Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Di Buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Bpk. Wahyu Abdul Jafar

Disusun Oleh:

RIFKI ROMADONI (2202013001)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan alam semesta. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Serta
kepada teman -teman yang sudah menjadi inspirasi saya sejak awal pembuatan makalah.
Di dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak sekali kekurangannya. Saran dan
kritik dari pembaca masih sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sekian kata pengantar dari saya,
kurang lebihnya saya mohon maaf. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Metro, 15 September 2023

(Penulis)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah……………………………………….........4


B. Rumusan Masalah .............................................................................5
C. Tujuan Masalah .................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur’an.................................................................6


B. Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an....................................7
C. Cabang Pokok Pembahasan Ulumul Qur’an......................................10
D. Sejarah Dan Perkembangannya.........................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah Nabi
Muhammad SAW. terbukti mampu mengungkap aspek magisnya yang luar
biasa, tidak hanya keberadaannya yang tak pernah rapuh dalam menghadapi
tantangan zaman, namun Al-Quran selalu dapat dibaca setiap detiknya,
menjadikannya kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sungguh sebuah referensi yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Al-
Quran tidak hanya berbicara tentang etika hidup universal dan hal-hal spiritual
tetapi juga menjadi sumber pengetahuan unik bagi umat manusia sepanjang
kehidupan manusia. Al-Quran bagi umat Islam adalah kata kerja dei
(kalamullah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Ummi
melalui Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.1
Proses penurunan wahyu pada masa ini dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan sosial masyarakat pada masa Nabi, sehingga terangkum
dalam 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat puisi. 2 Sudut pandang lain terhadap Al-
Quran adalah 6216.3 Sebagai kalam Allah, Al-Quran mencerminkan firman-Nya
yang mengandung pesan-pesan ketuhanan bagi umat manusia. Pembaca Al-
Quran masih melakukan pekerjaan penafsiran untuk menemukan pesan ideal
Tuhan di balik ayat-ayat tertulis. Artinya, tanpa adanya upaya untuk mencari
pesan, maka Al-Quran hanya akan menjadi rangkaian ayat-ayat yang diam,
karena Al-Quran yang berbentuk musnaf dan tidak lebih dari kumpulan surat
tidak akan mampu memberikan informasi apa pun. makna sebelum diajak
berbicara.4 Hal ini merupakan konsekuensi logis dari asumsi bahwa Al-Quran –

1
(Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-`Ashril Hadits,
1975/1393), hlm. 102
2
Ibnu Adh-Dhuroisyi dari jalan Utsman bin Atha' dan Ibnu Abbas ra ia berkata: "Semua ayat
dalam Al-Qur’an berjumlah 6,4 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi 'Ulum alQur'an,(Beirut: Der al-VOW, 69.
3
Ibid.
4
Isthanthiq Al-Qur'an. Dalam konteks ini sangat diperlukan pola kerja tafsir yang lurus.

4
dari sudut pandang hermeneutik – adalah teks yang diam dan mau tidak mau
harus berbicara sendiri.
Sementara itu, Alquran diperlukan untuk mampu berbicara dan
menyikapi segala perjalanan zaman. Menurut pemahaman ini, penafsiran Al-
Qur'an sangat penting dan perlu keberadaannya dalam kerangka ijtihad guna
memahami makna kata suci.
Munculnya berbagai model dan metode tafsir Al-Quran sepanjang
sejarah Islam merupakan bentuk upaya membuka dan mengungkap pesan teks
secara optimal berdasarkan kemungkinan dan kondisi masyarakat penafsir. Oleh
karena itu, keterampilan penerjemah (pemahaman terhadap Al-Quran)
menentukan hasil pemahamannya. Hasil pemahaman Al-Quran dapat ditentukan
oleh pengaruh kecenderungan pribadi seseorang dan alat pemahaman yang
tersedia (thaboqat al basyar).5

