Anda di halaman 1dari 11

Daftar Isi

I. Pendahuluan.................................................................................................................2
A. Latar Belakang .............................................................................................................2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................3
C. Tujuan dan Sasaran ......................................................................................................3
D. Ruang Lingkup ............................................................................................................3
E. Sistematika Pembahasan .............................................................................................3
II. Pembahasan Alfahz Al-quran...................................................................................4
A. Pengertian Alfahz Al-quran..........................................................................................4
B. Contoh Lafazh Yang Terdapat Dalam Al-Quran..........................................................4
III. Penutup dan Kesimpulan.........................................................................................9
A. Penutup.........................................................................................................................9
B. Kesimpulan...................................................................................................................9

Daftar Pustaka...............................................................................................................10

1
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap pemeluk agama pada umumnya memiliki kitab suci masing-masing
yang menjadi rujukan dalam menjalani kehidupan. Sebagai contoh Nasrani dengan
alkitab bibelnya, umat Buddha dengan kitab tripitaka dan lainnya. Kitab suci setiap
agama senantiasa memiliki isi, metoda penyusunan, corak, dan lingkup tersendiri.
Dalam kesempatan kali ini, pembahasan akan terfokus kepada kitab suci al-quran
dalam lingkup aspek ‘ulum al-quran yang terbagi ke dalam banyak sub-keilmuan
seperti asbabun nuzul, amtsal al-quran, alfazh al-quran dan lain sebagainya. Dari
sekian sub-keilmuan tersebut, alfazh al-quran merupakan bagian dari al-quran yang
menarik untuk dibahas. Hal tersebut dikarenakan pengucapan maupun pemahaman
lafazh al-quran merupakan suatu aktivitas yang selalu ditemui oleh setiap muslim
yang mendalami al-quran.
Pada zaman yang penuh dengan fitnah dunia sekarang, mayoritas umat muslim
di Indonesia yang tidak menjadikan bahasa arab sebagai bahasa komunikasi utama
seringkali memiliki kesulitan dan keterbatasan dalam memahami dan melafalkan
lafazh-lafazh yang terdapat dalam al-quran. Seringkali kelompok yang anti islam
mengkritik kondisi umat islam saat ini seperti yang disebutkan sebelumnya. Alfazh
alquran merupakan suatu keilmuan dasar dalam upaya pemahaman al-quran yang
harus mulai dipahami oleh umat islam yang menjadikan kitab suci al-quran sebagai
acuan hidupnya.
Alfazh al-quran merupakan sub keilmuan ‘ulum al-quran yang menjadi objek
pembahasan lebih lanjut pada makalah laporan ini. Oleh karena itu, pentingnya
pemahaman lebih lanjut mengenai alfazh al-quran dalam pemahaman al-quran
merupakan latar belakang utama pembahasan pada laporan ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian kali ini terumuskan dalam beberapa
pertanyaan dibawah berikut ini :
1. Apakah pengertian dari alfazh al-quran?
2. Bagaimanakah contoh-contoh alfazh al-quran yang sering ditemui
ketika memperdalam al-quran?
3. Apa maksud dan manfaat dari keberadaan sub-keilmuan alfazh al-
quran?

2
C. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penyusunan laporan ini ialah untuk memaparkan sub-keilmuan
‘ulum al-quran yang bernama alfazh al-quran dengan beberapa sasaran yang
merupakan sebagai berikut :
1. Terpaparkannya definisi alfazh al-quran
2. Terjelaskannya beberapa contoh familiar alfazh al-quran yang sering
ditemui umat islam ketika membaca al-quran
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dari keilmuan alfazh al-quran
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengerjaan mencakup pada topik alfazh al-quran dan dibatasi
hanya pada pembahasan definisi, contoh dan maksud dari alfazh al-quran.
Pembahasan dibatasi pada topik tersebut dan tidak melebar kepada sub-keilmuan
‘ulum al-quran lainnya. Hal tersebut dikarenakan agar pembahasan menjadi lebih
fokus dan terarah dengan baik sesuai tujuan dan sasaran.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada laporan ini tersusun ke dalam beberapa urutan
poin sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup serta sistematika pembahasan.
2. Pembahasan Alfazh Al-quran
Pada bagian ini terdapat penjelasan tentang pengertian, contoh, dan
maksud tentang alfazh al-quran.
3. Kesimpulan dan Penutup
Bab ini merupakan penutup laporan yang berisi jawaban rumusan
masalah dan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan.

3
II. Pembahasan Alfahz Al-quran
A. Pengertian Alfahz Al-quran
Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah Lafadz
berasal dari bahasa Arab dan diartikan sebagai ‘kata’ dalam bahasa Indonesia, seperti
kayu, batu, air dan lain-lain. Berdasarkan Arabic language education (2017),
pengertian lafazh ialah sebagai berikut :
َّ ‫ْض َعلَى ْال ُم ْشتَ ِم ُل ال‬
‫صوْ طُه َ=ُو‬ ِ ‫ْال ِه َجائِيَ ِة ْال ُحرُوْ فِبَع‬
Lafadz yaitu suara yang mengandung huruf hijaiyah, yang diawali huruf alif dan
diakhiri huruf ya’. Contoh: ‫زيد‬ mengandung huruf ‫ ز‬,‫ ي‬,‫د‬
Definisi lain lafazh menurut Muklish (n.d) Lafadz dalam bahasa arab adalah
“kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafadz adalah satu nama yang diberikan pada
rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz
tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz”.
Selain itu, pengertian al-quran menurut Abu Syahbah ialah “Kitab Allah yang
ditrunkan -baik lafazh maupun maknanya- kepada nabi terakhir, Muhammad SAW,
yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan
(akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW), yang
ditulis pada mushaf dari awal surat Al-fatihah sampai akhir surat An-Naas”.
Sedangkan Anwar (2007) menuliskan pada buku ‘Ulum Al-quran, pengertian al-quran
menurut para pakar ushul fiqhdan bahasa arab ialah “Kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi –Nya Muhammad SAW, yaitu lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat,
membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang
ditulis pada mushaf dari awal surat al-fatihahsampai akhir surat an-naas”.
Berdasarkan pengertian lafazh dan al-quran yang dijelaskan sebelumnya,
maka alfahz al-quran terdiri dari dua kata yaitu lafazh dan al-quran, atau lebih
mudahnya alfazh al-quran ialah lafazh-lafazh yang terdapat dalam al-quran.

4
B. Contoh Lafazh Yang Terdapat Dalam Al-Quran
Pembagian lafazh pada sub-bab ini terbagi ke dalam mufrad dan jama’,
mutaradif, khitab dengan isim atau fi’il, isim nakirah dan ma’rifah.

a) Mufrad dan Jama’


Secara etimologi kata mufrad merupakan kata yang bermakna tunggal,
sedangkan kata jama’ adalah kebalikannya yang berarti banyak. Namun, jika
dipandang dari segi terminologi, kata mufrad adalah kata yang bermakna satu. Dan
kata jama’ adalah kata yang bermakna yang bermakna tiga atau lebih (Depag, 129).
Di dalam al-qur’an dapat kita temukan kata-kata tertentu yang dalam
pemakaiannya hanya spesifik pada mufrad atau jama’ saja, ada yang dipakai dalam
bentuk mufrad maupun jama’, selain itu ada juga kata mufrad yang bermakna jama’
atau sebaliknya. Sehingga dari hal tersebut dapat diambil sebuah kaidah yang
berkaitan dengan masalah ini.
Bahkan sudah ada ketetapan mengenai makna yang sudah pasti berkaitan
dengan makna kata mufrad dan kata jama’. Penetapan ini terdapat pada kata ‫ الريح‬dan
kata ‫ الري==اح‬yang sudah ditetapkan maknanya jika ditemukan dalam redaksi ayat
tertentu. Hal ini berdasarkan informasi yang berasal dari hadis nabi yang intinya
bahwa:

‫كل شيئ فى القرأن من الرياح فهو رحمة وكل شيئ فيه من الريح فهو عذاب‬

Setiap kata ‫ الري==اح‬yang terdapat dalam al-qur’an maksudnya adalah rahmat,


sedangkan kata ‫( ال==ريح‬dalam betuk tunggal) maksudnya adalah adzab (siksaan).
Namun, di dalam al-qur’an ada juga ayat yang artinya berbeda dari kaidah tersebut.
Salah satunya adalah ayat 22 surah Yunus:

‫هو الذي يسيركم فى البر والبحر حتى إذا كنتم فى الفلك وجرين بهم بريح طيبة وفرحوا بها جاءتها ريح عاصف‬

‫ وجاءهم الموج من كل مكان وظنوا إنهم أحيط بهم دعوا هللا مخلصين له الدين لئن أنجيتنا من هذه لنكونن‬ 

‫من الشاكرين‬ 

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan.
sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa
orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira
karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru

5
menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka
berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka
berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami
akan Termasuk orang-orang yang bersyukur".

Kata ‫ ريح‬pada ayat di atas disebutkan dua kali, yang keduanya mempunya arti
yang berlawanan. Kata ‫ ريح‬yang pertama digandengkan dengan kata ‫ طيبة‬sehingga
mengandung arti angin yang baik (rahmat). Sedangkan kata ‫ ريح‬yang kedua
merupakan kebalikan dari yang pertama, yang digandengkan dengan kata ‫ عاصف‬yang
mngandung arti angin badai.
b) Kata-kata yang diduga Mutarãdif (sinonim)

Banyak sekali kata-kata di dalam al-qur’an yang diduga sinonim, padahal


keduanya memiliki arti yang berbeda. Namun, karena samarnya kedua kata-kata
tersebut para ulama’ hampir tidak bisa membedakan di mana letak perbedaannya.
Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti kata ‫ الخشية‬dan ‫الخوف‬

Pada dasarnya kedua kata ini mempunyai kesamaan dalam artinya, yaitu takut.
Namun, karena pengaruh dalam penerapan kedua kata tersebut (siyaqul kalam) maka
arti keduanya bisa menjadi berbeda.

Contoh:

‫ويخشون ربهم ويخافون سوء الحساب‬

Kata ‫ يخشون‬dan kata ‫ يخافون‬pada ayat di atas memiliki arti yang berbeda. Kata
‫ يخشون‬berarti rasa takut yang sangat, karena pada umumnya kata ini selalu dikaitkan
dengan perasaan takut kepada Allah. Walaupun seseorang itu mempunyai mental
yang kuat, sudah pasti dia tidak akan berdaya jika dikaitkan urusannya dengan Allah.
Sedangkan kata ‫ يخافون‬berarti rasa takut yang wajar. Karena, rasa takut tersebut bisa
muncul akibat dari sebab yang jika dilakukan oleh seseorang. Seperti halnya rasa
takut pada siksa di akhirat kelak karena seorang tersebut sering melakukan dosa.

c) Khitab dengan Isim atau dengan Fi’il

6
Perlu diketahui bahwa khitab dengan isim atau khitab dengan fi’il itu
mengandung maksud yang berbeda pula. Jika khitabnya menggunakan redaksi isim
itu bermaksud pada sebuah penetapan suatu hal. Biasanya terjadi pada hal-hal yang
berkaitan dengan kejadian, misalnya lahir, hidup, mati dan lain sebagainya.
Sedangkan jika khitabnya menggunakan redaksi fi’il itu bermaksud menunjukkan arti
pembaruan suatu hal. Jadi, dalam kata lain khitab dengan isim mengandung fungsi
sebagai penetapan. Sedangkan khitab dengan fi’il mengandung fungsi sebagai
pembaruan.
Contoh:

‫هل من خالق غير هللا يرزقكم‬

Ayat di atas merupakan salah satu bentuk khitab dengan fi’il. Dalam ayat
tersebut menunjukkan arti bahwa dalam kehidupan ini rizqi itu sudah ada yang
menentukan, yaitu Allah. Penegasannya adalah setiap persoalan rizqi manusia itu
akan selalu terjadi pembaruan, selalu berubah-ubah tergantung pada usaha masing-
masing. Kadang bisa bertambah dan terkadang juga bisa berkurang.

