Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI METODE PEMBINAAN MENTAL SISWA SMA MELALUI

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KHUTBAH UNTUK MENINGKATKAN


KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMA PLUS AS-SALAAM CIBADUYUT

Uus, e-mail: uusupriatna7491@gmail.com

Abstrak
Latar belakang implementasi pembinaan mental melalui kegiatan ekstrakurikuler khutbah
ialah meningkatkan pengetahuan siswa mengenai Agama Islam serta kemampuan berbicara
didepan orang banyak atau yang biasa disebut Public Speaking . Bagi mereka yang memiliki
rasa takut untuk berbicara didepan publik akan muncul rasa panik. Seperti siswa disekolah
yang merasa takut atau tidak berani saat tampil didepan teman-temannya. SMA Plus As-
Salam adalah sekolah yang mempunyai program ekstrakurikuler yang diunggulkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode dari pembinaan mental,
mengetahui proses metode pembinaan mental dan mengetahui hasil atau evaluasi dari
pelaksanaan metode pembinaan mental dari ekstrakurikuler Khutbah yang ada di SMA Plus
As-Salam untuk mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler Khutbah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dilaksanakan di SMA Plus As-Salam,
dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Kepala sekolah dan Guru pembimbing
ekstrakulikuler Khutbah. Tekhnik pengumpulan data yang dipakai ialah observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Hasil evaluasi melalui kegiatan ekstrakurikuler khutbah ini yang bisa siswa dapatkan
antara lain, mengembangkan kemampuan siswa dalam menyiapkan bahan apa yang akan
disampaikan dengan guru menyuruh siswa membuat teks pidato sendiri sehingga siswa
menjadi mandiri untuk kemudian hasil teks tersebut dibacakan di depan teman-teman. Hal ini
melatih tanggung jawab dan kemandirian siswa. Tanggung jawab karena berani
menyampaikan apa yang telah ditulis, mandiri karena berlatih membuat naskah teks pidato
atau ceramah sendiri
Simpulan dari penelitian ini bahwa kegiatan ekstrakurikuler Khutbah sangatlah penting
untuk di terapkan kepada siswa agar siswa mempunyai jati diri yang sangat baik melalui
pembinaan mental dan harus diterapkan berbicara di depan teman temannya ataupun
masyarakat.
Kata Kunci: Ektrakurikuler, Khutbah, Pembinaan Mental

Abstract

The background of the implementation of mental development through


extracurricular activities is to increase students' knowledge about Islam and the ability to
speak in front of many people or what is commonly called Public Speaking. For those who
have a fear of speaking in public there will be a sense of panic. Like students at school who
feel afraid or do not dare to appear in front of their friends. SMA Plus As-Salam is a school
that has excellent extracurricular programs.
From this research is to find out the method of mental coaching, to know the
process of mental development and to know the results or evaluation of the implementation of
the mental Khutbah coaching method in SMA Plus As-Salam to develop extracurricular
activities Khutbah.
This study used a qualitative method, carried out at SMA Plus As-Salam, in this
study the informants were the principal and the extracurricular sermon supervising teacher.
Data collection techniques used are observation, interviews, and documentation.
The results through this sermon extracurricular activity that can be obtained by
students include developing students' abilities in preparing what material will be delivered
with the teacher asking students to make their own speaking text so that students become
independent and then the results of the text are read in front of friends. This trains students'
responsibility and independence. The responsibility for daring to convey what has been
written, independent for making the text of the speech or lecture itself
The conclusion of this research is that extracurricular activities Sermons are
important to be applied to students so that students have a very good identity through mental
coaching and have to speak in front of friends or the community.
Keywords: Extracurricular, Khutbah, Mental Development

1. Pendahuluan mengembangkan segenap potensi

Latar Belakang Masalah anak didiknya secara optimal.


Pendidikan merupakan Didalam Undang-undang Republik
upaya sadar dan terencana yang Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal
dilakukan oleh guru untuk 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa dewasa terjadi saat anak berusia 4

pendidikan diharapkan mampu tahun. Peningkatan 30% berikutnya

membangun keutuhan kepribadian terjadi pada usia 8 tahun, dan 20%

manusia Indonesia seutuhnya sisanya pada pertengahan atau

dengan mengembangkan berbagai akhir dasawarsa kedua. Oleh

potensi secara terpadu. (Ahsin, karena itu, sudah seharusnya

2013:5). pendidikan karakter dimulai dari

Pendidikan karakter lingkungan keluarga yang

merupakan salah satu sarana yang merupakan lingkungan awal bagi

paling tepat untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

mengembangkan potensi siswa. anak. (Muchlmas Samani & Dr.

Dalam buku Pendidikan Karakter Hariyanto, M.S, 2014:9)

karya Muchlas Samani dan Sejak tahun 2010

Hariyanto disebutkan bahwa pemerintah melalui Kementerian

pendidikan di Indonesia pada Pendidikan Nasional

umumnya sepakat bahwa mencanangkan pendidikan karakter

pendidikan karakter harus dimulai untuk semua tingkat pendidikan,

sejak usia anak-anak (golden age), mulai dari sekolah dasar,

karena pada usia ini sangat menengah hingga perguruan tinggi.

menentukan kemampuan anak Program ini dicanangkan bukan

dalam mengambangkan berbagai tanpa alasan, karena saat ini dunia

potensinya. pendidikan sedang dihadapkan

Hasil penelitian pada persoalan yang sangat pelik.

menunjukkan bahwa sekitar 50% Dari hari ke hari banyak sekali

variabilitas kecerdasan orang fenomena kehidupan yang


mencerminkan adanya berasal dari rasa percaya diri.

kemerosotan moralitas dalam Kurangnya rasa percaya diri

kehidupan bermasyarakat, seringkali menjadi masalah yang

berbangsa dan bernegara. (Suyono, sangat mengkhawatirkan, baik bagi

M.Ed, 2008:32). anak maupun orang tuanya. Rasa

Salah satu karakter penting tidak percaya diri yang ada pada

yang harus dimiliki oleh setiap anak jika dibiarkan akan

individu untuk dapat menghambat perkembangan jiwa

mengaplikasikan potensi yang anak. Anak harus memiliki

dimiliki dan mengantarkan dirinya kekuatan jiwa serta keterampilan

meraih prestasi dan mencapai pengembangan dirinya untuk

kesuksesan adalah kepercayaan menghadapi kehidupan sehari-

diri. Percaya diri merupakan sikap harinya. Tanpa adanya rasa percaya

positif individu yang diri yang tinggi pada anak maka

memungkinkan dirinya untuk tumbuh kembang anak tidak dapat

mengembangkan penilaian positif, berjalan secara optimal. (Pradipta

baik terhadap diri sendiri maupun Sarastika, 2013:35).

terhadap lingkungannya. Pada prinsipnya rasa

Rasa percaya diri percaya diri merupakan pelajaran

merupakan salah satu kunci dan pelatihan yang panjang untuk

keberhasilan seseorang dan setiap pribadi manusia. Latihan itu

menjadi modal dasar yang penting harus dimulai sejak usia dini.

untuk dikuasai oleh setiap orang. Dimana kedua orangtua harus

Kepribadian, kemampuan mampu menanamkan dan

bersosialisasi dan kecerdasan menumbuhkan rasa percaya diri


pada anak. Meskipun hanya di Kegiatan ekstrakurikuler

depan orangtuanya, tetapi anak yang diselenggarakan di luar jam

sudah berani mengemukakan pelajaran di setiap lembaga sekolah

pendapatnya. Hal seperti ini dapat selain dapat membantu siswa

melatih anak untuk percaya diri dalam pengembangan minat dan

tampil di khalayak umum. bakatnya, juga dapat membantu

Kepercayaan diri merupakan modal siswa dalam pembentukan karakter.

dasar keberhasilan di segala Karakter percaya diri dapat

bidang. dibentuk dan dilatih melalui

Hilangnya rasa percaya diri kegiatan ekstrakurikuler khutbah

menjadi sesuatu yang sangat ini berupa ceramah atau pidato

mengganggu, terlebih ketika yang merupakan pengungkapan

dihadapkan pada suatu tantangan pemikiran yang diwujudkan dalam

dan situasi baru. Gejala tidak bentuk kata-kata yang ditujukan

percaya diri pada siswa dapat kepada orang banyak, atau wacana

dilihat dari beberapa aspek, yaitu yang disiapkan untuk disampaikan

susah berbicara, gagap dan gagu, di depan orang banyak.