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ulumul quran?
2. Apa saja cabang – cabang pokok pembahasan ulumul quran?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ulumul quran
2. Untuk mengetahui cabang pokok pembahasan ulumul quran
3. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangannya

5
Nutwadjah Ahmad, Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam Tafsir, (Bandung: Makalah,
1994), hlm. 1. Dari sebuah makalah yang disampaikan dalam acara yang diadakan HMJ Tafsir Hadits IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung, pada tanggal 18 November 1994.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Quran


Ulumul Quran berasal dari kata Arab yang terdiri dari dua kata yaitu ulum
dan Al-Qur'an. Kata Ulum merupakan bentuk jamak dari kata ‘ilm yang berarti
ilmu. Sedangkan Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. sebagai pedoman hidup manusia, bagi orang yang membacanya
merupakan ibadah dan pahala.
Dalam kajian Islam, istilah Ulumul Quran menjadi nama suatu ilmu dan
secara linguistik mengacu pada ilmu-ilmu Al-Quran. Di Indonesia ilmu ini kadang
disebut “Ulum Al-Qur’an” dan kadang juga disebut “Ilmu Al-Qur’an”. Hal ini
misalnya terlihat pada Dirasat fi Ulum Al-Qur'an karya Fahd Abdurrahman ar-
Rumi yang diterjemahkan oleh Amirul Hasan dan Muhammad Halabi dengan
judul Ulum al-Qur'an, Kajian Seluk-beluk Al. -Qur'an, saat ini sedang dalam karya
Manna' alQaththan Mabahits Fi Ulum Al-Qur'an yang diterjemahkan oleh
Mudzakkir AS dengan judul Penelitian Ilmu Al-Qur'an.
Az Zarqani mengemukakan sebagai berikut: “Pembahasan mengenai Al-
Quran dalam hal wahyu, urut-urutan, kumpulan, penulisan, bacaan, tafsir, mukjizat,
shalat mansukh dan sanggahan terhadap hal-hal yang menimbulkan keraguan
terhadap keamanan Al-Quran, dan lain-lain.”.6
Manna al-Qaththan memberikan definisi dari Ulumul Quran: “Ilmu yang
mencakup pembahasan yang berhubungan dengan Al–Qur’an, dari segi
pengetahuan tentang sebab turunnya, pengumpulannya, dan urutannya,
pengetahuan tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah, nasikh mansukh, muhkam,
dan mutasyabih, dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an”.7
Sedangkan Ali ash-Shabuni memberikan definisi Al-Qur’an sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan yang

6
Az-Zarqani, Abd al-Adhim, Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an; al-Arabiyah, Isa al-Bab al-Halabi
wa Syukarah, tt), hlm. 20.
7
Manna al-Qaththan, Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an, (Riyad, Mansyurat al-Ashr alHadits, 1973),
hlm. 15-16

6
berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya, pengumpulannya,
penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab turunnya, Makiyah dan
Madaniyahnya, nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya, dan lain-lain
yang berkaitan dengan Al-Qur’an”.8
Dari definisi-definisi tersebut, terlihat jelas bahwa Ulumul Quran
merupakan penggabungan dari beberapa pembahasan ilmiah yang awalnya berdiri
sendiri. Pembahasan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan Al-Qur'an, baik dari
segi keberadaannya sebagai Al-Qur'an maupun dari segi pemahaman
kandungannya sebagai pedoman dan pedoman hidup bagi manusia. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa Ulumul Quran mempunyai cakupan pembahasan yang
sangat luas.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an


Ulumul Quran sebagaimana disebutkan di atas mempunyai bidang
pembahasan yang sangat luas, yang mencakup semua ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan Al-Quran, baik yang berupa ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu penjelas, maupun
ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu Balaghah. dan ilmu I'rab Al-Qur'an. Ilmu-ilmu
yang disebutkan dalam definisi di atas hanyalah sebagian saja dari pembahasan
pokok Ulumul Al-Qur'an, karena di samping itu banyak memuat ilmu-ilmu lain,
seperti ilmu Fawatih al-Suwar, ilmu Rasm Al-Qur'an, ilmu Al-Qur'an Amtsal, ilmu
Al-Qur'an Aqsam, ilmu Al-Qur'an Qashash, ilmu Al-Qur'an Jidal, ilmu Al-Qur'an
Gharib, Al-Qur'an ilmu badai , Tanasub ilmu ayat Alquran, ilmu mengaji Alquran,
dll. Padahal menurut Ramli Abdul Wahidl 9 bagian ilmu ini dapat dibedakan
menjadi banyak cabang dan jenis ilmu, masing-masing cabang mempunyai objek
kajiannya masing-masing. Setiap mata pelajaran ilmu-ilmu tersebut menjadi bidang
pembahasan Ulumul Quran.
Kajian Al-Qur'an Ulumul begitu luas sehingga sebagian ulama
menganggapnya tidak terbatas.10 Al-Sayuthi memperluasnya hingga mencakup
astronomi, survei, kedokteran, dan banyak lagi. dalam kajian Alquran Ulumul
mengutip pendapat Ibnu a1-Araby tentang hal tersebut sebagai berikut:

8
H.A. Chaerudji, op. cit, hlm.3.
9
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), cet. I, hlm. 10.?
10
Muhammad al-Mufasirun, (Hadaiq al-hulwan, 1976), jilid I, hlm. 271.

7
“Ulumul Quran mencakup total 77.450 ilmu. Hal ini sesuai dengan cara
menghitung jumlah ayat dalam Al Quran menurut waktu dan ruang, karena setiap
ayat mengandung makna luar, dalam, terbatas dan tidak terbatas. Hal ini terlihat
dari jumlah mufradatnya, namun jika dilihat dari hubungan urutan ayat, maka
jumlah Ulumul Quran itu tidak terhingga. Hanya Allah yang mengetahui jumlah
ini.”11

Objek material ilmu ini adalah Al-Quran dalam berbagai aspeknya di atas.
Misalnya dalam ilmu Qira'at yang menjadi bahan pembahasannya adalah Al-Qur'an
dari segi pelafalan dan pengucapannya. Ilmu tafsir menjadi bahan pembahasan
tentang Al-Quran dalam rangka memahami maknanya.

Ulumul Quran berbeda dengan ilmu yang merupakan salah satu cabangnya,
misalnya Ilmu Tafsir memfokuskan pembahasannya pada penafsiran ayat-ayat
dalam Al-Quran. Oleh karena itu, ilmu ini mendapat nama Ulumul Quran dalam
bentuk jamak dan bukan ilmu Al-Quran dalam bentuk mufrad.

Menurut Hasbi as-Shiddieqy12 yang tampaknya mengutip dari Manahil


al-'Irfan karya al-Zarqani memandang bahwa segala macam pembahasan Ulumul
Qur'an itu kembali kepada beberapa pokok persoalan saja, yaitu:

Pertama, persoalan tentang tempat turunnya ayat, waktunya dan


peristiwanya. Ini terdiri dari dua belas macam, yaitu al-Makkiy (ayat-ayat yang
turun di Makkah), al-Madaniy (ayat-ayat yang turun di Madinah), al-Safariy (ayat-
ayat yang turun ketika Nabi dalam perjalanan), al-Hadhiriy (ayat-ayat yang turun
ketika Nabi berada di rumah), al-Lailiy (ayat-ayat yang turun pada malam hari), al-
Nahariy (ayat-ayat yang turun pada siang hari), al-Shaifiy (ayatayat yang turun
ketika musim panas), al-Syita'i (ayat-ayat yang turun ketika musim dingin), a1-
Firasyi (ayat-ayat yang turun ketika Nabi berada di tempat tidur), Asbab al Nuzul
(sebab-sebab turun ayat), Awwalu ma Nuzzila (ayat-ayat yang mula-mula turun),
Akhtru ma nuzzila (ayat-ayat yang terakhir turun).

11
H.A. Chaerudji, Loc. Cit.
12
Hasbi as-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilma Al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm.
103-104.

8
Kedua, persoalan sanad Al-Qur'an, terdiri dari enam macam, yaitu sanad
mutawatir, ahad, syadz, Qira'at al-Nabi (bentuk-bentuk Qiraat Nabi Saw.), al-
Ruwat (para periwayat), al-Huffazh (para penghafal Al-Qur'an).

Ketiga, persoalan ada' al-Qira'ah (tentang cara membaca Al-Qur'an), ini dari
enam macam pula, yaitu waqaf (cara berhenti), ibtida (cara memulai), imalah, madd
(bacaan yang dipanjangkan), takhfif al-hamzah (meringankan bacaan hamzah),
idgam (memasukkan bunyi huruf yang mati kepada bunyi huruf sesudahnya).

Keempat, persoalan yang menyangkut lafazh-lafazh Al-Qur'an dan ini ada


tujuh macam, yaitu lafazh gharib (pelik), mu'rab (menerima perubahan akhir kata),
majaz (metafora), musytarak (lafazh) yang mengandung lebih dari satu makna),
mutaradif (sinonim) isti'arah (asosiasi), dan tasybih (penyerupaan).

Kelima, persoalan tentang makna-makna Al-Qur'an yang berhubungan


dengan hukum, dan nilai ada empat belas macam, yaitu al-Am al-Baqi 'ala
'umumihi (lafazh yang bermakna 'am (umum) dan tetap dalam keumumannya),
al-'am al-Makhshus (lafazh 'am yang dikhususkan), al-'Am alladzi uridu bihi
alkhushus (lafazh yang bermakna umum tapi yang dimaksudkan khusus), ma
khashshasa fihi al-Kitabu al-Sunnata (lafazh am (umum) yang dikhususkan oleh al-
Kitab terhadap Sunnah), ma khashshashat fihi al-Sunnatu al-Kitab (lafazh am
(umum) yang dikhususkan oleh Sunnah terhadap Kitab), mujmal (global),
mubayyan (penjelasan), mu'awwal (ditakwil), mafhum (pemahaman), muthlaq
(tidak terbatas), muqayyad (terbatas), nasikh (menghapus), mansukh (dihapus), nau'
min al-nasikh wa al-mansukh wahuwa ma'amila bih muddatan mu'ayyanatan, wal
amila bihi wahidun min al-mukallaf (semacam nasikh dan mansukh, yaitu yang
diamalkan pada waktu tertentu dan yang diamalkan oleh seorang saja dari orang-
orang mukallaf).

Keenam, persoalan makna Al-Qur'an yang berhubungan dengan lafazh, dan


ini ada lima macam, yaitu, al-Fashl (pisah) al-Washi (nyambung), Ijaz (singkat),
Ithnab (panjang), dan Qashr (pendek).13

13
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), cet. I, hlm. 11-13.

9
Itulah pokok-pokok kajian yang merupakan ruang lingkup pembahasan
Ulumul Qur'an menurut Hasbi ash-Shiddieqy. Melihat persoalan-persoalan yang
dikemukakan tersebut di atas, tampaknya tidak keluar pembahasannya dari ilmu-
ilmu agama dan bahasa Arab. Pendapatnya ini senada dengan alzarqani yang tidak
setuju memasukkan ilmu-ilmu pengetahuan umum yang dianggap sekular seperti
astronomi, kosmologi, ekonomi kedokteran, dan sebagainya ke dalam pembahasan
Ulumul Qur'an. Al-Qur'an menurutnya diturunkan bukan untuk membahas teori-
teori ilmu ataupun rumus-rumus ilmu-ilmu tersebut, melainkan untuk menjadi
mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw. dan menjadi pedoman hidup umat Islam,
sebagaimana Al-Quran menganjurkan untuk mempelajarinya. Sedangkan al-
Sayuthi menganggap ilmu sebagai bagian dari pembahasan Ulumul Quran.
Pandangannya nampaknya sangat tidak masuk akal, dan ternyata saat ini, para
komentator dan pemikir Muslim merasa perlu menggunakan sains untuk
menjelaskan Al-Qur'an.