‫يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحي‬

Ayat di atas merupakan contoh dari khitab dengan isim. Dalam ayat tersebut
menunjukkan ketetapan suatu kejadian di dunia ini. Awalnya hidup, kemudian mati,
setelah mati akan hidup lagi. Dan itulah sunnatullah yang pasti akan terjadi dalam
kehidupan ini.

d) Isim Nakirah dan Ma’rifah


Isim nakirah adalah kata yang menunjukkan suatu hal atau benda yang bersifat
tidak tentu (bersifat umum). Sedangkan isim ma’rifah merupakan kebalikan dari isim
nakirah, yaitu kata yang menunjukkan suatu hal atau benda yang bersifat khusus.
Adapun isim-isim yang termasuk dalam kategori isim ma’rifah adalah isim dlomir,
isim ‘alam, isim isyarah, isim maushul, isim yang kemasukan Al -Ta’rif, isim yang
disandarkan pada kata lain (idlafah), dan isim munãdã. Didalam penerapannya, isim
nakirah mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

a) Untuk menunjuk person atau orang tertentu.

7
Contoh:

‫وج==اء رج=ل من أقص==ى المدين=ة= يس==عى ق=ال ي==ا موس==ى أن المأل ي==أتمرون ب==ك ليقتل==وك ف==اخرج إني ل==ك من‬
‫الناصحين‬

Kata ‫ رجل‬yang terdapat pada ayat di atas menunjukkan umum, namun bisa
bermakna seseorang tertentu karena disusul dengan adanya ‫ من‬bayaniyah yang
menerangkan seseorang tersebut.

b) Untuk menunjuk pada macam (‫) نوع‬.

Contoh:

‫هذا ذكر وإن للمتقين لحسن مأب‬

Kata ‫ذكر‬  yang terdapat pada ayat di atas berarti kehormatan, dan merupakan
salah satu bentuk nau’ dari beragam kehormatan yang layak untuk diberikan kepada
para nabi yang dikisahkan pada ayat sebelumnya.

c) Untuk mengagungkan sesuatu.

Contoh:

‫ولهم عذاب عظيم‬

Kata ‫ ع==ذاب‬di atas merupakan cakupan dari seluruh bagian yang termasuk di
dalamnya. Kata tersebut memberikan indikasi bahwa adzab itu adalah sesuatu yang
agung dan terus berkelanjutan kepada orang yang akan mendapatkannya.

d) Untuk menunjuk makna banyak.

Contoh:

‫فلما جاء السحرة قالوا لفرعون أئن لنا ألجرا إن كنا نحن الغالبين‬

Kata ‫ أج===را‬yang terdapat pada ayat di atas menunjukkan makna banyak,


dikarenakan tidak diketahui jumlahnya secara pasti. Sedangkan di dalam penerapan
isim ma’rifah banyak sekali contohnya, namun itu semua tergantung dari redaksi ayat

8
yang tertulis yang pada intinya menunjukkan makna khusus. Di dalam kedua kaidah
ini, ada kalanya terjadi pengulangan dua kata yang sama yang tidak sama bentuknya.
Misalnya kata nakirah yang didahulukan kemudian di susul dengan kata ma’rifah,
begitu pula sebaliknya.

Contoh:

‫فإن مع العسر يسرا إن مع العسر يسرا‬

Pengulangan yang terjadi pada ayat di atas terdapat pada kata ‫ العسر‬, secara dua
kali dalam bentuk isim ma’rifah. Kedua kata tersebut mempunyai arti sama, yaitu
sebuah kesulitan. Penetapan yang demikian itu juga dikuatkan adanya hadis yang
mengatakan bahwa satu kesulitan tidak akan bisa mengalahkan dua kemudahan.
Dalam kata lain, bisa diungkapkan bahwa setiap kesulitan itu pasti mempunyai dua
kemudahan (Depag, 119).

