A. Ujian
Ujian yang secara bahasa berarti ikhtibar (penyelidikan) dan imtihan (percobaan),
baik berupa kesulitan maupun kesenangan, kebaikan maupun keburukan.
Ujian adalah cara Allah SWT mencintai hamba-Nya. Allah SWT memberikan ujian
kepada manusia dengαn tujuan menguji siapa hambaNya yang bersyukur atas ujian
nikmat yang diperoleh dan siapa yang bersabar atas kesulitan yang menimpanya, agar
diketahui siapa diantara hambaNya yang paling baik paling amalnya.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya,
agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-
Kahfi: 7)
ِ س َذآئِقَةُ ا ْل َم ْو
َت َونَ ْبلُ ْو ُك ْم بَالش َِّّر َوا ْل َخ ْي ِر فِ ْتنَةً َوإِلَ ْينَا ت ُْر َج ُع ْون ٍ ُك ُّل نَ ْف
“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.”
(QS. Al-Anbiya`: 35)
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan…” (QS. Al-Baqarah: 155)
B. ADZAB
Adapun adzab adalah siksaan yang Allah berikan kepada orang-orang kafir baik di
dunia maupun akhirat, adzab di dunia sementara adzab yαng lebih besar menanti di
akhirat.
|1
ِ ب ااْل َ ْدنَى د ُْونَ ا ْل َع َذا
َب ااْل َ ْكبَ ِر لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر ِج ُع ْون ِ َولَنُ ِذ ْيقَنَّ ُه ْم ِّمنَ ا ْل َع َذا
“Dan Sesungguhnya kami timpakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat (di
dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat), agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).” (QS. As-Sajdah: 21)
C. MUSIBAH
Musibah secara bahasa identik dengan teguran atau peringatan yαng sudah menjadi
ketentuan Allah SWT terjadi karena kesalahan yαng kita perbuat. Apabila Allah
menghendaki kebaikan, maka Allah SWT menyegerakan hukumannya dengan cara
‘ditegur’ di dunia sehingga ia menjadi lebih baik dan suci dari dosa. Namun apabila Allah
SWT tidak mencintai hamba-Nya, ia akan tunda hukumannya akibat perbuatan dosa-
dosanya dan akan ditunaikan di akhirat kelak.
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka itu dari (kesalahan) dirimu sendiri...” (QS. An-Nisa’: 79)
PENYEBAB MUSIBAH
Faktor utama penyebab musibah yang menimpa manusia adalah dosa dan
kemaksiatan mereka. Ini merupakan perkara yang pasti dalam syari’at yang suci ini. Di
antara dalil-dalil yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. Asy-Syura: 30)
|2
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia...” (QS. Ar-Rum: 41)
Dalam ayat-ayat tersebut Allah menegaskan bahwa penyebab musibah itu adalah
perbuatan manusia yang mendustakan ayat-ayat-Nya.
HIKMAH MUSIBAH
1. Sebagai Siksa Terhadap Sebagian Manusia Dan Keutamaan Bagi Sebagian Yang Lain
”Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, istri Nabi SAW, ia berkata, “Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang wabah tha’un (suatu jenis penyakit menular yang mematikan).
Beliau memberitahukan kepadaku, bahwa itu merupakan siksaan yang Allâh kirimkan
kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi
orang-orang yang beriman. Tidak ada seorangpun yang tertimpa penyakit tha’un, lalu ia
tinggal di kotanya dengan sabar, mengharapkan pahala Allâh serta ia mengetahui bahwa ia
tidak tertimpa sesuatu kecuali apa yang telah Allâh tulis (takdirkan) baginya, kecuali orang
itu akan mendapatkan semisal pahala syahid”. (HR al-Bukhari, no. 3474).
|3
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW memperingatkan para sahabatnya dari beberapa
kemaksiatan yang menyebabkan bencana. Beliau bersabda:
ش َّد ِة ا ْل َمئُونَ ِة َو َج ْو ِر ِ سنِينَ َو ِّ صوا ا ْل ِم ْكيَا َل َوا ْل ِمي َزانَ إِاَّل أُ ِخ ُذوا بِال ُ ُ َولَ ْم يَ ْنق, ض ْوا َ الَّ ِذينَ َم
َّ َولَ ْم يَ ْمنَ ُعوا زَ َكاةَ أَ ْم َوالِ ِه ْم إِاَّل ُمنِ ُعوا ا ْلقَ ْط َر ِمنَ ال,س ْلطَا ِن َعلَ ْي ِه ْم
س َما ِء َولَ ْواَل ا ْلبَ َهائِ ُم لَ ْم ُّ ال
ط هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم َع ُد ًّوا ِمنْ َغ ْي ِر ِه ْم فَأ َ َخ ُذوا
َ َّسل ُ ضوا َع ْه َد هَّللا ِ َو َع ْه َد َر
َ سولِ ِه إِاَّل ُ ُ َولَ ْم يَ ْنق,يُ ْمطَ ُروا
َ ْب هَّللا ِ َويَت ََخيَّ ُروا ِم َّما أَ ْن َز َل هَّللا ُ إِاَّل َج َع َل هَّللا ُ بَأ
س ُه ْم ِ َو َما لَ ْم ت َْح ُك ْم أَئِ َّمتُ ُه ْم بِ ِكتَا,ض َما فِي أَ ْي ِدي ِه ْم
َ بَ ْع
بَ ْينَ ُه ْم
“Wahai orang-orang Muhajirin, ada lima perkara yang jika kamu ditimpa lima
perkara ini, aku memohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatinya: (1)
Tidaklah perbuatan keji dilakukan pada suatu masyarakat dengan terang-terangan, kecuali
akan tersebar wabah penyakit tha’un dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada
orang-orang dahulu. (2) Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali
mereka akan disiksa dengan paceklik, kehidupan susah dan kezhaliman pemerintah. (3)
Tidaklah mereka menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari
mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. (4)
Orang-orang tidak membatalkan perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah
akan menjadikan musuh dari selain mereka (orang-orang kafir) menguasai mereka dan
merampas sebagian yang ada di tangan mereka. (5) Dan selama pemimpin-pemimpin
(negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa
yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan di antara mereka.” (HR. Ibnu
Majah, no. 4019; al-Bazzar; al-Baihaqi; dari Ibnu Umar. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam ash-Shahihah, no. 106; Shahih at-Targhib wat-Tarhib, no. 764, Penerbit Maktabah al-
Ma’arif)
ْ يب ا ْل ُم
سلِ َم ُ ص ِ ُسلَّ َم قَا َل َما ي َ ي َوعَنْ أَبِي ه َُر ْي َرةَ عَنْ النَّبِ ِّي
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ عَنْ أَبِي
ِّ س ِعي ٍد ا ْل ُخ ْد ِر
ب َوالَ َه ٍّم َوالَ ُح ْز ٍن َوالَ أَ ًذى َوالَ َغ ٍّم َحتَّى الش َّْو َك ِة يُشَا ُك َها إِاَّل َكفَّ َر هَّللا ُ بِ َها ٍ ص َ ب َوالَ َو َ َِمنْ ن
ٍ ص
ُِمنْ َخطَايَاه
|4
”Dari Abu Sa’id al-Khudri dan dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda, “Tidaklah seorang muslim ditimpa sesuatu seperti kelelahan,
penyakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka-cita, sampai duri yang menusuknya,
kecuali Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sebab itu”. (HR al-Bukhari, no. 5642
dan Muslim, no. 2572).
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41)
D. ISTIDRAJ
Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh
dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi ujian baginya, apakah dia mendekatkan diri
kepada Allah atau malah semakin jaub dari Allah.
“Kemudian Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan (sehingga keturunan dan harta
mereka) bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sungguh, nenek moyang kami telah
merasakan penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan
tiba-tiba tanpa mereka sadari.” (QS. Al-A’raf: 95)
|5