Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT INDIA

A. PENDAHULUAN
Cara berpikir india diuraikan dengan baik oleh filsuf dan sastrawan Rabindranath
Tagore (1861-1941). Menurut Tagore filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa
ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan
kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya dunia tidak dialami sebagi tempat
keterasingan, sebagai penjara’ Seorang anak di india harus belajar bahwa isi karib
dengan semua benda dengan dunia sekelilingnya. Bahwa ia harus menyambut air
yang mengalir dalam sungai,tanah subur yang memberi makanan dan matahari yang
terbit. Orang India tidak belajar untuk menguasai dunia, melainkan untuk berteman
dengan dunia.

B. FASE FILSAFAT INDIA


Filsafat India dapat dibagi atas lima zaman besar yaitu :

A. Zaman Weda (2000-600SM), meliputi :


1. Massa terbentuknya literatur suci.
2. Mersa rite korban dan spekulasi mengenai korban.
3. Maser refleksi filsafat dalam Upanishad.
Pada zaman weda, bangsa arya masuk ke india dari Utara, sekitar tahun 15W
5M. Literatur suci mereka disebut “Weda”. Weda terdiri dari “Samhita”,
“Brahmana”, “Aranyaka” dan “Upanishad”. Samitha memuat Rigweda (kumpulan
puji-pujian), Samaweda (himne-himne liturgie). Yajurweda (rumus-rumus korban)
dan Atharwaweda (rumus-rumus magik). Komentar-komentar pada semua itu
disebut “Brahmana,Arayaka,dan Upanishad”. Yang penting untuk filsafat India
adala Upanishad, yang sepanjang sejarah india akan merupakan sumber yang
sangat kaya untuk inspirasi dan pembaharuan.
Satu yang menonjol dan Upanishad adalah ajaran tentang hubungan Atman
dan Brahman. Atman adalah segi subyektif dari kenyataan “diri” manusia.
Brahman adalah segi obyektif, “makrokosmos”, alam semesta. Upanishad
mengajarkan bahwa Atman dan Brahmana memang lama dan bahwa manusia
mencapai keselmatan (“moksa.”mukti) kalau ia menyadari identitas Atman dan
Brahman.
B. Zaman Skeptisme (200SM-300M), meliputi :
1. Reaksi terhadap ritualisme dan spekulasi.
2. Buddhisme dan jininisme.
3. “Kontra reforniasi” dalam bentuk enam sekolah ortodoks “Saddharsana”
Pada zama skeptisme sekitar tahun 600 SM mulai suatau rekasi, baik terhadap
ritualisme imam-imam maupun terhadap spekulasi hubungan dengan korban para
rahib. Para imam mengajar ketaatan pada huruf kitab suci, tetapi ketaatan ini
mengganggu kebaktian kepada dewa-dewa. Para rahib mengajar suatu
“metafisika” yang juga tidak sampai kehati orang biasa. Reaksi datang dalam

1
banyak untuk yang penting:Budhuisme, ajaran dari pangeran Gautama Budha,
yang memberi pedoman praktis untuk mencapai keselamatan. Budhuisme adalah
sangat konkret, mengajar bagaimana manusia dapat mengurangi penderitaannya
dan bagaimana ia mencapai tentang budi yang membawa keselamatan.
Reaksi lain dari jainisme dari Mahawira Jina. Di samping itu mulai juga
kebaktian yang lebih eksklusif kepada Siwa dan Wisnu, dua bentuk agama yang
lebih menarik daripada ritualisme dan spekulasi dan pada imam dan para rahib.
Sebagai kontra-reformasi, muncul dalam Hinduisme resmi enam sekolah ortodoks
(disebut “ortodoks”, karena Budhuisme dan jainisme, yang tidak berdasarkan
Weda, dianggap bid’ah). Keenam sekolah “Saddharsana” itu adalah
Nyanya,Waisesika.Samkhya dan Yoga, Pura-Mimamsa dab Ynana (Uttara
Mimamsa). Yang terpenting dari sekolah-sekolah ini adalah Samkhya dan Yoga.
Yoga beerasal dari kata “juj” berarti menghubungkan, mengajar atau jalan
“marga” untuk mencapai kesatuan dengan Ilahi. Samkhya artinya jumlah atau
hitungan adalah dari sana paling tua, yang mengajar sebagai tertera terpenting
hubungan alam jiwa,kesadaran materi, hubungan “purusa prakiti”

C. Zaman Puranis (300-1200M) :


1. Perkembangan karya-karya mitolopris, terutama berhubungan dengan Siwa
dan Wisnu.

Pada zaman puranis setlah tahun 300, Budhisme mulai lenyap dari India.
Budhisme sekarang lebih penting di Negara-negara tetangga dari pada di India
sendiri. Pemikiran India dalam abad pertengahannnya dikuasi oleh spekulasi
teologis, terutama mengenai inkranasi-inkransi dewa-dewa. Banyak contoh
cerita mengenai inkranasi dewa-dewa terdapat dalam dua epos besar yakni
Mahabbrata dan Ramayana.

D. Zaman Muslim (1200-1757)

E. Zaman Modern (setelah 1757M)


1. Renaisanse dan nilai-nilai India sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh
dari luar.

Zaman modern adalah zaman yang di pengaruhi inggris di India, mulai tahun
1757. Periode ini memperlihatkan perkembangan kembali dari nilai-nilai
klasik India, bersama dengan pembaharuan sosial. Nama-nama penting dalam
periode ini adalah Raja Ram Mohan Roy (1772-1836), yang mengajarkan
suatu monoteisme berdasarkan Upanishad dan suatu moral berdasarkan
khotbah di bukit dari injil, Vivekananda (1863-1902) yang mengajarkan
bahwa semua agama benar, tetapi bahwa agma Hindu paling cocok untuk
India. Gandi (1869-1948), dan Rabindranath Tagore (1861-1941), pengarang
syair dan pemikiran religious yang membuka pintu untuk ide-ide dari luar.
Sejumlah pemikir India zaman sekarang melihat banyak kemungkinan
untuk dialog anatar filsafat Timur dan filsafat Barat. Radhakrisna (1888-1975)

2
antara lain guru besar filsafat di Calcuta dan Oxford, Presiders India, wakil
pada PBB dan Unesco, mengusulkan pembongkaran batas-batas ideologi
untuk mencapai suatu sinkretisme hindu-kristiani,yang dapat berguna sebgai
pola berpikir masa depan seluruh dunia.
Pemikiran-pemikiran lain tidak begitu optimis tentang kemungkinan
ini. Menurut mereka perbedaan-perbedaan antara corak berpikir Barat terlalu
besar untu mengadakan suatu “interaksi”, dalam arti “saling melengkapi”.
filsafat India dapat belajar dari rasionalisme dan positivism barat. Filsafat
barat dapat belajar dari intuisi Timur mengenai kesatuan dalam kosmos
mengenai identitas mikrokosmos dan makrokosmos. Filsafat Barat mungkin
terlalu duniawi, filsafat Timur mungkin terlalu mistik.

FILSAFAT CINA

A. PENDAHULUAN
Tema okok dar flsafat dan kebudayaan Cina itu”perikemanusiaan”.
Pemikran Cina lebih Antroposentris daripada filsafat Inda dan filsafat
Barat. Filsafat Cina juga lebih pragmatic; selalu diajarkan bagaimana
manusia harus bertindak supaya keseimbangan dunai dan surge tercapai.

B. PERIODE FILSAFAT CINA


Filsafat Cina dibagikan alas empat periode besar yaitu :

1. Zaman Klasik ((M-2(X)SM)


Zaman seratus sekolah filsafat, dengan Ix-rbagai sekola-sekolah terepenting;
Konfusianisme, Ying-Yang, Moisme Dialektik dan Legalisme.
A. Konfusianisme
Konfusius (bentuk Latn dari nama Kong-Fu-Tse atau L-brarti guru dari
suku Kung. Hidup antara 551 dan 497 SM). Ia mengajarkan bahwa Tao
(jalan sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah jalan manusia. Artinya
manusia sendirilah yang dapat menjadi Tao luhur dan mulya, kalau ia
hidup dengan baik.
B. Taoisme
Lao Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (guru tua) yang hidup sekitar
tahun 550 M. Tse melawan Konfusius, menurut Lao Tse bukan jalan
manusia melainkan jalan alamlah yang merupakan Tao. Menurut Lao Tse
adalah prinsip kenyataan obyektif substansi abadi yang bersifat tunggal,
mutlak dan tak ternamai.
C. Yin-Yang
Ajaran lain yang mementingkan keseimbangan “Yin-Yang”,
merupakan kedua prinsip dar seluruh kenyataan “Yin” merupakan prinsip
pasif, prinsp ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan symbol untuk
kematan dan untuk yang dingin. Sedangkan “Yang” merupakan prinsip

3
aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api dan laki-laki symbol untuk hidup
dan untuk yang panas.

D. Moisme
Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse antara tahun 500 sampai 400
SM. Mo Tse mengajarkan bahwa yang terpenting adalah “cinta universal”,
kemakmuran untuk semua orang dan peruangan bersama-sama untuk
memusnahkan kejahatan, filsafat Moisme sangat pragmatik. Segala
sesuatu yang tiak berguna dianggap jahat.
Etika Mo Tse juga melawan musik sebagai sesuatu yang tidak berguna.
Etika Mo Tse mengenai suatu prinsip yang antara lain dalam agama
Kristen disebut”kaidah emas”, setiap orang harus memperlakukan orang
asing seperti tanah.
E. Ming Chia
Ming Chia atau “sekolah nama-nama”, menyibukan diri dengan analisa
istilah-istilah dan perkataan –perkataan “Ming Chia”, yang juga disebut
“sekolah dielektik”.
F. Fa Chia
Fa Chia atau sekolah hukum, cukup berbeda dari semua aliran klasik
lain. Sekolah hukum tidak berfikir tentang manusia,surga, ataupun dunia,
melainkan tentang soil- soil praktis dan politiik.
2.Zaman Neo-Taoisme dan Budhisme
Bersama dengan perkembangan Budhisme di Cina, konsep Tao
mendapat aerti baru. Tao sekarang dibandingkan dengan “Nirwana” dari
ajaran Budha, yaitu “transcdensi di seberang segala nama dan konsep”,”di
seberang adanya”.
3.Zaman Neo- Konfusianisnme
Dari tahun 100 M konfusianisme kembali menjadi ajaran filsafat
terpenting. Budhisme ternyata memuat unsur-unsur yang bertentangan
dengan corak pikir Cina. Kepentingan dunia ini, kepentingan hidup
berkeluarga dan kemakmuran material, yang merupakan nilai-nilai
tradisional di Cina, sama sekali dilalaikan bahkan disangkal, dalam
Budhisme,, sehingga ajaran ini oleh orang dialami sebagai suatu yang
sama sekali asing.
4.Zaman Modern
Zaman Modern ini dimulai di Cina seitar tahun 1990. Filsafat
memperlihatkan dalam periode ini tiga tendensi. Pada permulaan abad XX
pengaruh filsafatt Barat cukup besar. Aliran filsafat Barat yang paling
populer di Cina adalah pragmatism. Adatiga istilah yng sepnjang sejaraj
dipentingkan dalam filsafat Cina yaitu harmoni, toleransi, dan
peSrikemanusiaan

