PENDAHULUAN
Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa,
sedangkan, menurut istilah shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus
atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir
dan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan
bersama dengan orang-orang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum shalat yaitu wajib. Namun juga ada shalat sunnah dan shalat sunnah
muakkad (sangat dianjurkan) yaitu, shalat 2 hari raya, shalat qiyamul lail, shalat
witir, dan shalat sunnah thawaf. Sebelum melaksanakan shalat ada syarat-syarat
yang harus dipenuhi dan ada rukun syarat yang harus dilakukan sesuai dengan
tuntunan dan tidak boleh sampai tertinggal agar ibadah shalat sah dan diterima
oleh Allah SWT.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran maupun As-
Sunnah. Oleh karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi seorang hamba dan sama sekali bukan sebagai beban yang memberatkannya,
bahkan shalat hakikatnya sebuah aktifitas yang sangat menyenangkan hati seorang
hamba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan shalat
dengan perumpamaan yang sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia adalah
sebuah kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang yang beriman, karena
dengannya Allah menghapuskan dosa hamba-Nya. Shalat yang dilakukan dengan
baik bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Allah SWT
berfriman dalan QS. Al-Ankabuut ayat 45 yang artinya,
2
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar.”
Shalat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya untuk
senantiasa ingat Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah kesibukannya
dengan dunia dan di tengah-tengah kelalaian serta kegersangan hatinya,
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Thaha:14 yang artinya :
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik lautan mutiara
hakikat ibadah shalat, maka shalat dipandangannya menjadi suatu aktifitas yang
sangat menyenangkan dan ini terjadi pada diri Rasulullah beliau bersabda
dalam (HR. An-Nasaa`i dan Ahmad),
“Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat
mengerjakan shalat.”
3
a. Hudhurul Qolbi (menghadirkan jiwa). Ketika melaksanakan shalat harus
konsentrasi penuh semata-mata menghadap kepada Allah dan mengharap
keridhaan-Nya. Segala hal yang bersifat keduniaan harus kita lupakan sejenak,
agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang yang celaka, karena tergolong
yang melalaikan shalat. Firman Allah SWT dalam surah Al-Ma’un: 4-5 yang
artinya,
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dalam shalatnya”
b. Tafahhum yaitu menghayati apa saja yang dikerjakan dalam shalat, baik berupa
bacaan maupun gerakan anggota badan lainnya karena di dalamnya tersimpan
makna pernyataan kesiapan, janji dan kepasrahan secara total kepada Allah SWT
di surah Thaha : 14 yang artinya ,
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
d. Al-Khouf; yakni rasa takut kepada Allah yang dilambari rasa hormat kepada-
Nya,
f. Al-Haya’ yakni rasa malu kepada Allah, karena apa yang dipersembahkan
kepada-Nya sama sekali belum sebanding dengan rahmat dan karunia yang telah
diberikan-Nya kepada kita.
4
2.4 Urgensi Shalat Bagi Keberagaman
5
B. Sarana Kontemplasi dan Muraqabah
C. Pelebur Dosa
6
menghilangkan dosa seperti air bersih yang menghilangkan kotoran.”
Dalam hadits yang lain Rasulullah menyampaikan :
“Tidaklah seorang Muslim yang melaksanakan shalat wajib, ia membaguskan
wudlu, khusyu, dan rukunya, kecuali ia menjadi kifarat dosa sebelumnya.”
Hikmah ibadah shalat sangat besar bagi kehidupan umat Islam baik dari segi
kehidupan pribadi maupun masyarakat. Berikut ini adalah hikmah shalat yang
akan dibahas dari aspek rohani, sosial dan kesehatan.
Oleh karena itu mengerjakan shalat dengan khusyu dan benar mempunyai
peranan yang besar dalam pembentukan moral, yang membuat seseorang akan
7
malu melanggar ketentuan-ketentuan Allah sehingga akan terdorong untuk
berbuat yang selalu mendatangkan keridhaan Allah.
Shalat dapat dilakukan secara individual, tetapi lebih baik apabila dilakukan
secara berjamaah di masjid. Hukum pelaksanaan berjamaah dalam lima sholat
fardlu ialah sunnah muakkad , yakni merupakan perilaku Rasulullah yang sering
beliau lakukan dan anjurkan untuk diikuti oleh umatnya. Bahkan, sebagian versi
ulama menyatakan bahwa hukum pelaksanaan sholat berjama’ah adalah fardlu
kifayah, artinya di setiap kampung atau daerah wajib diadakan sholat berjama’ah
sebagai syiar islam, sebagai identitas islam yang menggema ke seluruh penjuru
cakrawala. Dalam kaitannya sebagai ibadah maupun dalam hubungan sosial
kemasyarakatan, sholat berjamaah mempunyai manfaat yang luar biasa besar.
Salah satunya ialah seperti yang disabdakan Nabi SAW. bahwa pahala sholat
bejama’ah lebih utama dibanding sholat sendiridengan selisih 27 derajat. Shalat
dengan cara berjama’ah juga lebih mudah diterima oleh Allah SWT. karena
kekurangan salah satu peserta jama’ah dapat disempurnakan oleh peserta yang
lain,sehingga seluruhnya dinilai sebagai sholat yang sempurna Selain manfaat
diatas, Shalat berjama’ah juga memiliki hikmah yang tak sedikit dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan. Shalat berjama’ah mengajarkan tentang bagaimana
mestinya seorang muslim bergaul dan menjalin hubungan dengan sesama dalam
kehidupan ini. Hikmah dan pelajaran untuk selalu patuh pada pemimpin serta
tidak melakukan pembangkangan tersirat dalam aturan sholat berjama’ah yang
tidak memperkenankan seorang makmum mendahului gerakan sang imam. Hal ini
merupakan perintah dari Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan
orang yang kalian beri kekuasaan diantara kalian.”(QS. an- Nisa’ : 59)
8
pelajaran tentang cara amar ma’ruf nahi munkar yang tepat, yakni dengan cara
yang halus atau dengan sikap sopan bukan dengan kekerasan dan tindakan
anarkis. Shalat berjamah juga memiliki peran bagi persatuan dan kesatuan, serta
kerukunan hidup bermasyarakat. Sebab dengannya seorang muslim dapat lebih
sering bertemu dengan saudara seiman, berbincang dan bercengkrama. Hingga
rasa saling mencintai dan keakraban diantara mereka dapat tumbuh subur dan
bersemi.
Gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna yang luar biasa baik
untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan spiritual dan emosional.
Berikut ini beberapa manfaat gerakan shalat bagi kesehatan manusia:
1. Berdiri tegak : Gerakan shalat ini melatih sikap tubuh dan membantu kerja
jantung dalam mengantarkan darah beserta komponennya ke seluruh tubuh
khususnya organ bagian bawah.
2. Ruku’: Gerakan shalat membungkuk membentuk sudut 90 derajat dengan
tangan memegang lutut ini menggerakkan otot punggung, perut dan
persendian tulang belakang untuk mencegah dan mengobati penyakit-
penyakit persendian. Ruku’ yang benar akanmencegah serta mengobati nyeri
punggung dan spasme otot-otot punggung dan otot perut dalam.
3. I’tidal: Gerakan shalat ini meningkatkan fleksibilitas otot punggung dan sendi
tulang belakang, rongga dada serta anggota gerak atas.
4. Sujud : Sujud melatih otot punggung, lengan, paha, tungkai, pinggang dan
otot-otot perut. Dengan meningkatkan kekuatan otot tersebut, akan membantu
pencernaan dan mencegah penyakit yang berhubungan dengan usus. Sujud
juga akan membantu memperbaiki aliran darah ke otak sehingga memenuhi
kebutuhan darah di otak yang kemudian dapat mencegah pikun, gangguan
susunan saraf pusat dan vertigo.
5. Duduk diantara dua sujud : Gerakan shalat ini sangat baik untuk
meningkatkan ketenangan karena terjadi peregangan otot-otot pinggang,
9
paha, tungkai, otot dalam rongga dan dinding perut. Hal ini mencegah
gangguan tulang belakang seperti spondila atrosis.
6. Berdiri dari sujud : Gerakan ini meningkatkan kekuatan otot-otot lengan,
tangan, bahu, pinggang, paha dan tungkai bawah. Gerakan ini juga
meningkatkan fleksibilitas perendian serta mencegah dan mengobati encok
dan artritis.
7. Duduk tasyahud : Duduk tasyahud memberi efek peregangan dan relaksasi
pada otot-otot pinggang dan perut bagian bawah, otot paha dan tungkai.
8. Salam : Salam membuat peregangan otot-otot bahu dan leher untuk mencegah
dan mengobati pengapuran di leher.
Menurut tinjauan hukum Islam (baca: fiqih), ada konsekuensi hukum yang
sangat tegas terkait orang yang meninggalkan shalat sebagaimana dijelaskan oleh
Imam Zakaria al-Anshari dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj al-Thalab
(Beirut: Dar al-Fikr), juz I, hal. 102:
“Seorang mukallaf yang tidak mengerjakan shalat tepat waktu karena alasan
malas, termasuk shalat Jumat meski ia beralasan akan melaksanakan shalat
dhuhur, maka ia layak menerima hukuman mati sebagai hadd, bukan karena
alasan kekufuran.”
Pernyataan syekh Zakaria tentang layak dibunuhnya orang yang meninggalkan
shalat tersebut berdasarkan pada hadits nomor 25 riwayat Imam Bukhari
bahwasanya Nabi bersabda:
“Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, dan mendirikan shalat”
Mengenai status bahwa orang yang meninggalkan shalat tersebut belum bisa
dihukumi kafir, berdasarkan pada hadits nomor 1420 riwayat Abu Dawud:
10
barangsiapa yang tidak mengerjakannya maka tidak ada janji Allah baginya. Jika
Allah berkehendak maka Dia akan menyiksanya, dan jika Allah berkehendak
maka Dia akan memasukkannya ke surga”.
Secara terperinci, Mustafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha, Al-Fiqh al-Manhaji
‘ala Madzhabi Imam al-Syafi’i (Surabaya: Al-Fithrah, 2000), juz I, hal. 103
memerinci kategori orang yang meninggalkan shalat sebagai berikut:
“Orang yang meninggalkan shalat, ada kalanya karena ia malas dan berleha-
leha, ada kalanya karena ia membangkang dan menyepelekan. Orang yang
meninggalkan shalat karena membangkang tentang kewajiban shalat atau
menyepelekannya, maka ia dihukumi kafir dan keluar dari Islam, dalam hal ini,
Hakim wajib memerintahkannya untuk tobat, jika ia tobat dan mendirikan shalat,
maka masalah selesai, jika tidak maka ia dihukum mati dengan alasan murtad,
dan tidak boleh dimandikan, dikafani, dishalati, dan tidak boleh juga dikuburkan
di pekuburan Muslim karena ia tidaklah Muslim lagi. Sementara orang yang
meninggalkan shalat karena malas, namun ia tetap meyakini akan kewajiban
shalat, maka hakim wajib menyuruhnya untuk mengqadla shalat dan bertobat.
Jika ia tetap enggan, maka ia dihukum mati sebagai bentuk had, tetapi statusnya
masih tetap Muslim”.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12