Anda di halaman 1dari 38

HAKIKAT SHALAT

Adapun kemudian daripada itu, yakni daripada memuji Allah dan mengucapkan shalawat kepada
Rasulullah SAW, maka inilah suatu kitab yang sudah dipindahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia,
supaya mudah bagi orang yang baru belajar menginginkan Allah. Bahwasanya diceritakan dari Abdullah
Bin Umar r.a, katanya adalah kamu berduduk pada suatu orang kelak ke hadapan Rasulullah SAW, minta
belajar ilmu Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu membiasakan dari hakikat
didalam shalat lima waktu yaitu wajib bagi kita untuk mengetahuinya.

Yang harus mereka ketahui pertama kali hakikat shalat ini supaya sempurna kamu menyembah Allah,
bermula hakikatnya didalam shalat itu atas 4 (empat) perkara :

1. BERDIRI (IHRAM).

2. RUKU’ (MUNAJAH).

3. SUJUD (MI’RAJ).

4. DUDUK (TABDIL).

Adapun hakikatnya :

1. BERDIRI ( IHRAM)

itu karena huruf ALIF asalnya dari API, bukan api pelita dan bukan pula api bara. Adapun artinya API itu
bersifat JALALULLAH, yang artinya sifat KEBESARAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :

• KUAT.

• LEMAH.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak mempunyai KUAT dan LEMAH
karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH, bukannya kudrat dan iradat Allah itu
lemah. Adapun kepada hakikatnya yang sifat lemah itu shalat pada sifat kita yang baharu ini. Adapun
yang dihilangkan tatkala BERDIRI itu adalah pada segala AP’AL (perbuatan) hamba yang baharu.
2. RUKU’ (MUNAJAH)

itu karena huruf LAM Awal, asalnya dari ANGIN, bukannya angin barat dan bukan pula angin timur.
Adapun artinya ANGIN itu bersifat JAMALULLAH yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri
atas 2 (dua) perkara :

• TUA.

• MUDA.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak mempunyai TUA dan MUDA.
Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu adalah pada segala ASMA (nama) hamba yang baharu.

3. SUJUD (MI’RAJ)

itu karena huruf LAM Akhir, asalnya dari AIR, bukannya air laut dan bukan pula air sungai. Adapun
artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang artinya sifat KEKERASAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2
(dua) perkara :

• HIDUP.

• MATI.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun mempunyai HIDUP dan MATI.
Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu adalah pada segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.

4. DUDUK (TABDIL)

itu karena huruf HA, asalnya dari TANAH, bukannya pasir dan bukan pula tanah lumpur. Adapun artinya
TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2
(dua) perkara :

• ADA.

• TIADA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak ADA dan TIADA. Adapun yang
dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala WUJUD/ZAT hamba yang baharu, karena hamba itu
wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada mempunyai wujud apapun karena hamba itu
diadakan/maujud, hidupnya hamba itu di-hidupkan, matinya hamba itu di-matikan dan kuatnya hamba
itu di-kuatkan.

Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu akan hakikat yang empat tersebut diatas,
shalatnya hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI, artinya KAFIR KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA,
yang berarti KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh HEWAN, bukannya hewan kerbau atau sapi.
Tuntutan mereka berbicara ini wajib atas kamu. Jangan shalat itu menyembah berhala !!!.

INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya orang TAKBIRATUL IHRAM, iaitu hendaklah tahu
akan MAQARINAHNYA.

Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :

1. BERDIRI (IHRAM).

2. RUKU’ (MUNAJAH).

3. SUJUD (MI’RAJ).

4. DUDUK (TABDIL).

Adapun hakikatnya :

Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah TERCENGANG, artinya : tiada akan tahu dirinya lagi, lupa
jika sedang menghadap Allah Ta’ala, siapa yang menyembah?, dan siapa yang disembah?.

Adapun hakikatnya RUKU’ (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya : karena didalam TAKBIRATUL
IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya (asma/namanya), yaitu berkata hamba itu dengan Allah.
Separuh bacaan yang dibaca didalam shalat itu adalah KALAMULLAH.

Adapun hakikatnya SUJUD (MI’RAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN TATKALA SHALAT MELAINKAN
ALLAH SEMATA.q
Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI WUJUD HAMBA DENGAN TUHANNYA.

Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :

1. QASHAD.

2. TA’ARADH.

3. TA’IN.

Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang yang dishalatkan itu fardhu itu
sunnah.

Adapun artinya TA’ARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya empat, tiga atau dua.

Adapun TA’IN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar, maghrib, isya atau subuh.

INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya didalam shalat :

Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya :

Nyata kepada AF’AL Allah. Hurufnya ALIF.

Alamnya NASUWAT.

Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT.

Adapun sempurnanya RUKU’ (MUNAJAH) itu hakikatnya :q

Nyata kepada ASMA Allah.

Hurufnya LAM Awal.

Alamnya MALAKUT.

Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.


Adapun sempurnanya SUJUD (MI’RAJ) itu hakikatnya :q

Nyata kepada SIFAT Allah.

Hurufnya LAM Akhir.

Alamnya JABARUT.

Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.

Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya :q

Nyata kepada ZAT Allah.

Hurufnya HA.

Alamnya LAHUT.

Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MA’RIFAT.

Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah.q

Hurufnya DAL.

Nyatanya kepada KAKI kita.

Adapun RUKU’ (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah.q

Hurufnya MIM.

Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.

Adapun SUJUD (MI’RAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.q

Hurufnya HA.

Nyatanya kepada DADA kita.

Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MA’RIFAT Allah.q


Hurufnya MIM Awal.

Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.

Jadi Orang Shalat membentuk huruf AHMAD / MUHAMMAD.

INILAH FASAL Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :

1. API.

2. ANGIN.

3. AIR.

4. TANAH.

Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :

1. WUJUD.

2. NUR ILMU.

3. NUR.

4. SUHUD.

Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :

1. AHADIYYAH.

2. WAHDAH.

3. WAHIDIYYAH.

Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :

1. WADIY.

2. MADIY.
3. MANIY.

4. MANIKEM.

INILAH PASAL

Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :

1. SYARIAT. = AF’AL. = BATANG TUBUH.

2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI

3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA

4. MA’RIFAT. = RAHASIA. = SIR.

Adapun hakikatnya :

SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.ü

THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.ü

HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.ü

MA’RIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.ü

Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi MUHAMMAD. Karena lafadz
MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :

1. MIM Awal.

2. HA.

3. MIM Akhir.

4. DAL.

Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.

Adapun huruf HA itu ibarat DADA.

Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).


Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.

Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.

Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.

Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.

Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.

Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :

1. ALIF.

2. LAM Awal.

3. LAM Akhir.

4. HA.

Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AP’AL Allah.

Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.

Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.

Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.

Adapun AP’AL itu nyata kepada TUBUH kita.

Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.

Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.

Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.

INILAH FASAL Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu atas 2 (dua) perkara :

1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).


2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).

Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.

Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.

ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR karena

ALAM SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih, lengkap dengan segala isinya bumi dan langit,
arasy dan kursy, syurga, neraka, lauhun (tinta) dan qolam (pena), matahari, bulan dan bintang.

Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis yaitu :

1. BULU.

2. KULIT.

3. DAGING.

4. URAT.

5. DARAH.

6. TULANG.

7. LEMAK (SUM-SUM).

Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis pula :

1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).

2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).

3. NAFSU (RUH JASMANI).

4. BUDI (RUH NAFASANI).

5. SUKMA (RUH ROHANI).

6. RASA (RUH NURANI). 7. RAHASIA (RUH IDHAFI).


Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.

Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.

Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak dan ada pula yang sedikit).

Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.

Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.

Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :

1. LAUT ASIN.

2. LAUT TAWAR.

Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA kita.

Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.

Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :

1. DADA.

2. QALBUN.

3. BUDI.

4. JINEM.

5. NYAWA.

6. RASA.

7. RAHASIA.

Didalam DADA itu QALBUN dan didalam QALBUN itu BUDI dan didalam BUDI itu JINEM dan didalam
JINEM itu NYAWA dan didalam NYAWA itu RASA dan didalam RASA itu RAHASIA (SIR).

BAB “ SHOLAT “
Dalam agam Islam tidak dikenal istilah sembahyang.Yang ada ialah Sholat.Kata sholat ini kita temukan
dalam kitab Suci AL QUR’AN dengan kata sholat/sholati.Sedangkan kata sholat menurut ilmu nahu
terjamahan kedalam bahas Indonesia ialah Sholeh.

Sholat Agama Islam ialah berkiblat ke Baitullah,Berkiblat disini yang tersirat disini ialah

Menghadap ke Baitullah bukannya yang ada bengunannya dinegara Arab,melainkan Baitullah yang ada
pada diri manusia .Yang letaknya diatas perut,diujung jantung

( QOLBU ).

Bila masjid terdapat bedug yang dahulunya dibuat dari kulit sapi betina,itu mengikuti bedug yang ada di
Baitullah (qolbu )kita.Itu pula sebabnya maka orang jawa mengatakan kulit itu dengan kata kalep.Berasal
dari kata QOLB (qolbu )

Mengapa masjid dinamakan Masjidil Haram?sehingga ada pertanyaan mengapa kalau haram dimasuki
bukan dijauhi?

Riwayatnya : Para sahabat Nabi Muhammad SAW,sangat kasihan bila melihat Nabi

Besholat dengan kepanasan .Oleh sebab itu lalu dibuatkan sebuah bangunan. Ketika hendak sholat,para
sahabat lalu mempersilahkan untuk mempergunakan bangunan itu,sekalian diberi nama.

Setelah melakukan sholat dibangunan hasil karya para sahabat itu,Rosulullah lalu memberinya nama :
Masjidil Haram.Maksudnya agar umat Islam tidak mengutamakan atau menilai bahwa dengan bersholat
dibangunan semacam itu,pasti sholatnya diterima aleh ALLAH.Tetapi maksud ini tidak dapat dibaca oleh
para sahabat.Dan para sahabatpun tidak ada yang menanyakan mengapa Rosulullah menamakannya
Masjidil Haram.

Itulah sebabnya maka setiap bangunan yang dipergunakan untuk sholat umat Islam lalu meniru bentuk
Masjidil Haram yang dibangun oleh para sahabat Nabi.Sudah barang tentu bangunan yang sekarang ini
sudah beberapa kali mengalami perbaikan.Baik dalam bentuk maupun bahannya.

Dalam AL QUR’AN ada perintah ALLAH bahwa umat Islam bila melaksanakan sholat yang fardhu wajib
melakukannya di BAITULLAH ( rumah ALLAH ).Dan dalam sebuah sabda Rosulullah dalam Hadist
mengatakan :

“SESUNGGUHNYA SEAMPUH-AMPUHNYA SHOLAT BILA DILAKUKAN DENGAN TIDAK DIKETAHUI OLEH


ORANG LAIN “

Kalau kita pikirkan selintas antara firman ALLAH dengan Hadist diatas sangat berlawanan.Sebab sholat
fardhu di BAITULLAH ( kalau diartikan masjid )
tentunya dengan sholat berjamaah.Tetapi Hadist mengatakan Sholat yang ampuh bilatidak diketahui
oleh orang lain.Tidak diketahui bukan berarti tidak dilihat,Bukan !

Dalam kebingungan ini maka sebagian orang Syari’at menuduh Hadist itu adalah Dho’if ( palsu ).Padahal
sebenarnya Hadist itu benar adanya.

Sesungguhnya Sholat Nabi Muhammad SAW itu sendiri terdiri dari 3 macam dan kita sebagian umat
Islam juga wajib melakukannya.

1.Sholat Syari’at : Dilakukan 5 kali sehari dengan 17 Roka’at

2.Sholat Tauhid : Dilakukan 24 jam ( 5waktu )di BAITULLAH

3.Sholat Dha’im : dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan untuk berhubungan

langsung dengan Sang Pencipta ( ALLAHU AKBAR ).

1.SHOLAT SYARI’AT

Sholat ini sesungguhnya biasa dilakukan oleh mereka dari golongan Syari’at.Mereka

Melakukan 5 kali sehari semalam.iaitu waktu SUBUH, DHUHUR,AS’HAR, MAGRIB, ISYA.

Yang tersirat dari perintah ALLAH disini ialah :

1.Sholat Subuh: 2 rokaat,dan dapat dilakukan secara berjamaah.Sholat ini

memperingati saat kita dilahirkan kea lam fana ini.Kita lahir terdiri dari

2 bagian : lahir dan batin.Lagi pula kita lahir tidak sendirian.Disaksikan

oleh Bidan/Dokter/Dukun bayi,Bapak,Ibu.itu sebabnya maka sholat

subuh ini biasa dilakukan secara berjamaah

2.Sholat Dhuhur :4 rokaat.Tujuannya ialah untuk mencari nafkah (Lahir maupun Batin)

Dalam mencari nafkah,maka memerlukan ke 4 hawa nafsu :nafsu

amarah,luamah supiyah,mutmainah

Bisa dilakukan berjamaah bila sholat Jum’at : dilakukan hanya 2

roka’at,karena yang 2 roka’at pertama sudah dipergunakan untuk

khotbah.Dan khotbah itu wajib diikuti,karena merupakan rejeki batin

( Santapan rokhani )
3.Sholat as’har : 4 Roka’at .Tujuannya untuk berbuat amal.Dalam berbuat amal lahir

dan amal batin,maka dipergunakan jasad,nyawa,rokh,dan rokhani

4.Sholat maghrib : 3 roka’at.Tujuannya untuk mati.Tiga roka’at karena orang mati itu

melepaskan :Dzad,Nur dan Sir

5.Sholat Isya :4 roka’at.Karena Tujuannya untuk hijrah ( pindah dari Alam Fana ke Alam

Akherat ), maka jasad harus membawa roh jasmani/hewani,roh

nabati,dan roh rewani

-nyawa harus membawa Roh Rahmani dan Roh Nurani

-Roh harus membawa Roh Kudus

-Rokhani harus membawa Roh Rabbani dan Roh Burhani

2.SHOLAT TAUHID

Sholat Tauhid ini dipergunakan sebagai pengisi waktu luang antara ke 5 sholat sayari’at.Hal ini untuk
memenuhi persyaratan Firman Allah : “ BARANG SIAPA SELALU INGAT KEPADAKU,MAKA AKU AKAN
SELALU INGAT KEPADANYA “

Maka para penganut ilmu MA’RIFAT mengutamakan sholat Tauhid dari pada sholat

Syari’at

Padahal Sholat syari’at itu jaga termasuk sholat Muhammad SAW.Dan ada maksud dan tujuannya
.Dikarenakan kebanyakan mereka tidak mengerti maksud dan tujuannya,maka sholat syari’at banyak
ditinggalkan oleh orang Mari’fat.

Sholat Tauhid dilakukan dengan melakukan ( Dzikir Qolbu ).Dengan Dzikir Qolbu

Ini,maka senua nafsu diimami oleh Rosul/Nur Muhammad dan juga semua Alif Mutakalimun Arif
melakukan sholat di Baitullah.Ini adalah sholat fardu yang dilakukan berjamaah di Baitullah.Dan ini pula
yang dimaksud dengan sholat paling ampuh yang tidak diketahui oleh orang lain !

Keterangan : Mula-mula mereka sholat di Baitul Muharam (Tenggorokan ),lalu pindah ke Baitul Muqadis
( Puser ) terus ke Baitul Ma’mur ( kening ),lalu pindah lagi ke Baitul Muqadas ( Kemaluan ) dan akhirnya
sholat di Baitullah ( Ulu Hati )
Oleh karena adanya sholat ini,maka baik bayi lahir maupun orang mati tidak pernah tepat jamnya.Kalau
tidak lebih sekian detik atau menit,ya kurang sekian detik atau menit.Yang hanya Sholat di
Baitullah,Tidak berpindah-pindah ialah ke4 nafsu yang diimami oleh Rosul/Nur Muhammad.

3. SHOLAT DHA’IM

Sewaktu di Gua Rahim,semua umat manusia pernah melakukan sholat.Dan sholatnya adalah Dha’im Mul
Haq.Oleh sebab itu tidak benar bahwa masih ada orang kafir hidup dialam Fana ini.

Karena ketika lahir kita ini kehilangan HAQ,maka lalu LAHAULA WALA QUWATA ILLA BILLAHIL
ALIYIL’ADHIM ( Tiada daya apa-apa kecuali ALLAH yang punya kuasa ),tidak bias lagi KUNFAYAKUN.Maka
selama hidup ini kita ikhtiar untuk mandapatkan HAQ yang hilang itu.Agar kita dapat berbuat amal
dengan sempurna.

HAQ ini adanya di Alam Akbar/LAUHUL MAHFUZ.Sarananya sudah ada dan dalam diri kita.Yaitu
ditengah-tengah Tonsil.
SHALAT (FARDLU)

Shalat adalah sarana utama untuk berkomunikasi secara intens (khusyu) dengan Allah.
Namun shalat yang bagaimanakah yang disebut “dapat dilaksanakan secara intens/
khusyu” sehingga menimbulkan dampak positip, dan dengan demikian akan menjadi
sarana yang efektif untuk berkomunikasi atau kontak batin dengan Allah?

Pertanyaan ini perlu dikemukakan berkaitan dengan peringatan ibnu Al-Arabi yang
mengatakan bahwa: “Banyak orang yang melakukan shalat tetapi tidak pernah
mengalami peristiwa apapun, apalagi untuk peningkatan spiritual”. Dengan asumsi ini
kita perlu mengadakan koreksi total atas pelaksanaan shalat kita.
Ibnu Al-Arabi berkata : "Betapa banyak orang yang shalat tidak mengalami pengalaman
apapun dari shalatnya selain daripada berlelahan berpayah-payah dan memandangi
mihrab".
Sebelum menjawab pertanyaan, shalat yang bagaimana yang bisa dipandang sebagai
panggilan rahasia dan “Pertemuan Rahasia” sehingga benar-benar terjadi kontak batin
yang saling menyambut antara manusia dengan Tuhan, kiranya sangat tepat bila kita
memahami beberapa aspek tentang manusia.
Manusia dari zaman sekarang menuntut kecerdasan akal, sedangkan tuntutan
memperoleh kecerdasan Budhi berupa kehendak memelihara tata susila, kehendak
memelihara rasa keindahan dan terutama kehendak memelihara Agama.
Kecerdasan Budhi tidak kurang pentingnya dari pada kecerdasan akal, bahkan
paling perlu didalam kehidupan manusia.
“Siapa yang cerdas dalam hal-hal keduniaan, tidak mengerti hal-hal kebatinan,
akan tetapi mereka yang cerdas didalam hal kebatinan juga cerdas didalam hal-hal
keduniaan” (Hadist).Kepribadian seseorang hanya dapat dibangun dengan kebatinan,
lebih dari pada dengan akal (Sareat).
Nafsu ingin menunaikan wajib terhadap Agama masuk didikan kebatinan.
Kehendak menunaikan wajib terhadap Agama dibuktikan dengan Shalat.
Sari dari pada Shalat ialah tuntutan dari pada batin kita untuk memperoleh
perhubungan dengan yang ada diluar kenyataan, Ialah Yang Maha Tinggi yaitu Allah
SWT.”
Shalat ialah suatu bukti adanya rasa cinta dan bakti terhadap sesuatu Yang
menciptakan kegaiban hidup”.
Shalat ialah dengan sadar mencari perhubungan dengan Suksma Semesta Alam
dan kita butuh pada itu, seperti kita butuh pada makan dan tidur”.
Shalat bukanlah minta-minta dengan do’a yang diucapkan dengan kerendahan ;
Shalat ialah satu-satunya perbuatan mulia dan berani bagi tiap orang yang ragu-ragu
apakah dia berbuat benar seperti dia harus berbuat”.
Shalat ialah mengeluarkan arus atau banjir batin, yang tidak dapat dikatakan
dengan kata-kata, kedalam keadaan yang besar, Yang ada dihadapan kita; ialah
pengluasan daerah, pengluasan batas-batas tubuh kita, mencari dan meraba, gerakan
gelombang gaib kearah pusat kekuasaan yang selalu ada dihadapan kita”. Shalat ialah
kemauan yang diruncingkan ke arah Tuhan.
Kekuatan Shalat yang memberi hiburan dan menambah keteguhan terletak
didalam kenyataan, bahwa manusia mengenal sesuatu, kepada siapa ia dapat meminta
pertolongan. Dia merasa tidak bersendiri, Yang Maha Suci ada berdekatan dengan dia.
Dia selalu dapat memaling kepada-Nya dengan keinginan, kepentingan, kesukaran dan
penderitaannya.
Mula-mula orang mengira, bahwa Shalat itu mengucapkan kata-kata; akan tetapi
dia mengerti, bahwa Shalat itu tidak berdiam, akan tetapi mendengarkan. Demikian
Shalat berarti tidak mendengarkan kata-kata sendiri, Shalat berarti berdiam dan
menunggu, agar yang Shalat mendengar suara Tuhan”.
Pada waktu kita menjalankan Shalat, maka pikiran kita tidak lagi mempunyai
hubungan dengan keadaan didunia ini; pikiran kita pada waktu shalat keluar dari pusat
akal dan selanjutnya mengalir ke-arah Budhi ; didalam Budhi pikiran kita bebas dari
pengaruh-pengaruh buruk. Lebih dalam pikiran kita didalam Shalat ditujukan ke arah
Tuhan Yang Maha Esa, lebih erat pikiran ini mempunyai hubungan dengan Dia. Adapun
hubungan pikiran kita dengan Allah (Tuhan Yang Maha Esa), tidak beda dari hubungan
antara cahaya matahari dengan zat hijau daun (chlorofil) dari daun-daun. Clorofil yang
disinari cahaya matahari membentuk zat tepung, proses demikian dinamai
Assimilasi. Demikian pada waktu kita Shalat, pikiran kita yang boleh diibaratkan
chlorofil, mengasimilasikan Nur Illahi dan hasilnya ialah pikiran yang bebas dari
keinginan dan marah, akan tetapi diisi dengan tenaga mencipta dan menyusun sesuai
dengan sifat Illahi.
Shalat boleh diibaratkan dengan fungsi pernafasan. Shalat boleh diibaratkan
pernafasan besar, sedangkan pernafasan biasa dinamakan pernafasan kecil. Seperti
pernafasan kecil menjadi fungsi dasar dari pada Jasmani kita, demikian pernafasan
besar merupakan fungsi dasar dari pada Rohani kita. Dengan kata lain Shalat ialah
fungsi hayati, fungsi biasa dari seorang yang lengkap fa’alnya.
Shalat ialah fungsi hayati (hidup) yang terpenting apabila kita ingin berfikir
dengan benar dan ingin mengetahui hakikat kenyataan yang paling akhir. Pernafasan
kecil mengandung maksud membersihkan darah dengan menghisap Zat asam/Oksigen
dari udara dan mengeluarkan zat asam arang (CO2) dari darah. Pernafasan besar
diibaratkan dengan Shalat, mengandung maksud menjernihkan pikiran dan
mengeluarkan pikiran ini dari otak terus masuk kedalam Budhi.
Didalam Budhi pikiran ini dibersihkan dari semua nafsu-nafsu yang selalu
menyertai pikiran kita dengan menghisap Nur Illahi yang datang dari Allah. Lebih
banyak orang meninggalkan Agama dan tidak menjalankan Shalat, lebih sering dunia
dihinggapi oleh bencana perang, ialah suatu proses bunuh membunuh dengan tujuan
apabila menang, dapat makan kenyang.
Pemusatan pikiran kearah benda semata-mata berarti kemusnahan, peningkatan
pikiran kearah Budhi, terus ke Tuhan, dengan jalan Shalat, berarti hidup sejati, sebagai
manusia sejati (Insan Kamil).
Shalat harus menjadi kegiatan dari suatu bangsa yang ingin tentram dan damai,
akan tetapi kuat dan sentausa. Didalam riwayat cukup terdapat bukti-buktinya, bahwa
suatu bangsa akan runtuh untuk selama-lamanya, apabila bangsa itu meninggalkan
moral dan Agama.
Cara Shalat yang terbaik ialah cara yang ditetapkan oleh Sabda Allah, yang
diturunkan melalui perantara para Nabi dan Rasulnya. Cara Shalat menurut Agama
Islam mengadung arti kejiwaan yang dalam sekali : pertama harus diselenggarakan
tidak untuk meminta-minta, akan tetapi untuk ber-Takwa kepada Allah, Yang
mengaruniakan semua hajat hidup dengan secukup-cukupnya. Ber-Takwa atau
berterima kasih kepada Allah pada tiap-tiap waktu, ialah suatu tindakan yang sangat
murni bagi tiap orang yang ingin membersihkan diri dari semua kecemaran (kotoran
noda/dosa) yang dengan sengaja atau tidak, melekat kepadanya.
Shalat melatih kita supaya tahu berterima kasih. Berhubung dengan itu, maka
tidak boleh dilupakan untuk berterima kasih pula kepada mereka, kepada siapa kita
berhutang budi. Mengetahui terimakasih, lahir maupun batin, boleh kita ibaratkan
membayar hutang. Lain dari pada itu, rasa terima kasih yang meluap-luap, mengantar
kita kearah pantai ibadah, dan ada kalanya, pada waktu kita riang gembira dan
bersyukur kepada Allah, benar-benar kita singgah dipantai dan bersujud.

Menyicil hutang budi tidak lain dengan mengucapkan terima kasih dengan sungguh-
sungguh, yang timbul dari hati yang suci, ialah dengan Shalat, oleh karena semua
kemurahan datangnya dari Allah, dan rahmat Allah tidak akan diturunkan hanya untuk
yang ber-Shalat, akan tetapi demikian pula untuk mereka yang menghutangkan budi.
Terhadap kemurahan Allah yang terbukti didalam kekayaan alam yang semuanya
disediakan bagi kita, kita wajib mengucapkan rasa syukur dan terima kasih.
Shalat menurut Agama Islam ialah alat untuk berterima kasih dan syarat bagi tiap
orang yang ber-Iman. Sesuai dengan Firman Allah dalam Qur’an Sucinya
: “Peliharalah Shalat didalam dua bagian dari siang hari dan didalam waktu
permulaan dari pada malam”.
“Hendaknya sabar, oleh karena yakin, Allah tidak akan menahan pahalanya
bagi mereka yang berbuat baik”
Shalat menurut Agama Islam harus dikerjakan dengan tertib dan teratur, serta tepat
pada waktunya, agar semua berjalan dengan teratur dan seragam.
Lain dari pada itu ketertiban menjadi sifat yang terutama dari Kekuasaan yang
menguasai seluruh alam, menjadi satu-satunya alat perhubungan antara Khaliq dan
Makhluk. Allah menghasratkan ketertiban alam lebih dahulu, sebelum mengadakan
sesuatu ; oleh karena itu kekacauan sudah barang tentu itu bukan kehendak Allah.

Apabila seorang menjalankan ketertiban, maka ia sebenarnya memasukan sifat Illahi


kedalam sanubarinya; orang yang tertib ialah orang yang ber-Iman, yang mempunyai
tenaga batin. Ketertiban adalah mengirit waktu. Siapa yang dapat mengirit waktu akan
mempunyai waktu yang terulang yang dapat dipergunakan untuk lain pekerjaan. Hasil
pekerjaan oleh karenanya melebihi yang diharapkan. Akibat dari pada ketertiban ialah
ketenangan dan ketentraman hati menghadapi tiap-tiap goda dan coba. Ketertiban
didalam lahir menimbulkan ketertiban didalam batin, oleh karena tidak ada gangguan
dari kekalutan dan kekacauan, hingga kita memperoleh kekuasaan dapat memusatkan
pikiran kita. Siapa yang tertib didalam lahir dan batinnya, dengan sendirinya
memperoleh tenaga ghaib yang terbukti didalam hasil pekerjaannya yang memuaskan
dan mena’jubkan.
Pengertian Shalat Yang Sesungguhnya ialah Menyembah kepada Yang berhak disembah
ialah Allah SWT.

"KANG MENGKANA SEMPURNA ING SEMBAH BEKTI INGKANG SAMPUNG AWAS


SEMBAHE TAN ANA KARI SEBDANE AMURANG DALAN. KANG TAN AWAS
KANGGELAN DENYA NGABEKTI YEN SIYANG PUWASA PAMUJINIRA DERWILI
WEKASANE NORA NANA".

Artinya : Sembah/Shalat orang sempurna itu. Ialah Manusia yang telah mempunyai
wawasan yang tepat, tak ada lagi penyembahan dalam kata-kata, ia menyimpang dari
jalan biasa. Barang siapa tidak memiliki wawasan itu dengan susah payah berbakti
(Shalat) kepada Allah. Dalam bulan puasa ia berpuasa dan puji-pujian terus menerus
mengalir dari mulutnya, tetapi itu semua sia-sia.

“SAMPURNANING SEMBAH LAWAN PUJI TAN ANDULU MUNGGUH ANANING


HYANG TAN DINULU ING ANANE PAPAN TULIS WUS LEBUR SIFAT ING RO TAN
ANA KARI MUNG MANTEP ANANIRA APA KANG DEN DULU PAN NORA NA
PARAN-PARAN IA IKU YOGYA KAWRUHANA YAYI SAMPURNANING PANEMBAH.
LAMUN MAKSIH ANEMBAH AMUJI KAWRUH IKU PAN LAGYA SATENGAH
DURUNG TUMEKA KAWRUHE AYWA GUPUH GUMUYU LAMUN DERENG WERUH
ING JATI AJA RENA WINEJANG ING WARAH LAN WURUK PAN IKU MEKSIH
RARASAN SEJATINE KANG MARI NEMBAH AMUJI LAWAN KEDAL ING LESAN.
NAMUN ANENGIRA INGKANG DADI LIRE ENENG YWA DADI TULADAN MRING
DALIL HADIST KUDUSE MIWAH TUTUR ING GURU GURU IKU MUNG
MUMUCUKI TAN NGUWISI LALAKYAN SABAB IKU DUDU INGKANG ING RANAN
DALANG DEDE DALANG ANGUWISI ING SEJATI TOK TIL MUNG DAWAKIRA”.

Artinya :Sembah dan puji sempurna ialah tidak memandang lagi Adanya Tuhan, serta
mengenai adanya diri sendiri tidak lagi dipandang(?). Papan tulis dan tulisan sudah
lebur, dua litas tak ada lagi. Adamu tak dapat dirubah. Lalu apa yang masih mau
dipandang(?) Tak ada lagi sesuatu. Maklumilah ini baik-baik. Inilah penyembahan
sempurna. Bila kau masih menyembah (shalat) dan memuji Tuhan (dengan cara biasa),
kau baru memiliki pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan dulu
tersenyum/bangga (seolah-olah kau sudah mengerti), bila kau belum mengetahui ilmu
sejati. Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah meninggalkan
sembah (Shalat) dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata. Hanya keheningan
yang tetap berharga. Keheningan berarti, tidak lagi taklid (selalu mengikuti/ikut-ikutan)
menurut kitab Suci atau Hadist atau ajaran seorang Guru. Seorang guru hanya
mengawali, tetapi dia tidak dapat menamatkan lakonnya. Bukan dia yang disebut
dalang, ia bukan dalang yang menamatkan lakon. Yang dapat menamatkan akhir cerita
dari lakon itu sendiri hanyalah engkau sendiri bukan orang lain.

Adapun Jalan untuk mencapai penghayatan manunggal dengan Allah (Tokid = Usaha
supaya bisa bersatu dengan Tuhan). Yakni bersatunya antara Badan dengan Jisimnya
(Roh-Nya).
Ada empat Macam Shalat atau Sembah. Yaitu Sembah Raga, Sembah Cipta,
Sembah Jiwa, Sembah Rasa. Keempat macam sembah itu secara berurutan
merupakan gubahan dari keempat tingkatan dalam ajaran Tasawuf.
Shalat Yang Di Terima

Kembali ke masalah Shalat yang sah dan sempurna. Sebelumnya perlu di sadari bahwa
shalat memang harus dilaksanakan secara benar dan sempurna, karena inilah salah satu
jalan utama menuju Allah. Oleh karenanya masalah ini perlu kiranya dipaparkan secara
lebih luas, dalam dan terinci. Berikut adalah sebuah panduan yang di ambil dari Hadits
Qudsi. Panduan ini dapat di jadikan sebagai wacana dalam rangka meraih
kesempurnaan shalat, sehingga shalatnya syah dan di terima oleh Allah.

Allah SWT, berfirman :


“Tidaklah Aku menerima shalat setiap orang. Aku hanya menerima shalat dari orang
yang merendah demi ketinggian-KU, ber-Khusyu demi ke agungan-KU, mencegah
nafsunya dari segala larangan-KU, melewatkan siang dan malamnya dalam mengingat-
KU, tidak terus menerus dalam pembangkangan terhadap-KU, dan selalu mengasihi
yang lemah, dan menghibur orang miskin demi keridho’an-KU. Bila ia memanggil-KU,
Aku akan memberinya. Bila ia bersumpah dengan nama-KU, Aku akan membuatnya
mampu memenuhinya. Aku akan jaga ia dengan kekuatan-KU dan kubanggakan dia
diantara malaikat-KU. Seandainya Aku bagi-bagikan Nur-Nya untuk seluruh penghuni
bumi, niscaya akan cukup bagi mereka. Perumpamaannya seperti surga firdaus, buah-
buahannya tidak akan rusak, dan kenikmatannya pun tak akan Sirna”. (HADISTS
QUDSI).

Jadi pada intinya, bahwa shalat tidak hanya terdiri dari gerakan fisik (badan) saja, lebih
dari itu yang utama adalah dampak positif dari shalat dapat dirasakan oleh masyarakat
dimana dapat ditunjukan dengan perilaku penuh santun dan penuh dengan nilai-nilai
kebajikan, misalnya mengasihi dan membantu orang-orang yang lemah. Penting
ditekankan disini adalah jika sudah merasa mendirikan shalat jangan sampai
menyombongkan diri karena telah melakukan ibadah suci dengan baik. Karena
kesombongan diri, baik itu sombong dalam shalat, puasa dan sebagainya sebaiknya
harus dijauhkan dari dalam diri kita, jikalau kesombongan itu semakin meraja lela
didalam diri kita, maka semua yang kita lakukan akan sia-sia, sehingga perjalanan
spiritual kita pun akan menjadi terbengkalai, hancur tiada tersisa.
Kesombongan, egoisme atau riya adalah sebuah sikap atau sifat yang menempel pada
diri manusia yang sering kali tidak disadari oleh mereka yang menyandangnya sehingga
amat sulit dihapuskan. Itulah kenapa para kaum spiritual selalu mengingatkan untuk
menjauhi hal-hal tersebut. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa :

“JIKA DALAM HATIMU TERDAPAT KESOMBONGAN, WALAU ITU HANYA


SEBESAR DZARRAH (BIJI) SEKALIPUN, MAKA PINTU CAHAYA (SURGA) TIDAK
AKAN TERBUKA”.

HAKIKAT SHALAT

INNANII ALLAHU LAA ILAAHA ANA FA’BUDUNII WA AQIMI SHALAATA


LIDZIKRII
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tidak ada Tuhan Selain AKU. Maka sembahlah
AKU danDirikan Shalat untuk Ber-Zikir Kepada-KU”
(Al-Qur’an Surat Thaaha : 14)
“Bacakan apa yang diwahyukan dari kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Dan dirikan shalat.
sesungguhnya shalat dapat mencegah orang brbuat keji dan munkar.
Dan mengingat Allah (Dzikir) adalah yang paling penting (dalam kehidupan).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Al-Qur’an S.Al-Ankabut : 45)

Yang wajib dalam beragama adalah “Aqoma Din dan Aqimu-Shalat” yang berarti
menegakan Agama dan Menegakan Shalat, menegakan berarti sama dengan
mendirikannya, dan bukan mengerjakannya, jadi dalam hal ini bukan pengerjaan
shalatnya, melainkan penegakannya. Shalat ditegakan untuk mencapai kondisi
meditasi. Shalat ditegakan agar tercapai Zikir (Ingat) kepada Allah, jadi yang menjadi
sasaran utama itu Zikir-nya bukan pengerjaan shalatnya. Jika shalat tidak
menghasilkan zikir kepada Allah, ya sama saja dengan gerak badan dalam bentuk
shalat, inilah yang disebut

“FAWAYLUNLLI MUSHALINA’LLADZINAHUM‘AN SHALATIHIM SAHUN.


ALLADZINAHUM YURA’UN” Yaitu Kecelakaan bagi orang-orang yang mengerjakan
Shalat yang tak ada perhatian (tidak ada Kekhusuan dan Zikir) dalam Shalatnya yang
ada hanya untuk sekedar pamer/ria.
Ingat kembali Q.S. 20 : 4, dimana diayat tersebut dinyatakan dengan tegas sekali
bahwa yang dituju dalam shalat adalah Zikir dan dalam Q.S. 29 : 45 diterangkan
bahwa nilai Zikir itu lebih besar dari pada segala ibadah, Mengapa ? Ya, Karena
kesadaran itu tumbuh dari Zikir bahkan pencerahan pun dicapai melalui Zikir,
bahkan Nabi Muhammad sendiri selalu ber-Tahanus atau ber-Khalwat selama sebulan
penuh, pada tiap bulan Ramadhan di Gua Hira.

Disana beliau ber-Zikir terus menerus sebelum ia diangkat sebagai Nabi dan Rasul.
Diriwayatkan oleh Abudarda’ bahwa Rasululloh saw. Bersabda :
"ALAA U’NABBI’UKUUM BIHOIRII A’MAALIKUM WA A’ZKAAHAA I’DA
MALIIKIKUUM WA’ARFAI’HAA FIDARAZATIKUM WA HOIRUN’LAKUUM MIN
I’NFAAQILDZAHABI WALMISSOTTI WAHOIRUN LAKUUM MIN A’NTALQAWW
ADUWWAKUM FATAD’RIBUU A’ANAA QOKUUM ; QOLUU TALA YAA
RASUULULLAH : QOLA : HUWADZKURULLAHI TA’ALA".
Yang artinya : “Dapatkah aku memberitahukan kepadamu tentang amal terbaik
diantara derajat-derajatmu, lebih baik bagimu dari menafkahkan emas dan perak dan
lebih baik dari pada menghadapi musuh dalam medan perang sambil penggal-
memenggal kepala. “Apakah itu ?’’ Ya Rasulullah, Tanya para sahabat, “ialah dzikir pada
Allah” jawab Rasulullah saw.

Dikatakan oleh Rasulullah bahwa Dzikir lebih tinggi dari semua macam ibadah, karena
ibadah-ibadah itu adalah jalan kepada dzikir (ingat) pada Allah, maka dzikrullah adalah
tujuan utama. Dzikir mempunyai dua cara : Pertama di ucapkan dengan mulut sehingga
terdengar oleh telinga, dan yang kedua dilakukan dengan hati dan fikiran yang terpusat
hanya kepada Allah tanpa disuarakan dan itulah tingkat teratas dari semua cara-cara
ber-dzikir.

Shalat itu kepunyaan Allah, karena itu tidak terjadi hukum timbal balik, lain halnya
dengan Zikir, ini memang aktivitas manusia terhadap Allah dan selanjutnya Allah
menyapa balik kepada manusia. Seperti apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadist
Qudsi : “ FADZKURUNI ADZKURKUM “ (Karena itu ingat-lah kamu kepada-KU,
niscaya AKU ingat pula kepadamu Q.S. Al-Baqarah : 152 ). “MAN DZAKARANII
WALAM YAN SANII DZAKARTUHUU WALAM AN SAHUU” (Barang siapa senantiasa
ber-Zikir, mengingat-KU dan tidak melupakan-KU, maka AKU selalu mengingatnya,
dan tidak akan AKU lupakan - Hadist Qudsi ).
Zikir merupakan hubungan timbal balik, manusia ber-Zikir (ingat) kepada Allah dan
Allah pun ber-Zikir (ingat) kepada manusia, karena itu Zikir merupakan sarana untuk
manunggal dengan Allah. Pengertian manunggal, bukan manunggal Dzat-Nya, tapi
manunggal Sifat, Asma, dan Af’al sang hamba dengan Tuhan-Nya. Dalam istilah jawa
disebut “LORO-LORONING ATUNGGAL” Yang berarti Dua tapi Satu adanya. Dan
inilah kiranya yang dimaksud dengan TAUHID SEJATI.(Pengesaan Yang Sebenar-
benarnya).
Zikir berasal dari kata ZAKARA, Kata ZA yang berarti “Mengingat” , dan KA yang
berarti “ Memperhatikan”, sedangkan RA yang berarti “Mengisi atau Menuangkan
Asma Allah kedalam Lubuk Hatinya. Jadi dalam ber-Zikir kita bukan menyatukan
dirinya dengan Dzat Allah, karena Allah meliputi segala sesuatu, tapi yang perlu kita
satukan adalah Sifat, Asma dan Af’al Tuhan, agar sesuai
dengan Kodrat dan Iradat Allah.
Dan untuk bisa menyatukan diri dengan Allah atau Manunggaling Kawula Gusti, kita
harus dapat ber-Semadi (Tapakur), yakni harus bisa menyatukan perasaan, pikiran
dengan Nafasnya dalam ber-Zikir. Puncak dari penyatuan ini adalah ketenangan jiwa,
tentramnya qolbu, perasaan dan pikiran dikembalikan kepada Allah dan diiringi dengan
perhatian terhadap keluar – masuknya Nafas.
Nafas adalah merupakan wahana bagi sang permana untuk mengunjungi setiap sudut
sel-sel kehidupan manusia, sang permana sendiri tergantung pada daya sang Sukma
Jati, bila sang permana telah menjangkau semua sudut sel-sel kehidupan badan, maka
tenanglah hati manusia. Pancamaya dan Hartadaya yang melekat pada Sukma Jati tidak
bergejolak lagi setelah sang permana menjelajah semua sudut sel tubuh ini. Hati yang
bergoncang, tenang semua unsur dalam diri manusia menjadi patuh kepada sang
pencipta ketika manusia ber-Zikir, karena itu hanya dengan ber-Zikir hati menjadi
tenang.
Puncak dari Zikir adalah kondisi diam, sunyi dari perasaan dan angan-angan, dan
hasilnya perasaan tenang dan tenteram.
Adanya Allah karena Zikir. Pada saat Zikir manusia tenggelam dalam dirinya
sendiri, Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Tuhan digulung
menjadi Antaya dan Rasa dalam diri. Apakah Antaya itu ? Antaya adalah angan-angan
yang tampak nyata dalam diri kita, ketika orang itu sedang berzikir.

Ada Antaya dan Rasa dalam diri pada saat Zikir sehingga terjadilah
“JADAB” semacam hilangnya kesadaran diri, dan meluncurlah ucapan “ANA AL-
HAQ” atau Saya Tuhan dan sayalah kebenaran itu. Timbulah pengakuan bahwa dirinya
telah menjadi Zat Yang Mulia. Sehingga banyak orang yang ber-Zikir merasakan
kedekatannya dan pertemuannya dengan Allah, sehingga seolah-olah kita larut dan
hanyut tenggelam dalam samudra Tauhid yang tak bertepi.
Adapun Manusia dan Allah adalah satu Realita, bukankah Allah senantiasa beserta
manusia, dimana saja kita berada “WAHUWA MA’AKUM AINAMAA
KUNTUM” (Allah bersama kamu, dimanapun kamu berada. Q.S. Al-Hadid (57) :
4 ).

Dalam ber-SAHADAT dianggap sebagai kepalsuan mengapa ? karena Sahadat


umumnya hanya sebatas bibir, sebatas menyebut namanya, dan sebenarnya banyak
orang yang ber-Sahadat tapi tidak benar-benar menyaksikan Allah, dia hanya baru
sampai mengucapkan Sahadat.

Adapun pembakuan makna Zikir sekarang justru telah mengaburkan arti yang
sesungguhnya, adayeng menghitung jumlah Zikirnya dengan tasbih, ada yang
menggunakan mesin hitung dll. Yang jelas Zikir mereka tidak “tanpa pamrih”. Ada yang
menginginkan rejeki, adapula yang menginginkan sorga, sehingga dengan hal demikian
Cinta kita kepada Allah belum menjadi Kasih, karena masih bersyarat atau masih
bersifat Pamrih (Meminta sesuatu balasan Jasa atau upah atau pahala dsb).
Tapi jika Zikir diterjemahkan sebagai “Meditasi atau Tafakur “ Maka hidup kita harus
menjadi “Akhand Japa” (Zikir yang tak pernah berhenti), tidak perlu menggunakan
tasbih, tidak perlu menghitung jumlah, karena apapun yang kita lakukan harus
dilakukan dalam semangat Zikir, makan dalam Zikir, minum dalam Zikir, berarti kita
makan dan minum dengan penuh kesadaran, jangan-jangan makanan dan minuman
yang mengisi perut kita adalah hasil rampasan hak orang lain, bekerja di kantor dalam
Zikir, jangan-jangan pekerjaan ini hanya menguntungkan kita tetapi merugikan orang
lain.

Bukankan Allah telah ber-Firman didalam sebuah Hadist Qudsi : “YAA IBNA ADAM !
TAFARRAGHLI DZIKKRII ADZKURUKA ‘ INDAMAAIKATII” (Hai anak Adam !
Kosongkan waktumu guna mengingat, ber-Zikir kapada-KU, niscaya AKU akan
menyebutmu dihadapan Malaikat-MalaikatKU). “YAA IBNA ADAM ! LAA YADKHULU
JANNATII ILLA MAN TAWADLA’A LI’ADHOMATII WA QATHA’A NAHAARAHUU BI
DZIKRII WA KAFFA NAFSAHU’ ANISSY SYAHAWAATI MIN AJLII (Hai anak Adam !
Tak akan memasuki Syorgaku (tempat-KU) kecuali orang-orang yang tunduk dengan ke
Agungan-KU, dan hari-harinya ia lalui untuk mengingat (Ber-Zikir kepada-KU), serta
yang dapat mencegah dirinya dari hawa nafsu hanya karena Aku).
Zikir harus di artikan sebagai kesadaran yang mewarnai segala aspek kehidupan.
Mengingat Allah setiap saat dan disetiap tempat, baik itu di dalam Masjid, di rumah, di
dalam kamar mandi, kamar tidur, ruang kerja. Dan Allah berada di semua arah dan
tempat, karena kemanapun kita pergi, dimanapun kita berada semua yang kita lihat dan
kita saksikan hanyalah WajahNya. “AIYNAMAA TUKKUU FASAMMA WAJ’HU
LLAAHI” (Kemanapun kita menghadap, disanalah Wajah (Zat) Allah. Q.S. 2
: 115).

Adapun Zikir Khusus yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari tersebut
adalah Zikir Akhfa yakni Zikir yang tidak lagi terucapkan oleh mulut dan hati,
berjalan setiap saat, seperti perjalanan Nafas kita ini. Setiap saat Zikir, artinya setiap
saat sadar dalam keadaan apapun, baik sedang bertransaksi ekonomi, berdagang,
bekerja, bergaul, beristirahat, makan-minum, aktif dikantor, aktif diluar rumah,
bercengkrama, dan berhubungan intim dengan istri, maupun lagi buang air, Zikir
senantiasa berjalan seperti Nafas kita. Betapa nikmatnya buang air tat kala Zikir terus
menerus berlangsung, sekali lagi hal ini menyangkut tingkat kesadaran dalam
memahami Zikir sebagai kesadaran. Tuhan pun harus disadari sebagai “KESADARAN
AGUNG” dalam Al-Qur’an kesadaran Agung ini juga dinyatakan sebagai Yang Maha
Mendengar, Lagi Maha Melihat, jadi DIA senantiasa melihat dan mendengar, yang
senantiasa SADAR “Samiul Bashir”. Q.S. 31 : 28. (Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar dan Maha Melihat).

SELANJUTNYA TENTANG APLIKASI SHALAT DALAM HIDUP SEHARI-


HARI

Tentang Aplikasi (Penerapan ) Shalat dalam hidup sehari-hari, Shalat memang harus
didirikan untuk membangkitkan kesadaran. Kaitan Shalat dengan Zikir bisa di
umpamakan seperti system pengisian Baterai atau ACCU pada mobil/motor.
Baterai/Accu pada mobil tersebut harus selalu memberikan tenaga listrik ketika mesin
mobil bekerja, tapi ia harus selalu diisi oleh dinamonya, jadi Zikir senantiasa harus ada
ketika manusia beraktivitas, dan hilangnya energi batin selama beraktivitas harus diisi
kembali dengan Shalat, Sembahyang/Shalat atau apapun namanya yang tujuannya
adalah untuk membangkitkan kesadaran.
Kesadaran yang timbul inilah, yang harus bekerja mewarnai segala tindakan, ucapan,
dan pikiran manusia. Sekali lagi kesadaran yang timbul atau yang bangkit/ yang
bekerja, bukan lagi pamrih atau dorongan hawa nafsu yang menggerakannya melainkan
kehendak Allah yang terjadi, dan bukan kehendak Egonya.
Pada tingkatan awam, mereka tidak memahami bila yang dituju dalam Shalat itu bukan
semata-mata menggerakan anggota badan, dan yang dimaksud dengan orang Awam
disini, tak ada hubungannya dengan posisi seseorang ditengah masyarakat, apakah itu
seorang tokoh, ulama, kiai, atau Ustad. Tapi yang dimaksudkan Awam disini adalah
mereka-mereka yang tingkat kesadaran jiwanya masih didominasi atau dikuasai oleh
Nafsunya sendiri, sehingga terjadilah Sifat keakuan pada diri, merasa dirinya yang
paling benar, sehingga dari sini lahirlah Jiwa/sifat Pamrihnya atau keakuannya atau
pikirannya yang terbatas alias Taklid pada sesuatu hal.

Adapun gerakan dan waktu pelaksanaan yang dimaksudkan dalam Shalat adalah
Riyadhoh untuk membangun kedisiplinan hidup, karena itu shalat yang tidak dapat
membangkitkan kesadaran tak lebih dari “gerakan badan” atau senam. Ada yang
bertanya, kalau gerakan shalat itu tidak lebih penting dari tujuannya mengapa Nabi
Muhammad senantiasa menjalankan shalat seperti yang dicontohkannya kepada
umatnya?
Disini kita perlu ketahui bahwa Diri atau Pribadi Nabi Muhammad itu sudah bukan
milik dirinya lagi, beliau sudah menjadi milik umatnya, dan beliau sudah memberi
contoh Suri tauladan yang baik, dan secara general kepada umatnya, yang waktu itu
keadaan orang-orang Arab baru terbebas dari keadaan Jahiliah (kebodohan), dimana
hukum dan aturan kala itu masih semrawut, sehingga dengan bentuk disiplin lahiriah,
Nabi tidak menjadi pemimpin/presiden bagi umatnya yang masih bermalas-malasan.
Dengan gerakan shalat secara lahiriah itu, beliau mengajarkan, serta menerapkan
kedisiplinan kepada umatnya, sehingga bila ada umat yang tidak mengerjakan shalat
secara utuh, maka dia dengan mudah bisa mengingatkannya, bahwa Nabi pun masih
menjalankannya, Sehingga dengan contoh yang beliau terapkan itu, akhirnya beliau
berhasil mengajak mereka untuk mengikuti segala ajaran dan seruannya dalam
memasuki Agama Islam Yang Kaffah. Betapapun kerasnya hati orang arab .kala itu,
akhirnya dapat di luluhkan dengan kelembutan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW.

Kembali kepada shalat yang berfungsi untuk membangkitkan kesadaran. Pada Al-
Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19 – 23, disini dijelaskan :
19. : “Sesungguhnya Manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”
20. : “Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”
21. : “Apabila mendapat rejeki (kekayaan/kesenangan) ia amat kikir”
22. : “Kecuali orang-orang yang mengerjakan SHALAT”
23. : “ALLADZIINAHUM A’LAA SHALATIIHIM DAA’IMUN”
(Yaitu, mereka yang tidak putus-putus menjalankan Shalatnya (Shalat
Daim).

Shalat Daim adalah shalat yang tidak pernah terputus artinya shalat 5 waktu itu tidak
pernah absent (telat), tapi kalau kita melihat kenyataan, banyak orang yang tidak
pernah absent Shalatnya tapi masih tetap hidup gelisah, bahkan tidak bisa
menghindarkan diri dari jebakan dosa-dosa dalam kehidupan ini. Jadi jelaslah disini
bahwa kita harus lebih berpegangan pada makna shalat sebagai hubungan atau
persatuan dengan Allah. Sedangkan gerakan hanyalah sebuah bentuk atau cara semata.
Adapun Shalat dimaksudkan untuk ber-Zikir atau ber-Meditasi, agar terciptanya
“Khusyuk” dan berfungsi untuk membangkitkan kesadaran. Bentuk shalat dapat
terputus oleh waktu, keadaan, tempat, geograpi dan situasi kondisi. Dan hal ini
sebenarnya dipahami betul oleh kaum muslim, misalnya dikendaraan atau di pesawat,
pesawat ruang angkasa dan lain sebagainya. shalat cuma dilakukan dengan isyarat, dan
berdasarkan ayat tersebut Shalat memang harus Da’im, tak pernah terputus
artinya Zikir danShalat berlangsung terus seperti hubungan baterai dan dynamo
listrik, setiap saat kita isi dan selalu siap digunakan. Didalam sebuah Hadist yang
terdapat dalam Kitab Ihya Ulumudin dari Al-Ghazali, disana disebutkan bahwa
sesungguhnya : “Allah tidak memperhatikan Shalat seseorang yang tidak
menghadirkan Hati dan Badannya”. Adapun yang dimaksud tidak
menghadirkan Hati disini adalah banyak orang yang ber-Shalat tapi tidak ada
kekhusuan dan perhatian pada shalatnya dikarenakan hatinya lalai kepada selain
Allah. Adapun yang dimaksud tidak menghadirkan Badannya disini adalah Bahwa
dilain sisi hati ber-Zikir kepada Allah, tapi perilaku dan perbuatannya tidak
mencerminkan kerendahan hatinya.
Ada cerita tentang Shalat Khusyuk

ERTAMA : Kisah Ali bin Abi Thalib, suatu hari terkena panah dalam sebuah peperangan, tetapi dia
meminta sahabat lainnya untuk mencabut panah tersebut tatkala dia sedang Shalat.
Sahabat mencabutnya dan Ali tidak mengaduh sama sekali, inilah
“Khusyuk” atauFana atau Samadhi sehingga badan jasmani terasa lenyap.

KEDUA Muslim bin Yasar, seorang Sufi, bila shalat tidak dapat lagi mendengarkan percakapan
anggota keluarganya.

KETIGA Imam Al-Ghazali adalah seorang Sufi Islam yang sangat terkenal. Ada perbedaan ke-Sufian
antara Al-Ghazali dengan Al-Arabi dan Ar-Rumi. Arabi dan Ar-Rumi dikenal sebagai
Sufi Filsafat, sedangkan Al-Ghazali dikenal sebagai Sufi Fikiyah. Yaitu Sufi yang merasa
sangat terikat dengan Syariat (Aturan). Al-Ghazali memiliki saudara laki-laki yang juga
Sufi, tapi tidak terkenal, namanya Imam Ahmad, suatu hari Imam Al-Ghazali
memimpin Shalat berjamaah, tetapi ternyata Imam Ahmad shalat sendirian disudut
Masjid. Selesai shalat, para jemaah agak rebut menyaksikan Imam Ahmad yang tidak
ikut berjamaah, beberapa jemaah mendatangi Imam Al-Ghazali dan mencoba
menanyakan alasannya, mengapa saudara Al-Ghazali tersebut tidak ikut berjamaah,
padahal Al-Ghazali adalah seorang Imam terkenal. Ada apa ? selesai shalat dan zikir
Imam Ahmad dihampiri oleh Al-Ghazali dan bertanya tentang alasan saudaranya ini
memilih shalat sendirian, adapun jawaban Imam Ahmad tersebut, katanya ketika ia
hendak ikut shalat berjemaah, ia melihat Hati (Qolbu) Al-Ghazali sedang memikirkan
dalil-dalil tentang fikih wanita yang mengalami menstruasi, Atas jawaban saudaranya
tersebut Imam Al-Ghazali membenarkannya, dan Ia mohon ampun kepada Allah.
Sehingga dari pengalaman itulah Al-Ghazali semakin banyak ber-Uzlah atau ber-
Khalwat agar hatinya dapat menjadi Khusyuk.

HAKIKAT SHALAT SEJATI

"UTANING SARIRA PUNIKI ANGAWRUHANA JATING SHALAT, SEMBAH LAWA


PUJINE, JATINING SHALAT IKU DUDU NGISA TUWIN MAGERIB, SEMBAHYANG
ARANEKA WENANGE, PUNIKU LAMUN ARANA SHALAT PAN MINANGKA
KEKEMBANGIN SHALAT DA’IM INGARAN TATA KRAMA"
Artinya : Unggulnya diri itu mengetahui Hakikat Shalat, sembah dan pujian, Shalat
yang sebenarnya bukan mengerjakan Shalat Isa dan Maghrib, itu namanya
sembahyang. Apabila disebut Shalat, maka itu hanyalah hiasan (kulit luarnya) dari
Shalat Da’im, hanyalah tatakrama.

Adapun Shalat 5 Waktu adalah ibadah shalat yang termasuk kedalam “Hablum
Min’nanas” yakni hubungan manusia dengan manusia, karena bentuk dari ibadah
pelaksanaannya harus diketahui oleh orang lain atau diketahui oleh sesama
manusia baik itu di rumah, disurau maupun di Masjid.
Adapun Hablum Minallah yakni hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan
yang sangat pribadi, yang tidak mungkin diketahui oleh orang lain apalagi oleh sesama
manusia, karena yang tahu hanyalah kita dan Allah, bukankah didalam Shalat
terkandung hubungan hamba dan TuhanNya. Dan hubungan ini tidak semestinya
diketahui oleh orang lain.
Jadi jelas sekali bahwa orang yang unggul adalah orang yang mampu memahami dan
menghayatiKesejatian Shalat. Bukan orang yang tidak pernah telat mengerjakan
shalat 5 kali sehari itu yang unggul, tapi justru yang unggul itu adalah orang yang telah
memahami dan menghayati Hakikat dari Shalat. Sembah dan pujian itulah yang
unggul, karena Inti dari Shalat bukan sekedar pelaksanaannya atau pengerjaannya
semata-mata, tapi juga adalah Penegakannya (Aqimu Shalat Wa Qiyamuhu bi
Nafsihi).

Seorang Wali Sanga atau Yang lebih dikenal dengan sebutan “Sunan Bonang” (Syekh
Rohmat), dimana beliau pernah menulis didalam Kitabnya:

"ENDI INGARAN SEMBAH SEJATI AJA NEMBAH YEN TAN NORA WERUH KANG
SINEMBAH ING DUNYA IKI KADI ANULUP KAGA, PUNGLUNE DEN SAWUR
MANUKE MANGSA KENAA, AWE KASA AMANGGERAN ADAM SARPIN, SEMBAHE
SIYA-SIYA".
Artinya : Manakah yang disebut Shalat Sejati (Shalat yang sebenarnya), janganlah
menyembah bila tidak tahu siapa yang di sembah, akibatnya akan direndahkan
martabat hidupmu. Apabila engkau tidak mengetahui siapa yang disembah di dunia ini,
engkau seperti menyumpit burung, dimana pelurunya disebar tetapi tidak satupun yang
mengenai burungnya, akhirnya Cuma menyembah Adam Sarpin, penyembahan yang
tiada berguna.
Adapun ungkapan: “JANGAN MENYEMBAH BILA TIDAK TAHU SIAPA YANG
DISEMBAH?
Yang dimaksudkan disini adalah bahwa yang diperintahkan di dalam Al-Qur’an
adalah “AQIMU SHALAT (Menegakan/mendirikan Shalat)”, Menegakan
/mendirikan shalat tidak sama dengan mengerjakan atau menjalankan shalat, juga
tidak sama dengan mempelajari dalil-dalil shalat. Mengerjakan shalat lebih cenderung
hanya sekedar menjalankan ritual upacara lahiriah belaka, sedangkan justru yang
dikehendaki oleh Al-Qur’an tentu saja tidak demikian, karena kata kerja yang
digunakan untuk menyatakan perbuatan shalat adalah “Aqama” yang artinya adalah
menegakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan arti shalat sendiri adalah
permohonan atau Do’a.
Dalam shalat terkandung tindakan WASHOLA yaitu menyatukan diri dengan Allah,
jadi termasuk dalam menegakan shalat adalah menegakan subtansi atau semangat dari
shalat, sama dengan menegakan Agama.
Shalat harus dilakukan dalam keadaan sadar sepenuhnya, didalam Al-qur’an Surat An-
Nisa (4) : 43, disebutkan bahwa dalam shalat setiap kata yang di ucapkan harus
dimengerti (kepada siapa dan untuk siapa kata dan ucapannya ditujukan). Shalat baru
dapat dilakukan bila setiap kata yang diucapkan diketahui kepada siapa kata ini
ditujukan, dalam keadaan inilah orang mengerti kepada siapa dia melakukan
penyembahan, tanpa mengetahui siapa yang disembah, jelas itu hanya pekerjaan sia-
sia. Disebut sebagai orang yang menyembah Adam Sarpin atau Makdum Sarpin berarti
sesuatu yang tidak ada objek dan tujuannya, dan hanya orang bodoh (tidak sadar) yang
mau melakukan pekerjaan yang sia-sia. Hal semacam inilah disebut sebagai orang yang
direndahkan martabat hidupnya.
Shalat atau penyembahan yang berguna adalah shalat yang dapat mencegah terjadinya
“Fakhsya”dan “Munkar”, dengan ayat ini sebenarnya yang harus menjadi perhatian
ulama Islam adalah Hakikat atau tujuan Shalat, malah justru mereka disibukan untuk
memperhatikan orang yang mengerjakan shalat sehingga akhirnya timbul perasaan
sinis dan berpandangan Negatif terhadap orang yang tidak mengerjakan shalat, apalagi
yang jarang hadir ke Mesjid. Yang ujung-ujungnya mereka lebih tertarik kesangkarnya
daripada burungnya, kita lebih tertarik kulit daripada isinya, mereka hanya sibuk
mengurus pengerjaan dan pelaksanaan shalatnya ketimbang Penegakannya.
Adapun yang dimaksud dengan Keji dan Munkar didalam shalat yaitu :
1. Perbuatan Keji : adalah perbuatan hina dan menjijikan yaitu perbuatan hati yang
penuh dengan sifat Iri, dengki, dendam, dan sejenisnya.
2. Perbuatan Mungkar : adalah perbuatan yang nyata-nyata ditolak oleh masyarakat
seperti :Dzalim, judi, mabuk-mabukan, per-Jinahan, kolusi, korupsi, per-
canduan dll. Jadi kalau orang betul-betul sudah menegakan shalat, niscaya tidak akan
ada lagi KKN, meskipun pemimpin, pejabat negara, tokoh masyarakat yang tak pernah
kemesjid, tidak kelihatan shalat bersama, tapi kalau mereka sudah benar-benar
menegakan shalatnya niscaya kita akan mendapatkan pemerintahan yang bersih, dan
tentu saja akan lebih baik jika pemimpin tersebut memberikan suri tauladan yang baik,
dengan rajin pergi ke Masjid untuk mengerjakan shalat secara berjemaah, agar tercipta
suasana yang kondusif. Suasana yang aman, nyaman dan bersahabat.
Seperti yang telah kita bahas diatas bahwa shalat 5 kali sehari itu hanyalah tata krama
dalam kehidupan beragama Cuma kiasan. Sedangkan shalat yang sesungguhnya disebut
sebagai “Shalat Dha’im” yaitu shalat yang tidak pernah terputus oleh waktu dan
tempat, dimanapun kapanpun, baik dalam situasi keadaan apapun dan dimanapun.
“AIYNAMAA TUKKUU FASAMMA WAJ’HULLAHI” (Kemanpun kita menghadapkan
diri kita, maka disanalah wajah Allah. Q.S : 2 : 115).
Maksudnya : Bahwa Shalat Daim itu tidak lagi mengenal arah, waktu maupun tempat,
karena dimana pun kita berada yang kita Ingat ataupun kita lihat hanyalah Wajah
Allah.

“ALLADZINA YADZKURUUNALLAHA QIYAAMAA WAQU’UDAA WA A’LAA


JUNUUBIHIM WAYA TAFAKKARUUNA FI KHALQI SAMAWATI WAL ARDHI”
(Merekalah orang-orang yang selalu ber-Zikir mengingat Allah, baik di waktu berdiri,
duduk dan berbaring. Dan selalu memikirkan tentang kejadian langit dan bumi. Q.S. 3 :
191).
“ALLADZIINAHUUM ALAA SHALATIHIM DAA’IMUN” (Dan merekalah
yang tetap khusyu (secara terus menerus hatinya ber-Zikir mengingat Allah
) dalam Shalatnya. Yang tidak pernah lupa meski sehembus Nafas, yang
tidak pernah terlena meski sedenyut jantung, dan tidak pernah lalai walau
sekedip mata (itulah SHALAT DA’IM . Q.S. AL-MA’ARIJ : 22). Seperti yang
dikutipkan oleh Hujatul Islam tanah Jawa yaitu Syekh Malaya atau yang lebih dikenal
Sunan Kali Jaga dalam Kitab-nya :
"PANGABAKTINE INGKANG UTAMA, NORA LAN WAKTU SASOLAHIRA, PUNIKA
MANGKA SEMBAHE, MENENG MUN, PUNIKU SASOLAHE RAGAN’ REKI, TAN
SIMPANG DADI SEMBAH, TEKENG WULUNIPUN, TINJA TURAS DADI SEMBAH,
IKU INGARANAN NIYAT KANG SEJATI, PUJI TAN PAPEGATAN"
Maksudnya : Kebaktian (Shalat) yang unggul itu tidak mengenal waktu, semua tingkah
lakunya, itulah sembahyangnya, diam, bicara, dan semua gerak gerik badannya
merupakan sembahyang, hingga wudhu, berak, dan kencingnya pun merupakan
sembahyang, itulah yang disebut niat yang sejati, Pujian yang tak putus-putusnya.
Shalat Daim disebut kebaktian yang unggul !, karena semua tingkah lakunya
merupakan wujud dari sembahyang. Dan tidak mengenal waktu, ya makna “Da’im”
memang terus menerus tak pernah berhenti, tak pernah putus-putus, itulah Da’im. Jadi
shalat Da’im adalah shalat sepanjang hidup, diam, bicara, bekerja, istirahat, makan-
minum, tidur maupun bangun senantiasa shalat, semua gerak tubuh ini merupakan
sembahyang, bukan hanya wudhu bahkan tatkala ber-tinja dan kencingpun dalam
keadaan shalat.
Coba kita lihat lagi Hakikat Shalat yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Thaha (20)
: Ayat 14, disana tertulis dengan jelas INNANII ALLAHU LAA ILAAHA ANA
FA’BUDUNII WA AQIMI SHALAATA LIDZIKRII
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tidak ada Tuhan Selain AKU. Maka sembahlah
AKU danDirikan Shalat untuk Ber-Zikir Kepada-KU” (Al-Qur’an Surat Thaaha :
14)
Jadi jelas, bahwa shalat itu didirikan untuk ber-Zikir kepada Allah, kalau dalam bahasa
sehari-hari, shalat merupakan kewajiban minimal dalam ber-Zikir. Artinya bahwa
dalam hidup ini, bangun dan tidur seharusnya ber-zikir terus menerus, kapan saja dan
dimana saja harus ber-zikir (ingat kepada Allah), tapi nyatanya kebanyakan orang tidak
bisa menjalani hidup yang demikian ini, makanya disediakan waktu Zikir secara khusus
seperti yang diterapkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya, yaitu 5 kali dalam
sehari, yang kita kenal dengan shalat 17 rakaat.
Shalat Da’im adalah shalat yang tidak memerlukan lagi sesuatu/ tanpa perantara,
yakni shalat tanpa menggunakan air wudhu untuk menghilangkan hadast besar/kecil,
Itulah Shalat batin yang sebenarnya. Shalat yang didalamnya seseorang boleh makan-
minum, tidur, bersenggama (dengan istri), maupun buang kotoran, hal ini disampaikan
Syekh Malaya atau Sunan Kalijaga, setelah ia mendapatkan pelajaran yang sebenarnya
dari Nabi Khidir A.S.

Adapun Maksud sebenarnya dari Shalat 50 Rakaat atau shalat 50 kali dalam sehari,
yang dititahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, sebenarnya mengandung
maksud tujuan yang paling mendasar dalam hal ber-Ibadah kepada Allah. Adapun
dasar tujuan utamanya adalah agar manusia selalu ingat ber-Zikir kepada Allah.

Jika dalam waktu 24 jam, kita bagi menjadi 8 jam untuk makan, tidur, mandi dan lain-
lain, maka sisanya adalah 16 jam. Jika angka 50 rakaat tadi kita bagi dengan sisa waktu
yang 16 jam, maka hasilnya akan menjadi 3 koma sekian. Berarti setiap jam harus
melaksanakan Shalat 3 kali, lalu jika setiap shalat memakan waktu 10 menit saja,
berarti 30 menit untuk shalat, sisa 30 menit lagi untuk mencari nafkah.
Maka dibalik apa yang tersurat, ada yang tersirat dalam shalat 50 rakaat tersebut,
yang dimaksudkan adalah bahwa Shalat harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari hidup dan kehidupan manusia. Jadi setiap saat harus dilewati dalam keadaan
shalat, yang harus didirikan, dibangkitkan dan harus mewarnai setiap tindakan, ucapan,
dan pikiran manusia. Pantas saja didalam Al-qur’an Allah memberitahukan :
“INNAMAA LAKABIRATUN ILLA A’LAL KHOSYI’UN - ALLADZIINAHUM ALAA
SHALATIHIM DAA’IMUN” (Sesungguhnya SHALAT itu berat sekali, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu. Yaitu mereka yang tetap terus menerus mengerjakan shalat
(dalam hidup dan penghidupannya), yang tidak pernah lupa meski sehembus Nafasnya,
yang tidak pernah terlena meski sedenyut jantung, dan tak pernah lalai walau sekedip
mata. (Q.S ;2 : 45 – Q.S ; AL-MAARIJ : 22).
Ibadat tidak dapat dilepaskan dari makna dan tujuan yang mendasari ibadat. Ambil
saja Shalat,makna atau tujuan dari shalat adalah ber-Zikir kepada Allah. Tapi justru
kebanyakan kita lupa kepada makna dan tujuannya. Kita malah asyik dengan
pelaksanaan dan pengerjaan shalatnya saja, ketimbang Zikir-nya. Padahal suatu
gerakan tak mungkin merubah suatu keadaan akan menjadi lebih baik, bila dalam
shalatnya kita lupa akan tujuannya, bukankah Allah sudah memberitakan kepada kita
semua “WADZKURULLI ADZKURKUM” Ber-Zikirlah kepadaKU, niscaya AKU
akan ber-Zikir kepadamu. Dan bila kita mampu mencapai tahap Zikir dalam keadaan
bergerak, baik dikala Berdiri, Rukuk, Sujud, dan Duduk dalam satu kesatuan,
maka terciptalah ketentraman batin.

Didalam shalat ada “WASHALA”, yakni tindakan untuk menghubungkan atau


menyatukan Diri dengan Allah. Bila hal ini tercapai maka lahirlah “Kasih (Rahim-
Allah)” yang wujudnya adalah tercegahnya seseorang yang menegakan/mendirikan
shalat dari perbuatan dan tindakan FAKHSYA (Keji) dan MUNKAR, bahkan di ayat
ini dinyatakan dengan tegas, bahwa nilai Zikir itu lebih besar daripada ibadat-ibadat
lainnya Q.S. 29 : 45.
Tujuan Shalat itu untuk mencegah perbuatan dan tindakan Keji dan Munkar, bukan
untuk mendapatkan SORGA, jika orang sudah tidak berbuat Keji dan Munkar, maka
SORGA-nya akan datang dengan sendirinya. Seseorang dikatakan terbebas dari
perbuatan dan tindakan Keji bila ia sudah tidak lagi melakukan perbuatan yang
memalukan, tidak lagi berbuat yang menjijikan, ia bebas dari perbuatan dan tindakan
munkar bila ia tidak melakukukan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku.
Orang hanya bisa mengajarkan TATA CARA SHALAT dan melakukan pengerjaan
shalatnya ketimbang mengajarkan bagaimana supaya kita dapat
Menegakan/mendirikan shalat itu dalam praktek nyata di kehidupan sehari-hari.
Seorang petani yang berangkat pagi-pagi ke sawah, lalu melakukan pekerjaan di sawah
dengan benar tanpa pamrih, itu artinya ia telah melakukan shalat secara nyata, dengan
kata lain, orang yang mengerjakan pekerjaannya dengan benar dan LILLAHI
TA’ALLA, bukan karena egonya berarti dia telah melaksanakan Shalat Sejati yakni
Shalat yang sebenarnya atau disebut dengan Shalat Da’im.
Adapun pelaksanaan shalat 5 waktu, itu bukan shalat yang sebenarnya, dan kalau toh
itu tetap disebut shalat, maka pelaksanaan shalat yang tampak terlihat secara lahiriah
ini, hanyalah hiasan dari padaShalat Da’im, yakni hiasan atau bungkus atau baju dari
shalat yang sebenarnya.
Shalat Da’im adalah shalat yang ditegakan secara terus menerus tak pernah putus,
baik ketika melek / terjaga maupun ketika tidur. Baik ketika bekerja maupun sedang
beristirahat. Shalat 5 waktu hanya Tata Krama, sedang Shalat Da’im. Shalat yang
sebenarnya adalah menyadari keberadaan Hyang Maha Agung dihadapan dirinya
sendiri, dan dia merasa bahwa dirinya sirna/lenyap. Sehingga semua tingkah lakunya
merupakan shalatnya, berwudhu, buang air besar dan kecil, semuanya merupakan
sembah, itulah yang disebut niat yang sejati dan pujian yang tak pernah putus.

Makna Niat
Sekarang perihal Niat, sebagaimana yang telah diutarakan bahwa berwudhu harus
disertai niat. Tanpa niat, sama saja dengan membersihkan bagian-bagian tertentu dari
anggota badan. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan bahwa
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niat-nya,” [Innama al-amal bi al-
niyat]”. Hadits ini amat popular dikalangan awam.
Ajaran tentang niat ini pun diajarkan oleh Syekh Syaripudin (Sunan Bonang) dalam
kitabnya yang disebut dengan Suluk Wujil. Dijelaskan dalam bait 40 pada suluk
tersebut sebagai berikut :

Niyat iku luwih saking amale ponang akathah, nora basa swara reke, niyating pingil
iku kang gumelar nyananireki sajatine kang niyat nora niyatipun niyating pingil
gumelar niyating sembahyang nora bedaneki lan niyat ambebegal.

Artinya : Niat itu lebih utama dari amalan yang banyak. Niat itu bukan bahasa maupun
suara! Niat itu untuk melakukan tindakan yang ada di dalam pikiran. Sesungguhnya
yang disebut niat itu bukan pada niatnya, tetapi niat untuk melakukan tindakan yang
terungkap. Kalau hanya niat, maka niat sembahyang tiada bedanya dengan niat
merampok.
Kata niat dalam bentuk “Umniyyat” ditemukan pada ayat Q.S. 22: 52. Yang dimaksud
adalah kehendak untuk melakukan sesuatu. Ya niat memang merupakan dorongan
untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Karena itu, niat bukan berupa bahasa atau
suara. Ajaran ini bukan untuk menyalahkan orang yang mengucapkan niat ketika
hendak mengerjakan sembahyang atau lainnya. Yang dimaksud dalam ajaran suluk
tersebut, niat itu tidak sebatas ucapan, baik itu ucapan dalam hati atau melalui mulut.
Niat, tidak demikian! Kalau hanya berupa ucapan [bersuara atau dalam hati], maka itu
sama saja antara mengucapkan niat untuk bersembahyang maupun merampok. Niat
yang demikian, jelas tidak lebih utama daripada perbuatan.
Niat disebut lebih penting, daripada amalan yang banyak, bila mana niat itu merupakan
kehendak untuk melakukan sesuatu yang sudah digagas dalam pikiran. Niat semacam
inilah yang membedakan antara perbuatan bajik dan perbuatan jahat. Niat semacam
inilah yang disebut dalam suatu hadist sebagai niat yang lebih baik daripada amalnya.
ALASAN MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN SHOLAT
Sesungguhnya Allah Swt adalah Tuhan yang maha Rahman dan maha rohim,yang maha tahu
akan segala apa yang ada di bumi,sehingga setiap apapun yang diperintahkan dan dilarang
olehnya benar – benar menunjukan kasih sayang dan cintanya kepada setiap mahluk di muka
bumi.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-kautsar ayat 2, “ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu;
dan berkorbanlah”.Ayat tersebut menunjukan betapa pentingnya menjalankan ibadah yang satu
ini,bahkan Allah mengancam manusia yang lalai dalam mengerjakan sholat dengan ancaman
yang keras dalam surat al-maun ayat 4-5 “maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat
yaitu orang-orang yang lalai dengan sholatnya”.
Apa sebenarrnya yang terkandung dalam sholat sehingga Allah Swt begitu memerintahkannya
bahkan mengancam orang-orang yang lalai dengan ancaman yang keras apalagi orang
yang meninggalkannya.Allah Swt memerintahkan untuk sholat sebagai pembeda antara yang
mu’min dan yang kafir,selain itu sholat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan
Allah,dalam sebuah hadits qudsy dikatakan “kedekatan seorang hamba kepada-ku,seperti
sesuatu yang aku fardukan (wajibkan ) padanya.dan tidak henti-hentinya seorang hamba
mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunat ,sehingga aku mencintainya,maka aku
menjadi telinga yang ia pergunakan untuk mendengar,menjadi mata yang ia pergunakan
untuk melihat.jika ia meminta padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa
kepadaku niscaya aku akan mengabulkan.
Menurut penelitian Dr.Alexis carel,seorang pemenang nobel dalam bidang kedokteran
memberikan pernyataan sebagai berikut, “Sholat memunculkan aktivitas pada perangkat tubuh
dan anggota tubuh bahkan sebagai sumber aktivitas terbesar yang dikenal sampai saat
ini.Sebagai seorang dokter,saya melihat banyak pasien yang gagal dalam pengobatan ,dan
dokter tidak mampu mengobatinya,lalu ketika pasien-pasien membiasakan sholat justru
penyakitnya mereka hilang.Saya benar-benar melihat efek sholat pada kondisi sakit karena
banyak pasien sembuh dari penyakit radang tulang,kangker,luka membusuk dan lain-lain
dengan sholat.
Berikut ini akan di paparkan beberapa rahasia dari berbagai gerakan sholat dengan aktivitas
sirkulasi darah dalam urat.
1.Qiyam (berdiri)
Berdiri merupakan gerakan pertama dalam sholat.dalam posisi ini seseorang berdiri tegak
namun rileks.kaki merenggang selebar jarak antara dua bahu tubuh.tangan kanan memegang
tangan kiri posisi ini sebagai awal pembukaan diri.
2.Ruku’
Posisi ini menempatkan jantung berada dalam satu garis horizontal dengan pembuluh darah
tulang besar ,sebagai ganti dari letak asalnya yaitu dalam posisi lebih tinggi dari pembuluh darah
tulang tersebut.posisi ini memudahkan aliran darah untuk kembali ke jantung karena pengaruh
karena pengaruh aktivitas penarikan oleh urat-urat jantung sehingga jantung lebih leluasa
menarik darah tanpa rintangan gaya gravitasi bumi.gerakan ini jugga meningkatkan kemampuan
memompa dari urat urat dalam perut untuk mengalirkan darahnya menuju jantung dennan
kekutan maksimal oleh pengerutan dinding perut.karena gerakan ini terbebas dari rintangan
gravitasi bumi yang biasanya membebani penarikan darah dari bawah keatas sehimgga darah
mengalir kembali ke jantung sehingga darah dapat kembali dengan mudah ke jantung,dan darah
dapat dibersikan dari segala kotoran secara maksimal setelah mengalir ke bagian tubuh.
3 .I’tidal
Gerakan ini membantu menarik nafas yang dalam lalu diikuti pengeluaran nafas tersebut dari
arah yang berlawanan dengan kuat diafragma kembali dalam posisi lebih tinggi,rongga perut
tertekan ke tempat yang lebih rendah.dada berada dalam posisi lebih tinggi dari desakan udara
.sehingga mengirai terpwncarnya darah ke rongga dada.aliran darah yang telah berada pada
rongga kaki mempunya kesempatan leluasa untuk berjalan cepat menuju rongga perut dimana
urat – urat yang sedang lunak siap menerima darah yang tengah berjalan dari arah kaki.
4.Gerakan dari berdiri menuju sujud
Gerakan ini membangkitkan semua proses pemompaan darah urat samping secara maksimal
dan seaktif mungkin.gerakan tersebut memompa darah pada urat kaki,menyemprot
betis,menyemprot paha darsamping ke samping juga menyemprot perut.hal ini bertujuan
memeras darah urat yang terdapat dalam jaringan darah menuju urat kecil dan dilanjutkan ke
urat besar.
5.Gerakan sujud
Gerakan ini memunculkan sirkulasidarah yang sempurna searah dengan tarikan gaya gravitasi
bumi.pengencangan punggung menjadikan otot yang bersandar pada punggung mengalirkan
darah dengan deras menuju aliran darah yang memancar dalam nadi darah besar yang pada
saat itu berada dalam posisi lebih tinggi dari posisi keberadan jantung.

Shalat adalah bentuk ibadah yang paling penting dan paling hakiki dalam Islam. Banyak ulama yang
mengatakan bahwa tanpa shalat, segala bentuk ibadah lain yang kita kerjakan, boleh dikata tidak ada
artinya. Oleh sebab itu, mereka mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama. Kalau tiangnya saja
sudah rapuh, bagaimana bisa membangun pondasi iman yang kokoh?

Shalat tidaklah mengganggu pekerjaan yang kita lakukan. Kita hanya diperintahkan mengerjakan shalat
yang sifatnya wajib selama 5x sehari semalam, yang terdiri dari : shalat maghrib (3 raka’at), shalat isya (4
raka’at), shalat shubuh (2 raka’at), shalat dhuhur (4 raka’at), dan shalat ashar (4 raka’at). Misalkan Anda
adalah seorang pegawai kantoran yang masuk kantor jam 08.00 dan pulang pukul 16.00. Satu-satunya
jadwal shalat yang ada pada waktu demikian adalah shalat dhuhur yang dapat dikerjakan pada saat jam
makan siang, serta shalat ashar yang dapat dikerjakan pada saat jam pulang kantor, dimana masing-
masing shalat tsb dapat dilakukan dalam waktu kurang lebih hanya 10 menit (termasuk berwudhu).
Bahkan shalat shubuh (yang harus dikerjakan pada waktu shubuh dengan tempo kurang lebih hanya 7
menit [termasuk wudhu]) dapat membuat kita cepat bangun agar tidak telat masuk kantor.

Bagaimana jika ditempat kita kurang atau tidak ada air untuk berwudhu, atau kita berada dalam kondisi
tertentu (misalnya sakit), dimana tidak memungkinkan untuk berwudhu dengan air? Untuk sebab ini,
kita dapat bertayamum, yaitu menyapukan tanah (debu) yang suci ke muka dan kedua tangan, dengan
niat untuk membolehkan bershalat dsb. Seandainya dengan bertayamum pun tidak memungkinkan
(misalnya karena tidak adanya tanah yang bersih atau kita dalam keadaan terbelenggu dsb), maka kita
tetap wajib mengerjakan shalat, walaupun tanpa wudhu dan tanpa tayamum. Walaupun tidak
memenuhi aspek kebersihan jasmani, namun niat yang tulus untuk beribadah sudah cukup memenuhi
aspek kebersihan rohani, sebagai pemisah antara amalan duniawi dan amalan ibadah mahdhah seperti
shalat dsb.

Apabila seseorang terlupa atau tertidur sehingga keluar waktu shalat, maka ia diharuskan
melaksanakannya segera setelah teringat atau terbangun dari tidurnya itu. Jika Anda berada dalam
perjalanan jauh, Anda dapat mengqashar (memperpendek) raka’at shalat atau menjamak
(menggabungkan) waktu shalat secara bersamaan; tergantung kondisi yang sedang Anda hadapi pada
saat itu.

Jikalau Anda sakit parah, dan hanya dapat terbaring lemas ditempat tidur, maka Anda diperbolehkan
untuk melakukan gerakan shalat sesuai kemampuan, bahkan jikapun hal ini tidak dapat dilakukan, maka
cukup membaca bacaan shalat dalam hati saja.

Lalu, mengapa orang shalat harus menghadap kiblat (Ka’bah)? Anda bisa bayangkan jika Anda
melakukan shalat berjama’ah di mesjid, dimana ada beberapa jamaah yang menghadap ke timur,
sementara yang lainnya menghadap ke barat, utara, atau selatan; sungguh hal tersebut akan saling
mengganggu antar jamaah dan pada akhirnya shalat tidak akan dapat berjalan dengan baik. Selain itu,
shalat akan terasa sangat janggal (tidak enak) dipandang mata. Lagipula dengan bersama-sama
menghadap kiblat, shalat kita akan terasa khusyuk dan kitapun dapat merasakan akan indahnya
‘kebersamaan’.

Namun ada pula pengecualian untuk hal ini, yaitu apabila seseorang berada dalam keadaan ketakutan
yang sangat (misalnya ditengah-tengah berkecamuknya pertempuran atau keadaan huru hara yang
membahayakan jiwanya, atau dalam upaya menyelamatkan hartanya dari kebakaran, kebanjiran, dsb,
sementara waktu shalat telah mendesak), maka dibolehkan baginya shalat sambil berjalan atau berlari,
walaupun tepaksa hanya membaca di dalam hati, tanpa ruku’ dan sujud, serta tanpa menghadap kiblat.

Seorang ulama besar bernama An-Nawawi menjelaskan dalam ‘Al-Majmu’, “Apabila tiba waktu shalat
fardhu, sedangkan mereka para musafir sedang berkendaraan, lalu seseorang merasa takut, jika turun
dari kendaraannya untuk shalat menghadap kiblat akan tertinggal dari rombongannya, atau khawatir
atas keamanan dirinya atau hartanya, maka ia tetap tidak dibolehkan meninggalkan shalat sehingga
keluar waktunya. Demi menjaga ‘kehormatan waktu’ shalatnya itu, ia wajib melaksanakannya diatas
kendaraan (walaupun sambil duduk dengan ruku’ dan sujud sekedarnya, serta tanpa menghadap
kiblat).” Hal ini berlaku pula bila Anda berada di kereta api atau pesawat terbang, yang adakalanya
mengalami hal serupa. Namun alangkah baiknya jika Anda merasa sanggup, Anda dapat mengulangi
shalat Anda tsb setelah sampai di tempat tujuan atau di suatu tempat yang layak, bila memang
waktunya masih memungkinkan.

Dari pemaparan-pemaparan diatas, nampak terlihat bahwa Allah SWT menghendaki kemudahan buat
umatnya, bukan kesukaran, sebagaimana firmanNya dalam S. Al-Baqarah [2] ayat 185 berikut :

……Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…….

Terlepas dari semua itu, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, karena kita selalu
ingat kepada Allah SWT yang memerintahkan kita agar kita bertaqwa. Lagipula, apalah sumbangsih dan
wujud terima kasih kita kepada Allah sebagai Tuhan yang memberikan kita segala kenikmatan (yang
tidak dapat diperoleh oleh makhluk lainnya), kalau bukan dengan menyembah-Nya. Allah berfirman :

Artinya :
014. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaahaa [20] : 14)

Artinya :

045. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-‘Ankabuut [29] : 45)

Selain itu, ternyata gerakan shalat yang benar dapat memberi efek kesehatan bagi tubuh. Shalat
dianggap sebagai amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-
gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) manusia. Sudut pandang ilmiah
menjadikan shalat sebagai ‘obat’ bagi berbagai jenis penyakit, serta yang terpenting adalah sebagai
pencegahan dari serangan suatu penyakit. Masing-masing gerakannya mempunyai manfaat yang tak
terbayangkan sebelumnya. Berikut ini penjelasannya :

a. Takbiratul Ihram, yakni berdiri tegak, lalu mengangkat kedua tangan sejajar telinga atau bahu, dan
melipatnya di depan dada bagian bawah. Gerakan seperti ini melancarkan aliran darah, getah bening
(limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung dibawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke
seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen
menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan didepan dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
(Gambar: Gerakan Takbiratul Ihram)

b. Ruku’, yakni dalam posisi yang sempurna ditandai dengan tulang belakang yang lurus. Posisi kepala
lurus dengan tulang belakang. Postur ini bermanfaat menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang
belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan
otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi
relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah
gangguan prostat.

(Gambar: Gerakan Ruku’)

c. I’tidal, yakni posisi bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi
telinga atau bahu. I’tidal adalah variasi postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerak berdiri setelah
ruku’ dan sebelum sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan didalam
perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih
lancar.

(Gambar: Gerakan I’tidal)


d. Sujud, yakni posisi menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada
lantai. Manfaatnya, aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak
menyebabkan darah kaya akan oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada
daya pikir seseorang, sehingga dapat memacu kecerdasan. Karena itu, lakukan sujud dengan
tuma’ninah, jangan tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga
menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar
biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan, juga memudahkan proses persalinan.

(Gambar: Gerakan Sujud)

e. Duduk, terdapat dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarru’ (tahiyyat akhir). Perbedaan
terletak pada posisi telapak kaki. Manfaatnya, saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang
terhubung dengan syaraf nervus ischiadus. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang
sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria, sebab
tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas
deferens. Jika dilakukan dengan benar, postur ini mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada
iftirosy dan tawarru’, menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali.
Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

(a) (b)

{Gambar (a): Duduk iftirasy antara kedua sujud. Kedua telapak tangan diatas lutut, telapak kaki kiri
diduduki dan telapak kaki kanan tegak diatas lantai. Gambar (b): Bentuk dan sikap duduk iftirasy. Kaki
kiri diduduki, kaki kanan berdiri tegak dengan jari-kari dihadapkan ke arah kiblat.}
(Gambar: Duduk tasyahud akhir dengan sikap tawarru’. Kaki kiri diselorohkan di bawah kaki kanan
sehingga bersilangan. Telapak kaki kanan diberdirikan bertumpu pada ujung jari yang dilipat menghadap
kiblat)

f. Salam, yakni gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Manfaatnya adalah
relaksasi otot sekitar leher dan kepala, menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah
sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.

(Gambar: Gerakan Salam)

Dari hal-hal yang telah dijelaskan diatas, kita dapat berkesimpulan betapa besar nikmat Allah yang
diberikan kepada kita. Bahwa ternyata segala apa yang diperintahkan dan dilarang-Nya itu justru
mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kita dan semata-mata untuk kepentingan kita juga.

Shalat yang kita kira semata-mata hanya untuk menyembah kepada Allah, justru memberi faedah yang
luar biasa bagi diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai