Di Buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan alam semesta. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Serta
kepada teman -teman yang sudah menjadi inspirasi saya sejak awal pembuatan makalah.
Di dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak sekali kekurangannya. Saran dan
kritik dari pembaca masih sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sekian kata pengantar dari saya,
kurang lebihnya saya mohon maaf. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
(Penulis)
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
(Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-`Ashril Hadits,
1975/1393), hlm. 102
2
Ibnu Adh-Dhuroisyi dari jalan Utsman bin Atha' dan Ibnu Abbas ra ia berkata: "Semua ayat
dalam Al-Qur’an berjumlah 6,4 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi 'Ulum alQur'an,(Beirut: Der al-VOW, 69.
3
Ibid.
4
Isthanthiq Al-Qur'an. Dalam konteks ini sangat diperlukan pola kerja tafsir yang lurus.
4
dari sudut pandang hermeneutik – adalah teks yang diam dan mau tidak mau
harus berbicara sendiri.
Sementara itu, Alquran diperlukan untuk mampu berbicara dan
menyikapi segala perjalanan zaman. Menurut pemahaman ini, penafsiran Al-
Qur'an sangat penting dan perlu keberadaannya dalam kerangka ijtihad guna
memahami makna kata suci.
Munculnya berbagai model dan metode tafsir Al-Quran sepanjang
sejarah Islam merupakan bentuk upaya membuka dan mengungkap pesan teks
secara optimal berdasarkan kemungkinan dan kondisi masyarakat penafsir. Oleh
karena itu, keterampilan penerjemah (pemahaman terhadap Al-Quran)
menentukan hasil pemahamannya. Hasil pemahaman Al-Quran dapat ditentukan
oleh pengaruh kecenderungan pribadi seseorang dan alat pemahaman yang
tersedia (thaboqat al basyar).5
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ulumul quran?
2. Apa saja cabang – cabang pokok pembahasan ulumul quran?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ulumul quran
2. Untuk mengetahui cabang pokok pembahasan ulumul quran
3. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangannya
5
Nutwadjah Ahmad, Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam Tafsir, (Bandung: Makalah,
1994), hlm. 1. Dari sebuah makalah yang disampaikan dalam acara yang diadakan HMJ Tafsir Hadits IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung, pada tanggal 18 November 1994.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Az-Zarqani, Abd al-Adhim, Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an; al-Arabiyah, Isa al-Bab al-Halabi
wa Syukarah, tt), hlm. 20.
7
Manna al-Qaththan, Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an, (Riyad, Mansyurat al-Ashr alHadits, 1973),
hlm. 15-16
6
berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya, pengumpulannya,
penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab turunnya, Makiyah dan
Madaniyahnya, nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya, dan lain-lain
yang berkaitan dengan Al-Qur’an”.8
Dari definisi-definisi tersebut, terlihat jelas bahwa Ulumul Quran
merupakan penggabungan dari beberapa pembahasan ilmiah yang awalnya berdiri
sendiri. Pembahasan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan Al-Qur'an, baik dari
segi keberadaannya sebagai Al-Qur'an maupun dari segi pemahaman
kandungannya sebagai pedoman dan pedoman hidup bagi manusia. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa Ulumul Quran mempunyai cakupan pembahasan yang
sangat luas.
8
H.A. Chaerudji, op. cit, hlm.3.
9
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), cet. I, hlm. 10.?
10
Muhammad al-Mufasirun, (Hadaiq al-hulwan, 1976), jilid I, hlm. 271.
7
“Ulumul Quran mencakup total 77.450 ilmu. Hal ini sesuai dengan cara
menghitung jumlah ayat dalam Al Quran menurut waktu dan ruang, karena setiap
ayat mengandung makna luar, dalam, terbatas dan tidak terbatas. Hal ini terlihat
dari jumlah mufradatnya, namun jika dilihat dari hubungan urutan ayat, maka
jumlah Ulumul Quran itu tidak terhingga. Hanya Allah yang mengetahui jumlah
ini.”11
Objek material ilmu ini adalah Al-Quran dalam berbagai aspeknya di atas.
Misalnya dalam ilmu Qira'at yang menjadi bahan pembahasannya adalah Al-Qur'an
dari segi pelafalan dan pengucapannya. Ilmu tafsir menjadi bahan pembahasan
tentang Al-Quran dalam rangka memahami maknanya.
Ulumul Quran berbeda dengan ilmu yang merupakan salah satu cabangnya,
misalnya Ilmu Tafsir memfokuskan pembahasannya pada penafsiran ayat-ayat
dalam Al-Quran. Oleh karena itu, ilmu ini mendapat nama Ulumul Quran dalam
bentuk jamak dan bukan ilmu Al-Quran dalam bentuk mufrad.
11
H.A. Chaerudji, Loc. Cit.
12
Hasbi as-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilma Al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm.
103-104.
8
Kedua, persoalan sanad Al-Qur'an, terdiri dari enam macam, yaitu sanad
mutawatir, ahad, syadz, Qira'at al-Nabi (bentuk-bentuk Qiraat Nabi Saw.), al-
Ruwat (para periwayat), al-Huffazh (para penghafal Al-Qur'an).
Ketiga, persoalan ada' al-Qira'ah (tentang cara membaca Al-Qur'an), ini dari
enam macam pula, yaitu waqaf (cara berhenti), ibtida (cara memulai), imalah, madd
(bacaan yang dipanjangkan), takhfif al-hamzah (meringankan bacaan hamzah),
idgam (memasukkan bunyi huruf yang mati kepada bunyi huruf sesudahnya).
13
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), cet. I, hlm. 11-13.
9
Itulah pokok-pokok kajian yang merupakan ruang lingkup pembahasan
Ulumul Qur'an menurut Hasbi ash-Shiddieqy. Melihat persoalan-persoalan yang
dikemukakan tersebut di atas, tampaknya tidak keluar pembahasannya dari ilmu-
ilmu agama dan bahasa Arab. Pendapatnya ini senada dengan alzarqani yang tidak
setuju memasukkan ilmu-ilmu pengetahuan umum yang dianggap sekular seperti
astronomi, kosmologi, ekonomi kedokteran, dan sebagainya ke dalam pembahasan
Ulumul Qur'an. Al-Qur'an menurutnya diturunkan bukan untuk membahas teori-
teori ilmu ataupun rumus-rumus ilmu-ilmu tersebut, melainkan untuk menjadi
mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw. dan menjadi pedoman hidup umat Islam,
sebagaimana Al-Quran menganjurkan untuk mempelajarinya. Sedangkan al-
Sayuthi menganggap ilmu sebagai bagian dari pembahasan Ulumul Quran.
Pandangannya nampaknya sangat tidak masuk akal, dan ternyata saat ini, para
komentator dan pemikir Muslim merasa perlu menggunakan sains untuk
menjelaskan Al-Qur'an.
10
7. Ilm Wujud wa al-Nazarir, adalah ilmu yang menjelaskan pelafalan
Al-Quran dengan makna ganda dan menjelaskan makna yang
dimaksudkan dalam satu lokasi.
8. Ilm Ma'rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih, merupakan ilmu yang
membahas tentang ayat mana yang dianggap muhkam dan ayat mana
yang dianggap mutasyibah.
9. Ilm Nasikh wa al-Mansukh merupakan imu yang menjelaskan ayat-
ayat yang dianggap oleh sebagian ulama sebagai mansukh. Ilm
Bada'ii al-Qur'an, khususnya ilmu yang membahas tentang keindahan
susunan ayat-ayat Al-Qur'an, menjelaskan aspek sastra Al-Qur'an,
serta ketinggian balagah. .
10. Ilm I'jaz al-Qur'an, yaitu ilmu yang membahas secara khusus aspek-
aspek mukjizat Al-Qur'an.
11. Ilm Tanasub Ayat dalam Al-Qur'an, khususnya ilmu membahas
keterkaitan suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
12. Ilm Aqsam al-Qur'an, khususnya ilmu yang membahas tentang
makna dan tujuan sumpah Tuhan dalam Al-Qur'an.
13. Ilm Amsal al-Qur'an, khusus ilmu membahas perumpamaan yang
terdapat dalam Al-Qur'an. Ilm Jidal al-Qur'an, khususnya ilmu
membahas bentuk-bentuk argumentasi yang diberikan dalam Al-
Qur'an, ditujukan bagi semua orang musyrik dan lain-lain.
14. Ilm Adab Tilawah al-Qur'an, yaitu ilmu yang membahas tentang
segala kaidah yang harus digunakan dan dilaksanakan ketika
membaca Al-Qur'an.
Ini adalah beberapa cabang utama dari ulum Al-Qur'an. Ilmu-ilmu Al-Quran
sangat penting dalam memahami dan menjelaskan Al-Quran, sehingga sebagian
ulama menyebut ulum Al-Quran dengan istilah ulus al-tafsir, dan T.M Hasbi Ash
Shiddieqy juga menyebutkan menyebut mereka dengan nama Al-Quran.
