Komisi A
Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Arsyad 1. Agus M. Aminulloh
2. KH.Athoillah S. Anwar 2. Agus Misbahul Munir
3. KH. Azizi Hasbulloh 3. Agus Hamim Nur Ust. Thoha
4. K. Ma’sum 4. Ust. M. Dinul Qoyyim
5. K. Anang Darunnaja 5. Ust. Faedy Lukman
6. K. Zahro Wardi 6. Ust. Fahmi Basya
NOTULEN
7. K. Masruchan 7. Ust. Ma’rifatus Sholihin
8. Agus Syamsul M 8. Ust. Kholid Afandi Agus Abdurrohman Al-Auf
9. Ust. Muntaha AM M. Khotibul Umam
10. Ust. Muh. Anas
M. Maemun
Memutuskan
Referensi
1. Bughyah al-mustarsyidin hal. 148-149 3. Ahkam As-shulthoniyyah hal. 112
2. Nihayah al Muhtaj, Juz 5 hal. 16 4. Al-Muhaddzab, Juz 1 hal. 350 cet. Toha
Putra. Dll.
5. Dan lain-lain
Referensi
1. Qowa’id al Ahkam, Juz 2 hal. 75 3. Al Mausu’ah al Fiqhiyyah, Juz 7 hal. 67-68
2. Al Bayan, Juz 7 hal. 163 4. Al Fatawi al Kubro, Juz 3 hal. 42.
5. Dan lain-lain
M. Khotibul Umam
M. Maemun
Memutuskan
2. HUKUM PAYTREN DALAM TINJAUAN FIKIH MUAMALAH (PP. Raudhlatul Ulum Besuk)
Deskripsi Masalah :
Paytren adalah sebuah aplikasi yang bertujuan membantu penggunanya dalam melakukan
pembelian pulsa, token PLN, tiket pesawat, kereta api serta pembayaran listrik , PDAM dan
pembayaran leasing, TV berlangganan dan lain-lain.
Tag line paytren adalah ” merubah kebiasan kita yg selama ini melakukan aktifitas pembelian dan
pembayaran menggunakan jasa orang lain atau loket yg dekat dengan lokasi kita. Menjadi aktifitas itu
berada di genggaman kita.”
Tentunya dengan merubah kebiasaan itu ada benefit yang kita dapatkan. Benefit itu adalah
efisiensi waktu dan efisiensi cost karena kita membayar dengan harga lebih murah dari yg sebelumnya
kita lakukan. Selain benefit itu ternyata paytren memberikan lagi cash back dari setiap transaksi kita.
Namun keuntungan tidak sampai disitu, tentunya ketika semua transaksi bisa kita lakukan di
genggaman kita. Maka kita bisa memanfaatkan sebagai alat untuk mencari tambahan keuangan
Secara sederhana, konsep kerja Paytren ini dapat dilustrasikan sebagi berikut:
Pertanyaan:
Referensi
1. Hasyiyah bujairami, Juz 2 hal. 247 3. Al Majmu’, Juz 9 hal. 285
2. Mughni al Muhtaj, Juz 2 hal. 65 4. Al Majmu’, Juz 9 hal. 254 dll..
5. Dan lain-lain
Referensi
1. Al Fatawi al Kubro, Juz 3 hal. 153 3. Tuhfatul Muhtaj, Juz 6 hal. 274
2. Bughyatul Mustarsyidin, hal. 64 4. Qulyubi wa ‘Umairoh, Juz 3 hal. 105 .
5. Dan lain-lain
.7انُض انىاسد فٍ زكى تدذَذ انًساخذ طـ 14 - 13نِ ْه َعالَّ َي ِح َعهَ ِىٌ ا ْت ٍِ َع ْث ِذ هللاِ ا ْت ٍِ ُز َ
س ُْ ٍٍ (داس انسقاف)
Memutuskan
4. CARA MEMAKAMKAN DI KUBURAN BERAIR (PP. Lirboyo Induk)
Deskripsi masalah
“Tanah berkah” itulah sebutan desa SugihWaras, bagaimana tidak?, di musim kemarau tanah desa
tersebut Nampak selalu segar & setiap kali musim hujan turun, tanah akan mengeluarkan air yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun munculah sebuah polemik ketika di musim
hujan, ada penduduk daerah setempat yang meninggal dunia. Mengingat tanah selalu mengeluarkan
air maka masyarakat setempat berinisiatif menyedot air, lalu mayat segera dimasukan tanpa peti di
liang kubur sebelum air memenuhi kembali liang kubur tersebut, akibatnya pemakaman menjadi
tertunda selama beberapa saat.
Pertimbangan :
Di dalam kitab turats dijelaskan bahwa opsi pengkuburan mayit di tanah basah adalah mengkubur
dengan memakai peti, atau memindah di tanah yang kering.
Jarak antara kuburan daerah tersebut dengan daerah lain yang kering terlampau jauh.
Pertanyaan :
a. Bagaimana hukum menguburkan mayat sebagaimana deskripsi di atas?
Jawaban:
a. Haram karena bisa merusak kehormatan mayit. Solusinya :
Memakamkan dengan memakai peti atau sejenisnya
Dipindah ketempat yang kering
Referensi
1. Mauhibah Dzil fadl, Juz 3 hal.194 4. Tuhfatul Muhtaj, Juz 3 hal. 203
2. Fath al Mu’in hal. 116 5. Hasyiyah jamal, Juz 7 hal. 183.
3. Hawasyi As-Syarwani, Juz 9 hal. 141
Pertanyaan:
b. Jika tidak boleh, berapakah batasan jarak kewajiban memindah mayit di daerah lain ketika tidak
? memungkinkan dimakamkan di daerah setempat
Jawaban:
b. Tidak dibatasi jarak namun disyaratkan dimakamkan di tempat yang aman, kering dan yang
terdekat sekira diprediksi kondisi jenazah tidak berubah (seperti ; membengkak, membusuk dll).
Referensi
1. Tuhfatul Muhtaj, Juz 3 hal. 203 3. Tuhfatul Muhtaj, Juz 3 hal. 171
2. Tuhfatul Muhtaj, Juz 11 hal. 417 4. Nihayatul Muhtaj, Juz 3 hal. 37 dll.