Anda di halaman 1dari 19

RESUME BUKU KULIAH ULUMUL QUR'AN

Karya ; Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA.

''Diresume dalam rangka memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah

Study Al-quran Oleh Dosen Makhfud, M.pd.I''

Diresume Oleh : M Hayat Hf

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) Kediri
2021

1
ISI BUKU

Judul : Kuliah Ulumul Quran


Penulis : Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA.
Penerbit : ITQAN Publishing, Yogyakarta
Tahun : 2016
Tebal : 299 halaman + 12 halaman prakata dan daftar isi
Bahasa : Indonesia
Sampul : latar hijau dan hitam

Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA., seorang pengajar dan ulama
Indonesia dari Muhammadiyah. Pada tahun 2006 diangkat sebagai staf pengajar pascasarjana di
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Buku ini terbagi dalam 17 bab, pada tiap bab terbagi lagi ke dalam sub bab yang menjelaskan
bab yang dibahas, misalnya pada bab pertama berjudul Pendahuluan, bab ini terbagi ke dalam
empat sub bab yaitu pengertian Ulumul Quran, ruang lingkup Ulumul Quran, pembukuan dan
pembakuan Ulumul Quran, dan kemungkinan pengembangan Ulumul Quran. Pada bab
berikutnya berjudul Al-Quran dan Wahyu, dilanjutkan dengan bab Nuzulul Quran, Makiyyah-
Madaniyyah, Yang Pertama dan diturunkan Terakhir, Pengumpulan Al-Quran, Ayat-Ayat dan
Surat-Surat Al-Quran, Asbabun Nuzul, Nuzul Quran dalam Tujuh Huruf, Qira’at Al-Quran,
Nasikh-Mansukh, Muhkam dan Mutasyabih, Munasabah dalam Al-Quran, Kisah-Kisah dalam
Al-Quran, Mu’jizat Al-Quran, sampai dengan bab terakhir yang berjudul Tafsir Al-Quran.
Buku ini sangat baik digunakan oleh kalangan mahasiswa maupun umum sebagai salah satu
rujukan dasar-dasar keilmuan Al-Quran.
pengarang menyajikan secara deskriptif mengenai ilmu tafsir, ta’wil, dan terjemah. Penjelasan
yang disajikan oleh pengarang cukup jelas dan terperinci sehingga pembaca dapat mengetahui
secara mendalam tentang tafsir, ta’wil, dan terjemah yang seringkali dianggap sama oleh
sebagian orang. Selain itu terdapat pula sumber-sumber dalam menafsirkan suatu ayat yang
meliputi tafsir ayat dengan ayat, ayat dengan hadits, al-Qur’an dengan perkataan sahabat, ra’yu,
dan isyari.

2
BAB I
PENDAHULUAN

 A. Pengertian Ulumul Qur'an


Ungkapan ‘Ulum Al- Quran berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata,
yaitu “’ulum” (ilmu) dan “Al- Quran” (kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-
Nya, Muhammad. Yang lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya
bernilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, yang ditulis pada mushaf, mulai dari
surah Al-Fatihah sampai An-Nas).
Menurut Bahasa ‘Ulum Al- Quran adalah sejumlah pembahasan yang berkaitan
dengan Al-Quran. Adapun ‘Ulum Al- Quran secara istilah, para ulama memberikan
redaksi berbeda,
· Menurut Manna’ Al-Qaththan : Ilmu yang mencakup pembahasan-
pembahasan yang berkaitan dengan Al-Quran dari sisi informasi tentang asbab an-
nurul, kodifikasi dan tertib penulisan Al-quran, ayat-ayat yang diturunkan di
Mekkah (Makkiyyah) dan di Madinah (Madaniyyah), dan hal-hal yang berkaitan
dengan Al-Quran.
· Menurut Az-Zarqani : Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-
Quran, dari sisi turun, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan,
nasikh, mansukh, dan penolakan hal-hal yang biasa menimbulkan keraguan
terhadapnya, serta hal-hal lain.
· Menurut Abu Syahbah : Sebuah ilmu yang memliki banyak objek
pembahasan yang berhubungan deangan Al-quran, mulai proses penurunan, urutan

3
penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-
mansukh, muhkam-mutasyabih, sampai pembahasan-pembahasan lain.

B. Ruang Lingkup Ulumul Qur'an


Ruang Lingkup pembahasan Al-Quran tak terhingg, bahkan menurut Abu Bakar
Al-‘Arabi, ilmu- ilmu Al-quran itu mencapai 77.450. Berkenan dengan persoalan
ini, M. Hasbi Ash-Shiddiqie berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan ‘Ulum
Al- Quran terdiri dari enam hal pokok berikut ini:
1.         Persoalan Turunnya Al-Quran (Nuzul Al-Quran)
2.         Persoalan Sanad (Rangkaian Para Periwayatnya)
3.         Persoalan Qira’at (Cara Pembacaan Al-Quran)
4.         Persoalan Kata-Kata Al-Quran
5.         Persoalan Makna² Al-Quran yang Berkaitan dengan hukum
6.         Persoalan Makna² Al-Quran yang Berpautan dengan Kata²
Al-Quran

C. Pembukuan Dan Pembakuan Ulumul Qur'an


Di antara pembukuan ‘Ulum Al- Quran adalah sebagai berikut:
1.      Ilmu Adab Tilawat Al-Quran, yaitu ilmu tentang aturan dalam
pembacaan Al-Quran.
2.      Ilmu Tajwid, yaitu ilmu tentang cara-cara membaca Al-Quran.
3.      Ilmu Mawathin An-Nuzul, yaitu ilmu tetang tempat, musim,awal
dan akhir turun ayat.
4.      Ilmu Tawarikh An-Nuzul, yaitu ilmu tentang masa dan urutan
turunnya ayat.
5.      Ilmu Asbab An-Nuzul, yaitu ilmu tentang sebab-sebab turunnya
ayat.
4
6.      Ilmu Qira’at, yaitu ilmu tentang ragam qira’ar (pembacaan Al-
Quran).
7.      Ilmu Gharib Al-Quran, yaitu ilmu tentang makna kata-kata yang
ganjil.
8.      Ilmu ‘Irab Al-quran, yaitu ilmu tentang harakat Al-Quran.
9.      Ilmu Wujuh wa An-Nazha’ir, yaitu ilmu tentang kata-kata yang
memiliki makna lebih dari satu.
10.  Ilmu Ma’rifar Al-muhkam wa Al-Mutasyabih, yaitu ilmu tentang
ayat muhkam dan mutasyabih.
11.  Ilmu Nasikh wa Al-Mansukh, yaitu ilmu tentang ayat yang mansukh
oleh sebagian mufassir.
12.  Ilmu Badai’u Al-quran, yaitu ilmu tentang keindahan susunan
bahasa al-Quran.
13.  Ilmu I’jaz Al-Quran, yaitu ilmu tentang segi-segi keutamaan Al-
Quran.
14.  Ilmu Tanasub Ayat Al-Quran, yaitu ilmu tentang persesuaian antar
ayat.
15.  Ilmu Aqsam Al-Quran, yaitu ilmu tentang maksud sumpah Allah
dalam Al-Quran.
16.  Ilmu Amtsal Al-Quran, yaitu ilmu tentang perumpamaan dalam Al-
Quran.
17.  Ilmu Jadal Al-Quran, yaitu ilmu tentang macam-macam
perdebatan dalam Al-Quran.

D. Kemungkinan Pengembangan Ulumul Qur'an


1. Fase Sebelum Kodifikasi (Qabl ‘Ashr At-Tadwin)
5
Pada fase ini, ‘ulum Al-Quran kurang lebih sudah merupakan benih yang
kemunculannya sangat dirasakan semenjak Nabi masih ada. Hal itu ditandai dengan
kegiarahan para sahabat untuk mempelajari Al-Quan dengan sungguh-sungguh.
2. Fase Kodifikasi
Pengkodifikasian al-Quran ini berawal dari perintah ‘Ali bin Abi Thalib, dan
semakin marak serta meluas ketika islam berada di tangan Bani Ummayah dan
Bani ‘Abbasiyah.
BAB II
AL QUR'AN DAN WAHYU

A. Pengertian Al-Qur'an
Menurut Manna’ Al-Qaththan : Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan membacanya memperoleh pahala.
· Menurut Al-Jurjani : Yang Diturunkan kepada Rasulullah SAW, yang ditulis
di dalam mushaf dan yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.
· Menurut Abu Syahbah : Kitab Allah yang diturunkan-baik lafazh maupun
maknanya- kepada nabi terakhir, yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni penuh
kepastian dan keyakinan, yang di tulis pada mushaf mulai dari surat Al-Fatihah
sampai An-Nas.
· Menurut Kalangan Pakar Ushul Fiqih, Fiqih, dan Bahasa Arab : Kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, yang lafazh nya mengandung
mukjizat, membacanya bernilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang
ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Farihah sampai surat An-Nas.
B. Cara Turunnya Wahyu Kepada Para Nabi
Al- Quran Di Wahyukan Kepada Nabi Secara Berangsur- Angsur

6
Al-Quran diturunkan dalam tempo waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai
malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’
tahun 63 dari kelahiran nabi.
Hikmah diwahyukan Al- Quran secara berangsur- angsur:
1.      Memantapkan hati Nabi.
2.      Menentang dan melemahkan para penentang Al-Quran.
3.      Memudahkan untuk dihafal dan dipahami.
4.      Mengikuti setiap kejadian.
5.      Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Quran turun dari allah yang
Maha Bijaksan
BAB III
NUZUL AL-QUR'AN

A. Pengertian Nuzul Al Qur'an


Secara etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar
belatarbelakangi terjadinya sesuatu, namun dalam pemakaiannya , ungkapan asbab
An-Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab- sebab yang
melatarbelakangi turunnya Al-Quran. Asbab An-Nuzul secara terminologi
dirumuskan oleh para ulama, diantarnya:
1. Menurut Az- Zarqani : Asbab An-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang
terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Quran sebagai penjelas
hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Menurut Ash- Shabuni : Asbab An-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada
Nabiatau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.

7
3. Menurut Shubhi Shalih : Asbab An-Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab
turunnya satu atau beberapa ayat Al-Quran terkadang menyiratkan peristiwa
itusebagai respons atasnya, atau penjelasan terhadap hukum-hukum disaat peristiwa
itu terjadi.
4. Manna’ Al-Qthathan : Asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya Al-Quran berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi,
baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.

B. Urgensi Kajian Tentang Nuzul Al-Qur'an


Az-Zarqani mengemukakan urgensi kajian tentang Nuzul Al-qur'an dalam
memahami Al-Quran, sebagai berikut :
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi
ketidak pastian dalam menagkap pesan ayat-ayat Al-Quran.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian
umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-quran.
4. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Quran
turun.
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk
memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarnya.

BAB IV
MAKKIYAH DAN MADANIYAH

A. Pengertian Makkiyah Dan Madaniyah

8
1. Dari Perspektif Masa Turun : Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Meka. Madaniyyah ialah
ayat-ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di
Madinah.
2. Dari Perspektif Tempat Turun : Makkiyyah adalah ayat-ayat yang turun di
Mekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyyah. Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’, dan Sul’a.
3. Dari Perspektif Objek Pembicaraan : Makkiyah adalah ayat-ayat yang
menjadi kitab bagi orang-orang Mekah. Madaniyyah adalah ayat-ayat yang
menjadi kitab bagi orang-orang Madinah

B. Metode Mengetahui Makkiyah Dan Madaniyah


1. Pendekatan Transmisi (Periwayatan) : Para sarjana muslim merujuk pada
riwayat valid yang berasal dari sahabat, yaitu orang yang besar kemungkinan
menyaksikan turunnya wahyu.
2. Pendekatan Analogi (Qiyas) : Para sarjana muslim penganut pendekatan
analogi bertolak dari ciri-ciri spesifikasi dari kedua klasifikasi itu.

C. Kriteria Surat-Surat Makkiyah


· Terdapat ayat sajadah
· Ayatnya dimulai dengan kata “kalla”.
· Di mulai dengan ungkapan “ Ya ayyuha An-Nas” kecuali surah Al-
Hajj.
· Tema ayat tentang kisah Nabi dan umat terdahulu.
· Bercerita tentang kisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-
Baqarah.
· Ayatnya dimulai dengan huruf terpotong, kecuali surat Al-Baqarah.
9
· Menjelaskan tentang ibadah, kenabian, hari kiamat, surga dan
neraka, perdebatan dengan kaum musyrik.
· Banyak mengandung sumpah.
· Ayat dan suratnya pendek dan perkataanya agak keras.

D. Kriteria Surat-Surat Madaniyah


· Mengandung ketentuan faraid dan had.
· Mengandung sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-
Ankabut.
· Mengandung peredebatan dengan ahli kitabin.
· Menjelaskan tentang ibadah, muammallah, hudud, warisan, jihd,
sosial, hukum.
· Surat dan ayatnya panjang-panjang.

E. Urgensi Kajian Makkiyah Dan Madaniyah


1. Membantu dalam menafsirkan Al-Quran.
2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah.
3. Memberi informasi tentang sirah kenabian.

BAB V
QIRAAT AL-QUR'AN

A. Pengertian Qiraat
Secara etimologi, qira’at berarti membaca. Sedangkan secara terminologi, ulama
berpendapat:

10
1. Menurut Az-Zarqani : Suatu madzhab yang dianut seorang imam qira’at
yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Al-Quran serta sepakat riwayat-
riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf atau
dalam pengucapan bentuk-bentunya.
2. Menurut Ibn Al- Jazari : Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan
kata-kata Al-Quran dan perbedaan-perbedaanya dengan cara menisbatkan kepada
penukilnya.
3. Menurut Al-Qasthalani : Suatu imu yang mempelajari hal-hal yang
disepakati atau diperselishkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf,
i’rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh periwayatnya.
4. Menurut Az-Zarkasyi : Qira’at adalah perbedaan (cara mengucapkan) lafazh-
lafazh Al-Quran, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf
tersebut, seperti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang
lainnya.
5. Menurut Ash-Shabuni : Qira’at adalah suatu madzhab cara pelafalan Al-
Quran yang dianut salah seorang imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung
kepada Rasulullah SAW.

B. Sejarah Qiraat
1. Latar Belakang Historis
Qira’at sebenarnya telah muncul semenjak Nabi masih ada walaupun tentu saja pada
saat itu qira’at bukan merupakan sebuah disiplin ilmu. Menurut catatan sejarah,
timbulnya penyebaran qira’at dibulai pada masa tabii, yaitu pada awal II H. Di
antara ulama-ulama yang berjasa meneliti dan membersihkan qira’at dari berbagai
penyimpangan adalah:

11
· Abu ‘Amr ‘Utsman bin Sa’id bin ‘Utsman bin Sa’id Ad-Dani (w.444 H), dari
Daniyyah, Andalusia, Spanyol, dalam karyanya yang berjudul At-Taisir.
· Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Imarah bin Abu Al-‘Abbas Al-Mahdawi (w. 430
H), dalam karyanya yang berjudul Kitab Al-Hidayah.
· Abu Al-Hasan Tharih bin Abi Thayyib bin Abi Ghalabun Al-Halabi (w. 399
H), seorang pendatang di Mesir, dalam karyanya yang berjudul At-Tadzkirah.
· Abu Muhammad Makki bin Abi Thalib Al-Qairawani (w. 437 H), di Cordova,
dalam karyanya yang berjudul At-Tabshirah.
· Abu Al-Qasim ‘Abdurrahman bin Isma’il, terkenal dengan sebutan Abu
Syamah, dalam karyanyan yang berjudul Al-Mursyid Al-Wajiz.
2. Latar Belakang Cara Penyampaian (Kaifiyat Al-Ada’)
Perbedaan Qira’at itu bermula dari seorang guru yang membacakan qira’at itu
kepada muridnya. Kemudian para ulama merangkum bentuk perbedaan cara
membaca Al-Quran itu sebagai berikut:
1. Perbedaan pada I’rab atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk
kalimat.
2. Perbedaan pada I;rab dan harakat (baris) kalimat sehingga merubah
maknanya.
3. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa perubahan I’rab dan bentuk tulisannya,
sementara maknanya berubah.
4. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi
maknanya tidak berubah.
5. Perbedaan pada kalimat dimana bentuk dan maknanya berubah pula.
6. Perbedaan dengan mendahulukan dan mengakhirkannya.
7. Perbedaan dengan menambah dan mengurangi huruf.

C. Macam-Macam Qiraat
12
1.      Dari Segi Kuantitas
·         Qira’at Sab’ah (Qira’at Tujuh)
·         Qira’at ‘Asyarah (Qira’at Sepuluh)
·         Qira’at Arba’at Asyarah (Qira’at Empat Belas)
2.      Dari Segi Kualitas
·         Qira’at Mutawatir.
·         Qira’at Masyhur.
·         Qira’at Ahad.
·         Qira’at Syadz (Menyimpang)
·         Qira’at Maudhu’ (Palsu), seperti Qira’at Al-Khazzani.
·         Qira’at yang menyerupai hadis mudraj (sisipan).

BAB VI
NÂSIKH MANSÛKH

A. Pengertian Nâsikh Mansûkh


Secara etimologi, ada empat makna naskh yang sering diungkapkan ulama, yaitu
Izalah (menghilangkan), Tabdil (penggantian), Tahwil (memalingkan) dan Naql
(memindahkan dari satu tempat ke tempat lain).
Secara terminologi, para ulama mendefinisikan naskh dengan redaksi yang sedikit
berbeda, tetapi dengan pengertian yang sama, dengan : raf’u Al-hukm Al-syar’i bi
Al-khithab Al-syar’i (menghapuskan hukum syara dengan khitab syara pula) atau
raf’u Al-hukm bil Al-dalil Al-syar’i (menghapuskan hukum syaradengan dalil syara
yang lain).
Rukun dan Syarat Naskh
Rukun naskh ada 4, yaitu:

13
1.      Adat Naskh.
2.      Nasikh.
3.      Mansukh.
4.      Mansukh’anh.
Adapun syarat-syarat naskh adalah :
1.      Yang dibatalkan adalah hukum syara.
2.      Pembatalan itu datangnya daari tuntutan syara.
3.      Pembatalan hukum tidak disebabkan oleh berakhirnya waktu
pembatalan hukum.
4.      Tuntutan yang mengandung naskh harus datang kemudian.

B. Urgensi Dan Hikmah Nâsikh Mansûkh


Menurut Manna’ Al-Qathan terdapat empat hikmah keberadaan ketentuan naskh,
yaitu :
1.      Menjaga kemashlahatan hamba.
2.      Pengembangan pensyariatan hukum sampai kepada tingkat
kesempurnaan seiring dengan perkembangan dakwah dan kondisi
manusia itu sendiri.

3.      Menguji kualitas keimanan mukallaf dengan cara adanya perintah


yang kemudian di hapus.
4.      Merupakan kebaikan dan kemudahan bagi umat.

BAB VII
MUHKAM DAN MUTASYABIH

14
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Yang
termasuk kategori muhkam adalah nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang
dimaksud dengan terang dan tegas, dan untuk makna itu disebutka) dan zhahir
(makna lahir). Adapun Mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
Yang termasuk kategori mutasyabih adalah mujmal (global), mu’awwal (harus
ditakwil), musykil dan mubham (ambigius).

B. Sikap Para Ulama' Terhadap Ayat - Ayat Mutasyabihat


Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dua kelompok, yaitu :
1. Madzhab salaf, yaitu para ulama yang memercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah).
2. Madzhab khlaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan
ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang
sesuai dengan keluhuran Allah.

C. Hikmah Ayat - Ayat Mutasyabihat


Di antara hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabih dalam Al-Quran dan
ketidakmampuan akal untuk mengetahuinya adlah berikut ini;
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
2. Teguran bag orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih.
3. Memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman
indrawi yang biasa disaksikannya.

BAB VIII
MUNASABAH DALAM AL-QUR'AN

15
A. Pengertian Munasabah
Secara etimologi, kata munasabah berarti musyakalah (keserupaan) dan al-
muqabarah (kedekatan). Sedangkan secara terminologi, munasabah dapat
didefinisikan sebagai betikut:
1. Menurut Az- Zarkasyi : Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami.
Tatkala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.
2. Menurut Manna’ Al-Qaththan : Munasabah adalah sisi keterikatan antara
beberapa ungkapan didalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar
surat (di dalam Al-Quran).
3. Menurut Ibn Al-‘Arabi : Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-Qurana
sehingga seolah-olah satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makana dan
keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.
4. Menurut Al-Biqa’i : munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui
alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Quran, baik ayat dengan
ayat, atau surat dengan surat.

B. Macam- Macam Munasabah


Dalam Al-Quran sekurang-kurangnya terdapat tujuh macam munasabah, yaitu :
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya.
2. Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya.
3. Munasabah antar bagian suatu surat.
4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan.
5. Munasabah antar suatu kelompok ayat dan kelompok ayat
dismpingnya.
6. Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat.
7. Munasabah antar awal sura dengan akhir surat yang sama.
16
8. Munasabah antar penutup surat dengan awal surat berikutnya.

C. Urgensi Munasabah Dalam pengertian Al-Qur'an


1.      Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa
tema-tema Al-Quran kehilangan relevansi antar suatu bagian dengan bagian lainnya.
2.      Mengetahui persmbungan atau hubungan antar bagian Al-Quran.
3.      Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa Al-Quran dan konteks
kalimat-kalimatnya.
4.      Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran setelah diketahui
hubungan suatu kaliamat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.

BAB IX
MUKJIZAT AL-QUR'AN

A. Pengertian Mukjizat Al-Qur'an


Kata mukjizat di ambil dari kata kerja a’jaza-i ‘jaz yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu. Mukjizat berdasarkan definisi pakar agama islam adalah
“suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku
nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani
tantangan itu.”
Menurut Manna’ Al-Qathtahn didefinisikan sebagai suatu kejadian yang keluar dari
kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi.

B. Mukjizat Al-Qur'an Dari Aspek Bahasa

17
Al-Quran turun di tengah-tengah masyarakat yang kaya akan sastra, Banyak sekali
yang menguasai sastra di sana, namun seketika al-Quran diturunkan, seakan
semuanya bungkam, Mereka sangat takjub dengan turunnya al-Quran, Bahkan,
hanya dengan mendengarnya pun mereka mengetahui bahwa al-Quran sangat sulit
dikarang oleh manusia.

C. Mukjizat Al-Qur'an Dari Aspek Ilmu Pengetahuan


Banyak orang yang keliru memahami tentang keilmiahan al-Quran Mereka mengira
bahwa di dalam al-Quran selalu ada teori-teori ilmiah Padahal, ilmu pengetahuan
akan selalu berubah dan berkembang untuk kemajuan, Dan jika dipaksakan, maka
al-Quran akan dianggap dapat diubah untuk dicari relevansinya dengan teori ilmiah
yang berubah.
Kemukjizatan ilmiah dalam al-Quran bukan terletak dalam teorinya yang selalu
berubah, Akan tetapi, kemukjizatannya terletak pada dorongannya untuk senantiasa
berfikir dan menggunakan akal kita, Al-Quran mendorong kita untuk memikirkan
tentang alam sekitar, dari mulai hal yang terkecil sampai yang terbesar.

BAB X
TAFSIR AL-QUR'AN

Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa berarti Al-Idhah (menjelaskan), Al-Bayan (menerangkan),
Al-Kasyf (mengungkapkan), Al-Izhar (menampakkan) dan Al-Ibanah (menjelaskan).
Sedangkan secara istilah ada beberapa pendapat:

18
· Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashil : Tafsir adalah menjelaskan Al-Quran,
menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya
atau dengan isyaratnya atau tujuannya.
· Menurut Syekh Al-Jazairi dalam Shahib At-Taujih : Tafsir pada hakikatnya
adalah menjelaskan lafazh yang sukar dipahami oleh pendengar dengan
mengemukakan lafazh sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan
jalan mengemukakan salah satu dilah lafazh tersebut.
· Menurut Abu Hayyan : Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-
lafazh Al-Quran serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan
hukum, dan makna-makna yang terkandung didalamnya.
· Menurut Az-Zarkasyi : Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami
dan menjelaskan makna-maknakitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan
hikmahnya.
Berdasarkan rumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peda dasarnya tafsir
adalah suatu hasli usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk
menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat di dalam Al-Quran.

19

Anda mungkin juga menyukai