Anda di halaman 1dari 5

BEBERAPA ISTILAH PRAKTIS DALAM TASAWUF

Kaum sufi membagi ajaran agama kepada ilmu lahiriah dan ilmu bathiniah. Aspek yang
terkandung dalam agama tersebut oleh aum sufi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu sebagai
berikut:
1. Syariah (pembahasan nafisa)
2. Thariqah
Seperi syariat, tarekat (thariqah) berarti jalan.1 Maksud jalan disini bukan hanya
sekedar jalan yang sudah “mainstream” dalam kehidupan manusia, tetapi maksud
dari jalan disini yaitu jalan spiritual yang ditempuh seorang sufi. Dalam
melaksanakan syariat, harus berdasarkan tata cara yang telah digariskan dalam
agama dan dilakukan karena penghambaan diri kepada Allah, kecintaan kepada
Allah, dan ingin berjumpa dengan-Nya. Perjalanan menuju kepada Allah itulah
yang mereka maksud dengan thariqah.2 Selain kata thariqah sering juga
digunakan kata “suluk” yang artinya perjalanan spiritual, dan orang yang
melaksanakannya disebut “salik”.3
Sebagai jalan spiritual, thariqoh ditempuh oleh para sufi atau zahid disepanjang
zaman. Setiap orang yang menempuhnya mungkin mempunyai pengalaman yang
berbeda-beda. Sekalipun tujuannay adalah sama, yaitu menuju atau mendekati
Tuhan atau bersatu dengan-Nya, baik dalam arti majasi ataupun hakiki, dalam apa
yang disebut sebagai kesatuan mistik (ittihad).4 Dalam kehidupan di alam ini
masih penuh dengan rahisa. Rahasia itu tertutup oleh dinding. Diantara dinding
itu adalah hawa nafsu, keinginan, dan kemewahan hidup duniawi. Rahasia itu
mungkin terbuka dan dinding (hijab) itu mungkin tersingkap jika jalannya mau
ditempuh. Jalan itulah yang dimaksud dengan thariqah.5 Sesuai dengan firman
Allah swt dalam surat al-Jinn ayat 16:
(tolong masukkan)
Artinya: “Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu
(agama islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang
segar (rezeki yang banyak).”
Menempuh jalan untuk menyingkap rahasia itu, kuaum sufi mengadaka kegiatan
bathin melalui riyadhah (latihan) dan mujahadah (perjuangan). Mujahadah adalah
perjuangan dan upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai kecenderungan
jiwa rendah. Atau menurahkan kesungguhan hati dalam menolak atau mematikan
yang lain, yakni wujud, diri (nafsu), dan setan.6 Sedangkan riyadhah adalah

1
Mulyadhhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006) hlm 15
2
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 49
3
Mulyadhhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006) hlm 15
4
Mulyadhhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006) hlm 16
5
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 49
6
Totok Jumantoro & Samsul Munir amin, Kamus Ilmi Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2005) hlm 149
latihan-latihan mistik, latihan kejiwaan dengan melalui upaya membiasakan diri
agar tidak melakukan hal-hal yang mengotori jiwanya.7

3. Haqiqah
Haqiqah secara etimologi berarti inti seuatu, puncak sesuatu atau puncak
sesuatu.8 Haqiqah adalah kebenaran atau kenyataan seakar dengan kata al-Haqq,
reality, absolut, yang dimana haqiqah menunjukkan kebenaran esetorisyang
merupakan batas-batas dari transendensi manusia dan teologis.9 Para sufi suka
menyebut tuhan dengan sebutan al-haqq, obsesi terhadap hakikat ini tercermin
pada penafsiran mereka terhadap formula “laa ilaaha illa allah” yang mereka
artikan tidak ada realitas yang sejati kecuali Allah.10 Dengan demikian haqiqah
dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segi amal, inti dari awal
dann akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.
Haqiqah dapat juga diartikan kebenaran sejati dan mutlak sebagai akhr semua
perjalanan dan tujuan segala jalan. Thariqah dan haqiqah tidak dapat dipisahkan
karena satu dengan yang lain berhubungan. Pelaksanaan islam tidak akan
sempurna jika tidak dikerjakan secara integrative antara empat hal, yaitu syari’ah,
thariqah, haqiqah dan ma’rifat. Apabila syariah sebagai atauran, thariqah sebagai
pelaksanaan, haqiqah sebagai keadaan dan ma’rifah sebagai tujuan, yaitu tujuan
mengenal Allah yang sebenar-benarnya. 11
Menurut al-Qusyairi, “setiap syari’ah tanpa diperkuat dengan haqiqah tidaklah
diterima, dan setiap haqiqah yang dilaksanakan tnapa memenuhi ketentuan
syari’ah adalah kosong.12 Haqiqah diperoleh sebagai nikmat dan anugerah Tuhan
berkat riyadlah dan mujahadah.
Dengan sampainya seseorang ketingkat haqiqah berarti telah terbuka baginya
rahasia yang terkandung dalam syari’ah. Ia dapat menghayati dan memahami
segala kebenaran, bahkab dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan.
Inti daroi haqiqah adalah mengetahui inti yang paling dalam sehingga tidak ada
yang bersembunyi baginya. Haqiqah dapat dicapai setelah melalui ma’rifah yang
sebenarnya.
4. Ma’rifah
Ma’rifah secara etimologi berarti pengenalan atau pengetahuan. Dalam
pengetahuan sufi, ma’rifah dapat diartikan sebagai pengetahuan mengenal Tuhan
7
Totok Jumantoro & Samsul Munir amin, Kamus Ilmi Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2005) hlm 191
8
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 50
9
Totok Jumantoro & Samsul Munir amin, Kamus Ilmi Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2005) hlm 70
10
Mulyadhhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006) hlm 6
11
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 50
12
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 51
melalui hati. Pengetahuan ini sedemekian lengkap dan jelas sehingga jiwanya
merasa menyatu dengan yang diketahuinya itu.13
Ma’rifa berasal dari kata ‘arafa , yu’rifu, ‘irfan, ma’rifah, artinya adalah
pengetahuan, pangalaman, atau pengetahuan ilahi.14 Ma’rifat secara etimologis
adalah ilmu yang tidak menerima keraguan. Ma’rifat dapat [ula berarti
pengetahuan rahasia hakikat gama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu
yang didapat oleh orang-orang pada umumnya.15 Ma’rifah merupakan pengenalan
hati terhadap objek-objek yang menjadi sasarannya.
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa ilmu yaqin, yaitu tersingkapnya sesuatu
dengan jelas sehingga tidak ada lagi ruang untuk ragu-ragu dan tidak mungkin
salah atau keliru. Ma’rifah berarti megetahui Tuhan dari dekat sehingga hati
sanubari dapat melihat Tuhan. Kaum sufi berpendapat sebagai berikit.
a. Kalau mata dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan
tertutup dan ketika itu yang dilihatnya adalah Allah.
b. Ma’rifah adalah cermin, apabila seorang melihat ke cermin, itu ynag
dilihatnya hanyalah Allah.
c. Apa yang dilihat orang arif, baik sewaktu tudur maupun bangun, hanyalah
Allah.
Ma’rifah merupakan “tujuan utama” dalam ilmu tasawuf, yaitu mengenal Allah
dengan sebenar-benarnya dan sedekat-dekatnya. Allah swt berfirman dalam surat
Thaha ayat 20.

