Anda di halaman 1dari 8

Hak Allah dan Hamba-Nya

Nama : Syarif Hidayatullah


Npm : 1931030182

PEMBAHASAN

Sebagaimana yang telah dijelaskan didalam al-Qur’an, sebelum Allah menciptakan Adam
sebagai manusia pertama Allah telah menciptakan makhluk lainya, telah ada Malaikat dan Iblis
sebagai penghuni surga kala itu. Dan Allah menciptakan makhluk di alam semesta ini dengan
memiliki berbagaimacam tujuan sebagaimana Ibnu Qayim berkata bahwa Allah tidak mungkin
menciptkan makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau perintah. Berikut adalah hak Allah dan
hak makhluk-Nya.

A. Mentauhidkan Allah

Dan tujuan dari penciptaan makhluk itu adalah agar para makhluk beribadah kepada
Allah sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surah adz-zariyat ayat 56:

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Artinya:

“dan tidaklah kuciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku”

Menurut ibnu Qayim al-Jauziyah atas ayat tersebut adalah untuk perintah untuk manusia
dan makhluk lainya untuk beribadah kepada Allah berliau berkata “bahwa tujuan Allah
menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau
perintah”.

Sehingga jelas bahwa tujuan dari penciptaan manusia dan makhluk lainya bukan hanya
untuk mengumpulkan harta, berselisih atau sebagainya. Sebaliknya tujuan dari penciptaan
makhluk dimuka bumi ialah untuk beribadah kepada Allah semata.
Adapula sabda Rasul yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه و َسلَّم على‬ َ ‫نت ِر ْدفَ النب ِّي‬ُ ‫ قال ُك‬، ‫ رضي هَّللا عنه‬، ‫وعن ُم َعا ِذ ب ِن َجبَ ٍل‬
ُ ‫ هَللا‬: ‫ق ْال ِعبا ِد عَلى هَّللا ؟ قلت‬ُّ ‫ و َما َح‬، ‫ق هَّللا عَلى ِعبَا ِد ِه‬
ُّ ‫ « يَا ُم َعا ُذ هَل تَدري َما َح‬: ‫مار فقال‬
ٍ ‫ِح‬
َّ ‫ َوح‬، ً ‫ َوال يُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َشيْئا‬، ‫العبَا ِد َأن يَ ْعبُ ُدوه‬
‫ق ال ِعبا ِد‬ َّ ‫ « فَِإ َّن َح‬: ‫ قال‬. ‫َو َرسُولُهُ َأ ْعلَ ُم‬
ِ ‫ق هَّللا ِ َعلَى‬
‫ « ال‬: ‫اس ؟ قال‬ َ َّ‫ يا رسو ُل هَّللا ِ َأفَال ُأبَ ِّش ُر الن‬: ‫ فقلت‬، ً ‫ك بِ ِه َشيْئا‬ ُ ‫ِّب َم ْن ال ي ُِشر‬َ ‫عَلى هَّللا ِ َأ ْن ال يُ َعد‬
ٌ ‫ تُبَ ِّشرْ هُم فَيَتَّ ِكلُوا » متف‬.
‫ق عليه‬
“Dari Mu’az bin Jabal radhiyallahu anhu, katanya: “Saya ada di belakang Nabi shalallahu alahi
wasalam ketika menaiki seekor keledai, lalu beliau shalallahu alahi wasalam bertanya: “Hai
Mu’az, adakah engkau tahu, apakah haknya Allah atas sekalian hambaNya dan apakah haknya
hamba-hamba itu atas Allah?” Saya menjawab: “Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui.”
Beliau lalu bersabda: “Sesungguhnya haknya Allah atas semua hamba-hambaNya ialah supaya
mereka itu menyembahNya dan tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, sedang haknya
hamba-hamba atas Allah ialah Allah tidak akan menyiksa siapa saja yang tidak menyekutukan
sesuatu dengan Allah itu.” Saya lalu berkata: “Bukankah baik sekali jikalau berita gembira ini
saya beritahukan kepada seluruh manusia?” Beliau shalallahu alahi wasalam bersabda:
“Janganlah engkau memberitakan ini kepada mereka sebab mereka nantinya akan menyerah
bulat-bulat -tanpa suka beramal.”

Hadits ini mengandung fiqih yang mulia bagi hati yang memiliki kepekaan karena
menerangkan tentang sebab adanya kehidupan di alam semesta ini dan nilai yang paling
mendasar bagi manusia. Siapa yang memperhatikan hadits ini dengan sungguh-sungguh dia telah
sukses dan selamat tetapi barang siapa yang mengacuhkannya dia akan menjadi penghuni
jahanam, kita berlindung dengan rahmat Allah dari neraka.

Kandungan hadits mengisyaratkan bahwa orang musyrik tidak mendapatkan hak selamat
dari siksa walaupun dia melakukan amal shalih. Supaya orang-orang beriman mengenal
rendahnya nilai orang-orang musyrikin yang mati dengan membawa amal shalih.

Hak wajib pada Allah yaitu beribadah pada Allah ta’ala semata dan meninggalkan
kesyirikan. Ibadah merupakan hak Allah yang harus murni dipersembahkan semuanya pada
Allah, tidak boleh sedikitpun dialihkan pada selain-Nya. Tauhid merupakan syarat diterimanya
ibadah bahkan tauhid itu menjadi ibadah yang paling inti dan tertinggi. Tauhid menjadi amalan
teragung bagi hamba.

Siapa yang menunaikan tauhid, dia telah menunaikan hak ibadah dan dia memiliki hak
pada Allah untuk tidak mengazabnya. Siapa yang meninggalkan tauhid maka dia telah
menelantarkan hak-hak paling agung sehingga dia berhak mendapat azab.

Pemahaman dari hadits ini, hamba berhak mendapat azab atas sebab syirik karena dia
meninggalkan hak Allah ta’ala. Pemahaman ini didukung oleh banyak dalil lainnya, yaitu tujuan
pencitaan makhluk tiada lain untuk mentauhidkan Allah.

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
Artinya:

“dan tidaklah kuciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku”

a. Tauhid terbagi menjadi tiga jenis yakni:

Yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatanNya, dan diantara perbuatan Allah


adalah menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, mengatur alam semesta
memberi manfaat, mendatangkan mudharat, menyembuhkan, mengabulkan doa dan lain
sebagainya.

b. Tauhid Uluhiyyah

Yaitu mengesakan Allah dalam amal ibadahnya atau dikenal juga dengan tauhid ubudiyyah.
Adapun yang dimaksud dengan ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah
Subhanahu wa Ta’ala baik berupa perkataan maupun perbuatan, zahir maupun batin.

c. Tauhid Asma wa Sifat

Yaitu mengesakan Allah pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang Ia tetapkan untuk Diri-Nya
dan menafikan dari Allah apa yang Dia nafikan dari Diri-Nya, baik yang ada dalam Al Quran
maupun As Sunnah tanpa melakukan tahrif (penyelewengan), ta’thil (penolakan), takyif
(penggambaran) dan tamtsil (penyerupaan) sifat-sifat Allah dengan makhluk.

B. Tidak berbuat syirik


Setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyebutkan tentang masalah tauhid, beliau
kemudian menyebutkan apa yang menjadi lawan darinya yaitu kesyirikan, karena
pengetahuan akan sesuatu tidak akan sempurna sampai mengetahui sesuatu yang menjadi
lawannya, sebagaimana seseorang bisa menikmati rasa manis (dengan sempurna) setelah dia
merasakan jeleknya rasa pahit. Kesyirikan adalah dosa paling besar karena pelanggaran
terhadap hak Allah. Sebagimana firman Allah dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 13:

‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬


َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ِإ َّن ال ِّشر‬
َّ َ‫ان اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬ َ َ‫َوِإ ْذ ق‬
ُ ‫ال لُ ْق َم‬
Artinya;

“sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”

Syirik adalah menyandingkan Allah dengan yang selain-Nya, yang dimaksudkan


menyandingkan adalah menjadikan Allah dan suatu hal tersebut setara atau menyamakan
sesuatu yang menjadi kekhususan bagi Allah. Yang dimaksud kekhususan Allah adalah
Rubbubiyah, Uluhiyyah dan Asma wa Sifat-Nya.

Dan pembagian syirik ialah terbagi menjadi 2 yakni syirik besar dan syirik kecil. Syirik
besar berupa dalah perbuatan syirik yang dapat menghilangkan tauhid secara keseluruhan,
membatalkan seluruh amalan dan pelakunya keluar dari islam serta kekal dalam neraka,
contohnya menyembah berhala, berdoa kepada selain Allah, dan sebagainya. Sedangkan
syirik kecil yakni emua perbuatan yang disifatkan dengan syirik oleh syariat tapi tidak
sampai mengeluarkan pelakunya dari agama islam. Diantaranya adalah riya’.

C. Balasan bagi mereka yang bertauhid

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis Muadz bahwa Allah tidak akan menyiksa
hambaNya yang menjalankan perintahnya dan beribaadah hanya kepada Allah. Maka bagi
mereka yang bertauhid Allah akan berikan mereka keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat.

Dan bagi seseorang yang hanya mentauhidkan Allah, kelak akan dihapuskan dosanya meski
sepenuh bumi sebagaimana hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman : “wahai
anak adam seandainya kalian mendatangi-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi dan kalian
bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun maka
sungguh Aku akan datang padamu dengan ampunan sepenuh bumi pula”.

Orang yang mentauhidkan Allah dan tidak sama sekali melakukan kesyirikan kelak akan
memasuki surga tanpa hisab dan tanpa azab dan kelak akan dijauhkan dari azab api neraka
sebagaimana hadis yang disebutkan oleh Muadz bahwa “hak hamba atas Allah Azza wa Jalla
adalah Dia tidak akan mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun”

D. Menjadi khalifah dimuka bumi

Hak manusia sebagai makhluk Allah adalah menjadi pemimpin dibumi, yang dimaksud
pemimpin adalah sebagai pengurus bumi. Ditangan manusia lah segala kesejahteraan makhluk
lain berada. Dengan kesempurnaan akal yang Allah beri kepada manusialah maka manusia dapat
menjadi makhluk yang mampu mengatur serta mengelola denagn baik semua potensi yang
terdapat dimuka bumi. Hal ini sebagaimana firman Allah didalam al-Qur’an surah al-baqarah
ayat 30:
ٰۤ ْ
ْ‫ض َخلِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا’ اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َمن‬ َ ‫اْل‬
ِ ْ‫اع ٌل فِى ا ر‬ ِّ َ
ِ ‫ال َرب َُّك لِل َمل ِٕىك ِة ِان ْي َج‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل‬ َ َ‫ك َونُقَ ِّدسُ ل‬
َ َ‫ك ۗ ق‬ َ ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
ُ ِ‫يُّ ْف ِس ُد ِف ْيهَا َويَ ْسف‬
‫تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya :

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”

Dalam tafsir al-Baghowi, Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil yang dimaksud para
malaikat ini adalah penghuni bumi sebelumnya. Allah menciptakan langit, bumi, malaikat, dan
jin. Lalu Allah menempatkan malaikat di langit dan jin di bumi. Mereka kemudian menyebar dan
menyembah Allah dalam masa yang lama di bumi. Tetapi penyakit kedengkian dan tindakan
melewati batas menjangkiti mereka. Mereka berbuat kerusakan dan membunuh. Allah lalu
mengutus satu pasukan malaikat yang disebut “jin” karena mereka adalah penjaga surga.
Pemimpin dan pemuka mereka yang paling pandai adalah iblis. Sepasukan malaikat yang
bernama “jin” ini turun ke bumi. Mereka mengusir bangsa jin ke lembah-lembah pegunungan
dan pulau-pulau di tengah laut. Mereka kemudian menjadi penghuni bumi. Mereka lalu turun ke
bumi. Allah memberikan keringanan ibadah untuk mereka. Allah memberikan kekuasaan bumi,
langit dunia, dan penjagaan surga. Iblis kadang menyembah Allah di bumi, kadang di langit, dan
kadang di surga. Lalu penyakit ujub masuk ke dalam dirinya.

“Tidaklah Allah memberikan kekuasaan ini kecuali karena aku adalah malaikat paling
mulia,” kata Iblis dalam hatinya. “(Aku ingin menjadikan) menciptakan (khalifah) pengganti
kamu (di bumi) dan mengangkatmu ke langit,” kata Allah kepada Iblis dan pasukannya.
Mendengar rencana Allah, mereka tampak tidak suka. Mereka menjadi malaikat yang paling
rendah kehambaannya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tujuan dari penciptaan manusia dan makhluk lainya bukan hanya untuk mengumpulkan
harta, berselisih atau sebagainya. Sebaliknya tujuan dari penciptaan makhluk dimuka bumi ialah
untuk beribadah kepada Allah semata.

Kandungan hadis Muadz mengisyaratkan bahwa orang musyrik tidak mendapatkan hak
selamat dari siksa walaupun dia melakukan amal shalih. Supaya orang-orang beriman mengenal
rendahnya nilai orang-orang musyrikin yang mati dengan membawa amal shalih.

Syirik adalah menyandingkan Allah dengan yang selain-Nya, yang dimaksudkan


menyandingkan adalah menjadikan Allah dan suatu hal tersebut setara atau menyamakan sesuatu
yang menjadi kekhususan bagi Allah. Yang dimaksud kekhususan Allah adalah Rubbubiyah,
Uluhiyyah dan Asma wa Sifat-Nya.

Orang yang mentauhidkan Allah dan tidak sama sekali melakukan kesyirikan kelak akan
memasuki surga tanpa hisab dan tanpa azab dan kelak akan dijauhkan dari azab api neraka
sebagaimana hadis yang disebutkan oleh Muadz bahwa “hak hamba atas Allah Azza wa Jalla
adalah Dia tidak akan mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”
Daftar Pustaka

https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-30-Ab0xV //diakses 19-


04-2022

https://metrosulawesi.id/ diakses 19-04-2022

https://muslim.or.id/27662-hak-allah-taala-yang-wajib-dipenuhi-seluruh-
hamba.htmlTauhid Rubbuiyah diakses 19-04-2022

Tauhid: Dasar Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, MASTUKI HS &


LATHIFATUL HASANAH, Jurnal Al-hikmah Vol. 8, No. 1, April 2011 ISSN 1412-
5382.

KONSEKUENSI SYIRIK MENURUT AL-QUR’AN (Suatu Kajian Tafsir


Maudu’i), SYAIPUDIN, Skripsi IAIN Palopo, 2016.

Anda mungkin juga menyukai