C. Cabang – Cabang Pokok Pembahasan Ulumul Qur’an


Menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, mempunyai 14 cabang, yang terpenting
adalah:
1. Ilm Mawatin al-Nuzul, khusus ilmu yang menjelaskan asal usul ayat.
2. Ilm Tawarikh al-Nuzul, khusus ilmu tafsir dan penjelasan kapan ayat
diturunkan dan urutan diturunkannya.
3. Ilm Asbab al-Nuzul, khusus ilmu yang menjelaskan sebab di balik
turunnya ayat-ayat tersebut.
4. Ilm Qira'ah, menjelaskan perbedaan bacaan Al-Qur'an, mana yang
sah dan mana yang tidak sah.
5. Ilm al-Tajwid, khususnya ilmu bagaimana membaca Al-Quran, di
mana dimulai dan diakhiri, dll. Ilm Garib al-Qur'an, merupakan ilmu
yang membahas tentang arti kata-kata yang asing (pengucapannya),
tidak lazim digunakan dalam bahasa umum.
6. Ilmu I'rab al-Qur'an, merupakan ilmu yang membahas tentang
kedudukan pengucapan suatu ayat (kalimat), serta geraknya.

10
7. Ilm Wujud wa al-Nazarir, adalah ilmu yang menjelaskan pelafalan
Al-Quran dengan makna ganda dan menjelaskan makna yang
dimaksudkan dalam satu lokasi.
8. Ilm Ma'rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih, merupakan ilmu yang
membahas tentang ayat mana yang dianggap muhkam dan ayat mana
yang dianggap mutasyibah.
9. Ilm Nasikh wa al-Mansukh merupakan imu yang menjelaskan ayat-
ayat yang dianggap oleh sebagian ulama sebagai mansukh. Ilm
Bada'ii al-Qur'an, khususnya ilmu yang membahas tentang keindahan
susunan ayat-ayat Al-Qur'an, menjelaskan aspek sastra Al-Qur'an,
serta ketinggian balagah. .
10. Ilm I'jaz al-Qur'an, yaitu ilmu yang membahas secara khusus aspek-
aspek mukjizat Al-Qur'an.
11. Ilm Tanasub Ayat dalam Al-Qur'an, khususnya ilmu membahas
keterkaitan suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
12. Ilm Aqsam al-Qur'an, khususnya ilmu yang membahas tentang
makna dan tujuan sumpah Tuhan dalam Al-Qur'an.
13. Ilm Amsal al-Qur'an, khusus ilmu membahas perumpamaan yang
terdapat dalam Al-Qur'an. Ilm Jidal al-Qur'an, khususnya ilmu
membahas bentuk-bentuk argumentasi yang diberikan dalam Al-
Qur'an, ditujukan bagi semua orang musyrik dan lain-lain.
14. Ilm Adab Tilawah al-Qur'an, yaitu ilmu yang membahas tentang
segala kaidah yang harus digunakan dan dilaksanakan ketika
membaca Al-Qur'an.

Ini adalah beberapa cabang utama dari ulum Al-Qur'an. Ilmu-ilmu Al-Quran
sangat penting dalam memahami dan menjelaskan Al-Quran, sehingga sebagian
ulama menyebut ulum Al-Quran dengan istilah ulus al-tafsir, dan T.M Hasbi Ash
Shiddieqy juga menyebutkan menyebut mereka dengan nama Al-Quran.

D. Sejarah dan Perkembangannya


1. Periode abad pertama hingga kedua hijriah

11
Pada masa Rasulullah SAW, hingga masa pemerintahan Abu
Bakar (12:00-13:00) dan Umar (12:00-23:00), ilmu Al-Qur'an masih
diriwayatkan secara lisan. Pada masa Kekhalifahan Usman (23H-35H),
dimana bangsa Arab mulai bergaul dengan bangsa non-Arab, Usman
kemudian memerintahkan umat Islam untuk menyimpan mushaf utama
dan membakar mushaf lainnya untuk dikirim mushaf ke beberapa daerah
sebagai hadiah. Soket. Dengan demikian, upaya Usman memperbanyak
teks Al-Quran berarti meletakkan dasar bagi ilmu Al-Quran.14
Selanjutnya pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (35H-
40H), beliau memerintahkan Abu al-Aswad al-Duwali (w. 69H) untuk
mendirikan bahasa Arab. Upaya Ali dianggap telah meletakkan dasar
bagi ilmu I'rab al-Qur'an.
Adapun tokoh-tokoh yang berjasa dalam menyebarkan ilmu Al-
Quran melalui narasi adalah:
a. Khulafa al-Rashidin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Zaid bin
Thabit, Ubai bin Ka'ab, Abu Musa al-Asya'ariy dan
Abdullah bin Zubair. Mereka adalah bagian dari
sekelompok teman.
b. Mujahid, Ata, Tkrimah, Qatadah, Hasan Basri, Said bin
Jubair dan Zaid bin Aslam. Mereka tabi'in di Madinah.
c. Malik bin Anas, termasuk golongan tabi'I tabi'in, ia
mengambil ilmunya dari Zaid bin Aslam.

Merekalah orang-orang yang mengemukakan apa yang sekarang


kita sebut dengan ilmu tafsir, ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan
mansukh, ilmu misteri Al-Quran dan lain-lain.

2. Periode abad ke 3 hijriah


Kemudian pada abad ke 3 H, muncullah Muhammad bin Jarir al-
Tabariy (wafat 310 H) yang menyusun kitab tafsir yang bermutu tinggi
karena banyak memuat hadis-hadis shahih, ditulis dengan rangkuman
yang baik dan mematikan. Selain itu berisi kajian tentang I'rab dan

14
Saleh, Subhi, Mahabis Fiy Ulum al-Qur’an, Cet. IX; Beirut: Dar al-Ilm li alMalayin.

12
perspektifnya. Saat ini telah disusun beberapa ulu>m al-Qur'an yang
masing-masing berdiri sendiri, antara lain: Ali ibn al-Madiniy (w. 234 H)
menyusun kitab asbab al-nuzul, Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam (w. 224
H) menyusun kitab tentang transkripsi dan pembatalan. Ibnu Qutaibah
(w. 276 H) menyusun buku tentang misteri Al-Quran, Muhammad bin
Ayyub al-Darls (294 H) menyusun buku tentang ayat-ayat yang
diturunkan di Mekkah dan Madinah. Dan Muhammad ibn Khalf ibn al-
Mirzaban (w. 309) menyusun kitab al-Hawiy fiy Ulum alQur'an.
3. Periode abad ke 4 hijriah
Pada abad ke 4 Hijriah, terbit beberapa kitab karya ulama Al-
Quran, seperti: Aja'ib ulum al-Qur'an karya Abu Bakar Muhammad ibn
al-Qasim al-Anbary (w. 328 H), dalam kitab ini membahas keutamaan
dan keagungan Al-Qur'an, turunnya Al-Qur'an dalam tujuh huruf, cara
menulis mushaf, jumlah surah, ayat dan kata dalam Alquran. Selain itu
Abu al-Hasan al-Ash'ary (w. 324 H) menyusun kitab alMukhtazan fiy
Ulum al-Quran, Abu Bakar al-Sajastaniy (w. 330 H) menyusun kitab
tentang Garib al -Qur'an, Abu Muhammad al-Qasab Muhammad bin Ali
al-Karkhiy (meninggal sekitar tahun 360 H) menyusun kitab Nakt al-
Qur'an al-Dallah al-Bayan fiy Anwa alUlum wa al-Ahkam al-Munabbiah
'an Ikhtilaf al-Anam. Pada masa ini juga, Muhammad bin Ali al-Adfawiy
(wafat tahun 388 H) menyusun al-Istigna' fiy Ulum al-Qur'an.

4. Periode ke abad 5 hijriah hingga abad 14 hijriah dan masa kini


Selain itu, pada abad ke-5 muncullah Ali bin Ibrahim bin Sa'id al
Hufiy (meninggal tahun 430 H), yang menyusun sebagian ulum al-
Qur'an dalam karyanya al-Burhan fiy Ulum al-Qur'an tahunnya. Dalam
buku ini beliau membahas Al-Quran sesuai petunjuk mushaf, kemudian
beliau menguraikannya berdasarkan ulasan al-Nahwu dan al-Lugah,
kemudian menjelaskannya dengan tafsir bi al-Masur dan tafsir bi al-
Ma'qul, kemudian juga menjelaskan tentang waqaf (aspek qira'at),
bahkan hukum yang terdapat dalam ayat tersebut. Atas dasar itu, Uluma
menilai al-Hofiy adalah orang pertama yang menulis Ulumul Quran.

13
Selain itu, pada abad ke-6, Ibnu al-Jauziy (w. 597 H) menyusun
kitab Funun al-Afinan fiy Ulum al-Qur'an dan kitab al-Mujtaba fiy Ulum
Tata'allaq bi alQur'an. Dilanjutkan oleh Alamuddin al-Sakhawiy (w. 641
H) pada abad ke 7 H dengan kitabnya yang berjudul Jamal al-Qurra wa
Kamal al-Iqara, setelah itu Abu Syamah (w. 665 H) menyusun kitab al-
Mursyid al - Wajid fiy Ma Yata'allahq bi al-Qur'an al-Aziz. Pada abad ke
8, al-Zarkasyi (meninggal tahun 794 H) menyusun kitab al-Burhan fiy
Ulum al-Qur'an. Kemudian pada abad ke-9, Jalal al-Din al-Bulqniy (w.
824 H) menyusun kitab Mawaqi' al-Ulum fiy Mawaqi al-Nujum. Pada
periode ini juga, Jalal al-Din al-Sayoty (meninggal tahun 911 H)
menyusun kitab al-Tahbir fiy Ulum al-Tafsir dan kitab al-itqan fiy Ulum
al-Qur'an.
Sepeninggal al-Sayuti pada tahun 911 H, nampaknya
perkembangan Al-Quran telah mencapai puncaknya sehingga belum ada
penulis yang semampunya. Menurut Ramli Abdul Wahid (1994), hal ini
disebabkan oleh sikap taqlid yang berlaku di kalangan umat Islam, yang
dalam sejarah ilmu agama biasanya dimulai setelah masa al-Sayuti (awal
abad ke-10 M) hingga akhir abad ke-20.
Selanjutnya, sejak akhir abad ke-13 Hijriyah hingga saat ini,
perhatian keilmuan terus tertuju pada ulum Al-Quran. Saat ini
pembahasan dan pengkajian Al-Qur'an tidak hanya terbatas pada cabang-
cabang 'ulum al-Qur'an yang sudah ada saja, namun juga meluas,
misalnya dengan menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa asing.
Berbagai kitab 'ulum al-Qur'an juga telah disusun, ada yang memuat
bagian (cabang) dari keseluruhan 'ulum al-Qur'an, ada pula yang hanya
sebagian saja. Di antara ulama yang menyusun kitab Ulumul Quran
termasuk sebagian besar cabangnya adalah Tahir al-Jazayiri dalam
kitabnya: al-Tibyan li Ba'd al-Mabahis al-Muta'alliqah bi al-Qur'an
tahun 1335 H. Demikian pula Syekh Mahmud Abu Daqiqah, ulama
besar al-Azhar, yang menyusun kitab tentang ulum Al-Quran. Kemudian
Muhammad Ali menyusun kitab Manhaj al-Furqan fiy Ulum al-Qur'an
yang mencakup berbagai cabang ilmu Al-Qur'an. Berikutnya adalah

14
Muhammad Abd al-Azim al-Zarqaniy dengan kitab Manihil irfan Fiy
Ulum alQur'an. Selain itu, Ahmad Aliy menyusun kitab Muzakkirah
Ulum al-Qur'an dan Subhi Shalih menyusun kitab Mabahis fiy Ulum
Quran.
Kitab lain yang juga lahir pada masa ini adalah Mahabis fiy Ulum
al-Qur'an, karya Manna' al-Qattan, al-Tibyan fiy Ulum al-Qur'an, karya
Ali al-Saboni, Ulum al-Quran wa al -Hadits, oleh Ahmad Muhammad
Ali Daud. Di Indonesia dikenal juga dengan nama T.M. hasbi sh-
Shiddieqy dengan karyanya: Ilmu-ilmu Al-Quran.

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

'Ulum al-Qur'an mempunyai beberapa pembahasan terkait Al-Qur'an


tentang :tempat, waktu dan penyebab turunnya wahyu, pengucapan dan penggunaan
bahasa, sastra (Balaghah), nash, kumpulan, bacaan, nash, tafsir dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan Al-Quran.‘Ulum al-Qur’an yang mencakup berbagai jenis dan cabang,
tidak muncul sekaligus melainkan melalui proses perkembangan yang dapat dibagi
dalam beberapa tahap:(1) masa penuturan, sejak zaman Rasulullah SAW sampai awal
abad ke-2 (2) masa munculnya cabang-cabang 'ulum al-Qur'an dan sistematisasinya,
dari abad ke-2 sampai abad ke-5 dan ( 3) masa kodifikasi 'ulum al-Qur'an sebagai ilmu
yang mencakup berbagai ilmu Al-Qur'an, khususnya pada abad ke-5 hingga saat ini.

Hingga saat ini telah lahir puluhan tokoh dalam bidang ‘ulum al-Qur’an, yang
paling terkenal adalah Jalil al-Din al-Sayuti, penulis kitab alItqan fiy ‘ulum al-Qur’an
dkk. . -Zarqasyi, penulis kitab al-Burhan fiy ulum al-Qur'an. Kedua kitab ini masih eksis
hingga saat ini dan menjadi rujukan kajian ‘ulum’ Al-Quran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zarqani, Abd al-Adhim, Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an; al-Arabiyah, Isa al-Bab al-Halabi wa
Syukarah, tt), hlm. 20.

H.A. Chaerudji, op. cit, hlm.3.

Hasbi as-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilma Al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm. 103-104.

Ibid.

Ibnu Adh-Dhuroisyi dari jalan Utsman bin Atha' dan Ibnu Abbas ra ia berkata: "Semua ayat dalam Al-
Qur’an berjumlah 6,4 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi 'Ulum alQur'an,(Beirut: Der al-VOW, 69.

Isthanthiq Al-Qur'an. Dalam konteks ini sangat diperlukan pola kerja tafsir yang lurus.

Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-`Ashril Hadits, 1975/1393), hlm.
102

Manna al-Qaththan, Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an, (Riyad, Mansyurat al-Ashr alHadits, 1973), hlm. 15-16

Muhammad al-Mufasirun, (Hadaiq al-hulwan, 1976), jilid I, hlm. 271.

Nutwadjah Ahmad, Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam Tafsir, (Bandung: Makalah, 1994), hlm.
1. Dari sebuah makalah yang disampaikan dalam acara yang diadakan HMJ Tafsir Hadits IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung, pada tanggal 18 November 1994.

Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), cet. I, hlm. 10.?

Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), cet. I, hlm. 11-13.

Saleh, Subhi, Mahabis Fiy Ulum al-Qur’an, Cet. IX; Beirut: Dar al-Ilm

17

Anda mungkin juga menyukai