11
Pada masa Rasulullah SAW, hingga masa pemerintahan Abu
Bakar (12:00-13:00) dan Umar (12:00-23:00), ilmu Al-Qur'an masih
diriwayatkan secara lisan. Pada masa Kekhalifahan Usman (23H-35H),
dimana bangsa Arab mulai bergaul dengan bangsa non-Arab, Usman
kemudian memerintahkan umat Islam untuk menyimpan mushaf utama
dan membakar mushaf lainnya untuk dikirim mushaf ke beberapa daerah
sebagai hadiah. Soket. Dengan demikian, upaya Usman memperbanyak
teks Al-Quran berarti meletakkan dasar bagi ilmu Al-Quran.14
Selanjutnya pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (35H-
40H), beliau memerintahkan Abu al-Aswad al-Duwali (w. 69H) untuk
mendirikan bahasa Arab. Upaya Ali dianggap telah meletakkan dasar
bagi ilmu I'rab al-Qur'an.
Adapun tokoh-tokoh yang berjasa dalam menyebarkan ilmu Al-
Quran melalui narasi adalah:
a. Khulafa al-Rashidin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Zaid bin
Thabit, Ubai bin Ka'ab, Abu Musa al-Asya'ariy dan
Abdullah bin Zubair. Mereka adalah bagian dari
sekelompok teman.
b. Mujahid, Ata, Tkrimah, Qatadah, Hasan Basri, Said bin
Jubair dan Zaid bin Aslam. Mereka tabi'in di Madinah.
c. Malik bin Anas, termasuk golongan tabi'I tabi'in, ia
mengambil ilmunya dari Zaid bin Aslam.
14
Saleh, Subhi, Mahabis Fiy Ulum al-Qur’an, Cet. IX; Beirut: Dar al-Ilm li alMalayin.
12
perspektifnya. Saat ini telah disusun beberapa ulu>m al-Qur'an yang
masing-masing berdiri sendiri, antara lain: Ali ibn al-Madiniy (w. 234 H)
menyusun kitab asbab al-nuzul, Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam (w. 224
H) menyusun kitab tentang transkripsi dan pembatalan. Ibnu Qutaibah
(w. 276 H) menyusun buku tentang misteri Al-Quran, Muhammad bin
Ayyub al-Darls (294 H) menyusun buku tentang ayat-ayat yang
diturunkan di Mekkah dan Madinah. Dan Muhammad ibn Khalf ibn al-
Mirzaban (w. 309) menyusun kitab al-Hawiy fiy Ulum alQur'an.
3. Periode abad ke 4 hijriah
Pada abad ke 4 Hijriah, terbit beberapa kitab karya ulama Al-
Quran, seperti: Aja'ib ulum al-Qur'an karya Abu Bakar Muhammad ibn
al-Qasim al-Anbary (w. 328 H), dalam kitab ini membahas keutamaan
dan keagungan Al-Qur'an, turunnya Al-Qur'an dalam tujuh huruf, cara
menulis mushaf, jumlah surah, ayat dan kata dalam Alquran. Selain itu
Abu al-Hasan al-Ash'ary (w. 324 H) menyusun kitab alMukhtazan fiy
Ulum al-Quran, Abu Bakar al-Sajastaniy (w. 330 H) menyusun kitab
tentang Garib al -Qur'an, Abu Muhammad al-Qasab Muhammad bin Ali
al-Karkhiy (meninggal sekitar tahun 360 H) menyusun kitab Nakt al-
Qur'an al-Dallah al-Bayan fiy Anwa alUlum wa al-Ahkam al-Munabbiah
'an Ikhtilaf al-Anam. Pada masa ini juga, Muhammad bin Ali al-Adfawiy
(wafat tahun 388 H) menyusun al-Istigna' fiy Ulum al-Qur'an.
13
Selain itu, pada abad ke-6, Ibnu al-Jauziy (w. 597 H) menyusun
kitab Funun al-Afinan fiy Ulum al-Qur'an dan kitab al-Mujtaba fiy Ulum
Tata'allaq bi alQur'an. Dilanjutkan oleh Alamuddin al-Sakhawiy (w. 641
H) pada abad ke 7 H dengan kitabnya yang berjudul Jamal al-Qurra wa
Kamal al-Iqara, setelah itu Abu Syamah (w. 665 H) menyusun kitab al-
Mursyid al - Wajid fiy Ma Yata'allahq bi al-Qur'an al-Aziz. Pada abad ke
8, al-Zarkasyi (meninggal tahun 794 H) menyusun kitab al-Burhan fiy
Ulum al-Qur'an. Kemudian pada abad ke-9, Jalal al-Din al-Bulqniy (w.
