Anda di halaman 1dari 46

i

Fiqh Puasa
dari Kitab Safinatun Najah
Oleh: Abu Yusuf Akhmad Ja'far ‫حفظه هللا‬

Mohon dibaca sampai halaman terakhir!

ii
Muqoddimah
Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah ta‟ala
yang telah memberikan kesempatan untuk kita
mempelajari dan mengkaji Al-Quran dan Sunnah
melalui pemahaman para sahabat dan ulama
robbani.
Di dalam Islam dikenal ada istilah “Madzhab”,
yang artinya adalah cara/metodologi dalam
memahami dalil, terkhusus di dalam masalah
Fiqhiyyah. Dan para ulama sepakat bahwa madzhab
yang sangat masyhur hingga kini ada 4; Hanafi,
Maliki, Syafii, dan Hambali.
Para ulama telah menyarankan kepada kita
untuk tafaqquh ke satu madzhab, terlebih lagi jika
kita adalah penuntut ilmu pemula, sebelum
mempelajari fiqh muqoronah (perbandingan). Salah
satu madzhab yang sangat masyhur, di Indonesia
khususnya, adalah madzhab Syafii.

Oleh karenanya, kita coba mengkaji melalui


kitab-kitab paling dasar madzhab syafii sebelum
mengkaji kitab-kitab yang lebih tinggi lagi, semisal
Al-Umm.

Pada pembahasan kali ini, kita mencoba


menggali faidah dari Kitab Safinatun Najah, yang
populer di kalangan santri atau masyarakat desa.

iii
Dulu kami pernah mengaji dengan guru di kampung
saat masih SD.

Menjelang Ramadhan tahun ini, kita coba kaji di


Bab Siyam (Puasa). Ngaji kita ini, fokus memahami
lafadz dari penulis, dengan merujuk penjelasan para
ulama syafiiyah dan kitab-kitab yang mendukungnya.
Dan disertakan dalil jika perlu, untuk memperkuat
argumen. Tentu penjelasannya singkat, karena fokus
kita memahami kalam muallif (perkataan penulis).
Perlu diketahui bahwa Kitab Safinah yang ada
sekarang ini, di tulis oleh tiga ulama sekaligus;
- Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadromy, dari
awal Kitab hingga Bab Zakat
- Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-
Banteni, Bab Puasa
- Syaikh Muhammad Baatiyah, Bab Haji

Banyak sekali yang mensyarah kitab Safinatun


Najah ini, diantara yang dikenal adalah:

- Nailur Raja, karya Syaikh Ahmad Asy-


Syathiri

- Kasyifatus Saja, karya Syaikh Muhammad


Nawawi Al-Bantani

iv
- Ghoyatul Muna, karya Syaikh Muhammad
Ali Baatiyah

- dan masih banyak lagi


Sebelum masuk pembahasan kitab, kami akan
mencoba menguraikan makna puasa secara bahasa
dan istilah syar'i.
Secara bahasa, puasa berarti ‫ اإلمسان‬, yang
artinya menahan. Secara istilah, puasa berarti
‫إمسان مخصوص بنٌة مخصوصة فً زمن مخصوص‬, yaitu
menahan sesuatu dengan niat khusus di waktu yang
khusus. Sebagian ulama menambahkan
‫ من طلوع الفجر إلى غروب الشمس‬, yang berarti: dari terbit
fajar (subuh), hingga terbenam matahari (magrib).
Puasa Ramadhan adalah rukun Islam yang
keempat. Allah Ta‟ala telah mewajibkan berpuasa
Ramadhan bagi hambanya pada tahun kedua
setelah hijrahnya Nabi Muhammad shallallahu „alaihi
wasallam ke Madinah, dengan turunnya ayat 183
dalam surat Al-Baqarah.
Berikut hadist dan ayat tentang wajibnya puasa
Ramadhan;
‫ض ًَ هللا ُ َع ْن ُه َما‬ ِ ‫ب َر‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْالخ‬
ِ ‫َطا‬ ُ ‫الرحْ َم ِن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬ َّ ‫َع ْن أَبًِ َع ْب ِد‬
َ ْ ُ َّ َ
‫ بُن ًَِ ا ِإل ْسالَ ُم َعلى َخ ْم ٍس‬: ‫صلى هللاُ َعل ٌْ ِه َو َسل َم ٌَم ْو ُل‬ َّ َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬ َ : ‫لَا َل‬
َّ
‫صالةِ َوإِ ٌْتَاءِ الزكَا ِة‬ َ َ
َّ ‫س ْو ُل هللاِ َوإِل ِام ال‬ ً َ َّ َ َ ْ َ
ُ ‫ َش َها َدةِ أن ال إِلهَ إِال هللا ُ َوأنَّ ُم َح َّمدا َر‬:
‫ي َو ُم ْسلِم‬ ُّ ‫َار‬
ِ ‫ضانَ ” َر َواهُ البُخ‬ َ ‫ص ْو ِم َر َم‬
َ ‫ت َو‬ ِ ٌْ َ‫“ َو َح ّجِ ْالب‬

v
Dari Abu „Abdurrahman „Abdullah bin „Umar bin
Al-Khattab radhiyallahu „anhuma, ia mengatakan
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi
wasallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima
perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang berhak
disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan Allah;
menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan
haji ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Allah ta‟ala berfirman:


‫ِب َعلَى الَّذٌِنَ م ِْن لَ ْب ِل ُك ْم‬ َ ‫ٌَا أٌَُّ َها الَّذٌِنَ آَ َمنُوا ُكت‬
ّ ِ ‫ِب َعلَ ٌْ ُك ُم ال‬
َ ‫صٌَا ُم َك َما ُكت‬
َ‫لَعَلَّ ُك ْم تَتَّمُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-
Baqarah:183)
Ulama telah Ijma' (bersepakat) akan
diwajibkannya Puasa Ramadhan, dan hal ini
termasuk perkara ma'lumah minaddin biddhoruroh
(perkara wajib diketahui setiap muslim), barangsiapa
yang mengingkari wajibnya puasa maka dia telah
kafir.

vi
Dalam pembahasan Fiqh Puasa dari kitab
Safinatun Najah ini, terdapat 6 pembahasan;
1. Muqoddimah
2. Penetapan Bulan Ramadhan, Syurut
Sihhah dan Wajib Puasa
3. Rukun Puasa
4. Qodho‟ dan Kafaroh
5. Pembatal Puasa
6. Konsekuensi Bagi yg Berbuka di Siang Hari
Bulan Ramadhan hingga Khatam Bab
Puasa
Semoga kita bisa mengkaji kitab dengan baik
dan istiqomah.

vii
PENETAPAN BULAN RAMADHAN,
SYARAT SAH DAN WAJIB PUASA

1
‫في ثبوت رمضان‬
Penetapan Bulan Ramadhan
‫ٌجب صوم رمضان بأحد أمور خمسة‬
Wajib untuk Berpuasa Ramadhan dengan salah satu
diantara 5 hal:

‫ بكمال شعبان ثالثٌن ٌوما‬: ‫أحدها‬


Pertama: Menggenapakan bulan Sya'ban 30 hari.

Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda:


َ‫غ َّم َعلَ ٌْ ُك ْم فَأ َ ْكمِ لُوا ْال ِع َّدةَ ثَ َالثٌِن‬
ُ ‫فَإِ ْن‬

“Jika mendung (sehingga kalian tidak bisa melihat


hilal Ramadhan), maka sempurnakanlah bilangan
bulan Sya‟ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari)
‫ برؤٌة الهالل فً حك من رآه و إن كان فاسما‬: ‫وثانٌها‬
Kedua: Melihat Hilal, bagi orang yang melihatnya
walaupun dia Fasik.

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta‟ala,

ُ ٌَ‫ش ْه َر فَ ْل‬
ُ ‫ص ْمه‬ َّ ‫فَ َم ْن َش ِه َد مِ ْن ُكمُ ال‬

”Karena itu, barangsiapa di antara kamu


menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
tersebut.” (QS. Al Baqarah:185).

2
Makna ‫( شهد‬menyaksikan) adalah ‫( علم‬mengetahui).
‫ بثبوت فً حك من لم ٌره بعدل شهادة‬: ‫وثالثها‬
Ketiga: Dengan kabar dari orang terpercaya bagi
yang tidak melihat hilal.

Orang terpercaya itu adalah orang-orang yang tidak


melakukan kefasikan (dosa besar) dan tidak terus
menerus dalam dosa kecil, taatnya lebih banyak dari
maksiatnya.
Sifat Adl (terpercaya), harus memenuhi kriteria
berikut:

Laki-laki, Hurr (bukan budak), Rasyid (bukan safih


/bodoh), memiliki muruah (wibawa), dalam keadaan
bangun, dapat berkata, mendengar dan melihat.
Semisal kita kalau di Indonesia, mendengar kabar
dari Mentri Agama yang di putuskan melalui rapat
beberapa ormas yang meru'yah hilal melalui
perwakilan masing-masing, maka wajib untuk puasa.
،‫ سواء ولع فً الملب صدله أم ال‬،‫ بإخبار عدل رواٌة موثوق به‬: ‫و رابعها‬
‫أو غٌر موثوق به إن ولع فً الملب صدله‬
Keempat: Dengan kabar dari orang yang terpercaya
(sebagaimana seperti disebutkan diatas, meskipun
tidak harus hurr (berarti boleh budak), tidak harus
laki-laki (berarti boleh wanita), orangnya tsiqoh

3
meskipun di dalam hati membenarkan atau tidak,
begitu juga sebaliknya.
Perbedaan ‫ عدل شهادة‬dan ‫عدل رواٌة‬: Adl syahadah,
sudah kita jelaskan di atas. Sedangkan adl riwayah,
persaksian dari orang yang bukan adl syahadah,
semisal seorang budak, dan seorang wanita. In syaa
Allah pembahasan ini ada rincian di kitab Fathul
Qorib.

‫ بظن دخول رمضان باالجتهاد فٌمن اشتبه علٌه ذلن‬: ‫و خامسها‬


Kelima: Dengan dugaan ijtihad karena belum terlihat
jelas, bahwa Ramadhan telah masuk. Seperti
keadaan orang-orang di dalam penjara, yang tidak
ada orang yang mengabarkan kepadanya.

4
‫في شروط صحة الصوم‬
Syarat Sah Puasa
‫ شروط صحته أربعة أشٌاء‬:
Syarat Sahnya ada 4.

‫ وعلم بكون الولت لابال للصوم‬،‫ ونماء من نحو حٌض‬،‫ و عمل‬،‫إسالم‬


1. Islam

Jadi, tidak sah puasa orang kafir, baik kafir asli


maupun murtad.
2. Aqil (Tamyiz)

Tidak sah puasa bayi dan orang gila, karena tidak


ada niat dalam diri mereka. Perlu kita ketahui bahwa
Niat adalah salah satu rukun puasa, sebagaimana
akan di jelaskan di pembahasan berikutnya.
3. Bersih dari Haid (atau yang semisalnya, nifas
atau wiladah)

Tidak sah puasa orang haid dan nifas, ini merupakan


ijma‟ ulama, sebagaimana disebutkan Imam Nawawi
dalam kitab Al-Majmu'. Jika haid dan nifas terjadi di
sela-sela puasa (siang hari misalnya ataupun sesaat
sebelum magrib) maka puasanya batal wajib qodho'.
Dalil bahwa Haid dan Nifas membatalkan puasa
adalah hadits dari Mu‟adzah, ia pernah bertanya

5
pada „Aisyah radhiyallahu „anha. Hadits tersebut
adalah,

ِ ‫ص ْو َم َوالَ تَ ْم‬
‫ضى‬ َّ ‫ضى ال‬ ِ ‫ت َسأ َ ْلتُ َعائِ َشةَ فَمُ ْلتُ َما بَا ُل ْال َحائ‬
ِ ‫ِض تَ ْم‬ ْ َ‫َع ْن ُمعَا َذةَ لَال‬
ْ َ َ َ َ ّ
َ‫ لالت َكان‬.ُ‫ورٌَّ ٍة َول ِكنِى أسْأل‬ َ َ
ِ ‫ت للتُ لسْتُ بِ َح ُر‬ ْ ُ ْ َ
ِ ‫ورٌَّة أن‬ َ
ِ ‫ت أ َح ُر‬ ْ َ‫صالَةَ فَمَال‬َّ ‫ال‬
َِ‫صالة‬ َ َ
َّ ‫ص ْو ِم َوال نُؤْ َم ُر بِمضَاءِ ال‬ َّ ‫ُصٌبُنَا َذلِنَ فنُؤْ َم ُر بِمضَاءِ ال‬
َ َ ِ ٌ.
Dari Mu‟adzah dia berkata, “Saya bertanya kepada
Aisyah seraya berkata, „Kenapa gerangan wanita
yang haid mengqadha‟ puasa dan tidak mengqadha‟
shalat?‟ Maka Aisyah menjawab, „Apakah kamu dari
golongan Haruriyah (Khawarij) ?‟ Aku menjawab,
„Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya
bertanya.‟ Dia menjawab, „Kami dahulu juga
mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk
mengqadha‟ puasa dan tidak diperintahkan untuk
mengqadha‟ shalat‟.” (HR. Muslim)
4. Mengetahui Waktu Puasa

Yaitu dilakukan dari mulai terbit fajar hingga


tenggelam matahari (dan bukan pada hari-hari
terlarang puasa, semisal Idul Fitri, Idul Adha, Hari
Tasyriq, Hari Syak dll.).

6
‫في شروط وجوب الصوم‬
Syarat Wajib Puasa
‫شرط وجوبه خمسة أشٌاء‬
Syarat Wajib Puasa ada 5:

‫ و إلامة‬،‫ و صحة‬،‫ و إطالة‬،‫ و تكلٌف‬،‫إسالم‬


1. Islam
2. Taklif (Baligh dan Berakal)

Dari „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu, ia berkata


bahwa Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda,

، ‫ً َحتَّى ٌَحْ تَل َِم‬ِّ ِ‫صب‬ َ َ‫ َع ِن النَّائ ِِم َحتَّى ٌَ ْستَ ٌْم‬: ‫ُرف َع المل ُم َع ْن ثَالَثَ ٍة‬
َّ ‫ َو َع ِن ال‬، ‫ظ‬
‫تى ٌَعْ ِم َل‬
َّ ‫َو َع ِن ال َمجْ ن ُْو ِن َح‬
“Pena diangkat dari tiga orang: (1) dari orang yang
tidur sampai ia terbangun, (2) dari anak kecil sampai
ia ihtilam (mimpi basah), (3) dari orang gila sampai ia
sadar.” (HR. Abu Dawud)
3. Mampu

Maka tidak wajib puasa bagi orang yang tidak


mampu, seperti syaikh kabir (orang tua renta) atau
orang yang sakit tak ada kemungkinan sembuh.
Maka mereka, antara bayar fidyah atau tidak, (ada
pembahasan tersendiri in syaa Allah).

7
Berdasarkan firman Allah Ta‟ala,
‫ٌِن‬ َ ‫َو َعلَى الَّذٌِنَ ٌُطِ ٌمُونَهُ فِ ْدٌَة‬
ٍ ‫طعَا ُم مِ ْسك‬
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya, (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang
miskin.” (QS. Al Baqarah:184).
4. Sehat (tidak sakit)
5. Mukim (bukan musafir)

Jika dia melakukan safar (yang mubah, dalam artian


bukan safar untuk maksiat) yang panjang. maka
boleh untuknya berbuka.
Berbuka afdhal daripada puasa, jika puasanya
memudhorotkan selama perjalanannya.
Puasa afdhal daripada berbuka, jika puasanya tidak
memudhorotkan selama perjalannya.
Allah Ta‟ala berfirman:

‫َو َم ْن َكانَ َم ِرٌضًا أَ ْو َعلَى َسف ٍَر فَ ِعدَّة م ِْن أٌَ ٍَّام أُخ ََر‬
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain.” (QS. Al Baqarah:185)

8
Ayat di atas menjelaskan kebalikan dari syarat wajib
ke- 4 & 5.
Catatan:

Orang yang boleh berbuka saat safar adalah orang


yang safarnya sebelum subuh.
Adapun jika dia safar setelah subuh dari tempat dia
mukim, maka dia tidak boleh berbuka di tengah-
tengah perjalanannya, menurut jumhur ulama,
kecuali darurat.
Adapun orang sakit, jika dia awalnya puasa, lalu di
pertengahan hari sakit yang membuatnya harus
berbuka maka boleh baginya untuk berbuka.

9
RUKUN
PUASA

10
‫في أركان الصوم‬
Rukun Puasa
‫ أركانه ثالثة أشٌاء‬:
Rukun puasa ada 3:

‫نٌة لٌال لكل ٌوم فً الفرض‬


1. Niat pada malam hari (tabyit) pada puasa yang
wajib (Puasa Ramadhan, nadzar, kafaroh, qodho‟),
dan niatnya itu di lakukan setiap hari.
Jadi, tidak cukup niat di awal Ramadhan, misal:
“saya niat puasa Ramadhan 30 hari‟, melainkan
harus di lakukan setiap hari.

Dalil niat sudah sangat jelas. Dalam hadist yang


diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim,
ِ‫َت هِجْ َرتُهُ إلى هللا‬
ْ ‫ت وإِنَّما ِل ُك ِّل امريءٍ ما ن ََوى فَ َم ْن كَان‬ ِ ‫إنَّ َما األع َمال بال ِنٌَّّا‬
ٍ‫ُص ٌْبُها أو امرأة‬ ِ ٌ ‫َت هِجْ َرتُه ُ ِل ُد ْنٌَا‬
ْ ‫س ْو ِل ِه و َم ْن كَان‬ َ ِ‫سو ِل ِه ف ِهجْ َرتُهُ إلى هللا‬
ُ ‫ور‬ ُ ‫ور‬ َ
‫ٌَ ْن ِك ُح َها ف ِهجْ َرتُه ُ إلى ما هَا َج َر إلٌ ِه‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada
niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang
ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-
Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia
atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya
kepada yang ia tuju.”

11
Tabyit Niat: dilakukan pada malam hari, dari
tenggelamnya matahari (magrib) hingga sebelum
subuh. Adapun jika puasa Sunnah, maka niatnya
boleh tidak malam hari, boleh pada pagi hari
sebelum zawal (matahari condong ke barat/waktu
dzuhur), selama belum melakukan pembatal puasa
sebelumnya (misal makan, minum atau jima').
Niat tempatnya di hati menurut kesepakatan ulama.
Adapun jika dilafadzkan, sebagian ulama
berpendapat mustahab (disukai), untuk membantu
menghadirkan niat. Dan beberapa mengatakan itu
bid'ah. Jadi, jika sudah niat di dalam hati, maka
sudah cukup dan tidak perlu dilafadzkan.
‫و ترن مفطر ذاكرا مختارا غٌر جاهل معذور‬
2. Meninggalkan segala macam pembatal puasa,
dalam keadaan ingat (tidak lupa), dan bisa memilih
(tidak dipaksa), bukan Jahil (sudah tau ilmunya) dan
bukan yang punya udzur (misal: sakit, musafir dll).

Dalil yang menunjukan orang lupa tidak batal


puasanya,

,‫صائِم‬
َ ‫ًِ َوه َُو‬ َ ‫َللَا ملسو هيلع هللا ىلص َم ْن نَس‬ ُ ‫ لَا َل َر‬:َ‫َو َع ْن أَبًِ ه َُرٌ َْرةَ رضً هللا عنه لَال‬
ِ َّ َ ‫سو ُل‬
‫َللَا ُ َو َسمَاهُ – ُمتَّفَك َعلَ ٌْ ِه‬ ْ َ‫ فَإِنَّ َما أ‬,ُ ‫ص ْو َمه‬
َّ َ ُ ‫ط َع َمه‬ َ ‫ فَ ْلٌُتِ َّم‬,‫ب‬
َ ‫فَأ َ َك َل أَ ْو ش َِر‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang lupa, sedang ia dalam keadaan

12
puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia
sempurnakan puasanya karena kala itu Allah yang
memberi ia makan dan minum.” (Muttafaqun „alaih)
Jadi, jika ada orang yang puasa lalu lupa, kemudian
makan walaupun banyak, lalu teringat, maka wajib
baginya melanjutkan puasanya, dan puasanya sah.

Jika ada orang dipaksa untuk berbuka puasa di


siang hari, maka wajib baginya untuk melanjutkan
puasanya, dan puasanya sah.
Jika ada orang yang jahil, lalu dia buka puasa di
siang hari, dan kemudian diberi tau maka wajib untuk
melanjutkan puasanya dan puasanya sah.
Jahil yang diberi udzur (dimaafkan) disini menurut
ulama, yaitu yang baru masuk Islam, atau orang
yang tinggal di hutan atau padang pasir sehingga
jauh dari ulama.

Adapun yang tinggal di sekitar ulama, media sosial


sudah canggih maka tidak ada udzur. Jika dia
melakukan pembatal puasanya di bulan Ramadhan,
maka batal puasanya dan wajib qodho‟ di waktu lain.

Jika ada orang yang tidak ada udzur (memenuhi


kriteria puasa Ramadhan), semisal: Islam, Baligh,
Aqil (tidak gila), mampu dan bersih dari haid, nifas
dan wiladah. Lalu melakukan pembatal puasa, maka
dosa dan wajib qodho'.

13
Adapun jika tidak mampu puasa, dalam artian
memiliki udzur semisal sudah sangat tua atau sakit
yang tak pasti sembuh, maka boleh berbuka puasa
di siang hari, dan menggodo di lain hari atau
membayar fidyah (ada pembahasan tersendiri).
Dalil dari hal ini adalah firman Allah Ta‟ala,

‫َو َم ْن َكانَ َم ِرٌضًا أَ ْو َعلَى َسف ٍَر فَ ِعدَّة م ِْن أٌَ ٍَّام أُخ ََر‬
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain.” (QS. Al Baqarah:185)
‫و صائم‬
3. Orang yang berpuasa

Memenuhi kriteria berikut:

Islam, Baligh, Aqil (tidak gila), mampu dan bersih dari


haid, nifas dan wiladah. Maka, puasa tak wajib bagi
kafir Tak wajib bagi bayi. Tak wajib bagi orang gila
Tak wajib bagi yang tidak mampu (ada udzur) ada
konsekuensi qodho‟ dan fidyah (in syaa Allah ada
pembahasan sendiri). Tak wajib bagi wanita yang
haid, nifas dan wiladah, tapi wajib qodho‟ di lain hari.

14
QODHO’ DAN
KAFAROH

15
‫فيما يوجب القضاء و الكفارة‬
‫‪Qodho’ dan Kafaroh‬‬
‫و ٌجب مع المضاء للصوم ‪ :‬الكفارة العظمً و التعزٌر على من أفسد‬
‫صومه فً رمضان ٌوما كامال بجماع تام آثم به للصوم‬
‫‪Wajib mengqodho’ puasa dan membayar kafaroh‬‬
‫‪‘udzhma (dalam istilah lain gholadzoh) dan dita'zir‬‬
‫‪(hukum dengan hukuman dari penguasa, entah di‬‬
‫‪penjara atau yang lainnya), bagi yang merusak‬‬
‫)‪puasanya dengan melakukan Jima' di (siang hari‬‬
‫‪Bulan Ramadhan, yang berkosekuensi dosa‬‬
‫‪baginya.‬‬

‫‪Pembahasan ini‬‬ ‫‪didasarkan hadist shahih,‬‬


‫‪diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radliyallahu anhu‬‬
‫‪berkata,‬‬
‫َللَاِ‬
‫سو َل َّ‬ ‫ى – ملسو هيلع هللا ىلص – إِ ْذ َجا َءهُ َر ُجل ‪ ،‬فَمَا َل ٌَا َر ُ‬ ‫بَ ٌْنَ َما نَحْ نُ ُجلُوس ِع ْن َد النَّبِ ِ ّ‬
‫سولُ‬ ‫صائِم ‪ .‬فما َل َر ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َهلَ ْكتُ ‪ .‬لَا َل « َما لَنَ » ‪ .‬لا َل َول ْع َعلى ْام َرأتِى َوأنَا َ‬
‫َ‬ ‫تُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َللَا – ملسو هيلع هللا ىلص – « ه َْل ت َِجدُ َرلَ َبةً ت ُ ْع ِتمُ َها » ‪ .‬لَا َل الَ ‪ .‬لَا َل « فَ َه ْل تَ ْستَطِ ٌ ُع أَ ْن‬ ‫َّ ِ‬
‫ام ِس ِتٌّنَ مِ ْس ِكٌنًا »‬ ‫ع‬
‫َ ِ ِ َ َ‬ ‫ط‬‫ْ‬ ‫إ‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫َج‬ ‫ت‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫«‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫‪.‬‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫‪.‬‬ ‫»‬ ‫تَ ُ َ ْ َ ِ ُ ِ َ ِ‬
‫ْن‬ ‫ٌ‬‫ع‬ ‫ب‬ ‫َا‬ ‫ت‬‫َ‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ْن‬ ‫ٌ‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ش‬
‫َ‬ ‫وم‬ ‫ص‬
‫ى – ملسو هيلع هللا ىلص –‬ ‫ب‬
‫َ ِ ُّ‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ِى‬ ‫ت‬‫ُ‬ ‫أ‬ ‫ِنَ‬‫ل‬ ‫َ‬
‫ذ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫َ‬ ‫ن‬ ‫ُ‬ ‫َحْ‬ ‫ن‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ٌ‬‫ْ‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬ ‫–‬ ‫ملسو هيلع هللا ىلص‬ ‫–‬ ‫ى‬ ‫َّ‬
‫َث ال ِ ُّ‬
‫ب‬ ‫ن‬ ‫‪ .‬لَا َل الَ ‪ .‬لَا َل فَ َمك َ‬
‫ق فٌِ َها ت َْمر – َو ْال َع َرقُ ْالمِ ْكتَ ُل – لَا َل « أٌَْنَ السَّا ِئ ُل » ‪ .‬فَمَا َل أَنَا ‪ .‬لَا َل «‬ ‫ِب َع َر ٍ‬
‫َللَا َما َبٌْنَ‬ ‫َللَاِ فَ َو َّ ِ‬ ‫َّ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫س‬
‫َ َ ُ‬‫ر‬ ‫ا‬ ‫ٌ‬ ‫ى‬ ‫ّ‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫مِ‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ُ‬
‫ل‬ ‫ج‬‫َّ ُ‬ ‫الر‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫‪.‬‬ ‫»‬ ‫ه‬
‫ِ‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫ْ‬
‫َّق‬ ‫د‬‫ص‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫ُخ ْذهَا‬
‫ى–‬ ‫ِ ُّ‬ ‫ب‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫نَ‬ ‫َحِ‬ ‫ض‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬ ‫ِى‬ ‫ت‬ ‫ٌ‬
‫ْ‬ ‫ب‬
‫ِ َ‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ْ‬
‫مِن‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ت‬
‫ٍ‬ ‫ٌ‬ ‫ْ‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ه‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫–‬ ‫ْن‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬
‫َ َّ ِ‬‫ت‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ُر‬‫ِ‬ ‫ٌ‬ ‫–‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫الَ َبتَ ٌْ َ‬
‫طع ِْمهُ أَ ْهلَنَ‬ ‫َت أَ ْن ٌَابُهُ ث ُ َّم لَا َل « أَ ْ‬ ‫» ملسو هيلع هللا ىلص – َحتَّى َبد ْ‬

‫‪“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi‬‬


‫‪shallallahu „alaihi wasallam kemudian datanglah‬‬

‫‪16‬‬
seorang pria menghadap beliau shallallahu „alaihi
wasallam. Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai
Rasulullah, celaka aku.” Nabi shallallahu „alaihi
wasallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria
tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri,
padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam bertanya, “Apakah
engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau
merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas
Nabi shallallahu „alaihi wasallam bertanya lagi,
“Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan
berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas
beliau shallallahu „alaihi wasallam bertanya lagi,
“Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60
orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”.
Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu „alaihi
wasallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi
demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah
kurma kepada Nabi shallallahu „alaihi wasallam.
Kemudian beliau shallallahu „alaihi wasallam
berkata, “Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria
tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian
beliau shallallahu „alaihi wasallam mengatakan,
“Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian
pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan
kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai
Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin
di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari

17
keluargaku.” Nabi shallallahu „alaihi wasallam lalu
tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian
beliau shallallahu „alaihi wasallam berkata, “Berilah
makanan tersebut pada keluargamu.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Perlu di ketahui, bahwa jima', yang wajib bagi yang
melakukannya kafaroh, ada beberapa syarat,
1. Jima' (benar-benar dukhul)

2. Dilakukan di siang hari

Kalau dilakukan di malam hari, maka tidak mengapa.


Berdasarkan firman Allah ta‟ala:

َّ ‫ث ِإلَى ِن َسا ِئ ُك ْم هُنَّ ِل َباس لَ ُك ْم َوأَ ْنت ُ ْم ِل َباس لَ ُهنَّ َعل َِم‬
ُ‫َللَا‬ ُ َ‫الرف‬ َّ ‫ص ٌَ ِام‬ ّ ِ ‫أُحِ َّل لَ ُك ْم لَ ٌْلَةَ ال‬
‫اْلنَ َباش ُِروهُنَّ َوا ْبتَغُوا َما‬ َ ْ َ‫َاب َعلَ ٌْ ُك ْم َو َعفَا َع ْن ُك ْم ف‬ َ ‫ت‬ َ ‫ف‬ ‫م‬ْ َ‫ك‬ُ ‫س‬ ُ ‫ف‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ َ‫ون‬ ُ‫أَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم ت َْختَان‬
‫ض مِ نَ ْال َخٌْطِ ْاألَس َْو ِد‬ ُ َ ٌ ‫ب‬
ْ َ ْ
‫األ‬ ُ
‫ط‬ ٌ
ْ ‫خ‬
َ ْ
‫ال‬ ‫م‬
ُ ُ
‫ك‬ َ ‫ل‬ َ‫ن‬ َّ ٌ ‫ب‬َ ‫ت‬
َ َ ٌَ ‫ى‬َّ ‫ت‬ ‫ح‬ ‫ُوا‬ ‫ب‬ ‫ر‬
َ َ ْ
‫ش‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ ُ
‫ك‬ ‫َللَاُ لَ ُك ْم َو‬
َّ ‫َب‬ َ ‫َكت‬
ًِ‫ام ِإ َلى اللَّ ٌْ ِل َو َال ت ُ َباش ُِروهُنَّ َوأَ ْنت ُ ْم َعا ِكفُونَ ف‬ َ َِّ ٌ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫وا‬ ‫م‬ ‫ت‬
ِ
ُّ َّ ِ َ ‫أ‬ ‫م‬ُ ‫ث‬ ‫ر‬ ْ‫ج‬ َ ‫ف‬ ْ
‫ال‬ َ‫مِ ن‬
َ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم ٌَتَّمُون‬
ِ َّ ‫ن‬ ‫ِل‬
‫ل‬ ‫ه‬ِ ‫ت‬
ِ ‫ا‬ ٌَ
َ ُ‫آ‬ ‫َللَا‬
َّ ُ
‫ن‬ ّ ٌ
َِ ‫ب‬ ُ ٌ ‫ل‬
َ‫ِن‬ َ
‫ذ‬ َ
‫ك‬ ‫َا‬
‫ه‬ ‫ُو‬ ‫ب‬ ‫ر‬
َ ْ
‫م‬ َ ‫ت‬ ‫ال‬ َ َ ‫ف‬ ِ ‫َللَا‬
َّ ‫د‬
ُ ‫ُو‬ ‫د‬ ‫ح‬
ُ َ‫ن‬ ْ
‫ِل‬ ‫ت‬ ‫د‬
ِ ِ َ ‫ْال َم‬
‫اج‬ ‫س‬

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa


bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah
pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak
dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma‟af kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa
yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari

18
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.”
(QS. Al Baqarah:187).
3. Dilakukan di Bulan Ramadhan

Jika dia puasa selain di bulan Ramadhan, baik


puasa sunnah ataupun wajib (misal: nadzar), lalu
jima dengan istrinya di siang hari maka tidak wajib
kafaroh.
4. Sengaja

Jika lupa, maka tidak wajib kafaroh.


5. Jima di Farj (baik qubul ataupun dubur)
6. Mukallaf (Aqil dan Baligh)

7. Sudah Tabyit Niat pada Malam hari


8. Konsekuensinya adalah dosa

Lalu timbul pertanyaan: apakah ada jima‟ yang tidak


dosa di siang hari bulan Ramadhan? Ada, yang
pertama: tentu dengan istrinya sendiri. Kemudian dia
dalam keadaan safar atau sakit dan dia melakukan
jima' siang hari, maka tidak berdosa dan tidak wajib
kafaroh, hanya saja kewajibannya adalah
mengqodho'. Karena orang yang safar dan sakit
diberi keringanan untuk tidak berpuasa.

19
Kalau terpenuhi 8 syarat di atas, maka wajib baginya
membayar kafaroh, yaitu salah satu dari hal berikut
ini,
1. Membebaskan Budak

2. Puasa 60 hari berturut-turut


3. Memberi makan 60 orang miskin, setiap orang
miskin 1 mud (1/4 Sho') = 3/4 kg (satu kilo kurang
1/4), dibayar dengan bahan pokok negaranya (Kalau
di Indonesia beras). Dan para ulama mengatakan,
harus dibagikan ke 60 orang miskin, dibagi satu satu,
adapun jika dibagikan ke satu orang miskin,
langsung dikasi 60 mud, maka tidak sah.

Konsekonsianya yang lain, selain membayar


kafaroh, adalah:
1. Dosa
2. Batal Puasanya
3. Wajib Imsak (menahan pembatal puasa) di sisa
waktu, sampai waktu magrib
4. Qodho‟
5. Ta'zir dari pemimpin jika tidak bertaubat

Dan kafaroh ini harus dilakukan secara berurutan,


tidak boleh langsung ambil yang nomer tiga, jika
nomor dua mampu. Adapaun jika sudah diurutkan
dan tidak mampu pada nomer satu dan dua, maka
boleh beralih ke nomer tiga.

20
Dan yang wajib membayar kafaroh adalah pihak laki-
laki, adapun perempuan tidak. Walaupun sama-
sama berkeinginan. Inilah yang mu'tamad dalam
Madzhab Syafi‟i. Konsekuensi bagi wanita, puasanya
batal dan wajib qodho‟.
Kemudian jika tidak mampu membayar kafaroh di
semua pilihan, maka kewajiban itu tidak gugur,
masih berada di dalam tanggungannya, dan dibayar
ketika sudah mampu.

21
‫ما يوجب القضاء و اإلمساك‬
Yang diwajibkan Qodho’ dan Imsak

‫ اإلمسان للصوم فً ستة مواضع‬: ‫و ٌجب مع المضاء‬


Ada 6 orang yang di wajibkan Qodho‟ dan Imsak :

‫ فً رمضان ال فً غٌره على متعد بفطره‬: ‫األول‬


1. Bagi yang sengaja berbuka di siang hari Bulan
Ramadhan, adapun jika sengaja buka puasa di bulan
lain (semisal puasa sunnah atau wajib) maka tidak
wajib imsak. Adapun jika dilakukan pada puasa
wajib, maka wajib baginya untuk mengqodho‟.

‫ على تارن النٌة لٌال فً الفرض‬: ً‫و الثان‬


2. Bagi yang meninggalkan niat di malam hari di
puasa yang wajib.
‫ على من تسحر ظانا بماء اللٌل فبان خالفه‬: ‫والثالث‬

3. Bagi yang saat sahur mengira masih malam,


ternyata sudah pagi.

‫ على من أفطر ظانا الغروب فبان خالفه‬: ‫و الرابع‬


4. Bagi yang berbuka puasa mengira sudah magrib,
ternyata masih sore
‫ على من بان له ٌوم ثالثٌن من شعبان أنه من رمضان‬: ‫و الخامس‬

5. Bagi yang meyakini bahwa masih tanggal 30


sya'ban, ternyata sudah masuk 1 Ramadhan

22
‫ على من سبمه ماء المبالغة من مضمضة و استنشاق‬: ‫و السادس‬
6. Kemasukan Air akibat berlebihan dalam berkumur
dan memasukkan air ke hidung
Untuk rincian lebih dalam, bisa merujuk ke kitab-kitab
mutowal (kitab rujukan yang panjang). Adapun untuk
kita yang masih pemula, hanya dibahas intinya saja.

23
PEMBATAL
PUASA

24
‫فيما يبطل الصوم‬
Pembatal Puasa
‫ و‬،‫ و جنون ولو لحظة‬،‫ أو والدة‬،‫ و نفاس‬،‫ و حٌض‬،‫ بردة‬: ‫ٌبطل الصوم‬
‫ إن عما جمٌع النهار‬،‫ و سكر تعدى به‬،‫بإغماء‬
1. Murtad

Murtad (keluar dari islam) bisa karena perkataan,


keyakinan dan perbuatan.
2. Haid
Dari Abu Sa‟id Al Khudri radhiyallahu „anhu ketika
Nabi shallallahu „alaihi wasallam ditanya mengenai
sebab kekurangan agama wanita, beliau berkata,

ُ َ‫ص ِّل َولَ ْم ت‬


‫ص ْم‬ َ ُ ‫ت لَ ْم ت‬ َ ٌَ‫أَل‬
َ ‫ْس إِ َذا َحا‬
ْ ‫ض‬

“Bukankah wanita jika haidh tidak shalat dan tidak


puasa?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Di dalam kitab Kifayatul Akhyar, penulis menye-
butkan, “Imam Nawawi membawakan nukilan ijma‟
(kesepakatan ulama), puasa menjadi tidak sah jika
mendapati haidh dan nifas. Jika haidh dan nifas
didapati di pertengahan siang, puasanya batal.
3. Nifas ataupun Wiladah

Nifas hukumnya sama dengan haid, seperti nukilan


diatas.

25
4. Gila walaupun sebentar

Jika dia gila di pertengahan siang, maka puasanya


tetap batal walaupun sudah sadar pada hari itu.
5. Pingsan seharian

Adapun dia pingsan, lalu sadar di pertengan hari


atau sesaat sebelum magrib maka puasanya sah.
Adapun jika dia tidur dari subuh hingga magrib,
apakah puasanya sah? Sebagaian mengatakan tidak
sah diqiyaskan dengan pingsan seharian penuh,
akan tetapi yang sahih, puasanya sah.
6. Mabuk yang menyebabkan pingsan seharian

Ada banyak pembatal yang tidak disebutkan penulis,


diantaranya; makan dan minum sengaja, muntah
dengan sengaja, onani, dan lainnya.
Sebagian sudah disinggung di pembahasan
sebelumnya, seperti Jima'.

26
‫في حكم اإلفطار في رمضان‬
Hukum Berbuka di Siang Hari Bulan Ramadhan

‫ كما فً الحائض و النفاس‬: ‫واجب‬


Pertama: Wajib, seperti orang Haid dan Nifas

‫ كما فً المسافر و المرٌض‬: ‫وجائز‬


Kedua: Boleh, seperti Musafir dan Orang Sakit

Dalil mengenai hal ini adalah firman Allah Ta‟ala,


‫َو َم ْن َكانَ َم ِرٌضًا أَ ْو َعلَى َسف ٍَر فَ ِعدَّة م ِْن أٌَ ٍَّام أُخ ََر‬

“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu


ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185)

Untuk orang sakit ada tiga kondisi di sebutkan di


dalam kitab Kasyifatus Saja (dengan sedikit
tambahan):
Kondisi pertama, adalah apabila sakitnya bisa
bertambah parah atau akan menjadi lama
sembuhnya dan menjadi berat jika berpuasa, namun
hal ini tidak membahayakan. Untuk kondisi ini
dianjurkan untuk tidak berpuasa dan dimakruhkan
jika tetap ingin berpuasa.
Kondisi kedua, adalah apabila tetap berpuasa akan
menyusahkan dirinya bahkan bisa mengantarkan

27
pada kematian. Untuk kondisi ini diharamkan untuk
berpuasa. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta‟ala,

‫َوال تَ ْمتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم‬


“Dan janganlah kamu membunuh dirimu.” (QS. An
Nisa‟: 29). Jika tetap memaksa berpuasa, lalu wafat
maka dia telah wafat dalam kemaksiatan. Allahu
Mustaan.
Kondisi ketiga, adalah apabila sakitnya ringan dan
tidak berpengaruh apa-apa jika tetap berpuasa.
Contohnya adalah pilek, pusing atau sakit kepala
yang ringan, dan perut keroncongan. Untuk kondisi
pertama ini tetap diharuskan untuk berpuasa.

‫وال وال كما فً المجنون‬


Ketiga: Tidak ada hukumnya. Seperti orang gila;
yaitu tidak wajib, juga tidak haram, tidak boleh.
Itulah makna ‫وال وال‬, Yaitu ‫لٌس بواجب و ال جائز و ال محرم وال‬
‫مكروه‬
Sebagaimana kata Syaikh Nawawi Al-Banteni dalam
kitab beliau Kasyifatus Saja.
‫ كمن أخر لضاء رمضان مع تمكنه حتى ضاق الولت عنه‬: ‫محرم‬
Keempat: Haram, Seperti orang yang mengakhirkan
qodho‟ Ramadhan hingga sempit waktunya

28
(mendekati Ramadhan berikutnya) padahal mampu
untuk mengqodho‟ (tidak ada halangan).

Jika ada orang punya hutang puasa, lalu tidak


mengqodho‟ hingga datang bulan puasa berikutnya
maka dia berdosa jika tidak ada udzur syari karena
telah menunda kewajiban, dan dia tetap harus
mengqodho' puasa tersebut dan harus memberi
makan setiap orang miskin satu mud (3/4 kg beras)
sesuai jumlah hari yang di tinggalkan.

29
KONSEKUENSI BERBUKA PUASA DI
SIANG HARI BULAN RAMADHAN

30
‫ما يترتب على اإلفطار في رمضان‬
Konsekuensi Berbuka Puasa di Siang Hari
Bulan Ramadhan

‫و ألسام اإلفظار أربعة أٌضا‬

Macam-macam Konsekuensi orang yang berbuka


ada 4:

‫ ما ٌلزم فٌه المضاء و الفدٌة و هو اثنان‬: ‫أولها‬


(‫ اإلفطار لخوف على غٌره‬: )‫األول‬
(‫ اإلفطار مع تأخٌر لضاء مع إمكانه حتى ٌأتى رمضان آخر‬: )ً‫الثان‬

Pertama: Harus bayar qodho dan fidyah, bagi dua


jenis orang:

1. Dia berbuka karena takut memudorotkan yang


lain. Misal, ibu hamil dan ibu yang menyusui,
berbuka takut memudhorotkan anaknya.

Adapun jika ibu hamil dan ibu yang menyusui, takut


berbahaya pada dirinya sendiri, maka hanya di
wajibkan qodho‟.
Dalil yang menunjukkan keringanan puasa bagi
keduanya adalah hadits dari Anas bin Malik
radhiyallahu „anhu, bahwasanya Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam bersabda,

31
‫صالَةِ َو َع ِن ْال ُح ْبلَى‬ ْ ‫ص ْو َم َوش‬
َّ ‫َط َر ال‬ َّ ‫ض َع َع ِن ْال ُم َساف ِِر ال‬
َ ‫ارنَ َوتَ َعالَى َو‬
َ َ‫َللَا تَب‬
َ َّ َّ‫ِإن‬
‫ض ِع‬ِ ْ‫َو ْال ُمر‬
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta‟ala memberi
keringanan bagi musafir untuk tidak berpuasa dan
memberi keringanan separuh shalat (shalat empat
rakaat menjadi dua rakaat), juga memberi
keringanan tidak puasa bagi wanita hamil dan
menyusui.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, An-
Nasa‟i. Syaikh Syu‟aib Al-Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lainnya).

Dalil yang menunjukkan kewajiban membayar fidyah


adalah hadits berikut.
ً ‫صة‬
َ ‫َت ُر ْخ‬ ْ ‫ٌِن) لَا َل كَان‬ ٍ ‫ط َعا ُم مِ ْسك‬ َ ‫(و َعلَى الَّذٌِنَ ٌُطِ ٌمُونَهُ ِف ْد ٌَة‬ َ ‫َّاس‬ ٍ ‫َع ِن اب ِْن َعب‬
َ‫ام أَ ْن ٌُ ْفطِ َرا َوٌ ُْط ِع َما َم َكان‬ ٌ
َ َِّ ِ‫الص‬ ‫ان‬ َ ‫م‬ ٌ ِ‫ُط‬ ٌ ‫ا‬‫م‬ ُ
َ َ ِ َ ِ ِ َ َ ‫ٌر‬
‫ه‬‫و‬ ‫ة‬ ‫ٌر‬ ‫ب‬ َ
‫ك‬ ْ
‫ال‬ ‫ة‬ َ ‫أ‬ ْ‫ر‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬‫و‬ ِ ‫ْخ ْال َك ِب‬
ِ ٌ‫ش‬ َّ ‫لِل‬
‫َاو َد ٌَ ْعنِى َعلَى‬ُ ‫د‬ ‫ُو‬ ‫ب‬َ ‫أ‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ ‫ل‬ – ‫َا‬ ‫ت‬ َ ‫ف‬‫َا‬
‫خ‬ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫إ‬ ‫ع‬ ‫ض‬
ِ ُ ِ ُ َ ْ‫ر‬‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ب‬ْ ‫ح‬ُ َ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫ًا‬ ‫ن‬ ٌِ
‫ك‬ ‫س‬
ْ ِ‫م‬ ٍ ْ َ ‫ُك ِّل‬
‫م‬ ‫و‬ ٌ
‫ط َع َمتَا‬ْ َ‫ط َرتَا َوأ‬ َ ‫أَ ْوالَدِ ِه َما – أَ ْف‬.

Dari Ibnu „Abbas radhiyallahu „anhuma, ia berkata


mengenai ayat, “Dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang
miskin“, itu adalah keringanan bagi pria dan wanita
yang sudah sepuh yang berat untuk puasa, maka
keduanya boleh berbuka dan memberi makan
kepada orang miskin bagi setiap hari yang tidak
berpuasa. Sedangkan wanita hamil dan menyusui
jika khawatir pada anaknya, maka keduanya boleh

32
tidak berpuasa dan memberi makan kepada orang
miskin bagi setiap hari tidak berpuasa. (HR. Abu
Daud dan Al-Baihaqi).
2. Dia berbuka, dan dia mengakhirkan qodho‟ hingga
datang Ramdhan berikutnya, padahal dia mampu
untuk mengqodho‟.

‫ ما ٌلزم فٌه المضاء دون الفدٌة وهو ٌكثر كمغمى علٌه‬: ‫و ثانٌها‬
Kedua: Harus qodho‟, tanpa bayar fidyah, ada
banyak jenis orang yang demikian, contohnya orang
yang pingsan seharian penuh, orang yang sengaja
berbuka dengan melakukan pembatal puasa di siang
hari selain jima' ataupun orang yang lupa niat di
malam hari.
‫ ما ٌلزم فٌه الفدٌة دون المضاء وهو شٌخ كبٌر‬: ‫و ثلثها‬
Ketiga: Membayar Fidyah tanpa Qodho‟, seperti
orang tua renta. Sebagaimana firman Allah Ta‟ala:

‫ٌِن‬ َ ‫َو َعلَى الَّذٌِنَ ٌُطِ ٌمُونَهُ فِ ْدٌَة‬


ٍ ‫طعَا ُم مِ ْسك‬
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang
miskin.” (QS. Al-Baqarah: 184

33
‫ ال وال و هو المجنون الذي لم ٌتعد بجنونه‬: ‫و رابعها‬
Keempat: Tidak qodho‟ dan membayar tidak fidyah.
Seperti orang-orang gila (karena kewajiban puasa
tidak berlaku baginya), begitu juga bagi orang kafir
asli, dan anak bayi.
Perlu di ketahui, bahwa qodho' waktu nya luas, boleh
dipercepat ataupun tidak (tarokhi), semisal hingga
bulan Sya'ban tahun depan.

Adapun jika ada orang yang berdosa ketika


melakukan pembatal puasa (misal: berbuka dengan
sengaja ataupun mem-batalkan puasa dengan hal-
hal haram), atau orang yang murtad, atau juga lupa
niat di malam hari secara sengaja, maka wajib
qodho‟ secara langsung setelah Bulan Ramadhan.
Ini yang mu'tamad dalam madzhab Syafii.

34
‫فيما ال يصل إلى الجوف و ال يفطر‬
Sesuatu benda yang masuk ke Jauf (lubang yang
terbuka), dan tidak membatalkan puasa

‫الذي ال ٌفطر مما ٌصل إلى الجوف سبعة أفراد‬


‫ و بجرٌان رٌك بما بٌن‬،‫ أو إكره‬،‫ أو جهل‬،‫ما ٌصل إلً الجوف بنسٌان‬
‫ و ما وصل إلى الجوف و كان غبار‬،‫أسنانه و لد عجز عن مجه لعذره‬
،‫ أو ذبابا طائرا أو نحوه‬،‫ و ما وصل إلٌه و كان غربلة دلٌك‬،‫طرٌك‬
Sebab yang tidak membatalkan puasa jika masuk
sesuatu benda ke jauf (kata para ulama ada lima:
perut, kepala, telinga, dubur dan qubul)

Yang masuk melalui lubang yang terbuka (baik


mulut, hidung, dst.) ada 7 macam orang;

1. Karena Lupa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,

ُ ‫َللَا ُ َو َسمَاه‬ ْ َ‫ فَإِنَّ َما أ‬,ُ ‫ص ْو َمه‬


َّ َ ُ ‫طعَ َمه‬ َ ‫ فَ ْلٌُتِ َّم‬,‫ب‬
َ ‫ فَأ َ َك َل أَ ْو ش َِر‬,‫صائِم‬ َ ‫َم ْن نَس‬
َ ‫ًِ َوه َُو‬
“Barangsiapa yang lupa sedang ia dalam keadaan
puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia
sempurnakan puasanya karena kala itu Allah yang
memberi ia makan dan minum.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

35
2. Bodoh/Tidak tau
Diudzur (dimaafkan) jika baru masuk islam dan hidup
di pedalaman, sehingga jauh dari ulama.
3. Dipaksa

Dari Ibnu „Abbas radhiyallahu „anhuma, Rasulullah


shallallahu „alaihi wasallam bersabda,
َ ‫ع ْن أ ُ َّمتِى ْال َخ‬
‫طأ َ َوالنِّ ْسٌَانَ َو َما ا ْست ُ ْك ِرهُوا َعلَ ٌْ ِه‬ َ ‫ض َع‬ َ َّ َّ‫إِن‬
َ ‫َللَا َو‬
“Sesungguhnya Allah menghapuskan dari umatku
dosa ketika mereka dalam keadaan keliru, lupa dan
dipaksa.” (HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
4. Sisa makanan yang masih nyangkut di gigi dan
tidak mampu meludahkannya karena udzur. Adapun
jika mampu meludahkannya tapi sengaja ditelan,
maka puasanya batal.
5. Kemasukan debu jalanan

6. Kemasukan ayakan tepung


7. Kemasukan lalat (atau hewan kecil lainnya, misal
nyamuk) yang tidak sengaja

36
‫وهللا أعل ُم بالصواب‬

‫أسأ ُل هللا الكرٌم أن ٌتمبل منا ومنكم إنه سمٌع علٌم‬

‫وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمٌن‬

‫وصلى هللا وسلم وبارن على سٌدنا دمحم‪ ،‬وعلى آله وصحبه أجمعٌن‬

‫‪37‬‬
Layout : Hasbi Arrohman ‫غفر هللا له ولوالدٌه وسائر المسلمٌن‬
Sampul : M. Fazlur Rahman Wibowo ‫حفظه هللا‬

38
Penyusunan dan penyebarluasan e-book ini
sudah mendapat izin dari penulis.

Silahkan disebarkan!

Semoga bermanfaat untuk kaum muslimin.


Semoga dicatat sebagai amal soleh di sisi Allah.

Anda mungkin juga menyukai