Anda di halaman 1dari 11

AL-ISTIFHAM FI AL-QUR’AN

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ulumul Qur’an II

Dosen Pengampu :

Muhyidin, S.Ag

Oleh:

Zidan Zainuddin Ahmad NIM: 2019.01.01.1239

Muhammad Abdullah Yukfa NIM : 2019.01.01.1308

PROGRAM STUDI AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR SARANG REMBANG


2020

Al-Istifham Fi al-Qur’an

Oleh : Zidan Zainuddin Ahmad dan Muhammad Abdullah Yukfa

A. Pendahuluan
Kebesaran Allah dapat dilihat melalui tanda-tanda yang diperlihatkan kepada manusia,
terkadang tanda-tanda tersebut dapat dilihat pada alam raya ini, tanda-tanda seperti ini sering
disebut dengan ayat al-kauniyah, terkadang juga tanda-tanda kebesaran Allah dapat diketahui
dengan cara mendalami isi kandungan al-Qur’an, yang sering diistilahkan dengan ayat al-
Qur’aniyyah.
Satu diantara ayat qur’an yang menjelaskan tentang kebesaran Allah adalah bahwa Ia
menciptakan perbedaan bahasa dan kulit, dari perbedaan ini diharapkan akan menjadi
pelajaran kepada manusia terutama orang-orang terpelajar. Dari ratusan ribu bahasa di dunia
ini hanya bahasa Arab yang mendapatkan keistimewaan karena digunakan oleh Allah sebagai
bahasa perantara untuk menyampaikan firmannya kepada manusia dengan al-Qur’an. Hal ini
bukan kebetulan semata, karena untuk memahaminya diperlukan ilmu bantu lain, diantaranya
ilmu shorof (perubahan kata), ilmu nahwu (perubahan harokat pada akhir kata), ilmu
balaghah, al-bayan, dan al-ma’ani yang berkaitan dengan segi keindahan kata, dan lain
sebagainya.
Seseorang yang ingin memahami al-Qur’an dan menafsirkannya secara utuh maka syarat
utama yang harus dimiliki adalah kemampuan dalam menguasai dan memahami kaidah-
kaidah bahasa Arab, dan salah satu kaidah tersebut adalah kaidah istifham dalam al-Qur’an.
B. Pengertian al-istifham fi al-qur’an
Kata Istifham berasal dari kata ‫ فَ ِه َم – يَ ْفهَ ُم – فَ ْه ًما‬yang berarti pengetahuan terhadap sesuatu
dengan menggunakan hati, Imam Sibawaih menambahkan yaitu sesuatu pengetahuan dengan
menggunakan hati dan akal1. Kemudian ia berubah menjadi fi’il Mazid (kata kerja yang

1
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Cet. III (Bairut: Dar ihya al-Turas al-‘Arabi, 1999) Jil. 10, hlm. 343.

1
ketambahan huruf dari huruf aslinya) dengan ketambahan tiga huruf pada awal katanya, yaitu
‫( ا س ت‬al-sudasi) yang mempunyai arti al-thalab (permintaan), jadi istifham menurut bahasa
adalah meminta pengetahuan.
Adapun pengertian istifham menurut istilah, menurut al-Zarkasyi istifham adalah mencari
pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui2. Sedangkan menurut al-Suyuthi, istifham
dengan berbagai maknanya memiliki suatu maksud pokok yaitu mencari pemahaman tentang
suatu hal3.
C. Macam-macam al-istifham fi al-qur’an
Ada banyak macam-macam perangkat istifham atau adawat al-istifham, diantaranya4 :
1. Huruf hamzah (‫ )أ‬, dipakai untuk menanyakan tentang hal apa atau siapa yang
jawabannya memerlukan ya atau tidak. Contoh : Q.S. Al-Anbiya 62.

‫يم‬‫ه‬ِ ‫قَالُ ٓو ۟ا ءأَنت َفع ْلت ٰه َذا بَِٔٔـاهِل تِنا ٰيَِٓإب ٰر‬
ُ َْ َ َ َ َ َ َ َ َ
Artinya : “Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini

terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"


2. Hal (‫)هل‬, digunakan untuk menanyakan keadaan. Contoh : Q.S. Al-Ghasyiyah 1.

‫يث ٱلْ ٰغَ ِشيَ ِة‬ ِ


َ ‫َه ْل أَتَٰى‬
ُ ‫ك َحد‬
Artinya : “Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?”
3. ‫ من‬dan ‫ من ذا‬, keduanya digunakan untuk menanyakan terhadap sesuatu yang berakal.
Contoh : Q.S. Hud 63 dan al-Hadid 11.
ِ ِ
َ ‫نص ُرىِن م َن ٱللَّه إِ ْن َع‬
‫صْيتُهُۥ‬ ُ َ‫فَ َمن ي‬
Artinya : “maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku
mendurhakai-Nya”.
ِ
ُ ‫َّمن َذا ٱلَّذى يُ ْق ِر‬
ً ‫ض ٱللَّهَ َق ْر‬
‫ضا َح َسنًا‬
Artunya : “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik”.

2
Badr al-Din Muhammad Al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, Cet. III (Kairo: Dar al-Turas, 1984) jil. II,
hlm. 326.
3
Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al- Fikr, t.th.) Jil. I, hlm. 148.
4
Mustafa Galayaiyni, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah, (Bairut: al-Maktabah al-‘Asriyah, 1993) Jil. 1, hlm. 139-143.

2
4. ‫ ما‬dan ‫ ماذا‬, Digunakan untuk menanyakan terhadap sesuatu yang tidak berakal, baik
terhadap hewan,tumbuh tumbuhan, benda mati, realitas sesuatu dan sifat, baik sesuatu
tersebut berakal atau tidak. Contoh : Q.S. Al-Muddatsir 42-43 dan Yunus 32.
ِ ُ َ‫﴾ قَالُو ۟ا مَل ن‬٤٢﴿ ‫ما سلَ َك ُكم ىِف س َقر‬
َ ِّ‫صل‬
﴾٤٣﴿ ‫ني‬ َ ‫ك م َن ٱلْ ُم‬ ْ ََ ْ َ َ
Artinya : "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?". Mereka
menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,”.

‫ٱلض ٰلَ ُل‬


َّ ‫فَ َما َذا َب ْع َد ٱحْلَ ِّق إِاَّل‬
Artinya : “maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan”.
5. ‫ كيف‬,digunakan untuk menanyakan keadaan-keadaan sesuatu. Contoh : Q.S. Al-
Baqarah 260.

ِّ ‫َوإِ ْذ قَ َال إِ ْب َٰرۦِه ُم َر‬


َ ‫ب أَرِىِن َكْي‬
‫ف حُتْ ِى ٱلْ َم ْوتَ ٰى‬
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati".
6. ‫أنى‬, Sama artinya dengan ‫كيف‬. Contoh : Q.S. Al-Baqarah 259.

‫قَ َال أَىَّنٰ حُيْ ِۦى َٰه ِذ ِه ٱللَّهُ َب ْع َد َم ْوهِتَا‬


Artinya : “Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?"
7. ‫كم‬, digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Q.S. al-Baqarah 211.

‫يل َك ْم ءَاَتْيٰنَ ُهم ِّم ْن ءَايَ ۭ ٍة َبِّينَ ٍة‬‫ء‬ِ‫سل بىِن ٓى إِس ٰ َٓر‬
َ ْ ََْ
Artinya : “Tanyakanlah kepada Bani Israil: "Berapa banyaknya tanda-tanda
(kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka".
8. ‫أي‬, digunakan untuk meminta menentukan / mengkhususkan sesuatu. Contoh : Q.S.
Al-An’am 81.

‫َح ُّق بِٱأْل َْم ِن إِن ُكنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬


َ ‫َى ٱلْ َف ِري َقنْي ِ أ‬
ُّ ‫فَأ‬

3
Artinya : “Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh
keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?”.
9. ‫أين‬, digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Q.S. al-Qiyamah 10.

‫نس ُن َي ْو َمئِ ٍذ أَيْ َن ٱلْ َم َفُّر‬ ِ ُ ‫َي ُق‬


َٰ ‫ول ٱإْل‬
Artinya : “pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?"
10. ‫أنى‬, digunakan untuk menanyakan asal usul. Contoh : Q.S. Maryam 8.

‫ت ِم َن ٱلْ ِكرَبِ ِعتِيًّا‬ ِ ِ ِ ٰ


ُ ‫ب أَىَّنٰ يَ ُكو ُن ىِل غُلَ ٌم َو َكانَت ْٱمَرأَتى َعاقًرا َوقَ ْد َبلَ ْغ‬
ِّ ‫قَ َال َر‬
Artinya : “Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku,
padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah
mencapai umur yang sangat tua".
11. ‫تى‬ii‫م‬, digunakan untuk menanyakan waktu, baik yang lampau maupun yang akan
datang. Contoh : Q.S. al-Baqarah 214.
ِ ِ ۟ ِ َّ ُ ‫ٱلرس‬
ْ َ‫ص ُر ٱللَّه أَٓاَل إِ َّن ن‬
ٌ ‫صَر ٱللَّه قَ ِر‬
‫يب‬ ْ َ‫ا َم َعهُ َمىَت ٰ ن‬i‫ين ءَ َامنُو‬
َ ‫ول َوٱلذ‬ ُ َّ ‫ول‬
َ ‫َحىَّت ٰ َي ُق‬
Artinya : “sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"kapankah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu amat dekat.”
12. ‫ان‬ii‫أي‬, digunakan untuk menanyakan sesuatu berkenaan dengan waktu mendatang.
Contoh : Q.S. Al-Qiyamah 6.

‫يَ ْسَٔٔـَ ُل أَيَّا َن َي ْو ُم ٱلْ ِقيَ َٰم ِة‬


Artinya : “Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?"

Kemudian istifham secara umum dibagi menjadi dua, yaitu istifham yang bermakna
khabar dan istifham bermakna insya.

1. Istifham bermakna khabar ada dua, yaitu5


a) Istifham al-Inkari, yaitu apabila ada huruf nafyi yang jatuh setelah huruf
istifham. Contoh : Q.S. al-Ahqaf 35

5
Badr al-Din Muhammad Al-Zarkasyi, hlm. 328.

4
‫ك إِاَّل ٱلْ َق ْو ُم ٱلْ َٰف ِس ُقو َن‬
ُ َ‫َف َه ْل يُ ْهل‬
Artinya : “maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”.
atau diatafkan dengan kalimat yang dinafikan. Contoh : Q.S. Al-Rum 29.
ِٰ ِ
َ ‫َض َّل ٱللَّهُ َو َما هَلُم ِّمن نَّص ِر‬
‫ين‬ َ ‫فَ َمن َي ْهدى َم ْن أ‬
Artinya : “maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah?
Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun”.
b) Istifham al-Taqriri yaitu suatu pernyataan yang membawa seseorang
kepada suatu kepastian. Contoh : Q.S. Al-Fajr 5.

‫ك قَ َس ٌم لِّ ِذى ِح ْج ٍر‬ ِ


َ ‫َه ْل ىِف َٰذل‬
Artinya : “Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh
orang-orang yang berakal”.

Ada beberapa macam istifham al-Taqriri, diantaranya6

1) Sekedar penguat atau penetapan.


2) Ungkapan kepastian yang mengandung kesombongan. Contoh :Q.S. Al-
Zukhruf 51.
ِ ‫صر و ٰه ِذ ِه ٱأْل َْن ٰهر جَتْ ِرى ِمن حَتْىِت ٓى أَفَاَل ُتب‬ ِ ُ ‫ال ٰي َقوِم أَلَيس لِى مل‬ ِِ ِ
‫ص ُرو َن‬ ْ َُ َ َ َ ْ ‫ْك م‬ ُ َ ْ ْ َ َ َ‫َونَ َاد ٰى ف ْر َع ْو ُن ىِف َق ْومۦه ق‬
Artinya : “Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku,
bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini
mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?”
3) Mengandung celaan. Contoh : Q.S. Al-Nisa’ 97.

‫اج ُر ْوا فِْي َها‬


ِ ‫اهلل و ِاسعةً َفته‬
َُ َ َ ‫ض‬
ِ
ُ ‫قَالُْوا أَمَلْ تَ ُك ْن أ َْر‬
Artinya : “(Para Malaikat) berkata : bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu
dapat berhijrah di bumi itu?”.
4) Mengandung Itab (teguran). Contoh : QS. Al-Hadid 16.

6
Ibid, 331-338.

5
‫ين ءَ َامنُ ٓو ۟ا أَن خَت ْ َش َع ُقلُوبُ ُه ْم لِ ِذ ْك ِر ٱللَّ ِه َو َما َنَز َل ِم َن ٱحْلَ ِّق‬ ِِِ
َ ‫أَمَلْ يَأْن للَّذ‬
Artinya : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka),”
5) Al-Tabkit (celaan). Contoh : Q.S. Al-Maidah 116.

‫ون ٱللَّ ِه‬ ُ ‫َ َ َنْي‬ ِ ‫ت لِلن‬


ِ ‫َّاس ٱخَّتِ ُذوىِن وأ ُِّمى إِهَٰل ِ ِمن د‬
َ ‫َنت ُق ْل‬
َ ‫يسى ٱبْ َن َم ْرمَيَ ءَأ‬
ِ َّ ِ
َ ‫َوإ ْذ قَ َال ٱللهُ يَٰع‬
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?"
6) Al-Taswiyah (penyamaan) yaitu ayat yang dimulai dengan lafaz ‫واء على‬ii‫س‬.
Contoh : Q.S. Yasin 10.
ِ ُ‫وسوٓاء علَي ِهم ءأَن َذرَتهم أَم مَل ت‬
‫نذ ْر ُه ْم اَل يُ ْؤ ِمنُو َن‬ ْ ْ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ٌ ََ َ
Artinya : “Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka
ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan
beriman.”
7) Al-Ta’ẓim (pengagungan). Contoh : Q.S. Al-Baqarah 255.

َ ‫َمن َذا ٱلَّ ِذى يَ ْش َف ُع ِع‬


‫ندهُۥٓ إِاَّل بِِإ ْذنِۦِه‬
Artinya : “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya”.
8) Al-Tahwil (mengintimidasi, menakut-nakuti). Contoh : Q.S. Al-Haqqah 1-3.

﴾٣﴿ ُ‫ك َما ٱحْلَٓاقَّة‬


َ ٰ‫﴾ َو َمٓا أ َْد َرى‬٢﴿ ُ‫﴾ َما ٱحْلَٓاقَّة‬١﴿ ُ‫ٱحْلَٓاقَّة‬
Artinya : “Hari kiamat apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari
kiamat itu?”.
9) Al-Tashil dan Takhfif (memudahkan,meringankan). Contoh : QS. Al-Nisa 39.
‫۟ مِم‬ ِ ِ ِ ۟
ُ‫ا َّا َر َز َق ُه ُم ٱللَّه‬i‫ا بِٱللَّه َوٱلَْي ْوم ْٱلءَاخ ِر َوأَن َف ُقو‬i‫َو َماذَا َعلَْي ِه ْم لَ ْو ءَ َامنُو‬

6
Artinya : “Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada
Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezeki yang telah diberikan
Allah kepada mereka?”.
2. Istifham bermakna al-Insya, ada beberapa macam, diantaranya 7:
a. Al-Amr (perintah). Contoh : Q.S. Al-Nur 22.

‫أَاَل حُتِ بُّو َن أَن َي ْغ ِفَر ٱللَّهُ لَ ُك ْم‬


Artinya : “Apakah kamu tidak suka Allah mengampuni kamu”.
b. Al-Nahy (larangan). Contoh : Q.S. Al-Infitar 6.
ٰٓ
َ ِّ‫نس ُن َما َغَّر َك بَِرب‬
‫ك ٱلْ َك ِر ِمي‬ ِ
َٰ ‫يَ أَيُّ َها ٱإْل‬
Artinya : “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.
c. Al-tahẓir (peringatan). Contoh : Q.S. Al-Mursalat 16.

‫ني‬ِ ِ ِ‫أَمَل نُهل‬


َ ‫ك ٱأْل ََّول‬ ْ ْ
Artinya : “Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu?”.
d. Al-Taẓkir (pengingat). Contoh : Q.S. Yusuf 89.
ِ ‫قَ َال هل علِمتُم َّما َفع ْلتُم بِيوسف وأ‬
‫َخ ِيه‬ َ َ ُ ُ َ َْ َْ
Artinya : “Yusuf berkata: "Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah
kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya".
e. Al-Tanbih (perhatian). Contoh : Q.S. Al-Fil 1.

‫ب ٱلْ ِف ِيل‬ ْ ‫ك بِأ‬


ِ ‫َص َٰح‬ َ ‫أَمَلْ َتَر َكْي‬
َ ُّ‫ف َف َع َل َرب‬
Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara bergajah?”.
f. Al-Targhib (ajakan). Contoh : Q.S. Al-Saf 10.

‫اب أَلِي ٍم‬ ْ


ِ ُ‫ا هل أَدلُّ ُكم علَى جِت ٰ ر ٍة ت‬i۟‫ٰيَٓأَيُّها ٱلَّ ِذين ءامنو‬
ٍ ‫نجي ُكم ِّمن َع َذ‬
ََ ٰ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ

7
Ibid, hlm. 338-342.

7
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?”.
g. Al-Tamanni (pengharapan). Contoh : Q.S. Al-A’raf 53.

‫َف َهل لَّنَا ِمن ُش َف َعٓاءَ َفيَ ْش َفعُو ۟ا لَنَٓا‬


Artinya : “maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi
kami,”.
h. Al-Istibtha’ (menganggap lambat). Contoh : Q.S. Al-Baqarah 214.
ِ ِ ۟ ِ َّ ُ ‫ٱلرس‬
ْ َ‫ص ُر ٱللَّه أَٓاَل إِ َّن ن‬
ٌ ‫صَر ٱللَّه قَ ِر‬
‫يب‬ ْ َ‫ا َم َعهُۥ َمىَت ٰ ن‬i‫ين ءَ َامنُو‬
َ ‫ول َوٱلذ‬ ُ َّ ‫ول‬
َ ‫َحىَّت ٰ َي ُق‬
Artinya : “sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat.”
D. Faedah al-istifham fi al-qur’an
Ada beberapa faedah atau manfaat al-istifham fil qur’an, yaitu 8:
1. Sebagian imam berkata : lafad istifham yang ada di al-qur’an itu berkaitan dengan
khithabullah dengan menggunakan makna bahwasanya orang yang dibicarakan
(mukhathab) di dalamnya itu sudah tahu atau mengerti dengan adanya ithbat atau

ِ ‫ومن أَص َد ُق ِمن‬


‫اهلل‬
nafi. Contoh ithbat :
َ ْ ْ ََ
‫َح ِد ْيثًا‬

‫َّه ِر مَلْ يَ ُك ْن َشْيئًا َم ْذ ُك ْو ًرا‬ ِ ِ ِ ‫هل أَتَى علَى اإْلِ نْس‬


Contoh nafi : ْ ‫ان حنْيٌ م َن الد‬ َ َ َْ
‫َف َه ْل أَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
Makna dari contoh di atas yaitu bahwasanya kita dapat mengetahui tentang
istifham tersebut, sesungguhnya Allah bertanya bukan untuk mencari tahu,
melainkan untuk mengingatkan makhluk-Nya bahwa mereka itu mengetahuinya,
inilah yang dinamakan uslub badi’.

8
Ibid, 327-328.

8
2. Istifham ketika mengandung amr (perintah) sebelum adanya jawab, maka bisa
dipaham dengan runtutnya perintah itu atas adanya jawab. Karena dengan adanya
mendahulukan amr atas jawab itu bisa menimbulkan gambaran bahwasanya amr itu
menunjukan tingkah seorang yang sudah disebut di jawab atau dalam artian lain amr
itu sudah bisa menunjukan jawab.
3. Istifham yang keluar dari hakikatnya, seperti istifham yang terjadi pada orang yang
tahu dan tidak memerlukan untuk mencari tahu.
E. Kesimpulan
Penggunaan istifham di dalam al-Qur’an mempunyai beberapa kepentingan tersendiri
sesuai kehendak Allah. Menurut imam al-Zarkasyi, istifham mempunyai arti mencari
pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui. Di dalam al-Qur’an ditemukan banyak ayat
yang menggunakan perangkat istifham. Istifham secara umum dilihat dari maknanya dibagi
menjadi dua, istifham khabar dan insya’. Istifham khabar dibagi menjadi dua lagi, yaitu
istifham inkari dan taqriri. Kemudian istifham bermakna insya’ terbagi menjadi beberapa
bagian yang telah disebutkan di atas. Adapun manfaat dari mempelajari dan memahami
istifham di dalam al-Qur’an sangat banyak yang diantaranya sudah dijelaskan di atas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Galayaiyni, Mustafa. Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah. Bairut: al-Maktabah al-‘Asriyah,


1993. Jil. 1.

Manzur, Ibn. Lisan al-Arab, Cet. III. Bairut: Dar ihya al-Turas al-‘Arabi, 1999. Jil. 10.

Suyuthi (al), Jalal al-Din. al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. Beirut: Dar al- Fikr, t.th. Jil. I.

Zarkasyi (al), Badr al-Din Muhammad. al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, Cet. III. Kairo:
Dar al-Turas, 1984. jil. II.

10

Anda mungkin juga menyukai