Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

MAKNA PENGULANGAN KALLA SAUFA TA’LAMUN DAN


LATARAWUNNA DALAM SURAH AT-TAKATSUR
(Studi Penafsiran Bint al-Syathi’ dalam Kitab al-Tafsir al-Bayani
li al-Quran al-Karim)

Diajukan untuk Diseminarkan pada Seminar Proposal


di Depan Pembimbing Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda

Oleh :

NAMA: MISBAHUL RAMADHANI


NIM: 1742115029

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


JURUSAN QURAN HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
2021
MAKNA PENGULANGAN KALLA SAUFA TA’LAMUN DAN
LATARAWUNNA DALAM SURAH AT-TAKATSUR
(Studi Penafsiran Bint al-Syathi’ dalam Kitab al-Tafsir al-Bayani
li al-Quran al-Karim)

A. Latar Belakang Masalah

Alquran adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad. Menurut Muhammad Quraish Shihab, Alquran adalah kalamullah

yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui

perantara malaikat Jibril dengan lafadz dan maknanya dari Allah, yang

dinukilkan secara mutawatir.1

Secara harfiah Alquran berarti bacaan sempurna yang merupakan suatu

nama pilihan Allah. Hal ini karena tidak ada satu bacaan pun yang dapat

menandingi Alquran yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan

pemilihan kosakatanya, akan tetapi juga kandungan maknanya yang tersurat.2

Muhammad Chirzin mengatakan dalam bukunya yang berjudul

Permata Al-Quran bahwa ayat-ayat Alquran bagaikan intan, setiap sudutnya

memancarkan cahaya yang berbeda-beda dengan apa yang terpancar dari sudut-

sudut lainnya.3 Inilah Alquran dengan segala keindahannya yang menakjubkan.

Alquran memiliki sejumlah kisah dan cerita, tetapi Alquran tidak dapat

dikategorikan sebagai buku cerita. Alquran juga mengandung catatan sejarah,

tetapi Alquran tidak dapat disebut sebagai buku sejarah. Adapun aspek yang

1
M. Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum Al-Quran, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008), h. 13.
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat,
(Bandung : Mizan, 1998), h. 3.
3
Muhammad Chirzin, Permata Al-Quran, (Yogyakarta : QIRTAS, 2003), h. 5.

2
terpenting dalam hal ini adalah gaya bahasa yang dimiliki Alquran, sehingga

tidak dapat dipungkiri bahwa Alquran memiliki mutu sastra yang tinggi dan

gaya bahasa yang indah.4

Keindahan susunan dan gaya bahasa yang dimiliki Alquran merupakan

salah satu mukjizat Alquran yang terletak pada fashahah dan balaghah-nya.

Keindahan bahasa Alquran dapat dilihat dari keserasian ayat-ayatnya yang

saling menguatkan, kalimatnya yang spesifik, balaghah-nya di luar kemampuan

akal, dan sesuai dengan setiap keadaan, serta sifat-sifat lain yang menunjukkan

kesempurnaan Alquran sebagai mukjizat. Salah satu gaya bahasa Alquran yang

penting untuk dipelajari dan diteliti adalah pengulangan redaksi ayat atau kata

yang terdapat dalam Alquran atau dalam bahasa Arab disebut dengan al-tikrar.

Inilah salah satu metode yang digunakan Alquran untuk menyampaikan pesan

yang terkandung di dalam ayatnya.

Ulama mempunyai banyak istilah yang semantik dengan al-tikrar, yaitu

al-ithnab, al-taukid, al-tardid, dan al-tasdir. Meskipun banyak istilah yang

semantik dengan al-tikrar, akan tetapi pada dasarnya keempat kata tersebut

bermuara pada satu makna, yakni al-tikrar itu sendiri. Tikrar secara etimologi

berarti mengulanginya sekali setelah yang lain. Menurut para ulama, tikrar

adalah mengulangi suatu lafadz untuk menguatkan makna.5 Suyuthi

mengatakan bahwa tikrar adalah memperbaharui lafadz yang pertama dan

4
Muhammad Chirzin, Permata Al-Quran..., h. 5.
5
Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran, Jilid 3, (Kairo : Dar
Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah), h. 9.

3
menguatkan maknanya.6 Selain itu, Bint al-Syathi’ mengatakan dalam kitab

tafsirnya bahwa pengulangan (tikrar) merupakan penekanan rajaz (himbauan),

taukid (pengukuhan), dan peringatan keras.7 Sedangkan dalam istilah balaghah

dan ilmu badi’, tikrar adalah pengulangan satu kata, baik lafadz maupun

maknanya.8

Bentuk pengulangan redaksi merupakan fenoma menarik yang terdapat

dalam Alquran. Banyak ulama yang membukukan model dan seni pengulangan

dalam Alquran, seperti al-Karmani dengan bukunya yang berjudul Rahasia

Pengulangan dalam Al-Quran (Asrar At-Takrar fi Al-Quran). Akan tetapi, ada

sebagian ulama yang mengkaji ilmu Alquran mengingkari adanya pengulangan

(tikrar) dalam Alquran yang merupakan bagian dari uslub fashahah. Hal itu

dilandasi oleh anggapan bahwa pengulangan tidak ada gunanya.9

Salah satu ulama yang membantah argumen tersebut adalah az-

Zarkasyi. Ia mengatakan bahwa pengulangan dapat memperindah kalimat atau

kata, terutama yang saling berkaitan satu sama lainnya.10 Hal ini dikuatkan

dengan kebiasaan orang Arab dalam berbicara dan berdialog. Saat mereka

menaruh perhatian terhadap suatu perkara agar dapat terealisasi dan menjadi

kenyataan, mereka mengharap sesuatu (doa) dengan selalu mengulang-

ulangnya sebagai penguat.

6
Muhammad Murtada bin Muhammad al-Husni al-Zubaidi, Taj Al-‘Arus, Jilid 7, (Beirut :
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1971), h. 14.
7
‘Aisyah Abdurrahman Bint al-Syathi’, Litafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim, Juz 1,
Cet. VII, (Kairo : Dar al-Ma’arif, 1990), h. 202.
8
Abu al-Biqa’ Ayyub bin Musa al-Husaini al-Kufumy, Al-Kulliyyat, Juz 1, (Beirut :
Mu’assasah al-Risalah, 1998), h. 456.
9
Nasaruddin Baidan, Metode Penafsiran Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip dalam Al-Quran,
(Pekan Baru : Fajar Harapan, 1993), h. 21.
10
Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran..., h. 9.

4
Fenomena pengulangan (tikrar) belakangan ini menjadi lahan yang

subur bagi orang yang mengingkari kemukjizatan Alquran. Sebagian orientalis

menganggap Alquran sebagai kitab yang sangat membingungkan karena

banyaknya pengulangan tersebut. Seolah-olah Tuhan kehabisan kata-kata untuk

mengungkapkan maksud-Nya sehingga harus mengulang redaksi ayat maupun

kata dalam Alquran. Sebagian yang lain menganggap bahwa jika redaksi

Alquran tidak banyak diulang, niscaya Alquran hanya tersisa beberapa kertas

saja.11

Dalam hal ini, Qutaibah membantah pandangan orientalis dengan

mengatakan bahwa Alquran diturunkan secara berangsur-angsur dengan kurun

waktu yang cukup lama dan dengan keberagaman kabilah Arab yang cukup

banyak. Sehingga, adanya pengulangan (tikrar) dalam Alquran menunjukkan

bahwa pengulangan tersebut dapat menjadi hikmah dan ibrah dari berbagai

kisah dan persoalan yang tidak terbatas, yang tidak hanya menimpa pada kaum

tertentu saja. Dengan kata lain, jika pengulangan (tikrar) ayat maupun kata

dalam Alquran tidak ada, kisah-kisah atau pesan-pesan hikmah yang

terkandung di dalamnya hanya akan menjadi sekedar kisah lama yang hanya

dapat dikenang.12

Para mufassir mengatakan bahwa pada umumnya pengulangan dalam

Alquran ditujukan sebagai bentuk penegasan suatu perkara dan pembaharuan

dari ayat sebelumnya atau menunjukkan pentingnya permasalahan yang

11
Munirah, “Repetisi dalam Al-Quran Perspektif Al-Karmani”, dalam Jurnal Maghza edisi
no. 2, Vol. II, 2017, h. 40.
12
Ja’fari Ya’kub, Seiri dar Ulumul Quran, h. 270.

5
terkandung dalam surah tersebut. Pengulangan ada karena ia mengandung

sebuah perhatian khusus. Oleh sebab itu, pengulangan ayat atau kata dalam

Alquran bertujuan untuk mengingatkan pendengar maupun pembaca Alquran

agar senantiasa memahami kembali maksud yang dikandung oleh ayat tersebut.

Dalam memahami ayat-ayat Alquran terlebih dari segi bahasanya, perlu

pemahaman yang mendalam mengenai mufradat (kosa kata) dan uslub (gaya

bahasa) Alquran dengan pemahaman yang bertumpu pada kajian metodologis-

induktif dan menelusuri rahasia-rahasia ungkapannya agar dapat memahami

pesan yang terkandung di dalam Alquran dengan baik dan benar.13

Ilmu tafsir Alquran merupakan ilmu untuk memahami dan menerangkan

maksud yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dengan melahirkan pula

sejumlah karya tafsir, mulai tafsir klasik hingga tafsir modern. Dinamika

kegiatan penafsiran tersebut berkembang seiring dengan tuntutan zaman.

Dengan keanekaragaman latar belakang individu dan kelompok manusia, turut

pula memperkaya tafsir dan metode pendekatan dalam memahami Alquran.14

Seiring dengan berkembangnya zaman, muncullah tafsir-tafsir baru yang

mencoba mengkritisi metode dan prinsip yang digunakan tafsir klasik dengan

memunculkan konsep-konsep baru sesuai dengan perkembangan zaman.

Era modern mencatat adanya penafsiran kesusatraan (balaghah) yang

mengkaji Alquran dari sisi bahasa tanpa bermaksud menafikan penafsiran

13
‘Aisyah Abdurrahman, Tafsir Bintu Asy-Syathi’, terj. Mudzakir Abdussalam, (Bandung :
Mizan, 1996), h. 12.
14
Wali Ramadhani, “Bintu Syathi’ dan Penafsirannya Terhadap Surah Al-‘Asr dalam Kitab
Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim”, dalam Jurnal At-Tibyan edisi no. 2, Vol. III, 2018, h.
266.

6
kesusatraan mufassir klasik dalam menafsirkan Alquran. Penafsiran ini

cenderung menjelaskan berbagai kemukjizatan dari segi bayan di dalam

Alquran. Salah satunya adalah ‘Aisyah Abdurrahman Bint al-Syathi’ dengan

kitab tafsirnya yang berjudul Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim.

Bint al-Syathi’ merupakan seorang intelektual muslim yang hadir

dengan metode tafsir bi al-adabi, yakni metode yang menganalisa teks dengan

mengungkap sisi sastra yang terkandung di dalam Alquran dan dengan

menggunakan pendekatan tafsir tahlily dalam menafsirkan Alquran.15 Ia

merupakan seorang ilmuan Islam sekaligus sastrawati yang produktif sehingga

lebih dikenal dengan kritikus sastra.16 Bint al-Syathi’ hadir dengan karya

tafsirnya yang monumental untuk memberikan dan menerapkan metode baru

dalam menafsirkan Alquran yang belum dikenal sebelumnya. Untuk

mengungkap makna yang terkandung dalam Alquran, Bint al-Syathi’

berpegang pada prinsip-prinsip metodologisnya dalam menafsirkan Alquran.

Di antara prinsip-prinsip metodologis Bint al-Syathi’ dalam

menafsirkan Alquran adalah pertama, prinsip “sebagian ayat Alquran

menafsirkan sebagian ayat yang lain.” Bertumpu pada prinsip ini, Bint al-

Syathi’ telaten melacak suatu ayat dalam ayat-ayat yang lain. Kedua, prinsip

“munasabah”, yakni mengaitkan kata atau ayat dengan kata atau ayat yang ada

di dekatnya maupun yang jauh dari kata atau ayat yang sedang ditafsirkan.

15
Nanda Septiana, “Pendekatan ‘Aisyah Abdurrahman (Bint Syathi’) dalam Al-Tafsir Al-
Bayani”, dalam Jurnal Studi Islam edisi no. 1, Vol. XIV, 2019, h. 72.
16
Alif Jabal Kurdi dan Saipul Hamzah, “Menelaah Teori Anti-Sinonimitas Bint Al-Syathi’
sebagai Kritik Terhadap Digital Literate Muslims Generation”, dalam Jurnal Millati edisi no. 2,
Vol. III, 2018, h. 249.

7
Ketiga, prinsip bahwa “suatu ibrah atau ketentuan suatu masalah berdasarkan

pada redaksi dalil yang berlaku umum, bukan karena sebab khusus adanya dalil

tersebut.” Keempat, prinsip bahwa “setiap kata bahasa Arab dalam Alquran

tidak mengandung sinonimitas (mutaradif).”17

Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti makna pengulangan

ayat atau kata dalam Alquran yang terdapat dalam surah at-Takatsur, yakni

pengulangan kalla saufa ta’lamun pada ayat 3-4 dan latarawunna pada ayat 6-

7. Penulis tertarik meneliti pengulangan ayat tersebut karena tidak ada di dalam

Alquran kata yang tidak ada maknanya. Bahkan, setiap lafadz dan huruf pun

mempunyai makna. Dengan kata lain, tidak ada pengulangan makna di dalam

Alquran artinya memiliki makna dan maksud yang sama.

