkan kehidupan yang mencari sebab akibat serta fungsi dari sesuatu,
maka cakupan filsafat islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat. Hanya dalam proses
pencarian tersebut, filsafat islam telah diwarnai dengan nilai-nilai islami. Kebebasan pola
pikirnya pun digantungkan pada nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan
pada kebenaran ajaran agama islam.
Terdapat beberapa aliran pokok dalam Islam,yakni aliran syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah dan
asy’ariah.
1) Aliran Syiah
Aliran Syiah berbeda pendapat dengan aliran-aliran lain, diantaranya mengenai alam
pendirian, bahwa penunjukkan iman sesudah wafat Nabi ditentukan oleh Nabi sendiri dengan
nash. Selanjutnya Syiah berpendirian bahwa seseorang imam yang diangkat itu harus
maksum atau terpelihara dari dosa besar dan dosa kecil, dan bahwa nabi Muhammad
dengan nash meninggalkan nasihatnya untu Ali bin Abi Thalib yang merupakan sahabatnya
yang pertama dan utama.
2) Aliran Khawarij
Pokok-pokok aliran tersebut antara lain; bahwa Khalifah orang Islam tidak mesti seseorang
yang berasal dari suku Quraisy, bahkan tidak mesti dari seorang Arab. Kesalahan dalam
berpikir dan berijtihad adalah dosa apabila terdapat pertentangan dalam pemikiran mereka.
3) Aliran Mu’tazillah
a. At-Tauhid, keyakinan bahwa Allah itu satu dalam zatnya dan sifatnya, dan sifat Allah
itu adalah zat Allah itu sendiri.
b. Al-‘Adl, bahwa Tuhan itu adil,yaitu bahwa manusia diberi kemauan yang merdeka
untuk bertindak dan tidak digerakkan oleh kodrat dan iradat Tuhan saja.
d. Al-Wa’ad wal wa’id, yang dimaksud dengan istilah ini bahwa jika Allah menjanjikan
pahala atas sesuatu kebajikan,harus dikerjakannya,dan apabila ia menjanjikan siksaan atas
suatu kejahatan,maka janjinya itu pun wajib ditepati,tidak berhak Tuhan memberi ampunan
atas janji yang sudah ditetapkan.
e. Amar ma’ruf nahi mungkar. Pekerjaan tersebut wajib didasarkan atas akal
manusia,bukan berdasarkan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
4) Aliran Al-Asy’ri
Aliran ini menentang pendirian-pendirian Mu’tazilah yang lima pokok perkara tersebut di atas.
Bagi aliran Al’Asy’ri sifat Allah bukan zatnya, namun merupakan sesuatu tambahan atas zat
nya. Tipa manusia berbuat atas kehendak Tuhan, manusia tidak mempunyai kemauan yang
bebas.
Allah tidak memenuhi janji atas kebaikan ataupun kejahatan,dengan memberikan pahala
kepada yang berbuat baik,serta menyiksa yang berperilaku jahat. Balasan yang berlainan
dengan janji,boleh dilakukan oleh Allah, karena tak seorang pun yang mewajibkan Tuhan
untuk menepati janji-Nya tersebut.
Selanjutnya aliran ini berpendapat bahwa orang yang bebruat dosa besar tidak ditempatkan
ditemapt orang-orang mukmin dan orang kafir, serta bahaw amar ma’ruf nahi mungkar itu
diwajibkan karena Quran dan Hadist ada bukan karena manusia yang menetapkannya.