Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Fenomena umum masyarakat modern dengan arus globalisasi yang cenderung
pada materialism-hedonistik sering mendewa-dewakan  harta, kedudukan dan
kemewahan tanpa menghiraukan norma-norma agama. Kehidupan semacam ini
dipengaruhi beberapa faktor, baik eksternal maupun internal dalam diri manusia itu
sendiri, sehingga manusia sering kehilangan pedoman hidup (dustur al-hayah). Lebih
dari itu, untuk mencapai keinginannya, manusia sering memakai media apa saja yang
kiranya memberikan harapan menggapai keinginannya. Pada zaman sekarang ini, lebih
dikenal dengan  perkembangan science dan teknologi, dimana manusia banyak berpikir
ktitis dan rasional tapi masih ada yang percaya kepada mistik, berteman dengan jin, jual
beli tuyul dan seterusnya. Perilaku ini terjadi karena  masih ada sifat Jahiliyah, 
pengaruh animism dan dinamisme. Ironisnya, perbuatan semacam itu dikerjakan oleh
orang-orang yang  mengaku dirinya agama Islam.
Keimanan kita kepada Allah SWT harus terus menerus di pupuk agar semakin
kokoh dan kuat, karena ketika keimanan kita terkikis akan menyeret kita kepada kufur.
Kekufuran apabila tertanam dalam jiwa manusia akan menjerumuskan kepada
perbuatan yang menyimpang yaitu syirik dan nifaq. Untuk itu, dalam makalah ini kami
mencoba membahasnya agar kita bisa menjaga iman kita dan menjauh dari kekufuran.
1.2       Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas disebutkan banyak sekali penyimpangan-
penyimpangan dalam kehidupan manusia seperti mempercayai mistik dan lain-lain
yang bisa jatuh kedalam kesyirikan dan murtad oleh karena itu dalam perumusan
masalah ini apa saja penyimpangan-penyimpangan tersebut sehingga manusia jauh dari
agama fitrah.
1.3      Tujuan Masalah
Makalah ini ditulis untuk mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan dalam
kehidupan manusia, secara terperinci tujuan pembahasan dalam makalah ini ialah:
Mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan dalam  kehidupan manusia, adapun
bentuk penyimpangan itu ialah: Syirik, kufur dan Murtad

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1      SYIRIK
a.         Definisi Syirik Secara Etimologi
Perilaku-perilaku yang menyembah berbagai macam sesembahan itu dikenal
dalam   Islam dengan “Syirk” (Polytheisme), yang berarti mempersekutukan  Tuhan
yang Maha Esa dengan sesembahan  lain  yang mereka sembah. Sedangkan pelakunya
disebut Musyrik.
Kata “Musyrik” adalah kata Arab dari asal kata kerja “Syarika” yang artinya
berpatner atau bergabung atau bersekutu.
Adapun “Syirik” dalam Bahasa Arab merupakan mashdar dari kata-kata:
(asyraka-yusriku-syirk), misalnya: syirk billahi artinya menjadikan  sekutu bagi Allah.
b.        Definisi Syirik Secara Terminologi
Adapun dari segi syara’, syirik adalah segala sesuatu  yang membatalkan  tauhid
atau mencemarinya, dari apa saja yang dinamakan syirik dalam al-Qur’an dan  as-
Sunnah.[4] Dengan kata lain syirik adalah mempersekutukan Tuhan dengan menjadikan 
sesuatu selain diri-Nya sebagai sembahan, obyek pemujaan atau tempat
menggantungkan harapan dan  dambaan.[5] Ada pula yang mendefinisikan bahwa syirik
adalah mewujudkan sesuatu  sebagai tandingan  bagi Allah baik dalam  ubudiyyah,
uluhiyyah maupun asma dan sifat-Nya.[6]
Definisi lain tentang syirik ialah menyamakan  selain Allah dengan Allah dalam
hal yang seharusnya ditujukan khusus untuk  Allah, seperti berdo’a meminta kepada
selain Allah disamping berdoa’a memohon kepada Allah.[7]
Barang siapa yang beribadah kepada selain Allah berarti ia telah meletakkan
ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak
menerimanya.
Allah Ta’ala berfirman:
.‫إِ َّن ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬
“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(Q.S. Luqman: 13).
Sebagaimana disebutkan diatas tadi bahwa orang yang  melakukan syirik  itu
disebut dengan musyrik, adalah keyakinan  bahwa disamping Allah swt, itu ada

2
sembahan  lain. Keyakinan semacam ini jelas kontradiksi dengan jiwa tauhid (Meng
Esakan Allah) yang  diajarkan Islam, karena Laa Ilaha illallah (tidak ada Tuhan yang
bereksistensi dan berhak disembah selain Allah swt). Oleh karena itu, perbuatan syirik
itu termasuk dosa yang paling besar.[8]
Sebagaimana  Allah berfirman:
ِ ‫ إِ ْث ًما ع‬e‫ َو َم ْن يُّ ْش ِر ْك بِا هللاِ فَقَ ِد ا ْفت ََرى‬ ‫ك لِ َم ْن يَّ َشا ُء‬
.‫َظ ْي ًما‬ َ ِ‫إِ َّن هللاَ الَ يَ ْغفِ ُر أَ ْن يُّ ْش َركَ بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدوْ نَ َذل‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (menyekutukan Allah swt),
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang menyekutukan Allah, maka dia sungguh telah
berbuat dosa yang besar.” (Q.S. an-Nisaa’: 48).
Perbuatan  syirik itu jelas kontradiksi  dengan keimanan, sebab keimanan yang
murni  ialah yang  bertauhid (meng Esa-kan  Allah swt), sehingga jika ada yang 
mengaku beriman tetapi mengaku banyak Tuhan  atau masih ada Tuhan yang disembah
selain Allah, maka perbuatan  itu akan ditolak Allah swt.

c.         Macam-Macam Syirik
Syirik ada dua macam:
a)        Syirik Besar
Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam dan  menempatkannya
kekal di dalam neraka bila hingga meninggal dunia ia belum  bertobat darinya. Definisi
Syirik al-akbar yakni menjadikan sekutu bagi Allah, baik dalam masalah rububiyah,
uluhiyah atau asma dan sifat-Nya.[9] Definisi lain syirik besar ialah memalingkan suatu
ibadah untuk selain Allah.[10]
Syirik besar ada empat macam:[11]
1.      Syirkud Da’wah (syirik do’a). Berdo’a memohon kepada selain Allah disamping
memohon kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:
. َ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ فَلَ َّما نَ َّجهُ ْم إِلَى ْالبَ ِّر إِ َذا هُ ْم يُ ْش ِر ُكوْ ن‬ ِ ‫فَإِ َذا َر ِكبُوْ ا فِى ْالفُ ْل‬
ِ ِ‫ك َد َع ُوا هللاِ ُم ْخل‬
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan
kataatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai kedarat, tiba-
tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (Q.S. al-Ankabut: 65).
2.      Syirkun Niyyah wal Iradah wal Qashd (syirik niat), yaitu memperuntukkan dan
meniatkan suatu ibadah kepada selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:

3
َ ‫ أُوْ لَئِكَ الَّ ِذ ْينَ لَي‬. َ‫ نُ َوفِّ إِلَ ْي ِه ْم أَ ْع َمالَهُ ْم فِ ْيهَا َوهُ ْم فِ ْيهَا اَل يُبْخَ سُون‬e‫َم ْن َكانَ ي ُِر ْيد ُْال َحيَوةَ ال ُّد ْنيَا َو َز ْينَتُهَا‬
‫ْس لَهُ ْم‬
 . َ‫ فِ ْيهَا َوبَ ِط ٌل َّما َكنُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬e‫صنَعُوْ ا‬ َ ‫فِى اأْل َ ِخ َر ِة إِالَّ النَّا ُر َو َحبِطَ َما‬
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia  dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Hud: 15-16).
3.      Syirk Tha’ah (syirik ketaatan); yaitu mentaati selain Allah dalam bermaksiat
kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
ِ ‫ا َو‬eeَ‫دُوا إِلَ ْيه‬eُ‫ رُوْ ا إِاَّل لِيَ ْعب‬e‫ا أُ ِم‬ee‫رْ يَ َم َو َم‬ee‫م أَرْ بَابًا ِّمن ُدوْ ِن هللاِ َو ْال َم ِس ْي َح ا ْبنَ َم‬eُْ‫اتَّخَ ُذوْ ا أَحْ بَا َرهُ ْم َو ُر ْهبَنَه‬
‫ دًا‬e‫اح‬
. َ‫اَّل إِلَهَ إِاَّل إِاَّل ه َُو ُسب َْحنَهُ َع َّما يُ ْش ِر ُكوْ ن‬
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib sebagai Tuhan selain Allah
dan (juga mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam,  padahal mereka hanya  disuruh
menyembah Tuhan  Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain
Dia, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.S. Taubah: 31).
4.      Syirkul Mahabbah (syirik kecintaan); menyamakan kecintaan kepada selain Allah
dengan kecintaan  kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
َ‫ َروْ ن‬eَ‫وْ ا إِ ْذ ي‬ee‫وْ يَ َرى الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُم‬eeَ‫ َول‬ ِ ‫ا هلِل‬eeًّ‫ َوالَّ ِذ ْينَ أَ َمنُوْ ا أَ َش ُّد ُحب‬ ِ‫اس َمن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن ُدوْ ِن هللاِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّوْ نَهُ ْم َكحُبِّ هللا‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
.‫اب‬ َ ‫اب أَ َّن ْالقُ َّوةَ هلِل ِ َج ِم ْيعًا َوأَ َّن هللاَ َش ِد ْي ُد ْال َع َذ‬
َ ‫ْال َع َذ‬
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan  selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang
yang beriman lebih cinta kepada Allah. Dan seandainya orang-orang  yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan
itu kepunyaan  Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).” (Q.S. al-Baqarah: 165).
b)       Syirik Kecil
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam tapi dapat
mengurangi (nilai) tauhid dan dapat menjadi perantara kepada syirik besar.
Syirik kecil terbagai menjadi dua:[12]
1.      Syirik Dzahir/al-Jaliy (Syirik yang Nampak); berupa perkataan dan perbuatan.

4
Contoh perkataan, seperti bersumpah dengan nama selain Allah. Rasulullah bersabda:
“Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, sungguh ia telah berbuat
kekufuran atau kesyirikan.”
Contoh perbuatan, seperti mengenakan kalung atau benang untuk mengusir dan  bala’,
memakai jimat karena khawatir terkena penyakir dan perbuatan lainnya.
2.      Syirik Khafiy (Tidak Nampak); yaitu kesyirikan yang terdapat pada keinginan dan
niat, seperti riya (ingin dilihat orang).

2.2       MURTAD
a.         Pengertian Murtad
Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja’a (kembali), sehingga apabila
dikatakan irtadda ‘an diinihi maka artinya orang itu telah kafir setelah memeluk Islam
(lihat Mu’jamul Wasith, 1/338).Perbuatannya yang menyebabkan dia kafir atau murtad
itu disebut sebagai riddah (kemurtadan). Secara istilah makna riddah adalah : menjadi
kafir sesudah berislam. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Barangsiapa diantara
kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka
itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah
penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : 217)
b.        Macam – Macam Riddah
a)        Riddah dengan sebab ucapan
Seperti contohnya ucapan mencela Allah ta’ala atau Rasul-Nya, menjelek-jelekkan
malaikat atau salah seorang rasul. Atau mengaku mengetahui ilmu gaib, mengaku
sebagai Nabi, membenarkan orang yang mengaku Nabi. Atau berdoa kepada selain
Allah, beristighotsah kepada selain Allah dalam urusan yang hanya dikuasai Allah atau
meminta perlindungan kepada selain Allah dalam urusan semacam itu.
b)        Riddah dengan sebab perbuatan
Seperti contohnya melakukan sujud kepada patung, pohon, batu atau kuburan dan
menyembelih hewan untuk diperembahkan kepadanya. Atau melempar mushaf di
tempat-tempat yang kotor, melakukan prkatek sihir, mempelajari sihir atau
mengajarkannya. Atau memutuskan hukum dengan bukan hukum Allah dan meyakini
kebolehannya.
c)        Riddah dengan sebab keyakinan

5
Seperti contohnya meyakini Allah memiliki sekutu, meyakini khamr, zina dan riba
sebagai sesuatu yang halal. Atau meyakini roti itu haram. Atau meyakini bahwa sholat
itu tidak diwajibkan dan sebagainya. Atau meyakini keharaman sesuatu yang jelas
disepakati kehalalannya. Atau meyakini kehalalan sesuatu yang telah disepakati
keharamannya.
d)       Riddah dengan sebab keraguan
Seperti meragukan sesuatu yang sudah jelas perkaranya di dalam agama, seperti
meragukan diharamkannya syirik, khamr dan zina. Atau meragukan kebenaran risalah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau para Nabi yang lain. Atau meragukan kebenaran
Nabi tersebut, atau meragukan ajaran Islam. Atau meragukan kecocokan Islam untuk
diterapkan pada zaman sekarang ini (lihat At-Tauhid li Shaffits Tsaalits ‘Aliy, hal. 32-
33)

c.         Persoalan Murtad Menurut Qur’an


Qur’an Suci adalah sumber syari’at Islam yang paling utama; oleh sebab itu
akan kami dahulukan. Soal pertama, dalam Qur’an tak ada satu ayat pun yang
membicaraan perihal murtad secara kesimpulan. Irtidad atau perbuatan murtad yang
terjadi karena menyatakan diri sebagai orang kafir atau terang-terangan mengingkari
Islam, ini tak dapat dijadikan patokan, karena adakalanya orang yang sudah mengaku
Islam, mempunyai pendapat atau melakukan perbuatan yang menurut penilaian ulama
ahli fiqih, bukanlah bersumber kepada Islam. Mencaci-maki seorang Nabi atau
menghina Qur’an, acapkali dijadikan alasan untuk memperlakukan seseorang sebagai
orang murtad, sekalipun ia secara sungguh-sungguh mengaku sebagai orang beriman
kepada Qur’an dan Nabi.
Soal kedua, pengertian umum bahwa Islam menghukum mati orang murtad, ini
tak ada dalilnya dalam Qur’an Suci. Dalam Encyclopaedia of Islam, tuan Heffeming
mengawali tulisannya tentang masalah murtad dengan kata-kata: “Dalam Qur’an,
ancaman hukuman terhadap orang yang murtad hanya akan dilakukan di Akhirat saja”.
Dalam salah satu wahyu Makkiyah terakhir, terdapat uraian: “Barangsiapa kafir
kepada Allah sesudah beriman -bukannya ia dipaksa, sedang hatinya merasa tentram
dengan iman, melainkan orang yang membuka dadanya untuk kekafiran-, mereka akan
ditimpa kutuk Allah, dan mereka akan mendapat siksaan yang pedih” . Dari ayat ini
terang sekali bahwa orang murtad akan mendapat siksaan di Akhirat, dan hal ini tak

6
diubah oleh wahyu yang diturunkan belakangan takala pemerintah Islam telah berdiri,
setelah Nabi Suci hijrah ke Madinah.
Adapun dalil yang paling meyakinkan bahwa orang murtad tidak dihukum mati,
ini tercantum dalam rencana kaum Yahudi yang diangan-angankan selagi mereka hidup
di bawah pemerintahan Islam di Madinah. Qur’an berfirman: “Dan golongan kaum Ahli
Kitab berkata: Berimanlah kepada apa yang diturunkan kepada arang-orang yang
beriman pada bagian permulaan hari itu, dan kafirlah pada bagian terakhir hari itu”.
Bagaimana mungkin orang yang hidup di bawah pemerintahan Islam dapat
meng-angan-angankan rencana semacam itu yang amat merendahkan martabat Islam,
jika perbuatan murtad harus dihukum mati? Surat al-Maidahadalah Surat yang
diturunkan menjelang akhir hidup Nabi Suci, namun dalam Surat itu perbuatan murtad
dibebaskan dari segala hukuman dunia: “Wahai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan
kaum yang Allah cinta kepada mereka dan mereka cinta kepada-Nya“.
d.        Persoalan Murtad Menurut Hadits
Marilah kita sekarang meninjau uraian Hadits, yang dalil Hadits inilah yang
dipakai oleh kitab-kitab fiqih sebagai dasar adanya hukuman mati bagi kaum murtad.
Tak sangsi lagi bahwa uraian Hadits yang bersangkutan mencerminkan uraian yang
timbul belakangan, namun demikian, jika Hadits itu kita pelajari dengan teliti,
sampailah pada kesimpulan, bahwa perbuatan murtad tidaklah dihukum, terkecuali
apabila perbuatan murtad itu dibarengi dengan peristiwa lain yang menuntut suatu
hukuman bagi pelakunya. Imam Bukhari yang tak sangsi lagi merupakan penulis Hadits
yang paling teliti dan paling hati-hati, amatlah tegas dalam hal ini.
Dalam Kitab Bukhari terdapat dua bab yang membahas masalah murtad; yang
satu berbunyi: Kitabul-muharibin min ahlil-kufri wariddah, artinya Kitab tentang
orang yang berperang (melawan kaum Muslim) dari golongan kaum kafir dan kaum
murtad. Adapun yang satu lagi berbunyi: Kitab istita-bal-mu’anidin wal-murtadin wa
qitalihim,  artinya Kitab tentang seruan bertobat bagi musuh dan kaum murtad dan
berperang melawan mereka.
Dua judul itu sudah menjelaskan sendiri. Judul yang pertama, menerangkan
seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan hanyalah kaum murtad yang berperang
melawan kaum Muslimin. Adapun judul yang kedua, hubungan kaum murtad dengan
musuh-musuh Islam. Itulah yang sebenarnya menjadi pokok dasar seluruh persoalan;

7
hanya karena salah paham sajalah maka dirumuskan suatu ajaran yang bertentangan
dengan ajaran Qur’an yang terang-benderang.
Banyak sekali orang yang hanya menekankan satu Hadits yang berbunyi:
“Barangsiapa murtad dari agamanya, Bunuhlah dia”. Tetapi mengingat apa yang
diungkapkan dalam Kitab Bukhari bahwa yang dimaksud murtad ialah orang yang
berbalik memerangi kaum Muslimin, dan menghubungkan nama mereka dengan nama-
nama musuh Islam, maka terang sekali bahwa yang dimaksud oleh Hadits tersebut ialah
orang yang mengubah agamanya dan bergabung dengan musuh-musuh Islam lalu
bertempur melawan kaum Muslimin.
Hanya dengan pembatasan dalam arti itulah, maka Hadits tersebut dapat
disesuaikan dengan Hadits lain, atau dengan prinsip-prinsip yang digariskan oleh
Qur’an Suci. Sebenarnya, kata-kata Hadits tersebut begitu luas sehingga mencakup
segala pergantian agama, agama apa saja. Jika demikian, maka orang non-Muslim yang
masuk Islam, atau orang Yahudi yang masuk Kristen, harus dibunuh. Terang sekali
bahwa uraian semacam itu tak dapat dilakukan kepada Nabi Suci. Maka Hadits tersebut
tak dapat diterima begitu saja tanpa diberi pembatasan dalam artinya.
e.         Perbuatan Murtad Dalam Fiqih
Jika kita membaca kitab fiqih, di sana diuraikan bahwa mula-mula para ulama
fiqih menggariskan satu prinsip yang bertentangan sekali dengan Qur’an Suci, yakni
orang dapat dihukum mati karena murtad. Dalam Kitab Hidayahdiuraikan: “Orang yang
murtad, baik orang merdeka maupun budak, kepadanya disajikan agama Islam; jika ia
menolak, ia harus dibunuh”.  Tetapi setelah Kitab Hidayah menguraikan prinsip
tersebut, segera disusul dengan uraian yang bertentangan dengan menyebut orang
murtad sebagai “orang kafir yang melancarkan perang (kafir harbiy) yang kepadanya
telah disampaikan dakwah Islam”. Ini menunjukkan bahwa dalam Kitab Fiqih pun,
orang murtad yang dihukum mati, ini disebabkan karena ia musuh yang memerangi
kaum Muslimin.
Adapun mengenai perempuan yang murtad, mereka tidak dihukum mati, karena
alasan berikut ini: “Alasan kami mengenai hal ini ialah, bahwa Nabi Suci melarang
membunuh kaum perempuan dan karena pembalasan yang sebenarnya (bagi kaum
mukmin dan kafir) itu ditangguhkan hingga Hari Kiamat, dan mempercepat pembalasan
terhadap mereka di dunia akan menyebabkan kekacauan, dan penyimpangan dari
prinsip ini hanya diperbolehkan apabila terjadi kerusakan di bumi berupa pertempuran,

8
dan hal ini tak mungkin dilakukan oleh kaum perempuan, karena kondisi mereka tak
mengizinkan”.
Ulama yang menafsiri kitab itu menambahkan keterangan: “Menghukum mati
orang murtad itu wajib, karena ini akan mencegah terjadinya pertempuran yang
merusakkan, dan ini bukanlah hukuman karena menjadi kafir” (idem). Selanjutnya
ditambahkan keterangan sebagai berikut: “Hanya karena kekafiran saja, tidaklah
menyebabkan orang boleh dibunuh menurut hukum” (idem). Terang sekali bahwa
dalam hal pertempuran dengan kaum kafir, ulama ahli fiqih berbuat kesalah-pahaman,
dan nampak sekali terjadi pertentangan antara prinsip yang digariskan oleh Qur’an
dengan kesalah-pahaman yang masuk dalam pikiran ulama ahli fiqih. Qur’an Suci
menggariskan seterang-terangnya bahwa orang murtad dihukum mati, bukan karena
kekafirannya melainkan karena hirab atau memerangi kaum Muslimin.
Adapun alasannya dikemukakan seterang-terangnya bahwa menghukum mati
orang karena kekafiran, ini bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tetapi ulama
ahli fiqih salah paham, bahwa kemampuan berperang, mereka anggap sebagai keadaan
perang, suatu anggapan yang tak masuk akal samasekali. Jika itu yang dimaksud,
bahwa orang murtad mempunyai kemampuan berperang, anak kecil dan erempuan pun
dapat disebut harbiy (orang berperang), karena anak kecil dan perempuan itu akan
tumbuh menjadi besar dan mempunyai kemampuan berperang.
f.          Faktor Penyebab
Sebenarnya faktor penyebab murtad dalam Islam, dapat diklasifikasi sedemikian
rupa. Berbagai hal yang menyebabkan seorang muslim keluar dari Islam atau murtad,
atau gugurnya seorang muslim dari ke Islamannya secara global dapat terjadi dengan
tiga cara, yaitu dengan perbuatan, ucapan dan niat.
Kehormatan seorang sesungguhnya terletak di dalam satu perkataannya saja,
yaitu dalam aqidah atau kepercayaannya. Aqidah merupakan rantai hubungan antara
manusia sesama manusia dan juga antara manusia dengan Tuhannya. Bahwa orang
muslim yang menyekutukan Allah swt, mengingkari-Nya dan sebagainya, kitab-kitab-
Nya, hari kiamat, Qadha dan Qadar, dan lain sebagainya. Orang yang tidak percaya apa
saja dari inti ajaran Islam, orang yang seperti ini dapat dikatakan murtad.
Murtad dengan aksi atau perbuatan adalah sengaja melakukan perbuatan haram
dengan maksud melecehkan Islam seperti sujud kepada patung atau matahari,
sementara murtad dengan perkataan adalah seperti mengatakan bahwa Tuhan itu lebih

9
dari satu, ingkar atas eksistensi malaikat, menggingkari Muhammad sebagai nabi,
menghujat pada Nabi saw atau nabi¬nabi terdahulu, mengingkari hari akhir,
mengatakan al-Quran bukan firman Allah atau al-Quran itu tidak relevan bagi
kehidupan kontemporer.
Imam mazhab (Syafi’i, Abu Hanifah, Malik ibn Anas dan Ahmad ibn Hanbal)
menjadikan faktor aksi atau perbuatan sebagai parameter untuk mengukur skala murtad
atau tidaknya seorang muslim, jadi tidak dititik beratkan pada faktor intense atau niat.
Sehingga bagi mereka, vonis murtad itu sudah valid meskipun cuma bersandar pada
perkataan dan tindakan melakukan praktik keagamaan terlarang maupun bermaksud
untuk menghina dan merendahkan agama Islam.
Para fuqaha sepakat bahwa menyekutukan Allah atau mengingkari-Nya atau
menafikan-Nya sifat-sifat-Nya, atau menetapkan bagi Allah sesuatu yang diingkari-Nya
seperti anak, mengingkari hari akhir, mengingkari hari hisab, mengingkari surga neraka,
mengingkari malaikat adalah perbuatan yang menjadikan seorang kafir. Oleh karena itu
apabila tindakan tersebut dilakukan oleh orang-orang beriman, maka dia dapat dianggap
murtad. Demikian juga orang Islam yang mengingkari masalah yang ditetapkan dengan
dalil yang mutawatir seperti wajibnya shalat, juga dianggap murtad. Selain itu, orang
Islam yang menyatakan tentang qadimnya alam, juga dianggap murtad.
Selain itu, ada persyaratan yang harus dipenuhi seorang untuk bisa disebut
murtad. Seorang dapat dianggap murtad, apabila memenuhi syarat aqil, baligh, dan
mempunyai kebebasan bertindak. Jadi, apabila seorang mukalaf (orang yang berakal
dan baligh) melakukan tindakan yang mengandung unsur-unsur kemurtadan, dengan
cara terang-terangan baik dengan perkataan maupun perbuatan, orang tersebut
dikatakan telah murtad. Dengan ketentuan tersebut, berarti apabila tindakan yang
mengandung kemurtadan dilakukan oleh anak kecil yang belum baligh dan berakal atau
dilakukan oleh orang gila, atau dilakukan dalam keadaan terpaksa, orang tersebut tidak
dianggap murtad.
g.         Pembagian Orang Murtad Menurut Hukumnya
Orang yang murtad tidak lepas dari tiga keadaan ;
Pertama:  Mereka berada dibawah kekuasaan Islam dan tidak memiliki kekuatan
untuk mempertahankan diri.
Para ulama dari keempat madzhab telah sepakat bahwa orang-orang murtad
yang berada di bawah kekuasaan Islam dan tidak memiliki kekuatan : diberi tenggang

10
waktu untuk bertaubat. Bila dalam jangka waktu yang  diberikan ia tetap tidak mau
masuk Islam, maka ia dihukum bunuh.
َ ‫ا‬e ‫ت اَن‬ُ ‫وْ ُك ْن‬eeَ‫ ل‬:‫ال‬ ٍ ‫ فَبَلَ َغ َذلِكَ اِبْنُ َعبَّا‬e,‫فَأَحْ َرقَهُ ْم‬,‫ض َى هللْا ُ َع ْنهُ بِ َزنَا ِدقَ ٍة‬
َ َ‫ فَق‬,‫س‬ ٌ َ‫أُتِ َى عل‬:‫ع َْن ِع ْك َر َمةَ قَال‬ 
ِ ‫ى َر‬
‫وْ ِل‬eeَ‫لِق‬,‫ب هللاِ) َولَقَت َْلتُهُ ْم‬ َ ِ‫و ُل هلل‬e‫لَنَهَى َر ُس‬,‫لَ ْم أُ َحرِّ ْقهُ ْم‬
ِ ‫ َذ ْا‬e‫ ِّذبُوْ ا بِ َع‬e‫(اَل تُ َع‬:‫ا َل‬eeَ‫ ق‬e,‫لَّ ْم‬e‫ ِه َو َس‬eِ‫ ِه َوال‬e‫لى هللاُ َعلَ ْي‬e‫ص‬
‫( َم ْن بَ َّدل ِد ْينَهُ فَا ْقتُلُوْ هُ) رواه الجما عة اال مسلما‬,‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َوأَلِ ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫َرسُوْ ِل هللا‬
Kepada ali dibawa beberapa orang zindiq*. Dan ali membakar mereka. Kabar itu
sampai ketelinga ibnu abbas, dan dia berkata: sekiranya aku yang harus menghukum,
aku tidak akan membakar mereka, karena rasulullah melarangnya. Dia berkata:
janganlah memaksa dengan siksaan Allah. Aku hanya akan membunuh mereka,
menginggat sabda rasulullah saw.: “ mereka yang menukar agamanya,bunuhlah
mereka”. (H.R. AL-Jamaah, selain muslim; Al-muntaqa II:745).
Para ulama mengatakan, bahwa zhahir hadist ini menyatakan, bahwa mereka
yang keluar dari agama Islam dibunuh. Dikecualikan jika mereka menukar agamanya
tanpa diketahui orang (menukar agama secara batin). Terhadap mereka diterapkan
syariat yang berlaku terhadap pemeluk islam. Pengecualian juga berlaku terhadap
mereka yang harus menukar agamanya karena di paksa.

2.3 Kufur
a. Pengertian Kufur
Arti Kufur Secara etimologi, kufur artinya menutupi, sedangkan menurut terminology
syariat, kufur artinya ingkar terhadap Allah swt, atau tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya maupun tidak. Perbedaannya, kalau
mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau tidak mendustakan artinya
hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. Dengan demikian kufur yang disertai
pendustaan itu lebih berat dari pada kufur sekedar kufur.
Kufur ditinjau dari berat tidaknya dosa ada dua macam yaitu :
a. Kufur Besar
Kufur besar adalah kufur yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan kufur
besar ini ada lima macam :
1. Kufur karena mendustakan. Allah SWT berfirman:
”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan
terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya ?

11
Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” (QS.
Al-‘Ankabut:68)
2. Kufur karena enggan dan sombong, padahal ia tahu dan membenarkannya. Allah
berfirman :
”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: ”Sujudlah kamu kepada
Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Baqarah:34)
3. Kufur karena ragu. Allah SWT berfirman:
‘Dan dia memasuki kebunnya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata :”Aku
kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu
akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, pasti aku akan
mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu.’ (QS. Al-Kahf:35-
36)
Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya :
“Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna”. Tetapi
aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan
seorangpun dengan Rabbku”. (QS. Al-Kahf:37-38)
4. Kufur karena berpaling, dalilnya adalah firman Allah swt :
‘Kami tiada m enciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-
orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.’(QS.
Al-‘Ahqaf:3)
5. Kufur karena nifaq, dalilnya firman Allah SWT:
‘Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman,
kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak
dapat mengerti.’ (QS. Al-Munafiqun:3)
b. Kufur Kecil
Kufur kecil, adalah kufur yang tida k mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan ia adalah
kufur amali. Kufur amali adalah dosa-dosa yang disebut dalam al-Quran dan as-sunnah
sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Contohnya seperti
kufur nikmat sebagaimana disebutka n dalam firman-Nya:

12
‘Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang kafir.’ (QS. An-Nahl:83).
Termasuk juga membunuh orang muslim, Rasulullah SAW bersabda :
”Mencaci seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah
kekufuran”. Termasuk juga bersumpah dengan selain Allah, Rasulullah SAW
bersabda :”Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah kafir atau
musyrik”. Para pelaku dosa-dosa tersebut bukan menjadi kafir, walaupun dalam redaksi
hadits disebut kafir, karena Allah SWT berfirman:
‘Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh.’ (QS. Baqarah:178)
Allah tidak mengeluarkan si pembunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan
menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang berhak melakukan qishosh, lihatlah
firman Allah SWT:
‘Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang
memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).’ (QS.
Baqarah:178).
Bahkan dalam ayat lain, lebih jelas lagi Allah menyebut kelompok yang saling bunuh
dengan sebutan mukmin,“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min
berperang m aka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah
kembali (kep ada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-
Hujurat:9). Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua sauda ramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat:10)

13
BAB III
PENUTUP
3.1      KESIMPULAN
Syirik yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan
tertentu atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai hal
tersebut dinamakan Musyrik. Sedangkan orang musyrik itu adalah orang yang
mempersekutukan.
a)      Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh karena
itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan kita terbawa
kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik kecil dapat
berubah menjadi syirik besar. Ada beberapa cara agar kita bisa terhindar dari
kesyirikan, di antaranya adalah:
1.      Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha
Allah semata.
2.      Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW.
3.      Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan
contoh-contohnya.
4.      Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas
tauhid dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik
yang kita ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja’a (kembali), sehingga apabila
dikatakan irtadda ‘an diinihi maka artinya orang itu telah kafir setelah memeluk Islam
(lihat Mu’jamul Wasith, 1/338).Perbuatannya yang menyebabkan dia kafir atau murtad
itu disebut sebagai riddah (kemurtadan). Secara istilah makna riddah adalah : menjadi
kafir sesudah berislam. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Barangsiapa diantara
kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka
itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah
penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : 217) (lihat At-
Tauhid li Shaffits Tsaalits ‘Aliy, hal. 32)

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latif Fakih, Deklarasi Tauhid (Tangerang: Inbook, 2011)


Abdullah al-Wazaf, Ahmad Salamah dkk, Pokok-Pokok Keimanan (Bandung: Trigenda
Karya, 1994)
Fauzi Saleh, Menegakkan Pilar-Pilar Tauhid (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007)
Shalih Bin Fauzan al-Fauzan, Kitab Tauhid (Jakarta: Ummul Qura, 2014)

15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1.      Latar Belakang..................................................................................................1
1.2       Perumusan Masalah..........................................................................................1
1.3      Tujuan Masalah.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1      Syirik..................................................................................................................2
2.2      Murtad................................................................................................................5
2.3 Kufur.................................................................................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................14


3.1      Kesimpulan........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

ii
16

Anda mungkin juga menyukai