Demikian pula masih banyak sekali contoh yang terdapat dalam ayat-ayat yang
lain, seperti di antaranya adalah kata ‫ الصراط‬yang terdapat dalam surah al-fatihah dan
kata ‫ الرسول‬yang terdapat dalam surah Al-muzzammil.

III. Penutup

A. Manfaat Alfazh Al-quran


Kaidah-kaidah penggunaan lafazh al-quran sebelumnya memiliki manfaat
dalam memahami makna al-quran secara kontekstual. Pemahaman lafazh-lafazh
tersebut menjadi memiliki makna yang lebih mendalam daripada hanya sekedar
menterjemahkan teks bahasa arab ke dalam bahasa Indonesia. Pemahaman makna
lafazh yang lebih mendalam akan memberikan corak dalam tafsir al-quran yang
memudahkan para pembaca al-quran untuk bisa mentadaburinya.
Keutamaan al-quran sebagai kitab suci yang terjaga dari keaslian teks arab semenjak
dari diturunkan sampai sekarang merupakan suatu mukjizat yang patut dibanggakan
oleh umat islam dikarenakan nasib kitab suci agama lain tidak memiliki keutamaan
tersebut. Terjaganya keaslian teks al-quran yang berisi lafazh-lafazh yang bermakna
agung akan bisa terkuak lebih mendalam dengan menggunakan pemahaman kaidah-
kaidah lafazh al-quran seperti pembahasan pada sub-bab sebelumnya.

9
B. Kesimpulan
Pemahaman al-quran sesuai dengan makna yang terkandungnya bisa dipahami
lebih baik jika pemahaman dari sisi lafazh-lafazh alquran yang tertera di ayat-ayat
tersebut bisa mengerti dengan baik. Hal tersebut bisa terjadi jika kaidah-kaidah bahasa
arab klasik ketika zaman Rasulullah SAW dikuasai oleh mufassir al-quran itu sendiri.
Oleh karena itu, pemahaman alfahz al-quran sebagai sub-keilmuan ‘ulum al-quran
oleh para mufassir perlu dipahami lebih mendalam agar makna-makna dalam al-quran
bisa dipahami sesuai dengan konteks ayat-ayat tersebut diturunkan ketika itu.

Daftar Pustaka
Al-Imâm Badr al-Dîn Muhammad Ibn Abdillah al-Zarkasyiy, Al- Burhan Fiy ‘Ulûm
al-Qur’an, Juz I (Bayrut: Dâr al-Kutub al-‘iIlmiyah, 1988

10
Al-Syakh Jalâl al-Dîn Abd al-Rahman Ibn Abî Bakr al-Suyutiy, Al-Itqan fiy ‘Ulm al-
Qur’an, Juz I Bayrut: Dâr Ihya’ Ulûm, 1996
Al-Zahabiy, Al-Tafsir wa al- Mufassirun, Juz I ; Kairo: Dâr al-Kutub al-Hadîsah,
1961
Al-Zarqaniy, Manahil al- ‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz I; Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013 Kedudukan dan Fungsi Kaidah-Kaidah Tafsir
Manna’ al-Qattân, Mabahis fiy ‘Ulum al-Qur’an, Bayrut: Muassasat al-Risalah, 1990
Ghozali, F. (2017, January 01). PENGERTIAN KALAM, LAFADZ, MUROKKAB,
MUFID, DAN WADL'U. Retrieved October 13, 2017, from
http://arabiclanguageeducation.blogspot.co.id/2016/11/pengertian-kalam-lafadz-
murokkab-mufid.html
N. M. (n.d.). LAFADZ;Ilmu Mantiq (review). Retrieved October 13, 2017, from
http://wahid-hambali.blogspot.co.id/2013/04/lafadzilmu-mantiq-review.html

11

Anda mungkin juga menyukai