4
FISAFAT INDONESIA

Pandangan hidup dan sistem pemikkiran bangsa Indonesia tidak sama


dengan pandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa di negara lainya.
Seperti bangsa-bangsa di negara-negara barat, di mana pandangan hidup dan
sistem pemikirannya bersumber pada pemikiran fisafat Yunani, walupun
pemikiran fisafat Yunani ini telah dapat dibuktikan dengan keberhasilannya
membangun peradaban manusia, tetapi pada akhirnya akan akn mengalami
kepincangan hidup. Kepincangan tersebut dapat kita lihat bahwa manusia
produk dari pemikiran Yunani hanya melahirkan manusia yang individualistis,
yang didalam diri nya terdapat dalm dirinya sifat saling curiga, saling
bermusuhan juga, dari pandangan bahwa di dalm pribadinya terdapat hal-hal
yang selalu di pertimbangkan dengan rasio (akal).
Mengapa demikian. Karena dari sifat individualistis dan materialistis
yang akarnya dari pemikiran Yunanitidak terdapat warna Yang Transendental
atau Yang lmmanent, tetapi pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna
mitologi dan rasio. Dengan demikian. pandangan hidup atau pemikiran yang
diperuntukkan membangun peradabanmanusia, akan melahirkan manusia-
manusia yang egoistis, yaitu manusia yang mementingkan dirinyasendiri dan
menganggap orang lain sebagai objek kepentingan diri sendiri.
Demikian juga halnya dengan pandangan hidup yang mengacu pada
materialisme, di mana di dalamnyamengandung bibit keserakahan,
kemurkaan, dan menganggap orang lain sebagai objek keuntunganmaterial,
yang pada akhirnya akan melahirkan manusia-manusia yang tidak bermoral
atau jauh darinilai-nilai moral.
Jadi, suatu pandangan hidup atau pemikiran (paham kehidupan) yang
berasaskan individualisme akan melahirkan manusia-manusia yang berpola
“dangkal” dalam lingkup pergaulan sosial. Sementara itu, pandangan hidup
yang berasaskan materialisme akan melahirkan manusia-manusia yang berpola
padapenyimpangan mlai-nilai moral dalam lingkup sosial.
Maksud pemikiran filsafat Indonesia adalah suatu pemikiran . Filsafat
yang diperuntukkan dalam atau sebagai landasan hidup bangsa lndonesia.
Setiap manusia tentu menginginkan hidupnya dalam keadaan baik. sejahtera,
dan bahagia. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan suatu sistem pemikiran yang sesuai dengan hakikat
manusia dan hakikat kehidupannya Manusia akan kehilangan sebagian
kehidupannya apabila hidupnya tidak atau tanpa suatu sistem pemikiran yang
digunakan dalam tujuan kehidupan sehingga hidupnya akan mengalami
kepincangan. selanjutnya akan mengalami kekecewaan hidup.
Untuk itu. perlu sekali adanya suatu sistem pandangan hidup yang di
dalamnya terdapat keselarasan atau keharmonisan antara hakikat pribadi
manusia Indonesia dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai
kesejahteraan. kebahagiaan, dan ketenteraman. Maksud hakikat pribadi dalam
kedudukannya sebagai manusia Indonesia adalah sebagai makhluk individu,
makhluk sosial. dan makhluk 'Rthan. Untuk mencapai kesejahteraan,

5
kebahagiaan. dan ketenteraman seseorang harus mengupayakan dengan tiga
cara keselarasan atau keharmonisan, yaitu:
a. selaras atau harmonis dengan dirinya sendiri;
b. selaras atau harmonis dengan (terhadap) pergaulan sesama manusia.
dan di lingkungan kehidupannya;
c. selaras atau harmonis dengan (terhadap) tuhan yang Maha Kuasa.
Ketiga keselarasan atau keharmonisan tersebut merupakan harmoni
yang mutlak adanya, di mana di dalamnya tidak terdapat lagi pertentangan
satu sama lainnya (harmoni sempurna)
Dengan demikian. Sistem pemikiran seperti di atas diharapkan akan
membawa pada suatu bentuk manusia Indonesia yang diwarnai dan sekaligus
mengarah "pergaulan hidup" (bukannya "perjuangan hidup"). Sistem
pemikiran tersebut juga diharapkan dapat dijadikan sebagai motor penggerak
setiap tindakan dan perbuatan manusia Indonesia.
Suatu pemikiran filsafat yang implementasinya sebagai suatu
pandangan hidup bagi setiap orang indonesia mempunyai peranan yang
penting, yaitu apabila seseorang tidak mempunyai pandangan hidup niscaya
hidupnya tidak mengarah.
Bagi bangsa dan rakyat Indonesia tidaklah demikian, karena manusia-
manusia Indonesia mempunyai kedudukan sebagai makhluk 'mhan. Karena
hidup ini tidak hanya diperuntukkan di dunia, akan tetapi juga untuk akhirat
(kehidupan setelah kehidupan dunia). Dimensi keakhiratan inilah yang
mengharuskan manusia Indonesia untuk mendasarkan pada suatu sistem
pandangan hidup yang selaras mu harmoni, tidak bertentangan, dan sejalan
dengan hakikat manusia sebagai makhluk tuhan .
Jadi. pandangan hidup model Indonesia mempunyai dimensi yang
berakar keselarasan atau keharmonisan dengan hakikat kedudukan kodrat
manusia, yang implementasinya berupa asas kekeluargaan dan asas kehidupan
yang diridai 'Tuhan.
Bentuk filsafat Indonesia
Bentuk filsafat Indonesia terdiri daari lima sila yaitu :
Sila I : Ketuhanan yang Maha Esa.
Sila II : Kemanusian yang adil dan beradab.
Sila III : Persatuan Indonesia.
Sila IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Sila V : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

6
Lima sila di atas juga disebut lima dasar sebagai suatu totalitas,
merupakan suatu kebulatan tunggal,
yang setiap sila-silanya selalu harus mengandung keempat sila yang lainnya.
Setiap sila tidak boleh
dipertentangkan terhadap sila yang lain karena di antara sila-sila itu memang
tidak terdapat hal-hal yang
bertentangan.

Dengan demikian, Pancasila mempunyai sifat yang abstrak. umum, universal,


tetap tidak berubah,
menyatu dalam suatu inti hakikat mutlak: tuhan, manusia, satu, rakyat, dan
adil, yang kedudukannya
sebagai inti pedoman dasar yang tetap. Kejadian tersebut, melalui suatu proses
yang panjang,
dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa, akan tetap berakar pada
kepribadian kita berani Pancasila
merupakan pandangan hidup seluruh bangsa lndonesia. yang telah disetujui
oleh para wakil rakyat
menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Jadi, Pancasila adalah
satu-satunya pandangan hidup (filsafat) yang dapat mempersatuhn rakyat dan
bangsa Indonesia.

FILSAFAT ISLAM

Pendahuluan

Filsafat islam muncul setelah wilayah studi terbentang luas di hadapan


umat islam sebagai konsekwensi dari penerjemahan buku – buku peradaban
Yunani dan ilmu – ilmu lainnya. Akan tetapi, umat islam tidak hanya
menerjemahkan buku – buku ini, bahkan mereka menggagas munculnya
berbagai kajian independent. Maka terkenalah para dokter, ahli kimia,
matematika, astronomi, dan filosofi di kalangan mereka.

Jika filsafat islam telah mengambil berbagai tema untuk bahan kajian
yang telah dikaji terlebih dahulu oleh orang – orang Yunani tentang logika,
politik, metafisika, dan lain – lain, maka sesungguhnya filsafat Islam secara
independent memiliki berbagai kerakteristik yang berbeda dan distinktif. Hal
ini tidak menjadikannya murni sebagai filsafat Aristotelis yang tertulis dalam
bahasa Arab, atau filsafat platonisme yang diadopsi dari seorang filsuf
madzhabIskandariah,melainkan sebuah filsafat baru yang didasarkan pada

7
rekonsiliasi antara rasio-filosofis dengan tradisi keagamaan, atau antara
hikmah dengan akidah islam

Tokoh – Tokoh Filosof Muslim dan Pemikirannya


1.Alkindi

Abu yusuf ya’kub al – kindi dianggap sebagai orang Arab pertama yang
menyibukkan diri dengan filsafat dan karenanya ia digelari dengan Filsuf Arab. Ia
lahir di Kufah tahun 185 H. ayahnya seorang gubernur Kufah pada masa Al- Mandi
dan Al – Rasyid. Beliau wafat pada tahun 260 H. filsafat Al – Kindi antara lain:
a. Menurut Al – Kindi, jiwa adalah sesuatu yang sederhana,namun mempunyai
arti penting, sempurna, dan mulia. Ia membagi jiwa menjadi tiga macam seperti yang
dikemukakan oleh Plato – yaitu : daya piker, daya marah, dan daya nafsu.
Menurutnya jika daya piker mampu mengendalikan daya nafsu dan marah,maka
manusia bisa menguasai nafsu dan meredam amarahnya. Dengan begitu, ia naik ke
martabat malaikat serta sampai kepadas pengetahuan yang shahih, yaitu sebuah
tingkatan yang hanya dicapai oleh manusia dengan perilaku zuhud di dunia. Manusia
yang dikendalikan oleh nafsu maka sama dengan hewan.
b. Teori Al – Kindi tentang pengetahuan mempunyai dua bagian dasar yaitu
obyek indrawi dan obyek rasional. Kemudian ia menambahkan dua sumber
pengetahuan tersebut dengan sumber ketiga yaitu kekuatan imajinasi yang ia sebut
dengan kekuatan penengah. Selanjutnya Al _ Kindi melihat bahwa jika tidak
menggunakan metode yang sesuai dalam masing – masing ilmu, maka akan
menjatuhkan peneliti dalam kebingungan.
c. Tentang alam. Menurutnya bahwa alam adalah baru (makhluk). Ia diciptakan
dari sesuatu yang tidak ada dengan suatu kemampuan mencipta yang dimili oleh
Alloh SWT.

2. Al-Farabi

Al-Farabi dilahirkan di wilayah Farab, sebelah barat sungai Saihun pada tahun
359 H dan wafat di Damaskus pada tahun 438 H. filsafatnya antara lain:
a. Tentang wujud Alloh.
Menurut Al-Farabi Alloh adalah wujud yang sempurna. Dia memiliki
kesempurnaan yang tertinggi dengan Dzat-Nya, bebas dari segala kekurangan,
kontinualitas yang tak berubah, kosong dari materi dan suci dari bentuk. Alloh juga
Esa. Makna ini hanya bersifat metafora yang terbatas hanya untuk menunjukkan
makna pada yang paling mulia dan paling tinggi yang khusus bagi Alloh semata dan
manusia tidak dapat menjangkau substansi-Nya.
b. Bukti adanya Alloh menurut Al-Farabi ada dua cara, yaitu pertama, cara
memandang terhadap alam penciptaan serta tanda – tanda yang ada di dalamnya yang
disebutnya metode ahli – ahli hikmah fisika. Cara kedua, yaitu dengan berpegang
pada akal untuk menghasilkan pengertian – pengertian nasional yang jelas mengenai
konsep wujud, metode ini dinamakannya metode ahli – ahli hikmah teologis.
c. Tentang jiwa. Bagi Al-Farabi ada dua jiwa, yaitu jiwa – jiwa utama dan jiwa –
jiwa jahil, jiwa utama adalah jiwa yang tekun melakukan perbuatan perbuatan baik,
sehingga ia menjadi paling kuat, paling utama, dan paling sempurna sampai batas,
dimana ia tidak memerlukn materi dan tidak hancur. Adapun jiwa jahil ialah jiwa

8
yang senantiasa tidak sempurna,bahkan memerlukan materi untuk mendukungnya.
Jiwa semacam ini akan rusak.
d. Tentang akal. Al-Farabi membagi akal menjadi dua macam, yaitu akal praktis
yang fungsinya adalah mengetahui seni – seni profesi dan akal teoritis yang berfungsi
mengusahakan mengusahakan pengetahuan pada munculnya. Derajat akal fungsional
adalah derajat pengetahuan manusia yang paling tinggi.
e. Teori kenabian. Menurutnya para nabi bias berhubungan dengan akal aktif
melalui daya imajinasi mereka, baik dalam keadaan sadar maupun dalam keadaan
tidur. Mereka menarik ilmu Ilahi dari akal aktif itu melalui wahyu atau ilahi, atau
mimpi yang benar. Ilmu ini bersumber dari Yang Maha Awal dan Esa melalui
pancaran-Nya kepada akal aktif

3.Ikhwan As-Shafa
Ikhwan As-Shafa adalah satu diantara kelompok – kelompok rahasia yang
marah pada abad ke IV H. jama’ah ini termasuk kelomok yang menyerukan
rekonsiliasi antara agama dengan akal yang merupakan orientasi yang dijalankan oleh
para filsuf muslim dan madzhab – madzhab kalam. Jama’ah ini juga menggabungkan
orang – orang dari berbagai madzhab, aqidah keagamaan, profesi, dan umum dalam
barisan mereka. Banyak karya muncul dari mereka tanpa menyebutkan nama
pengarangnya, karena seseorang telah melupakan individualism dan egoismenya demi
prinsip dan jama’ah di mana ia berafilitasi. Pokok – pokok pikiran mereka:
a. Wujud Sang pencipta dan Sifat – sifat-Nya. Dalam pandangan mereka ada dua
macam cara untuk mengetahui wujud Tuhan, pertama cara umum di kalangan
manusia yang bersandar kepada perasaan – perasaan naluriah mereka yang mendalam
di lubuk – lubuk jiwa mereka akan rasa cinta kepada Alloh dan keingina untuk
mencapai-Nya. Cara ke dua dengan berpegang pada pemikiran akan penciptaan langit
dan bumi serta tanda – tanda dan bukti nyata yang ada di cakrawala. Tentang sifat
Alloh mereka berpendapat tidak ada urgensi untuk menguraikannya, karena manusia
tidak mampu menguasai persoalan ini, bahkan bias terjadi pertentangan, pertikaian,
keresahan, dan kebingungan hati.
b. Jiwa dan hubungannya dengan tubuh. Jiwa adalah tempat bangkitnya kekuatan
dan perbuatan pada tubuh. Tanpanya, tubuh menjadi sosok yang tak berguna. Setelah
ditinggalkan jiwa, badan menjadi berubah dan membengkak, ia menjadi tempat bagi
ulat – ulat dan akhirnya berubah menjadi tanah.
c. Kerja dan daya jiwa. Untuk melakukan pekerjaan, jiwa meminta bantuan
kepada banyak kekuatan, seperti kekuatan sensasi : daya mendengar, melihat,
mencium, merasa, dan meraba. Adapula kekuatan ruhani : daya imajinasi, berpikir,
menyimpan, berbicara, dan mencipta.
d. Pengetahuan menurut mereka mengenal wujud materi dari setiap entintas
melalui indera – indera. Sedangkan hakikat entitas yang bersifat materi ini tidak bias
kita capai kecuali dengan refleksi dan berfikir, atau tegasnya dengan pengamatan
rasional. Adapun jika manusia berusaha untuk menelusuri jalur – jalur pengetahuan
tentang Alloh sebagai suatu pengetahuan yang suci dari kotoran – kotoran, maka hal
itu tidak akan berhasil kecuali dengan amal – amal sholeh, zOmd (asketik) dan
berpaling dari dunia.

4. Ibnu Sina (aviccenna)


Ibnu Sina adalah seorang tokoh kenamaan dalam sejarah ilmu dan filsafat. Ia
termasuk filsuf muslim terbesar yang menonjol dalam filsafat, fisika, dan kedokteran.

9
Nama aslinya adalah Abu Ali Husein bin Sina di lahirkan di Bukhoro pada tahun 370
H (980 M). ayahnya seorang pegawai pada Daulah Samaniah. Meskipun
kehidupannya dipenuhi oleh peristiwa – peristiwa politik, kajian – kajian Ilmiah,
pengamat filosof dan tulis menulis, namun itu tidak berlangsung lama, karena ia
meninggal dunia pada umur sekitar 58 tahun, yakni pada tahun 428 H atau 1037 M.
adapun pokok – pokok pikirannyan yaitu :
a. Tentang jiwa, Ibnu Sina memiliki perhatian besar terhadap studi tentang jiwa.
Daam hal ini, dia telah didahului okeh pemikir dan filsuf kuno, seperti Plato,
Aristoteles, Galeneus, dan Platonius. Dengan menggabungkan pemikiran – pemikiran
pendahulu tersebut menjadikan pandangan – pandangannya memiliki karakter khusus
serta keistimewaan tersendiri.
b. Tentang psikologi, pemikirannya terbagi menjadi dua. Pertama, disebut
dengan psikologi cleam yang berkisar pada jiwa dan macam – macamnya. Dia juga
perhatian terhadapnkekuatan jiwa, baik lahir maupun batin, serta aneka sensasi dan
indera. Ke dua, ia memaparkan tentang wujud jiwa, substansi serta hubungannya
dengan tubuh dan kekekalannya.
c. Subsatansi dan kekekalan jiwa. Menurutnya jiwa merupakan suatu substansi
ruhani, namun ia menempati badan dan ada kerjasama di antara keduanya. Jiwa
adalah sumber kehidupan badan yang mengatur segala persoalan dan
mengorganisasikan kekuatannya. Meskipun ia berkeyakinan bahwa jiwa telah
diciptakan bersamaan dengan badan, atau tegasnya tidak bersifat azali, namun ia
berkeyakinan bahwa jiwa bersifat kekal, abadi, dan tidak hancur atau rusak
d. Pengetahuan menurut Ibnu Sina mengkaji wujud (being) sebagai mana ia ada
dengan suatu ilmu khusus, yakni metafisika. Ia menemukan bahwa konsep wujud (
being) adalah entitas pertama yang di hadapkan kepada kita oleh pengalaman
inderawi yang kita terima dari hal – hal eksternal.

5. Ibnu Rusyd(averroes)
Dia adalah Abu Al-Walid Muhammad bun Ahmad bin Rusyd, di lahirkan di
Kordoba pada tahun 520 H/1126 M. dia dianggap sebagai komentator Aristoteles
terbesar (the Great Commentator of Aristoteles). Sebagai mana halnya tradisi filsuf
islam, iapun berusaha untuk mengkompromikan antara agama dan filsafat. Ia mampu
menjawab Al-Ghazali dalam serangannya terhadap para filsuf. Diantara kitabnya
adalah “Tahaful Al-Tahaful, Fashl al Maqal fi ma Bayn al Hikmah wa Al-Syariah Min
Al-Iththishal dan Al-kasyfan Manah al-Adillah. Pokok pikiran ibnu rusyd adalah :
a. Pembuktian adanya Allah. Ibnu Rusyd membuktikan wujud Alloh dengan
dalil – dalil bukti penciptaan (ikhtira’) sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an
surah Al-Ghasyyah : 17-20, dan bukti pemeliharaan (‘Inayah) sebagai mana
dijelaskan dalam surat An-Naba’ : 6-11.
e. Tentang kenabian dan pengutusan para Rasul. Dalam hal ini Ibnu Rusyd
memaparkan dalil – dalil yaitu : Dalil Historis, dimana wahyu merupakan suatu
fenomena historis yang tidak bias diingkari. Berita – berita para rasul sering
merangkai, maka tidak ada jalan untuk mengingkari berita ini karena ia dipertegas
secara historis. Dalil kedua adalah dalil pemeliharaan, bahwa pemeliharaan Alloah
terhadap makhluknya sangatlah jelas, jadi tidak ada jalan yang menegaskan fenomena
ini,yaitu ada sekelompok manusia termulia yang dipilih oleh Allah serta diberikan
informasi mengenai keghaiban.
f. Kekekalan dan kebangkitan. Ibnu Rusyd membuktikan kebangkitan dengan
dua bukti, pertama, hikmah penciptaan. Allah tidak menciptakan segala sesuatu yang
ada secara sia – sia, tetapi untuk suatu hikmah dan tujuan. Ke dua, substansi jiwa.

10
Jiwa adalah substansi independen. Rusaknya badan tidak akan membuat jiwa rusak
dan kehancuran badan tidak akan mengakibatkan rusaknya jiwa. Jiwa menjadi badan
murni sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan melalui indera dan imajinasi. Oleh
karena itu, tidak berfungsinya alat ini pada waktu tidur atau saat mati,tidak membawa
pada kerusakan jiwa.

11

Anda mungkin juga menyukai