menutup diri, rasa malu dan tidak Rata-rata siswa berasal dari

berani, ketidakmampuan berfikir latar belakang kurang mampu dan

secara mandiri dan merasakan ada tidak begitu cakap maupun berani

kejahatan dan bahaya serta dalam hal mengungkapkan kata-

meningkatnya rasa takut dan kata. Otomatis hal tersebut menjadi

kekhawatiran. (Abu Amr Ahmad masalah bagi siswa untuk mencetak

Sulaiman, 2008:72). keterampilan dan membina mental

siswa agar nantinya dapat


berkecimpung dalam bidang karakter percaya diri yang ada pada

dakwah, kemudian lebih daripada diri siswa dengan judul penelitian

itu berbicara di depan masyarakat “Implementasi Metode Pembinaan

sudah menjadi hal yang biasa. Mental Siswa SMA Melalui

Berdasarkan latar belakang Kegiatan Ekstrakulikuler Khutbah

masalah yang telah dikemukakan untuk Meningkatkan Kualitas

diatas, maka peneliti ingin Pembelajaran Pendidikan Agama

mengetahui lebih dalam terhadap Islam.”

2. Metode
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena data yang disajikan

berupa kata-kata. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini di SMA Plus As- Salaam yang beralamat di Jl. Situtarate Cibaduyut Bandung,

Rt.02/Rw 02 Desa. Cangkuang Kulon Kec. Dayeuhkolot Kode Pos: 440249. Waktu penelitian ini

dilaksanakan selama 7 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan Juli 2021.

Jenis Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif (descriptive

research) adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentuPenelitian deskriptif mengumpulkan data

untuk menggambarkan obyek dengan apa adanya.

Sumber Data
Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul. Data yang

diperoleh berasal dari sumber utama. Data responden sangat diperlukan untuk mengetahui tanggapan

responden mengenai metode pembinaan mental melalui kegiatan ekstrakurikuler khutbah.

Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini didapatkan melalui kata dan tindakan yang diperoleh

peneliti dengan melakukan pengamatan, studi dokumentasi dan wawancara terhadap pihak-pihak

terkait yang meliputi kepala sekolah, guru, bidang kurikulum, kesantrian siswa berkaitan dengan

metode pembinaan mental melalui kegiatan ekstrakurikuler khutbah.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya diperoleh keterangan. Dalam

penelitian kualitatif, subjek penelitian disebut informan. Penelitian ini mengambil informan kunci

kepala sekolah. Selanjutnya data yang diperoleh dari informan kunci ditriangulasi dengan data dari

informan tambahan yaitu guru kelas 10,11.12 Kemudian untuk data selanjutnya yaitu Bidang

kurikulum, dan kesiswaan ini berlaku untuk keakuratan data yang diperlukan dalam penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti

akan kesulitan dalam memperoleh data yang akan sesuai standar. Adapun teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah:

Observasi

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi

non partisipan karena peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat Independen.
Peneliti mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang model pembinaan mental melalui

kegiatan ekstrakurikuler khutbah.

Wawancara

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah teknik wawancara semi

terstruktur yang pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Pelaksanaan wawancara dibantu dengan pedoman wawancara agar pokok pembicaraan tetap terarah.

Pedoman wawancara memuat garis besar pertanyaan yang akan dikembangkan oleh pewawancara saat

melakukan wawancara.

Dalam hal ini mula-mula pewawancara (interviewer) menanyakan serentetan yang sudah terstruktur,

kemudian satu per satu diperdalam untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Wawancara dalam

penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai Implementasi Metode

Pembinaan Mental melalui kegiatan Ekstrakurikuler Khutbah. Wawancara dilakukan kepada kepala

sekolah, guru, bidang kurikulum, kesantrian, dan siswa.

Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini yaitu data reduksi, data display dan conclusion drawing/verification.

(Sugiyono, 2010:23)

Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Peneliti memilah-milah data

mengenai Implementasi Model Pembinaan Mental melalui kegiatan Ekstrakurikuler Khutbah. Data

yang diperoleh tersebut merupakan data yang masih kompleks.

Penyajian Data
Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Peneliti menyajikan data tentang

implementasi disiplin dan tanggung jawab terhadap moralitas peserta didik di SMA Plus As-Salam

Cibaduyut. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari penelitian disajikan secara deskriptif.

Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Anda mungkin juga menyukai