Ulama tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan makna pengulangan

ayat tersebut. Ada ulama yang mengatakan bahwa pengulangan redaksi pada

ayat 3-4 dan ayat 6-7 memiliki makna yang sama. Ada pula ulama yang

berpendapat bahwa pengulangan redaksi pada ayat 3-4 dan ayat 6-7 memiliki

makna yang berbeda. Ada yang berpendapat perbedaan makna pengulangan

redaksi pada ayat 3-4 berkisar pada waktu dan tempat seperti pendapatnya

Muhammad Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah. Sedangkan makna

pengulangan latarawunna pada ayat 6-7 mengandung peringatan balasan akibat

dari perbuatan yang telah mereka lakukan.18

17
Fatimah Bintu Thohari, “’Aisyah Abd Al-Rahman Bint Al-Syathi’: Mufassir Wanita
Zaman Kontemporer”, dalam Journal of Islamic Studies edisi no. 1, Vol. I, 2016, h. 94.
18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid 15, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h. 488-
490.

8
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa makna pengulangan

kalla saufa ta’lamun pada ayat 3-4 merupakan ancaman di atas ancaman yang

ditujukan kepada suatu golongan seperti pendapatnya Ibnu Katsir dalam kitab

Lubaabut Tafsir min Ibnu Katsir. Sedangkan makna pengulangan latarawunna

pada ayat 6-7 merupakan penafsiran ancaman sebelumnya, yaitu firman Allah

pada ayat 3-4 (kalla saufa ta’lamun).19

Berdasarkan hal ini, dapat dilihat bahwa adanya pengulangan dalam

Alquran bukan berarti adanya pengulangan makna yang terkandung di

dalamnya. Setiap kata dan huruf dalam Alquran mempunyai makna, termasuk

pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna dalam surah at-Takatsur.

Meskipun dilihat dari kata dasarnya berasal dari kata yang sama, tetapi makna

yang terkandung di dalamnya terdapat perbedaan.

Dalam meneliti makna pengulangan ayat tersebut, penulis merujuk pada

kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim karya Bint al-Syathi’. Penulis

menggunakan kitab tafsir tersebut sebagai acuan dalam penelitian ini, karena

tafsir Bint al-Syathi’ bercorak sastra yang dikategorikan sebagai tafsir modern

dengan metode tafsir bi al-adabi dan prinsip metodologis yang dipeganginya

dalam menafsirkan Alquran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap rahasia makna yang

terkandung dibalik pengulangan redaksi ayat atau kata dalam surah at-Takatsur,

yakni pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna melalui penafsiran

19
Abdurrahman bin Muhammad, Lubaabut Tafsir min Ibnu Katsir, Jilid 8, Cet. I, (Kairo :
Mu-assasah Daar al-Hilaal, 1994), h. 532-533.

9
Bint al-Syathi’ dalam kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim. Selain

itu, tujuan adanya penelitian ini agar dapat mengungkap sisi lain dari

kemukjizatan Alquran, yakni melalui keindahan dan kekhasan pengungkapan

Alquran dari segi pengulangan (tikrar) redaksi ayat maupun kata dalam

Alquran. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

serta mendapatkan gambaran secara luas tentang makna pengulangan ayat

tersebut.

Untuk itu, penulis mengangkat sebuah penelitian dalam bentuk skripsi

yang berjudul “Makna Pengulangan Kalla Saufa Ta’lamun dan

Latarawunna dalam Surah At-Takatsur (Studi Penafsiran Bint Al-Syathi’

dalam Kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas,

ada beberapa problem akademik sebagai pokok masalah yang hendak dijawab

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna

dalam surah at-Takatsur menurut penafsiran Bint al-Syathi’ dalam kitab Al-

Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui makna pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna

10
dalam surah at-Takatsur menurut penafsiran Bint al-Syathi’ dalam kitab Al-

Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang sebuah kajian atau

penelitian yang telah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti. Kajian

pustaka merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menemukan penelitian

terdahulu kemudian dijadikan barometer dalam sebuah penelitian. Dengan

adanya telaah pustaka ini diharapkan tidak ada pengulangan kajian yang sama.

Berdasarkan hal ini, penulis menemukan beberapa kajian terdahulu

yang berkaitan dengan penelitian penulis. Dalam lima tahun terakhir, kurang

lebih ditemukan 37 artikel tentang Bint al-Syathi’ dan pengulangan dalam

Alquran. Di antara beberapa penelitian terdahulu tentang Bint al-Syathi dan

pengulangan dalam Alquran yang diangkat dalam bentuk skripsi adalah:

Pertama, skripsi tentang “Makna Pengulangan ‘Usr dan Yusr Menurut

Bint Al-Syathi’ (Kajian Linguistik Bint Al-Syathi’ Tentang Surah Al-Insyirah

Ayat 5-6)”, yang disusun oleh Mohammad Amin mahasiswa Jurusan

Ushuluddin Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir di Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Kudus pada tahun 2016. Penelitian ini membahas

tentang makna pengulangan lafadz ‘usr dan yusr dalam surah al-Insyirah. Selain

itu, penelitian ini juga membahas tentang perbedaan antara lafadz ‘usr yang

berbentuk makrifah dan lafadz yusr yang berbentuk nakiroh melalui kajian

11
linguistik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

maudhu’i untuk mengkaji konsep-konsep pengulangan dalam Alquran.20

Kedua, skripsi tentang “Pandangan Bint Al-Syathi’ Tentang Qasam

(Studi Kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim)”, yang disusun oleh

Sidik Ismail Abdul Azis mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan

Lampung pada tahun 2018. Penelitian ini membahas tentang makna ayat-ayat

qasam (sumpah) yang terdapat dalam surah al-Balad, adh-Dhuha, dan al-

‘Adiyat yang dikaji melalui pandangan Bint al-Syathi’ dalam kitab tafsirnya.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maudhu’i

untuk mencari dan mengumpulkan makna qasam dalam Alquran.21

Ketiga, skripsi tentang “Konstruksi Epistemologi Penafsiran Bint Al-

Syathi’ dalam Surah Adh-Dhuha”, yang disusun oleh Nirwan Nuraripin

mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

pada tahun 2015. Penelitian ini membahas tentang penafsiran Bint al-Syathi’

dalam surah adh-Dhuha yang dikaji dengan memusatkan pada bangunan

epistemologi penafsiran Bint al-Syathi’ yang ditinjau dari struktur

fundamentalnya, karakteristik, dan unsur-unsur pembentuknya. Untuk

memperoleh konsep tentang konstruksi epistemologi penafsiran Bint al-Syathi’

20
Mohammad Amin, Makna Pengulangan ‘Usr dan Yusr Menurut Bint Al-Syathi’ (Kajian
Linguistik Bint Al-Syathi’ Tentang Surah Al-Insyirah Ayat 5-6), dalam Skripsi Jurusan Ushuluddin
STAIN Kudus, 2016.
21
Sidik Ismail Abdul Azis, Pandangan Bint Al-Syathi’ Tentang Qasam (Studi Kitab Al-
Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim, dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Raden
Intan Lampung, 2018.

12
dalam surah adh-Dhuha, penelitian ini menggunakan analisis teori epistemologi

dan teori efektivitas sejarah yang digagas oleh Hans George Gadamer.22

Keempat, skripsi tentang “Penafsiran Surah At-Takatsur (Studi Metode

Penafsiran ‘Aisyah Abdurrahman Bint Al-Syathi’)”, yang disusun oleh

Mokhammad Fatikhul Asro mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel

Surabaya pada tahun 2017. Penelitian ini membahas tentang aplikasi metode

penafsiran Bint al-Syathi’ dalam menafsirkan surah at-Takatsur. Adapun

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penyajian secara

deskriptif dan analitis untuk menjelaskan penafsiran surah at-Takatsur menurut

Bint al-Syathi’ dan aplikasi metodenya dalam menafsirkan surah at-Takatsur.23

Kelima, skripsi tentang “Hikmah Makna Pengulangan Fabi’ayyi Ala’i

Rabbikuma Tukadzdziban (Studi Komparatif Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-

Maraghi)”, yang disusun oleh Salihin mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan

Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Curup pada tahun 2019. Penelitian ini membahas tentang tikrar dalam

surah ar-Rahman yang berjumlah 31 kali dengan meneliti pula hikmah

pengulangan dalam setiap kalimatnya. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode komparatif untuk mengkaji persamaan dan

22
Nirwan Nuraripin, Konstruksi Epistemologi Penafsiran Bint Al-Syathi’ dalam Surah Adh-
Dhuha, dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
23
Mokhammad Fatikhul Asro, Penafsiran Surah At-Takatsur (Studi Metode Penafsiran
‘Aisyah Abdurrahman Bint Al-Syathi’), dalam Skripsi Jurusan Tafsir Hadits UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2017.

13
perbedaan sudut pandang mufassir dalam menafsirkan pengulangan ayat

tersebut.24

Berdasarkan kajian pustaka yang telah disebutkan, dapat disimpulkan

bahwa penelitian pertama dan kelima cenderung membahas mengenai

pengulangan redaksi ayat maupun kata dalam Alquran. Sementara penelitian

kedua cenderung membahas pandangan Bint al-Syathi’ tentang qasam.

Sedangkan penelitian ketiga dan keempat cenderung membahas penafsiran Bint

al-Syathi’ terhadap suatu surah.

Dalam hal ini, penelitian penulis termasuk dalam penelitian yang

cenderung membahas mengenai pengulangan redaksi ayat maupun kata dalam

Alquran. Penulis belum menemukan kajian-kajian yang membahas tentang

makna pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna dalam surah at-

Takatsur menurut penafsiran Bint al-Syathi’ dalam kitab Al-Tafsir Al-Bayani li

Al-Quran Al-Karim. Penelitian penulis memiliki kesamaan dengan penelitian

pertama, yakni dari segi metode yang digunakan dan penelitian keempat, yakni

dari segi surah yang digunakan dalam penelitian penulis.

Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara penelitian penulis

dengan penelitian pertama dan keempat. Penulis membahas secara spesifik

mengenai makna pengulangan (tikrar) yang terdapat dalam surah at-Takatsur,

yakni pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna. Selain itu, untuk

mencari gambaran umum dari segi historis, keindahan balaghah, dan penafsiran

24
Salihin, Hikmah Makna Pengulangan Fabi’ayyi Ala’i Rabbikuma Tukadzdziban (Studi
Komparatif Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-Maraghi), dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan
Tafsir IAIN Curup, 2019.

14
surah at-Takatsur secara ra’yu penulis merujuk kepada beberapa kitab tafsir

seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Kasyaf, Tafsir Al-Razi, dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, penelitian penulis berbeda dari penelitian-penelitian yang telah

disebutkan di atas.

E. Metode Penelitian

1. Model dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian atau

inkuiri naturalistik atau alamiyah, perspektif ke dalam, dan interpretatif.

Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan yang muncul dari diri penulis terkait

persoalan tentang permasalahan yang sedang diteliti. Perspektif ke dalam

adalah sebuah kaidah dalam menemukan kesimpulan khusus yang semula

didapatkan dari pembahasan umum. Sedangkan interpretatif adalah

penerjemahan atau penafsiran yang dilakukan penulis dalam mengartikan

maksud dari suatu kalimat, ayat, atau pertanyaan.25

Adapun jenis penelitian ini adalah library research (penelitian

kepustakaan), yaitu metode yang menggunakan riset kepustakaan baik

melalui membaca, meneliti, memahami buku-buku, maupun literatur lain

yang sifatnya pustaka untuk menunjang sebuah penelitian.26 Ini dilakukan

dengan cara meneliti ayat-ayat yang dimaksud kemudian mengelolanya

memakai keilmuan tafsir dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian ini menitik beratkan pada

25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2002), h. 2.
26
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1999), h. 16.

15
kajian makna mengenai pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna

dalam surah at-Takatsur dengan membaca buku referensi dari literatur yang

berkenaan dengan penelitian ini berupa buku, karya tulis, dan sebagainya

untuk mendapatkan jawaban dari masalah pokok yang diajukan.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir

tematik (maudhu’i), yaitu menggunakan ayat-ayat Alquran yang

mempunyai maksud yang sama, yakni sama sama membicarakan suatu

topik masalah yang membahas ayat-ayat Alquran sesuai dengan tema atau

judul yang telah ditetapkan untuk memberikan keterangan dan penjelasan

serta mengambil kesimpulan.27 Metode maudhu’i digunakan karena metode

ini merupakan metode yang tepat untuk mengkaji konsep-konsep

pengulangan ayat dalam Alquran.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, teknik atau cara yang ditempuh

penulis adalah mengumpulkan data-data secara literatur yang berhubungan

dengan objek pembahasan, kemudian mengklasifikasi sesuai dengan sub

bahasan dan penyusunan data yang akan digunakan dalam penelitian

berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan

sebelumnya.28 Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan dua

sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.

27
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir, (Yogyakarta : Idea Press,
2019), h. 63.
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif..., h. 217.

16
a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan

data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.29 Oleh

sebab itu, data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Alquran, Hadits, kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim serta

buku-buku maupun kitab tafsir yang berkaitan dengan makna

pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh bersifat pelengkap.

Data ini tersusun dalam bentuk dokumen untuk memberikan penjelasan

tentang pokok permasalahan.30 Oleh sebab itu, data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, kitab, jurnal, dan

dokumen yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang sedang

penulis bahas.

4. Metode Analisis Data

Dalam mengolah dan menganalisis data tersebut, penulis

menggunakan metode yang bersifat deskriptif-analisis, yaitu metode

penelitian yang bersifat tematik memaparkan data-data yang diperoleh dari

kepustakaan.31 Dengan metode ini, akan dilakukan pengumpulan data

dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

29
Saifuddin Azhar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), h. 6.
30
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 1996), h. 216.
31
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Pustaka Pelajar, 2000), h. 33.

17
pengulangan ayat dalam Alquran dengan mengutip buku referensi yang

mendukung pembahasan ini dan kemudian dilakukan analisis terhadap data

tersebut. Metode deskripsi digunakan untuk menguraikan makna dan

memahami pengulangan ayat dalam Alquran. Sedangkan metode analisis

digunakan untuk menganalisa, mengungkap, serta memahami penafsiran

Bint al-Syathi’ tentang makna pengulangan kalla saufa ta’lamun dan

latarawunna dalam kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim.

F. Penegasan Istilah

Adapun penegasan istilah dalam penelitian ini adalah untuk

menghindari salah pengertian terhadap makna yang terkandung dalam judul

yang akan dikaji, yaitu Makna Pengulangan Kalla Saufa Ta’lamun dan

Latarawunna dalam Surah At-Takatsur (Studi Penafsiran Bint Al-Syathi’

dalam Kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim), maka dari judul ini

terdapat beberapa istilah, antara lain:

1. Makna

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), makna adalah

maksud pembicara atau penulis. Makna dapat pula diartikan sebagai

pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Menurut

Ferdinand de Saussure, makna merupakan konsep yang dimiliki oleh suatu

tanda linguistik. Selain itu, makna juga dapat diartikan hubungan antara

kata, konsep atau gagasan, dan hal atau objek yang dirujuk. Adapun yang

dimaksud dengan makna dalam penelitian ini adalah maksud yang

terkandung dari pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna.

18
2. Pengulangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengulangan

berasal dari kata dasar ulang. Pengulangan adalah proses, cara, perbuatan

mengulang. Adapun yang dimaksud dengan pengulangan kata adalah

sekelompok kata dalam kalimat yang mengalami reduplikasi (pengulangan

kata) yang berarti bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kata-kata yang

diulang.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat adanya penelitian ini secara khusus diharapkan dapat

memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang tafsir dan dapat menambah

wawasan pengetahuan bagi peneliti khususnya prodi Ilmu Alquran dan Tafsir

dalam penafsiran linguistik melalui penafsiran yang dilakukan oleh Bint al-

Syathi’ dalam kitab tafsirnya. Selain itu, diharapkan juga dapat

mengembangkan daya intelektual dalam memahami sebuah penafsiran yang

bercorak linguistik agar nantinya mendapat gambaran secara detile tentang

metode yang dipakai olehnya.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, maka dibuat sistematika

pembahasan sebagai berikut :

Bab pertama, berisi pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,

penegasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

19
Bab kedua, berisi tinjauan umum tentang pengulangan (tikrar). Bab ini

akan menjelaskan pengertian pengulangan (tikrar), pengulangan ayat dalam

Alquran, fungsi pengulangan dalam Alquran, dan kaidah-kaidah pengulangan

dalam Alquran.

Bab ketiga, berisi tentang profil Bint al-Syathi’. Bab ini akan

menjelaskan biografi Bint al-Syathi’, kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-

Karim, dan penafsiran Alquran menurut Bint al-Syathi’.

Bab keempat, berisi tentang penafsiran Bint al-Syathi’. Bab ini akan

menjelaskan penafsiran surah at-Takatsur secara umum, penafsiran Bint al-

Syathi’ tentang makna pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna

dalam surah at-Takatsur, dan hikmah adanya pengulangan kalla saufa ta’lamun

dan latarawunna dalam surah at-Takatsur.

Bab kelima, merupakan bab terakhir sebagai penutup dari penelitian ini.

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan juga saran-saran.

20
MAKNA PENGULANGAN KALLA SAUFA TA’LAMUN DAN
LATARAWUNNA DALAM SURAH AT-TAKATSUR
(Studi Penafsiran Bint al-Syathi’ dalam Kitab al-Tafsir al-Bayani
li al-Quran al-Karim)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kajian Pustaka

E. Metode Penelitian

F. Penegasan Istilah

G. Manfaat Penelitian

H. Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGULANGAN (TIKRAR)

A. Pengertian Pengulangan (Tikrar)

B. Pengulangan Ayat dalam Alquran

C. Fungsi Pengulangan (Tikrar) dalam Alquran

D. Kaidah-kaidah Pengulangan (Tikrar) dalam Alquran

BAB III. BINT AL-SYATHI’ DAN KITAB AL-TAFSIR AL-BAYANI LI

AL-QURAN AL-KARIM

A. Biografi Bint al-Syathi’

B. Kitab Tafsir al-Bayani li al-Quran al-Karim

C. Penafsiran Alquran Menurut Bint al-Syathi’

21
BAB IV. PENAFSIRAN BINT AL-SYATHI’ TENTANG MAKNA

PENGULANGAN KALLA SAUFA TA’LAMUN DAN

LATARAWUNNA DALAM SURAH AT-TAKATSUR

A. Penafsiran Surah at-Takatsur Secara Umum

B. Penafsiran Bint al-Syathi’ Tentang Makna Pengulangan Kalla

Saufa Ta’lamun dan Latarawunna dalam Surah at-Takatsur

C. Hikmah Adanya Pengulangan Kalla Saufa Ta’lamun dan

Latarawunna dalam Surah at-Takatsur

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan

B. Implikasi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdurrahman, ‘Aisyah. Tafsir Bintu Asy-Syathi’. terj. Mudzakir Abdussalam.

Bandung : Mizan. 1996.

Al-Kufumy. Abu al-Biqa’ Ayyub bin Musa al-Husaini. Al-Kulliyyat. Juz 1. Beirut

: Mu’assasah al-Risalah. 1998.

Al-Syathi’, ‘Aisyah Abdurrahman Bint. Litafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim.

Juz 1. Cet. VII. Kairo : Dar al-Ma’arif. 1990.

Al-Zarkasyi, Muhammad Abdullah. Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran. Jilid 3. Kairo :

Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah.

Al-Zubaidi, Muhammad Murtada bin Muhammad al-Husni. Taj Al-‘Arus. Jilid 7.

Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1971.

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran Al-Quran. Pustaka Pelajar. 2000.

Baidan, Nasaruddin. Metode Penafsiran Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip dalam Al-

Quran. Pekan Baru : Fajar Harapan. 1993.

Chirzin, Muhammad. Permata Al-Quran. Yogyakarta : QIRTAS. 2003.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda

Karya. 2002.

Muhammad, Abdurrahman bin. Lubaabut Tafsir min Ibnu Katsir. Jilid 8. Cet. I.

Kairo : Mu-assasah Daar al-Hilaal. 1994.

Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir. Yogyakarta : Idea Press.

2019.

23
Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press. 1996.

Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir. Tangerang : Lentera Hati. 2013.

Shihab, M. Quraish. Sejarah dan ‘Ulum Al-Quran. Jakarta : Pustaka Firdaus. 2008.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jilid 15. Jakarta : Lentera Hati. 2002.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu’i atas Berbagai

Persoalan Umat. Bandung : Mizan. 1998.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press. 1999.

Jurnal:

Kurdi, Alif Jabal dan Hamzah, Saipul. “Menelaah Teori Anti-Sinonimitas Bint Al-

Syathi’ sebagai Kritik Terhadap Digital Literate Muslims Generation”. dalam

Jurnal Millati edisi no. 2. Vol. III. 2018.

Munirah. “Repetisi dalam Al-Quran Perspektif Al-Karmani”. dalam Jurnal Maghza

edisi no. 2. Vol. II. 2017.

Ramadhani, Wali. “Bintu Syathi’ dan Penafsirannya Terhadap Surah Al-‘Asr dalam

Kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim”. dalam Jurnal At-Tibyan

edisi no. 2. Vol. III. 2018.

Septiana, Nanda. “Pendekatan ‘Aisyah Abdurrahman (Bint Syathi’) dalam Al-

Tafsir Al-Bayani”. dalam Jurnal Studi Islam edisi no. 1. Vol. XIV. 2019.

24
Thohari, Fatimah Bintu. “’Aisyah Abd Al-Rahman Bint Al-Syathi’: Mufassir

Wanita Zaman Kontemporer”. dalam Journal of Islamic Studies edisi no. 1.

Vol. I. 2016.

Skripsi:

Amin, Mohammad. Makna Pengulangan ‘Usr dan Yusr Menurut Bint Al-Syathi’

(Kajian Linguistik Bint Al-Syathi’ Tentang Surah Al-Insyirah Ayat 5-6).

dalam Skripsi Jurusan Ushuluddin STAIN Kudus. 2016.

Asro, Mokhammad Fatikhul. Penafsiran Surah At-Takatsur (Studi Metode

Penafsiran ‘Aisyah Abdurrahman Bint Al-Syathi’). dalam Skripsi Jurusan

Tafsir Hadits UIN Sunan Ampel Surabaya. 2017.

Azis, Sidik Ismail Abdul. Pandangan Bint Al-Syathi’ Tentang Qasam (Studi Kitab

Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim. dalam Skripsi Jurusan Ilmu

Alquran dan Tafsir UIN Raden Intan Lampung. 2018.

Nuraripin, Nirwan. Konstruksi Epistemologi Penafsiran Bint Al-Syathi’ dalam

Surah Adh-Dhuha. dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta. 2015.

Salihin. Hikmah Makna Pengulangan Fabi’ayyi Ala’i Rabbikuma Tukazziban

(Studi Komparatif Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-Maraghi). dalam Skripsi

Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir IAIN Curup. 2019.

25

Anda mungkin juga menyukai