Artinya: “sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, ,aka
sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk untuk mengingat Aku”.
Menurut Ibnu Athailah, a’rifatullah adalah melihat Allah dengan pandangan mata
hati, dengan pandangan bathin, bukan dengan pandangan mata kepala.16
Seseorang yang telah mencapai ma’rifat akan selalu memperbanyak amal
kebaikan demi mencapai keridlaan-Nya. Maksud dan tujuan manusia
memeperbanyak amal kebaikan itu hanya untuk kebaikan manusia itu sendiri,
bukan untuk Allah. Dengan ma’rifatullah manusia akan terdorong untuk
mendekatkan dirinya kepada Allah dengan melakukan amal shaleh.
Ma’rifatullah dapat dicapai dengan melakukan syari’ah, menempuh thariqah dan
memperoleh haqiqah. Apabila syari’h dan thariqah itu dapat dikuasai, timbullah
haqiqah yang tidak lain daripada perbaikan keadaan (ahwal), sedangkan tujuan
akhir ma’rifah, yaitu mengenal Allah dan mencintai-Nya dengan sesungguh-
sungguhnya.

13
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 51
14
Totok Jumantoro & Samsul Munir amin, Kamus Ilmi Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2005) hlm 139
15
Totok Jumantoro & Samsul Munir amin, Kamus Ilmi Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2005) hlm 139
16
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 52
POKOK-POKOK AJARAN TASAWUF
Pokok-pokok ajaran tasawuf untuk mencapai ma’rifatullah kepada Tuhan secara
rinngkas dapat disebutkan sebagai berikut:17
a. Distansi
Mengambil jarak antara dirinya dengan nafsu-nafsu yang berusaha
memeperhamba jiwanya, serta mengambil jarak dengan ikatan dunia,
yakni segala sesuatu selain Allah. Distansi merupakan syarat mutlak bagi
sarana untuk menemukan kesadaran, yaitu memerdekakan diri dari
penghambaan hawa nfsu , amarah dan lawwamah, ataupu penghambaan
dunia.
b. Konsentrasi
Konsentrasi ini dimaksudkan untuk berdzikir kepada Allah. Menurut
Imam Al-Ghazali, konsentrasi dengan wasilah dzikir dijadikan saran
memfanakan (meniadakan) dan mengalihkan kesadaran alam materi ke
pusat kesadaran dunia kewajiban yang disebut iluminasi atau kasyaf.
c. Insan Kamil
Manusia sempurna menurut ilmu ajaran tasawuf adalah adalah orang-
orang suci yang kehidupanya memancarkan sifat-sifat ilahiah. Ajaran
tasawuf murni bertujuan untuk menjadi insan kamil dalam arti menjadi
waliyullah. Waliyullah adalah orang yang dapat mencapai penghayatan
ma’rifah dan setiap saat dapat berdialog langsung dengan Tuhan, karena
telah menjadi kekasih-Nya.

17
Samsul Munir Amin, ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012) hlm 53
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2012. Ilmu Tasawuf. Amzah: Jakarta.
Jumantoro, Totok & Amin, Samsul Munir. 2005. Kamus Ilmu Tasawuf.
Amzah: Jakarta.
Kartanegara, Mulyadhi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Erlangga:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai