FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) Kediri
2021
1
ISI BUKU
Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA., seorang pengajar dan ulama
Indonesia dari Muhammadiyah. Pada tahun 2006 diangkat sebagai staf pengajar pascasarjana di
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Buku ini terbagi dalam 17 bab, pada tiap bab terbagi lagi ke dalam sub bab yang menjelaskan
bab yang dibahas, misalnya pada bab pertama berjudul Pendahuluan, bab ini terbagi ke dalam
empat sub bab yaitu pengertian Ulumul Quran, ruang lingkup Ulumul Quran, pembukuan dan
pembakuan Ulumul Quran, dan kemungkinan pengembangan Ulumul Quran. Pada bab
berikutnya berjudul Al-Quran dan Wahyu, dilanjutkan dengan bab Nuzulul Quran, Makiyyah-
Madaniyyah, Yang Pertama dan diturunkan Terakhir, Pengumpulan Al-Quran, Ayat-Ayat dan
Surat-Surat Al-Quran, Asbabun Nuzul, Nuzul Quran dalam Tujuh Huruf, Qira’at Al-Quran,
Nasikh-Mansukh, Muhkam dan Mutasyabih, Munasabah dalam Al-Quran, Kisah-Kisah dalam
Al-Quran, Mu’jizat Al-Quran, sampai dengan bab terakhir yang berjudul Tafsir Al-Quran.
Buku ini sangat baik digunakan oleh kalangan mahasiswa maupun umum sebagai salah satu
rujukan dasar-dasar keilmuan Al-Quran.
pengarang menyajikan secara deskriptif mengenai ilmu tafsir, ta’wil, dan terjemah. Penjelasan
yang disajikan oleh pengarang cukup jelas dan terperinci sehingga pembaca dapat mengetahui
secara mendalam tentang tafsir, ta’wil, dan terjemah yang seringkali dianggap sama oleh
sebagian orang. Selain itu terdapat pula sumber-sumber dalam menafsirkan suatu ayat yang
meliputi tafsir ayat dengan ayat, ayat dengan hadits, al-Qur’an dengan perkataan sahabat, ra’yu,
dan isyari.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-
mansukh, muhkam-mutasyabih, sampai pembahasan-pembahasan lain.
A. Pengertian Al-Qur'an
Menurut Manna’ Al-Qaththan : Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan membacanya memperoleh pahala.
· Menurut Al-Jurjani : Yang Diturunkan kepada Rasulullah SAW, yang ditulis
di dalam mushaf dan yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.
· Menurut Abu Syahbah : Kitab Allah yang diturunkan-baik lafazh maupun
maknanya- kepada nabi terakhir, yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni penuh
kepastian dan keyakinan, yang di tulis pada mushaf mulai dari surat Al-Fatihah
sampai An-Nas.
· Menurut Kalangan Pakar Ushul Fiqih, Fiqih, dan Bahasa Arab : Kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, yang lafazh nya mengandung
mukjizat, membacanya bernilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang
ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Farihah sampai surat An-Nas.
B. Cara Turunnya Wahyu Kepada Para Nabi
Al- Quran Di Wahyukan Kepada Nabi Secara Berangsur- Angsur
6
Al-Quran diturunkan dalam tempo waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai
malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’
tahun 63 dari kelahiran nabi.
Hikmah diwahyukan Al- Quran secara berangsur- angsur:
1. Memantapkan hati Nabi.
2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Quran.
3. Memudahkan untuk dihafal dan dipahami.
4. Mengikuti setiap kejadian.
5. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Quran turun dari allah yang
Maha Bijaksan
BAB III
NUZUL AL-QUR'AN
7
3. Menurut Shubhi Shalih : Asbab An-Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab
turunnya satu atau beberapa ayat Al-Quran terkadang menyiratkan peristiwa
itusebagai respons atasnya, atau penjelasan terhadap hukum-hukum disaat peristiwa
itu terjadi.
4. Manna’ Al-Qthathan : Asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya Al-Quran berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi,
baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
BAB IV
MAKKIYAH DAN MADANIYAH
8
1. Dari Perspektif Masa Turun : Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Meka. Madaniyyah ialah
ayat-ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di
Madinah.
2. Dari Perspektif Tempat Turun : Makkiyyah adalah ayat-ayat yang turun di
Mekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyyah. Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’, dan Sul’a.
3. Dari Perspektif Objek Pembicaraan : Makkiyah adalah ayat-ayat yang
menjadi kitab bagi orang-orang Mekah. Madaniyyah adalah ayat-ayat yang
menjadi kitab bagi orang-orang Madinah
BAB V
QIRAAT AL-QUR'AN
A. Pengertian Qiraat
Secara etimologi, qira’at berarti membaca. Sedangkan secara terminologi, ulama
berpendapat:
10
1. Menurut Az-Zarqani : Suatu madzhab yang dianut seorang imam qira’at
yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Al-Quran serta sepakat riwayat-
riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf atau
dalam pengucapan bentuk-bentunya.
2. Menurut Ibn Al- Jazari : Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan
kata-kata Al-Quran dan perbedaan-perbedaanya dengan cara menisbatkan kepada
penukilnya.
3. Menurut Al-Qasthalani : Suatu imu yang mempelajari hal-hal yang
disepakati atau diperselishkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf,
i’rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh periwayatnya.
4. Menurut Az-Zarkasyi : Qira’at adalah perbedaan (cara mengucapkan) lafazh-
lafazh Al-Quran, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf
tersebut, seperti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang
lainnya.
5. Menurut Ash-Shabuni : Qira’at adalah suatu madzhab cara pelafalan Al-
Quran yang dianut salah seorang imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung
kepada Rasulullah SAW.
B. Sejarah Qiraat
1. Latar Belakang Historis
Qira’at sebenarnya telah muncul semenjak Nabi masih ada walaupun tentu saja pada
saat itu qira’at bukan merupakan sebuah disiplin ilmu. Menurut catatan sejarah,
timbulnya penyebaran qira’at dibulai pada masa tabii, yaitu pada awal II H. Di
antara ulama-ulama yang berjasa meneliti dan membersihkan qira’at dari berbagai
penyimpangan adalah:
11
· Abu ‘Amr ‘Utsman bin Sa’id bin ‘Utsman bin Sa’id Ad-Dani (w.444 H), dari
Daniyyah, Andalusia, Spanyol, dalam karyanya yang berjudul At-Taisir.
· Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Imarah bin Abu Al-‘Abbas Al-Mahdawi (w. 430
H), dalam karyanya yang berjudul Kitab Al-Hidayah.
· Abu Al-Hasan Tharih bin Abi Thayyib bin Abi Ghalabun Al-Halabi (w. 399
H), seorang pendatang di Mesir, dalam karyanya yang berjudul At-Tadzkirah.
· Abu Muhammad Makki bin Abi Thalib Al-Qairawani (w. 437 H), di Cordova,
dalam karyanya yang berjudul At-Tabshirah.
· Abu Al-Qasim ‘Abdurrahman bin Isma’il, terkenal dengan sebutan Abu
Syamah, dalam karyanyan yang berjudul Al-Mursyid Al-Wajiz.
2. Latar Belakang Cara Penyampaian (Kaifiyat Al-Ada’)
Perbedaan Qira’at itu bermula dari seorang guru yang membacakan qira’at itu
kepada muridnya. Kemudian para ulama merangkum bentuk perbedaan cara
membaca Al-Quran itu sebagai berikut:
1. Perbedaan pada I’rab atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk
kalimat.
2. Perbedaan pada I;rab dan harakat (baris) kalimat sehingga merubah
maknanya.
3. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa perubahan I’rab dan bentuk tulisannya,
sementara maknanya berubah.
4. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi
maknanya tidak berubah.
5. Perbedaan pada kalimat dimana bentuk dan maknanya berubah pula.
6. Perbedaan dengan mendahulukan dan mengakhirkannya.
7. Perbedaan dengan menambah dan mengurangi huruf.
C. Macam-Macam Qiraat
12
1. Dari Segi Kuantitas
· Qira’at Sab’ah (Qira’at Tujuh)
· Qira’at ‘Asyarah (Qira’at Sepuluh)
· Qira’at Arba’at Asyarah (Qira’at Empat Belas)
2. Dari Segi Kualitas
· Qira’at Mutawatir.
· Qira’at Masyhur.
· Qira’at Ahad.
· Qira’at Syadz (Menyimpang)
· Qira’at Maudhu’ (Palsu), seperti Qira’at Al-Khazzani.
· Qira’at yang menyerupai hadis mudraj (sisipan).
BAB VI
NÂSIKH MANSÛKH
13
1. Adat Naskh.
2. Nasikh.
3. Mansukh.
4. Mansukh’anh.
Adapun syarat-syarat naskh adalah :
1. Yang dibatalkan adalah hukum syara.
2. Pembatalan itu datangnya daari tuntutan syara.
3. Pembatalan hukum tidak disebabkan oleh berakhirnya waktu
pembatalan hukum.
4. Tuntutan yang mengandung naskh harus datang kemudian.
BAB VII
MUHKAM DAN MUTASYABIH
14
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Yang
termasuk kategori muhkam adalah nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang
dimaksud dengan terang dan tegas, dan untuk makna itu disebutka) dan zhahir
(makna lahir). Adapun Mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
Yang termasuk kategori mutasyabih adalah mujmal (global), mu’awwal (harus
ditakwil), musykil dan mubham (ambigius).
BAB VIII
MUNASABAH DALAM AL-QUR'AN
15
A. Pengertian Munasabah
Secara etimologi, kata munasabah berarti musyakalah (keserupaan) dan al-
muqabarah (kedekatan). Sedangkan secara terminologi, munasabah dapat
didefinisikan sebagai betikut:
1. Menurut Az- Zarkasyi : Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami.
Tatkala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.
2. Menurut Manna’ Al-Qaththan : Munasabah adalah sisi keterikatan antara
beberapa ungkapan didalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar
surat (di dalam Al-Quran).
3. Menurut Ibn Al-‘Arabi : Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-Qurana
sehingga seolah-olah satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makana dan
keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.
4. Menurut Al-Biqa’i : munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui
alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Quran, baik ayat dengan
ayat, atau surat dengan surat.
BAB IX
MUKJIZAT AL-QUR'AN
17
Al-Quran turun di tengah-tengah masyarakat yang kaya akan sastra, Banyak sekali
yang menguasai sastra di sana, namun seketika al-Quran diturunkan, seakan
semuanya bungkam, Mereka sangat takjub dengan turunnya al-Quran, Bahkan,
hanya dengan mendengarnya pun mereka mengetahui bahwa al-Quran sangat sulit
dikarang oleh manusia.
BAB X
TAFSIR AL-QUR'AN
Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa berarti Al-Idhah (menjelaskan), Al-Bayan (menerangkan),
Al-Kasyf (mengungkapkan), Al-Izhar (menampakkan) dan Al-Ibanah (menjelaskan).
Sedangkan secara istilah ada beberapa pendapat:
18
· Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashil : Tafsir adalah menjelaskan Al-Quran,
menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya
atau dengan isyaratnya atau tujuannya.
· Menurut Syekh Al-Jazairi dalam Shahib At-Taujih : Tafsir pada hakikatnya
adalah menjelaskan lafazh yang sukar dipahami oleh pendengar dengan
mengemukakan lafazh sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan
jalan mengemukakan salah satu dilah lafazh tersebut.
· Menurut Abu Hayyan : Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-
lafazh Al-Quran serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan
hukum, dan makna-makna yang terkandung didalamnya.
· Menurut Az-Zarkasyi : Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami
dan menjelaskan makna-maknakitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan
hikmahnya.
Berdasarkan rumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peda dasarnya tafsir
adalah suatu hasli usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk
menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat di dalam Al-Quran.
19