824 H) menyusun kitab Mawaqi' al-Ulum fiy Mawaqi al-Nujum. Pada
periode ini juga, Jalal al-Din al-Sayoty (meninggal tahun 911 H)
menyusun kitab al-Tahbir fiy Ulum al-Tafsir dan kitab al-itqan fiy Ulum
al-Qur'an.
Sepeninggal al-Sayuti pada tahun 911 H, nampaknya
perkembangan Al-Quran telah mencapai puncaknya sehingga belum ada
penulis yang semampunya. Menurut Ramli Abdul Wahid (1994), hal ini
disebabkan oleh sikap taqlid yang berlaku di kalangan umat Islam, yang
dalam sejarah ilmu agama biasanya dimulai setelah masa al-Sayuti (awal
abad ke-10 M) hingga akhir abad ke-20.
Selanjutnya, sejak akhir abad ke-13 Hijriyah hingga saat ini,
perhatian keilmuan terus tertuju pada ulum Al-Quran. Saat ini
pembahasan dan pengkajian Al-Qur'an tidak hanya terbatas pada cabang-
cabang 'ulum al-Qur'an yang sudah ada saja, namun juga meluas,
misalnya dengan menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa asing.
Berbagai kitab 'ulum al-Qur'an juga telah disusun, ada yang memuat
bagian (cabang) dari keseluruhan 'ulum al-Qur'an, ada pula yang hanya
sebagian saja. Di antara ulama yang menyusun kitab Ulumul Quran
termasuk sebagian besar cabangnya adalah Tahir al-Jazayiri dalam
kitabnya: al-Tibyan li Ba'd al-Mabahis al-Muta'alliqah bi al-Qur'an
tahun 1335 H. Demikian pula Syekh Mahmud Abu Daqiqah, ulama
besar al-Azhar, yang menyusun kitab tentang ulum Al-Quran. Kemudian
Muhammad Ali menyusun kitab Manhaj al-Furqan fiy Ulum al-Qur'an
yang mencakup berbagai cabang ilmu Al-Qur'an. Berikutnya adalah
14
Muhammad Abd al-Azim al-Zarqaniy dengan kitab Manihil irfan Fiy
Ulum alQur'an. Selain itu, Ahmad Aliy menyusun kitab Muzakkirah
Ulum al-Qur'an dan Subhi Shalih menyusun kitab Mabahis fiy Ulum
Quran.
Kitab lain yang juga lahir pada masa ini adalah Mahabis fiy Ulum
al-Qur'an, karya Manna' al-Qattan, al-Tibyan fiy Ulum al-Qur'an, karya
Ali al-Saboni, Ulum al-Quran wa al -Hadits, oleh Ahmad Muhammad
Ali Daud. Di Indonesia dikenal juga dengan nama T.M. hasbi sh-
Shiddieqy dengan karyanya: Ilmu-ilmu Al-Quran.
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hingga saat ini telah lahir puluhan tokoh dalam bidang ‘ulum al-Qur’an, yang
paling terkenal adalah Jalil al-Din al-Sayuti, penulis kitab alItqan fiy ‘ulum al-Qur’an
dkk. . -Zarqasyi, penulis kitab al-Burhan fiy ulum al-Qur'an. Kedua kitab ini masih eksis
hingga saat ini dan menjadi rujukan kajian ‘ulum’ Al-Quran.
16
DAFTAR PUSTAKA
Az-Zarqani, Abd al-Adhim, Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an; al-Arabiyah, Isa al-Bab al-Halabi wa
Syukarah, tt), hlm. 20.
Hasbi as-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilma Al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm. 103-104.
Ibid.
Ibnu Adh-Dhuroisyi dari jalan Utsman bin Atha' dan Ibnu Abbas ra ia berkata: "Semua ayat dalam Al-
Qur’an berjumlah 6,4 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi 'Ulum alQur'an,(Beirut: Der al-VOW, 69.
Isthanthiq Al-Qur'an. Dalam konteks ini sangat diperlukan pola kerja tafsir yang lurus.
Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-`Ashril Hadits, 1975/1393), hlm.
102
Manna al-Qaththan, Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an, (Riyad, Mansyurat al-Ashr alHadits, 1973), hlm. 15-16
Nutwadjah Ahmad, Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam Tafsir, (Bandung: Makalah, 1994), hlm.
1. Dari sebuah makalah yang disampaikan dalam acara yang diadakan HMJ Tafsir Hadits IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung, pada tanggal 18 November 1994.
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), cet. I, hlm. 10.?
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), cet. I, hlm. 11-13.
Saleh, Subhi, Mahabis Fiy Ulum al-Qur’an, Cet. IX; Beirut: Dar al-Ilm
17