besar kekuasaannya berupa seorang pelayan wanita, tetapi sudah dalam keadaan
meninggal dunia dan tidak ada lagi rohnya.Sudah tentu sang raja tersebut bukan
memberikan pujian kepadanya, bukan pula dia dianggap sebagai warga negara
yang setia kepada rajanya, tetapi sebaliknya dia akan menerima hukuman berat
sesuai dengan perbuatannya yang tidak dapat dibenarkan dan tidak ada etikanya.
Dia sudah memberikan berupa hinaan dan menganggap rendah kepada rajanya
yang seharusnya ia hormati dan patuhi.
Seperti itulah ibarat orang shalat yang tidak diiringi dengan hati. Apakah
kita masih seperti itu? Jika memang seperti itu berarti bukan pahala yang kita
raih, melainkan murka dari allah swt.
....
Adakah bukti lain yang menyatakan ketika kita solat harus ingat hanya diriNya?
Al-Quran dan Hadits Nabi telah menekankan tentang perlunya memenuhi
sikap batiniyah dalam shalat atau dalam istilah lain, dalam melakukan shalat
seseorang perlu ingat selalu kepada Allah SWT (khusyu) jangan lengah dan lalai
kepada Allah. Allah SWT berfirman : Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.
(QS. Thaha : 14).
Berikutnya Firman Allah : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS.
Al-Araf : 205). Dalam ayat lain Allah berfirman : Sehingga kamu mengerti apa
yang kamu ucapkan. (QS. Nisa : 43). Kemudian Nabi pernah bersabda : Tidak
ada yang diberi pahala untuk seorang hamba dalam shalatnya itu melainkan apa
yang disadari oleh akalnya. (HR. Dailani)
Dari ayat dan hadits di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang shalat yang
dapat menghadirkan hatinya serta dapat pula bersikap khusyu dalam seluruh
shalatnya ia akan diberi pahala, sebaliknya orang yang lalai teledor dan terlupa
bahwa ia shalat, maka seluruh shalatnya tidak sedikitpun ada yang dicatat dan
tidak satupun yang diberi pahala. Dengan demikian shalatnya sia-sia.
Adapun bentuk lahiriyah shalat itu, seperti kita maklumi adalah berdiri tegak,
menghadap kiblat, mengucapkan takbir, bacaan-bacaan yang sudah ditentukan
mengerjakan ruku, sujud, duduk diantara dua sujud, tasyahud dan hal-hal lain
dari apa yang wajib dikerjakan oleh anggota badan yang lahiriyah di saat itu.
memiliki
rajaah/pengharapan,
rajaah
artinya
banyak
mengharap
karunia Allah dan disamping itu sebagai imbangannya ialah sangat takut dari
siksa-Nya, sehingga tidak akan berlengah-lengah untuk melaksanakan sesuatu
yang diperintah Allah SWT. Dia senantiasa menjaga shalat setiap waktu. Allah
SWT berfirman : Peliharalah semua shalatmu, dan peliharalah shalat wustha
(shalat yang baik) berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu. (QS. AlBaqarah :238)
Kelima, malu kepada Allah, perasaan malu ini timbul karena masih adanya di
dalam dirinya kurang sempurna ketika mengerjakan segala perintah Allah dan
merasa masih banyak dosa-dosa dalam dirinya.
Perasaan malu akan menjadi kuat, bila sudah ada pengenalan mengenai
kekurangan diri sendiri, dan merasa sedikit ikhlasnya. Kecuali itu disadari pula,
Allah itu Maha Mengetahui segala rahasia dan semua yang terlintas di dalam hati,
sekalipun kecil dan tidak terlihat. Pengetahuan semacam ini apabila telah
diperoleh dengan seyakin-yakinnya, maka dengan sendirinya akan timbul pulalah
semua hal yang dinamakan perasaan malu terhadap Allah, Rasulullah SAW
bersabda : Malulah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar malu. (HR. AtTirmizi)
Kemudian, shalat juga memiliki pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya : Pertama, selalu ingat kepada Allah. Dengan shalat berarti
mengadakan hubungan vertikal kepada Allah SWT dengan segala kerendahan hati
bermunajat dengan permohonan dan ampunan-Nya.
Banyak orang yang meninggalkan shalat lalu hidupnya diliputi oleh kehancuran
karena Allah telah menjanjikan, Ingatlah Aku, maka Aku akan ingat kepadamu,
berdoalah kepadaKu, maka akan Aku kabulkan. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. (Thaha : 14)
Kedua, terpelihara dari berbuat dosa, orang yang shalat akan terhindar dari
perbuatan buruk, hatinya tidak akan tergerak untuk melakukan kejahatan, bila
shalat dilakukan dengan baik dan benar, sementara diikuti pula dengan perbuatan
jahat berarti orang yang shalat itu tidak membekas. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar.
(QS. Al-An Kabut : 45)
wudhu
dapat
menghilangkan
dosa
dan
noda
sebagaimana
yang
diriwayatkan dalam hadits Imam Muslim, bahwa muka orang yang di cuci ketika
berwudhu akan keluar dari padanya dosa dari pandangan, kedua tangan yang
dicuci akan mengeluarkan dosa yang dilakukan tangan, kedua kaki yang disiram
dengan bersih akan keluar dosa-dosa yang dilakukan oleh kaki.
Dalam hal ini, Allah SWT sangat menyukai dan mencintai kepada orang-orang
yang bersih. Firman Allah SWT : Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertaubat dan mencintai orang-orang yang suci (bersih, baik dari kotoran jasmani
maupun kotoran rohani) (QS. Al-Baqarah : 222) Wallahu A'lam