Oleh :
perantara malaikat Jibril dengan lafadz dan maknanya dari Allah, yang
nama pilihan Allah. Hal ini karena tidak ada satu bacaan pun yang dapat
memancarkan cahaya yang berbeda-beda dengan apa yang terpancar dari sudut-
Alquran memiliki sejumlah kisah dan cerita, tetapi Alquran tidak dapat
tetapi Alquran tidak dapat disebut sebagai buku sejarah. Adapun aspek yang
1
M. Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum Al-Quran, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008), h. 13.
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat,
(Bandung : Mizan, 1998), h. 3.
3
Muhammad Chirzin, Permata Al-Quran, (Yogyakarta : QIRTAS, 2003), h. 5.
2
terpenting dalam hal ini adalah gaya bahasa yang dimiliki Alquran, sehingga
tidak dapat dipungkiri bahwa Alquran memiliki mutu sastra yang tinggi dan
salah satu mukjizat Alquran yang terletak pada fashahah dan balaghah-nya.
akal, dan sesuai dengan setiap keadaan, serta sifat-sifat lain yang menunjukkan
kesempurnaan Alquran sebagai mukjizat. Salah satu gaya bahasa Alquran yang
penting untuk dipelajari dan diteliti adalah pengulangan redaksi ayat atau kata
yang terdapat dalam Alquran atau dalam bahasa Arab disebut dengan al-tikrar.
Inilah salah satu metode yang digunakan Alquran untuk menyampaikan pesan
semantik dengan al-tikrar, akan tetapi pada dasarnya keempat kata tersebut
bermuara pada satu makna, yakni al-tikrar itu sendiri. Tikrar secara etimologi
berarti mengulanginya sekali setelah yang lain. Menurut para ulama, tikrar
4
Muhammad Chirzin, Permata Al-Quran..., h. 5.
5
Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran, Jilid 3, (Kairo : Dar
Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah), h. 9.
3
menguatkan maknanya.6 Selain itu, Bint al-Syathi’ mengatakan dalam kitab
dan ilmu badi’, tikrar adalah pengulangan satu kata, baik lafadz maupun
maknanya.8
dalam Alquran. Banyak ulama yang membukukan model dan seni pengulangan
(tikrar) dalam Alquran yang merupakan bagian dari uslub fashahah. Hal itu
kata, terutama yang saling berkaitan satu sama lainnya.10 Hal ini dikuatkan
dengan kebiasaan orang Arab dalam berbicara dan berdialog. Saat mereka
menaruh perhatian terhadap suatu perkara agar dapat terealisasi dan menjadi
6
Muhammad Murtada bin Muhammad al-Husni al-Zubaidi, Taj Al-‘Arus, Jilid 7, (Beirut :
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1971), h. 14.
7
‘Aisyah Abdurrahman Bint al-Syathi’, Litafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim, Juz 1,
Cet. VII, (Kairo : Dar al-Ma’arif, 1990), h. 202.
8
Abu al-Biqa’ Ayyub bin Musa al-Husaini al-Kufumy, Al-Kulliyyat, Juz 1, (Beirut :
Mu’assasah al-Risalah, 1998), h. 456.
9
Nasaruddin Baidan, Metode Penafsiran Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip dalam Al-Quran,
(Pekan Baru : Fajar Harapan, 1993), h. 21.
10
Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran..., h. 9.
4
Fenomena pengulangan (tikrar) belakangan ini menjadi lahan yang
kata dalam Alquran. Sebagian yang lain menganggap bahwa jika redaksi
Alquran tidak banyak diulang, niscaya Alquran hanya tersisa beberapa kertas
saja.11
waktu yang cukup lama dan dengan keberagaman kabilah Arab yang cukup
bahwa pengulangan tersebut dapat menjadi hikmah dan ibrah dari berbagai
kisah dan persoalan yang tidak terbatas, yang tidak hanya menimpa pada kaum
tertentu saja. Dengan kata lain, jika pengulangan (tikrar) ayat maupun kata
terkandung di dalamnya hanya akan menjadi sekedar kisah lama yang hanya
dapat dikenang.12
11
Munirah, “Repetisi dalam Al-Quran Perspektif Al-Karmani”, dalam Jurnal Maghza edisi
no. 2, Vol. II, 2017, h. 40.
12
Ja’fari Ya’kub, Seiri dar Ulumul Quran, h. 270.
5
terkandung dalam surah tersebut. Pengulangan ada karena ia mengandung
sebuah perhatian khusus. Oleh sebab itu, pengulangan ayat atau kata dalam
agar senantiasa memahami kembali maksud yang dikandung oleh ayat tersebut.
pemahaman yang mendalam mengenai mufradat (kosa kata) dan uslub (gaya
sejumlah karya tafsir, mulai tafsir klasik hingga tafsir modern. Dinamika
mencoba mengkritisi metode dan prinsip yang digunakan tafsir klasik dengan
13
‘Aisyah Abdurrahman, Tafsir Bintu Asy-Syathi’, terj. Mudzakir Abdussalam, (Bandung :
Mizan, 1996), h. 12.
14
Wali Ramadhani, “Bintu Syathi’ dan Penafsirannya Terhadap Surah Al-‘Asr dalam Kitab
Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim”, dalam Jurnal At-Tibyan edisi no. 2, Vol. III, 2018, h.
266.
6
kesusatraan mufassir klasik dalam menafsirkan Alquran. Penafsiran ini
dengan metode tafsir bi al-adabi, yakni metode yang menganalisa teks dengan
lebih dikenal dengan kritikus sastra.16 Bint al-Syathi’ hadir dengan karya
menafsirkan sebagian ayat yang lain.” Bertumpu pada prinsip ini, Bint al-
Syathi’ telaten melacak suatu ayat dalam ayat-ayat yang lain. Kedua, prinsip
“munasabah”, yakni mengaitkan kata atau ayat dengan kata atau ayat yang ada
di dekatnya maupun yang jauh dari kata atau ayat yang sedang ditafsirkan.
15
Nanda Septiana, “Pendekatan ‘Aisyah Abdurrahman (Bint Syathi’) dalam Al-Tafsir Al-
Bayani”, dalam Jurnal Studi Islam edisi no. 1, Vol. XIV, 2019, h. 72.
16
Alif Jabal Kurdi dan Saipul Hamzah, “Menelaah Teori Anti-Sinonimitas Bint Al-Syathi’
sebagai Kritik Terhadap Digital Literate Muslims Generation”, dalam Jurnal Millati edisi no. 2,
Vol. III, 2018, h. 249.
7
Ketiga, prinsip bahwa “suatu ibrah atau ketentuan suatu masalah berdasarkan
pada redaksi dalil yang berlaku umum, bukan karena sebab khusus adanya dalil
tersebut.” Keempat, prinsip bahwa “setiap kata bahasa Arab dalam Alquran
ayat atau kata dalam Alquran yang terdapat dalam surah at-Takatsur, yakni
pengulangan kalla saufa ta’lamun pada ayat 3-4 dan latarawunna pada ayat 6-
7. Penulis tertarik meneliti pengulangan ayat tersebut karena tidak ada di dalam
Alquran kata yang tidak ada maknanya. Bahkan, setiap lafadz dan huruf pun
mempunyai makna. Dengan kata lain, tidak ada pengulangan makna di dalam
ayat tersebut. Ada ulama yang mengatakan bahwa pengulangan redaksi pada
ayat 3-4 dan ayat 6-7 memiliki makna yang sama. Ada pula ulama yang
berpendapat bahwa pengulangan redaksi pada ayat 3-4 dan ayat 6-7 memiliki
redaksi pada ayat 3-4 berkisar pada waktu dan tempat seperti pendapatnya
17
Fatimah Bintu Thohari, “’Aisyah Abd Al-Rahman Bint Al-Syathi’: Mufassir Wanita
Zaman Kontemporer”, dalam Journal of Islamic Studies edisi no. 1, Vol. I, 2016, h. 94.
18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid 15, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h. 488-
490.
8
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa makna pengulangan
kalla saufa ta’lamun pada ayat 3-4 merupakan ancaman di atas ancaman yang
ditujukan kepada suatu golongan seperti pendapatnya Ibnu Katsir dalam kitab
pada ayat 6-7 merupakan penafsiran ancaman sebelumnya, yaitu firman Allah
dalamnya. Setiap kata dan huruf dalam Alquran mempunyai makna, termasuk
Meskipun dilihat dari kata dasarnya berasal dari kata yang sama, tetapi makna
menggunakan kitab tafsir tersebut sebagai acuan dalam penelitian ini, karena
tafsir Bint al-Syathi’ bercorak sastra yang dikategorikan sebagai tafsir modern
terkandung dibalik pengulangan redaksi ayat atau kata dalam surah at-Takatsur,
19
Abdurrahman bin Muhammad, Lubaabut Tafsir min Ibnu Katsir, Jilid 8, Cet. I, (Kairo :
Mu-assasah Daar al-Hilaal, 1994), h. 532-533.
9
Bint al-Syathi’ dalam kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim. Selain
itu, tujuan adanya penelitian ini agar dapat mengungkap sisi lain dari
Alquran dari segi pengulangan (tikrar) redaksi ayat maupun kata dalam
tersebut.
B. Rumusan Masalah
ada beberapa problem akademik sebagai pokok masalah yang hendak dijawab
dalam surah at-Takatsur menurut penafsiran Bint al-Syathi’ dalam kitab Al-
C. Tujuan Penelitian
disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
10
dalam surah at-Takatsur menurut penafsiran Bint al-Syathi’ dalam kitab Al-
D. Kajian Pustaka
penelitian yang telah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti. Kajian
adanya telaah pustaka ini diharapkan tidak ada pengulangan kajian yang sama.
yang berkaitan dengan penelitian penulis. Dalam lima tahun terakhir, kurang
Ushuluddin Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Kudus pada tahun 2016. Penelitian ini membahas
tentang makna pengulangan lafadz ‘usr dan yusr dalam surah al-Insyirah. Selain
itu, penelitian ini juga membahas tentang perbedaan antara lafadz ‘usr yang
berbentuk makrifah dan lafadz yusr yang berbentuk nakiroh melalui kajian
11
linguistik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Sidik Ismail Abdul Azis mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung pada tahun 2018. Penelitian ini membahas tentang makna ayat-ayat
qasam (sumpah) yang terdapat dalam surah al-Balad, adh-Dhuha, dan al-
‘Adiyat yang dikaji melalui pandangan Bint al-Syathi’ dalam kitab tafsirnya.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maudhu’i
pada tahun 2015. Penelitian ini membahas tentang penafsiran Bint al-Syathi’
20
Mohammad Amin, Makna Pengulangan ‘Usr dan Yusr Menurut Bint Al-Syathi’ (Kajian
Linguistik Bint Al-Syathi’ Tentang Surah Al-Insyirah Ayat 5-6), dalam Skripsi Jurusan Ushuluddin
STAIN Kudus, 2016.
21
Sidik Ismail Abdul Azis, Pandangan Bint Al-Syathi’ Tentang Qasam (Studi Kitab Al-
Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim, dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Raden
Intan Lampung, 2018.
12
dalam surah adh-Dhuha, penelitian ini menggunakan analisis teori epistemologi
dan teori efektivitas sejarah yang digagas oleh Hans George Gadamer.22
Surabaya pada tahun 2017. Penelitian ini membahas tentang aplikasi metode
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penyajian secara
Maraghi)”, yang disusun oleh Salihin mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Curup pada tahun 2019. Penelitian ini membahas tentang tikrar dalam
22
Nirwan Nuraripin, Konstruksi Epistemologi Penafsiran Bint Al-Syathi’ dalam Surah Adh-
Dhuha, dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
23
Mokhammad Fatikhul Asro, Penafsiran Surah At-Takatsur (Studi Metode Penafsiran
‘Aisyah Abdurrahman Bint Al-Syathi’), dalam Skripsi Jurusan Tafsir Hadits UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2017.
13
perbedaan sudut pandang mufassir dalam menafsirkan pengulangan ayat
tersebut.24
makna pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna dalam surah at-
pertama, yakni dari segi metode yang digunakan dan penelitian keempat, yakni
yakni pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna. Selain itu, untuk
mencari gambaran umum dari segi historis, keindahan balaghah, dan penafsiran
24
Salihin, Hikmah Makna Pengulangan Fabi’ayyi Ala’i Rabbikuma Tukadzdziban (Studi
Komparatif Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-Maraghi), dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan
Tafsir IAIN Curup, 2019.
14
surah at-Takatsur secara ra’yu penulis merujuk kepada beberapa kitab tafsir
seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Kasyaf, Tafsir Al-Razi, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, penelitian penulis berbeda dari penelitian-penelitian yang telah
disebutkan di atas.
E. Metode Penelitian
Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan yang muncul dari diri penulis terkait
25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2002), h. 2.
26
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1999), h. 16.
15
kajian makna mengenai pengulangan kalla saufa ta’lamun dan latarawunna
dalam surah at-Takatsur dengan membaca buku referensi dari literatur yang
berkenaan dengan penelitian ini berupa buku, karya tulis, dan sebagainya
2. Metode Penelitian
topik masalah yang membahas ayat-ayat Alquran sesuai dengan tema atau
27
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir, (Yogyakarta : Idea Press,
2019), h. 63.
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif..., h. 217.
16
a. Data Primer
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.29 Oleh
sebab itu, data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
b. Data Sekunder
penulis bahas.
29
Saifuddin Azhar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), h. 6.
30
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 1996), h. 216.
31
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Pustaka Pelajar, 2000), h. 33.
17
pengulangan ayat dalam Alquran dengan mengutip buku referensi yang
F. Penegasan Istilah
yang akan dikaji, yaitu Makna Pengulangan Kalla Saufa Ta’lamun dan
dalam Kitab Al-Tafsir Al-Bayani li Al-Quran Al-Karim), maka dari judul ini
1. Makna
tanda linguistik. Selain itu, makna juga dapat diartikan hubungan antara
kata, konsep atau gagasan, dan hal atau objek yang dirujuk. Adapun yang
18
2. Pengulangan
berasal dari kata dasar ulang. Pengulangan adalah proses, cara, perbuatan
kata) yang berarti bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kata-kata yang
diulang.
G. Manfaat Penelitian
wawasan pengetahuan bagi peneliti khususnya prodi Ilmu Alquran dan Tafsir
dalam penafsiran linguistik melalui penafsiran yang dilakukan oleh Bint al-
H. Sistematika Penulisan
Bab pertama, berisi pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang,
19
Bab kedua, berisi tinjauan umum tentang pengulangan (tikrar). Bab ini
dalam Alquran.
Bab ketiga, berisi tentang profil Bint al-Syathi’. Bab ini akan
Bab keempat, berisi tentang penafsiran Bint al-Syathi’. Bab ini akan
dalam surah at-Takatsur, dan hikmah adanya pengulangan kalla saufa ta’lamun
Bab kelima, merupakan bab terakhir sebagai penutup dari penelitian ini.
20
MAKNA PENGULANGAN KALLA SAUFA TA’LAMUN DAN
LATARAWUNNA DALAM SURAH AT-TAKATSUR
(Studi Penafsiran Bint al-Syathi’ dalam Kitab al-Tafsir al-Bayani
li al-Quran al-Karim)
BAB I. PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Metode Penelitian
F. Penegasan Istilah
G. Manfaat Penelitian
H. Sistematika Penulisan
AL-QURAN AL-KARIM
21
BAB IV. PENAFSIRAN BINT AL-SYATHI’ TENTANG MAKNA
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Implikasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Kufumy. Abu al-Biqa’ Ayyub bin Musa al-Husaini. Al-Kulliyyat. Juz 1. Beirut
Baidan, Nasaruddin. Metode Penafsiran Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip dalam Al-
Karya. 2002.
Muhammad, Abdurrahman bin. Lubaabut Tafsir min Ibnu Katsir. Jilid 8. Cet. I.
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir. Yogyakarta : Idea Press.
2019.
23
Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada
Shihab, M. Quraish. Sejarah dan ‘Ulum Al-Quran. Jakarta : Pustaka Firdaus. 2008.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jilid 15. Jakarta : Lentera Hati. 2002.
Jurnal:
Kurdi, Alif Jabal dan Hamzah, Saipul. “Menelaah Teori Anti-Sinonimitas Bint Al-
Ramadhani, Wali. “Bintu Syathi’ dan Penafsirannya Terhadap Surah Al-‘Asr dalam
Tafsir Al-Bayani”. dalam Jurnal Studi Islam edisi no. 1. Vol. XIV. 2019.
24
Thohari, Fatimah Bintu. “’Aisyah Abd Al-Rahman Bint Al-Syathi’: Mufassir
Vol. I. 2016.
Skripsi:
Amin, Mohammad. Makna Pengulangan ‘Usr dan Yusr Menurut Bint Al-Syathi’
Azis, Sidik Ismail Abdul. Pandangan Bint Al-Syathi’ Tentang Qasam (Studi Kitab
Surah Adh-Dhuha. dalam Skripsi Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan
25