Anda di halaman 1dari 5

Ada pepatah mengatakan Harta yg paling berharga bagi seorang muslim

adalah kesempatan melaksanakan shalat.


Mengapa solat menjadi harta yang paling berharga bagi seorang muslim?
Padahal Sering kali kita sebagai muslim tidak mengetahui kewajiban kita
sebagai mahluk yang paling sempurna yaitu shalat, atau terkadang tau tentang
kewajiban tapi tidak mengerti terhadap apa yang dilakukaan.
Suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna, apalagi maha
sempurna, melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga dalam menempuh
perjalanan hidupnya yang sangat komplek itu, ia tidak akan luput dari kesulitan
dan problema. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa esensi dari solat itu.
...
Lalu apakah yang dimaksud dengan solat?
Dalam istilah lain, sholat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang di
wujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu di sertai ucapanucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula. Istilah sholat ini tidak
jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh bahasa di atas, karena di dalamnya
mengandung doa-doa, baik yang berupa permohonan, rahmat, ampunan dan lain
sebagainya.
Shalat itu mempunyai bentuk lahiriyah dan mempunyai batiniyah/ruhiyah dan
shalat seorang itu tidak dapat dikatakan sempurna dan tidak pula menjadi
lengkap secara keseluruhan, melainkan dengan mendirikan atau melaksanakan
kedua hal tersebut, yakni berupa bentuk lahiriyah dan batiniyah.
Shalat itu akan menjadi lengkap dan bermakna jika terpenuhi bentuk
lahiriyah dan sikap batiniyahnya. Sebaliknya, tidak lengkap dan tidak bermakna
shalat seseorang yang hanya melaksanakan bentuk lahiriyahnya saja, tanpa
memenuhi batiniyahnya.
Menurut Imam Al-Ghazali, salah seorang Hujjatul Islam mengibaratkan
orang yang mengajarkan shalat dari segi bentuk lahiriyahnya saja, sedangkan apa
yang menjadi hakikat batiniyahnya ia lalaikan dan tidak diperhatikan sama sekali,
adalah seperti seorang yang memberikan hadiah kepada seorang raja yang amat

besar kekuasaannya berupa seorang pelayan wanita, tetapi sudah dalam keadaan
meninggal dunia dan tidak ada lagi rohnya.Sudah tentu sang raja tersebut bukan
memberikan pujian kepadanya, bukan pula dia dianggap sebagai warga negara
yang setia kepada rajanya, tetapi sebaliknya dia akan menerima hukuman berat
sesuai dengan perbuatannya yang tidak dapat dibenarkan dan tidak ada etikanya.
Dia sudah memberikan berupa hinaan dan menganggap rendah kepada rajanya
yang seharusnya ia hormati dan patuhi.
Seperti itulah ibarat orang shalat yang tidak diiringi dengan hati. Apakah
kita masih seperti itu? Jika memang seperti itu berarti bukan pahala yang kita
raih, melainkan murka dari allah swt.
....
Adakah bukti lain yang menyatakan ketika kita solat harus ingat hanya diriNya?
Al-Quran dan Hadits Nabi telah menekankan tentang perlunya memenuhi
sikap batiniyah dalam shalat atau dalam istilah lain, dalam melakukan shalat
seseorang perlu ingat selalu kepada Allah SWT (khusyu) jangan lengah dan lalai
kepada Allah. Allah SWT berfirman : Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.
(QS. Thaha : 14).
Berikutnya Firman Allah : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS.
Al-Araf : 205). Dalam ayat lain Allah berfirman : Sehingga kamu mengerti apa
yang kamu ucapkan. (QS. Nisa : 43). Kemudian Nabi pernah bersabda : Tidak
ada yang diberi pahala untuk seorang hamba dalam shalatnya itu melainkan apa
yang disadari oleh akalnya. (HR. Dailani)
Dari ayat dan hadits di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang shalat yang
dapat menghadirkan hatinya serta dapat pula bersikap khusyu dalam seluruh
shalatnya ia akan diberi pahala, sebaliknya orang yang lalai teledor dan terlupa
bahwa ia shalat, maka seluruh shalatnya tidak sedikitpun ada yang dicatat dan
tidak satupun yang diberi pahala. Dengan demikian shalatnya sia-sia.
Adapun bentuk lahiriyah shalat itu, seperti kita maklumi adalah berdiri tegak,
menghadap kiblat, mengucapkan takbir, bacaan-bacaan yang sudah ditentukan
mengerjakan ruku, sujud, duduk diantara dua sujud, tasyahud dan hal-hal lain
dari apa yang wajib dikerjakan oleh anggota badan yang lahiriyah di saat itu.

Sedangkan sikap batiniyah/rohaniyah shalat yang menjadi keistimewaan shalat


itu sebagai berikut. Diantaranya Pertama, kehadiran hati. Maksudnya supaya hati
itu dikosongkan dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan amalan
yang sedang dikerjakan, jangan sampai hatinya mengatakan sesuatu yang tidak
ada hubungannya dengan ibadah shalat.
Kehadiran hati itu ialah adanya perhatian yang penuh terhadap apa yang sedang
dihadapi, yaitu shalat yang sedang dilakukan. Tidak mungkin hati itu hadir, jika
tidak ada perhatian pada sesuatu yang dihadapi.
Di dalam Syarah Ihya, jilid 2 hal 115 dijelaskan, Tiap-tiap shalat yang tak hadir
hati di dalamnya, maka orang yang shalat itu lebih cepat memperoleh siksa.
Barangsiapa tiada khusyu dalam shalatnya, rusaklah shalatnya. (Syarah Ihya,
2 : 115)
Kedua, mengerti dan paham apa yang diucapkan dalam shalat. Hal ini, adalah
sesuatu yang harus ada dibalik kehadiran hati, artinya sesudah kehadiran hati
lalu mengekalkan pikiran serta memusatkan sanubari untuk apa-apa yang tersirat
dari sesuatu yang dibaca.
Ketiga, adanya rasa khauf/takut. Ini adalah keadaan jiwa dan dapat pula tumbuh
dengan kemarifatan akan kekuasaan Allah, kebesaran-Nya, dan kehendak-Nya.
Disadari pula andaikata Allah itu merusakkan semua orang-orang yang dahulu
dan semua orang-orang yang datang belakangan pasti kerajaan-Nya itu tidak akan
berkurang sedikitpun. Oleh karena itu semakin banyak tambahan ilmu seseorang
mengenai Allah, tentu semakin besar pula ketakutan dan ketaqwaannya kepada
Allah SWT.
Keempat,

memiliki

rajaah/pengharapan,

rajaah

artinya

banyak

mengharap

karunia Allah dan disamping itu sebagai imbangannya ialah sangat takut dari
siksa-Nya, sehingga tidak akan berlengah-lengah untuk melaksanakan sesuatu
yang diperintah Allah SWT. Dia senantiasa menjaga shalat setiap waktu. Allah
SWT berfirman : Peliharalah semua shalatmu, dan peliharalah shalat wustha
(shalat yang baik) berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu. (QS. AlBaqarah :238)

Kelima, malu kepada Allah, perasaan malu ini timbul karena masih adanya di
dalam dirinya kurang sempurna ketika mengerjakan segala perintah Allah dan
merasa masih banyak dosa-dosa dalam dirinya.
Perasaan malu akan menjadi kuat, bila sudah ada pengenalan mengenai
kekurangan diri sendiri, dan merasa sedikit ikhlasnya. Kecuali itu disadari pula,
Allah itu Maha Mengetahui segala rahasia dan semua yang terlintas di dalam hati,
sekalipun kecil dan tidak terlihat. Pengetahuan semacam ini apabila telah
diperoleh dengan seyakin-yakinnya, maka dengan sendirinya akan timbul pulalah
semua hal yang dinamakan perasaan malu terhadap Allah, Rasulullah SAW
bersabda : Malulah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar malu. (HR. AtTirmizi)
Kemudian, shalat juga memiliki pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya : Pertama, selalu ingat kepada Allah. Dengan shalat berarti
mengadakan hubungan vertikal kepada Allah SWT dengan segala kerendahan hati
bermunajat dengan permohonan dan ampunan-Nya.
Banyak orang yang meninggalkan shalat lalu hidupnya diliputi oleh kehancuran
karena Allah telah menjanjikan, Ingatlah Aku, maka Aku akan ingat kepadamu,
berdoalah kepadaKu, maka akan Aku kabulkan. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. (Thaha : 14)
Kedua, terpelihara dari berbuat dosa, orang yang shalat akan terhindar dari
perbuatan buruk, hatinya tidak akan tergerak untuk melakukan kejahatan, bila
shalat dilakukan dengan baik dan benar, sementara diikuti pula dengan perbuatan
jahat berarti orang yang shalat itu tidak membekas. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar.
(QS. Al-An Kabut : 45)

Ketiga, mencintai kebersihan, orang yang shalat sebelumnya harus membersihkan


badan, pakaian, dan tempat shalat yang diawali dengan wudhu terlebih dahulu,
orang Islam harus mandi paling sedikit sekali dalam sehari.
Melalui

wudhu

dapat

menghilangkan

dosa

dan

noda

sebagaimana

yang

diriwayatkan dalam hadits Imam Muslim, bahwa muka orang yang di cuci ketika
berwudhu akan keluar dari padanya dosa dari pandangan, kedua tangan yang
dicuci akan mengeluarkan dosa yang dilakukan tangan, kedua kaki yang disiram
dengan bersih akan keluar dosa-dosa yang dilakukan oleh kaki.
Dalam hal ini, Allah SWT sangat menyukai dan mencintai kepada orang-orang
yang bersih. Firman Allah SWT : Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertaubat dan mencintai orang-orang yang suci (bersih, baik dari kotoran jasmani
maupun kotoran rohani) (QS. Al-Baqarah : 222) Wallahu A'lam

Anda mungkin juga menyukai