Oleh:
Nama Nim
Dosen Pengampu.
Hasiah, M.Ag
ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2021
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. Pengertian Terjemah Al-Qur’an
Terjemahan menurut bahasa (etimologis) yaitu رجم “Memindahkan
dari bahasa satu kebahasa lain.” Atau Terjemahan yaitu menafsirkan
perkataan dan menjelaskan maknanya dengan bahasa lain.
Sedangkan Terjemahan menurut teretimologi mengandung empat
makna yang berpaut menyampaikan berita kepada yang terhalang
menerima berita.2 Ini berarti bahwa tindakan menyampaikan berita yang
dilakukan oleh penerjemah terhadap orang yang sudah berusia 80-an tahun
(mungkin karena orang tersebut sudah tuli),disebut terjemahan dan
orangnya disebut turjuman (penerjemah).
Bila bahasa sumbernya adalah bahasa Arab maka bahasa yang
menjelaskannya harus bahasa lain.Untuk itu,dalam buku Mukhtar as-
Shihhah dikatakan bahwa menerjemahkan artinya sama dengan
memberikan penjelasan dengan cara memakai bahasa di luar bahasa
sumbernya.9
Ini berarti bahwa unsur penjelasan merupakan unsur yang dominan
dalam kandungan makna terjemahan. Bahkan, kalau dilihat di dalam
Tafsir Ibn Kasir tentang Abdullah bin Abbas yang mendapat julukan
sebagai penerjemah, dapat dikatakan bahwa terjemahan menurut asal-
usul kata bahasa Arab, mutlak mengandung arti menjelaskan tanpa
mempersoalkan bahasa yang digunakan dalam memberikan penjelasan
tersebut.10 Apabila ditinjau dari sudut bahasa yang digunakan dalam
memberikan penjelasan, pendapat Ibn Kasir (705-774 H.) lebih berifat
umum dibandingkan dengan pendapat ketiga ini, sebab dalam hal
memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa
sumber atau bahasa lain.
Oleh karena pengertian di atas baik secara tersurat maupun tersirat
mengandung makna menerangkan atau menjelaskan, dapat dikatakan
bahwa terjemahan ialah setiap perilaku yang mengandung unsur
mnjelaskan meskipun di luar ketentuan keempat peegertiantersebut.1
1
Sa’ad Abdul,Studi Ulang Ilmu al-Qur’an dan Ilmu Tafsir ( Yogyakarta : 2012 ) hal 11
B. Macam-macam Terjemah
Secara umum terjemah terbagi menjadi tiga jenis, yakni terjemah
harfiah, terjemah tafsiriah, dan terjemah maknawiah.16
1. Terjemah Harfiah
Terjemah harfiah adalah pengalihan bahasa yang dilakukan sesuai
17
urut-urutan kata bahasa sumber . Menurut Az-Zarqaniy, terjemah
seperti ini tak ubahnya dengan kegiatan mencari padanan kata. 18
Terjemah seperti ini disebut juga dengan terjemah lafziah atau
musafawiah.19
Terjemah harfiah dilakukan dengan cara memahami arti kata
demi kata yang terdapat dalam teks terlebih dahulu. Setelah benar-benar
dipahami, dicarilah padanan kata dalam bentuk bahasa penerima ( Bpe),
dan disusun sesuai dengan urut-urutan kata bahasa sumber ( Bsu )
meskipun maksud kalimat tidak jelas.
Sebenarnya terjemah harfiah dalam penegertian urut-urutan kata
dan cakupan makna persis seperti bahasa sumber ( Bsu ) tidak mungkin
dilakukan, sebab masing-masing bahasa ( bahasa sumber dan bahasa
penerima ) selain mempunyai ciri khas sendiri dalam urut-urutan kata,
adakalanya masing-masing ungkapan mempunyai makna yang
mengandung nuansa tersendiri.
2. Terjemah Tafsiriah
Terjemah tafsiriah ialah alih bahasa tanpa terikat dengan urut-
urutan kata atau susunan kalimat bahasa sumber ( Bsu ). Terjemah
seperti ini mengutamakan ketepatan makna dan maksud secara
sempurna dengan konsekuensi terjad i perubahan urut-urutan kata atau
susunan kalimat.
Demikian terjemah tafsiriyah ini perlu ditegaskan bahwa ia adalah
terjemahan bagi pemahaman pribadi yang terbatas. Ia tidak
2
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab ( Jakarta : 2010 )
mengandung semua aspek penakwilan yang dapat diterapkan pada
makna Al-Quran, tetapi hanya mengandung sebagai takwil yang dapat
dipahami penafsir tersebut. Dengan cara inilag akidah Islam dan dasar-
dasar syariatnya terjemahkan sebagaimana dipahamkan dari Al-quran.
3. Terjemah Maknawi
Makna asli sebagian ayat terkadang sejalan dengan prosa dan puisi
kalam Arab. Tetapi kesejalanan ini tidak menyentuh, mempengaruhi
mukjizatan al-Quran, karena kemukjizatannya terletak pada keindahan
susunan dan penjelasannya yang sangat mempesona, yaitu dengan
makna sekunder. Sesungguhnya di dalam kalam Arab, terutama al-
Quran, terdapat kepelikan dan kedalam makna yang tidak dapat
diberikan oleh bahasa mana pun juga2
2
Manna Al-Qaththan,Pengantar Studi al-Qur’an ( Jakarta Timur : 2004 ) hal 399-400
menerjemahkan, tetapi tidak selesai sampai di situ karena tidak mutlak
menyelesaikan pekerjaan menerjemahkan itu sendiri.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa penerjemahan tidak cukup
hanya sesuai dengan konteks bahasa sumber (Bsu) dan bahasa penerima
Bpe), akan tetapi harus pula dapat mencerminkan bahan yang
diterjemahkan. Karena itu, penguasaan bahan yang akan diterjemahkan
menjadi penting bagi seorang penerjemahan. Untuk itu, tidak berlebihan
bila dikatakan bahwa seorang penerjemah yang ideal adalah seorang yang
ilmunya sebidang dengan pengarang yang bukunya diterjemahkan.
Yang dimaksud dengan penerjemahan harus sesuai dengan gaya
bahasa sumber (Bsu) dan gaya bahasa penerima (Bpe) ialah penerjemahan
benar-benar memperlihatkan kesesuaian gaya bahasa dari kedua bahasa
yang dipertemukan. Suatu contoh dapat dikemukakan: gaya at-tibaq dalam
bahasa Arab sama dengan gaya antitesis dalam bahasa Indonesia. Secara
etimologi berarti lawa atau pertentangan.
Menurut Henri Guntur adalah sebuah gaya bahasa yang mengadakan
perbandingan atau komparasi antara dua kata yang mengandung ciri-ciri
semantic yang bertentangan.
Contoh lain ialah gaya bahasa al-itnab dalam bahasa Arab yang
sepadan dengan gaya pleonasme dalam bahasa Indonesia. Pada dasarnya
gaya pleonasme diperlukan buat menyatakan satu pikiran atau gagasan.
Disebut pleonasme apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan,
maknanya tetap utu. Misalnya dalam kalimat bahasa Indonesia: Kejadian
itu saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Ungkapan ini akan tetao
utuh maknanya walaupun kata-kata dengan mata kepala saya sendiri
dihilangkan.
Lebih lanjut dapat disimak apa yang dimaksud dengan gaya bahasa
metonimia dalam bahasa Indonesia. Kata metonimia diambil dari kata
Yunani meto yang berarti menunjukkan perubahan dan anoma yang
berarti nama. Dengan demikian, gaya metonimia ialah suatu gaya bahasa
yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal yang lain,
karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Perhatikan contoh berikut ini:
1) Ia membeli sebuah Chevrolet ( berupa penemu untuk hasil temuan ).
2) Pena lebih berbahaya daripada pedang (berupa sebab untuk akibat ).
BAB III
PENUTUP
3
Adib,Studi Karya-Karya Terjemah al-Qur’an Di Indonesia ( Bandar Lampung : 2016 )
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA