Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di zaman era modernisasi merupakan tantangan hidup pada saat


ini. Apalagi berhubungan dengan intelektual speaking language.
Kita dituntut untuk paham dalam segala bahasa. Maka
disusunlah makalah sederhana untuk memenuhi perkembangan
zaman dan begitu pula salah satu tugas makalah bahasa Arab.

2. Tujuan pembuatan makalah

– Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab


– Agar lebih memahami tata bahasa Arab dengan baik dan benar
– Agar tidak salah pemahaman dalam menulis dan berbicara
bahasa Arab

BAB II
AN – NA’TU (‫) اَلنَّ ْعت‬
SIFAT

A. Definisi Na’at
َ ‫الص َفةَ َوي‬
‫س َّم اَلنَّ ْعت‬ ِّ ‫سم بَ ْع َد ي ْذكَر ه َو أ ْيضا‬ َ ‫أَحْ َواله بَ ْع‬.
ْ ‫ض ليبَيِّ َن ا‬

ANNA’TU dinamakan sifat, di dalam tata bahasa arab, ia harus


bertempat di belakang, system penempatannya hamper sama saja
dengan tata bahasa Indonesia. Setiap akhiran kata nama yang
menempati tempat sifat, baris harus disamakan dengan baris
akhiran kata nama sebelumnya, karena ia menerangkan sebagian
dari kelakuannya seperti :
‫ “ ا َ ْلمجْ تَهد الت ِّ ْلم ْيذ نَ َج َح‬murid yang bersungguh sungguh telah lulus”
Dengan demikian jelas bahwa :
Yang disebut na’at, sebagaimana contoh di atas adalah ; sifat
yang mengikuti isi sebelumnya, dari segala keadaan barisnya,
baik isim sebelumnya berbaris depan, atas, dan bawah, maka ia
pun mengikuti baris isim yang di belakangnya, begitu pula jika
isim sebelumnya terdiri isim mufrad (tunggal), maka iapun harus
demikian halnya, arti tidak boleh berlawan sama sekali, dan jika
boleh berlawan, ia tidak dinamakan na’at, artinya ia harus
keluar dari golongannya.
Contoh :
َّ ‫ “ ا َ ْلمجْ تَهد‬laki – laki yang bersungguh- sungguh telah
‫الرجل َجا َء‬
datang”
Perhatikan ! contoh tersebut pada ‫ اَ ْلمجْ تَهد‬kemudian yang terletak
di belakangnya dinamakan dengan man’ut, tata tertib hukumnya
dalam kalimatnya harus berdasarkan pada isim sebelumnya
misalnya : jika na’at atau sifat, terdiri dari kata muzakar ( kata,
tunggal untk laki – laki) maka mausufnya juga harus demikian
sama.

B. Syarat – syarat Na’at


Adapun syarat – syarat Na’at ada dua bagian :
1. Na’at
‫األحْ َوال َجم ْيع فى قَ ْبلَه لَ َما تابعا االَّ الَيَك ْو َن ا َ ْن‬
Yaitu isim tidak lain yang hanya mengikuti sebelumnya dalam
semua keadaan
Contoh :

َّ ‫ “ ا َ ْلمجْ تَهد‬laki – laki yang bersungguh- sungguh


‫الرجل َجا َء َز ْيد َجا َء‬
telah datang”
Lafazh ‫ اَ ْلمجْ تَهد‬merupakan na’at mudzakar (laki –laki ) yang
mengikuti isim sebelumnya
Na’at mengikuti man’ut dalam beberapa hal:
1.Dalam hal I’rob
Yaitu I’rob Rofa’ irob Nasob dan irob Jar
2.Dalam Mufrod, Tasniah dan Jama’.
3.Didalam muzdakar dan muannas.
4.Didalam ma’rifat dan nakiroh.

2. Man’ut
‫سما يَك ْو َن ا َ ْن‬
ْ ‫اَبَدا ظاهرا ا‬
Yaitu isim yang selamanya menggunakan isim dhohir
Contoh:
َّ ‫ “ ا َ ْلمجْ تَهد‬laki – laki yang bersungguh- sungguh
‫الرجل َجا َء َز ْيد َجا َء‬
telah datang”
Lafazh ‫الرجل‬
َّ merupakan isim dhohir dan kedudukan sebagai
man’ut ( yang diikuti )

C. Pembagian Na’at
Na’at terbagi dua yaitu :
1. Na’at Haqiqi ( ‫) َحقيقى نَ ْعت‬
Na’at Haqiqi yaitu isim yang mengikuti mausufnya dan I’robnya
dan menyempurnakan mausufnya karena sudah dijelaskan
mausufnya dengan dhomir yang disimpan pada sifat contoh :
‫ = كر ْيم ب َرجل َم َر ْرت‬saya berjalan dengan laki – laki yang mulia

2. Na’at Sababi ‫سبَبى نَ ْعت‬


َ ))
Na’at Sababi yaitu isim yang mengikuti mausufnya dan I’robnya
dan menyempurnakan mausufnya karena sudah dijelaskan
mausufnya dengan dhomir yang mengikat pada Fa’il dhohir
yaitu sifat yang mana dhomirnya kembali kepada mausufnya.
contoh :
‫ = اَبوه كر ْيم ب َرجل َم َر ْرت‬saya berjalan dengan laki – laki yang mulia
yaitu bapaknya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

ANNA’TU dinamakan sifat, di dalam tata bahasa arab, ia harus


bertempat di belakang, system penempatannya hamper sama saja
dengan tata bahasa Indonesia. Setiap akhiran kata nama yang
menempati tempat sifat, baris harus disamakan dengan baris
akhiran kata nama sebelumnya, karena ia menerangkan sebagian
dari kelakuannya seperti :

‫ “ ا َ ْلمجْ تَهد الت ِّ ْلم ْيذ نَ َج َح‬murid yang bersungguh sungguh telah lulus”
Pembagian Na’at
Na’at terbagi dua yaitu :
1. Na’at Haqiqi ( ‫) َحقيقى نَ ْعت‬
2. Na’at Sababi ‫س َببى نَ ْعت‬
َ ))

B. SARAN
– Memahami arti yang lebih clear agar tidak salah paham dalam
penterjemahan.
– Agar pembaca lebih berhati – hati dalam melakukan
percakapan maupun penulisan bahasa arab.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberi karunia yang berupa nikmat
kesempatan, dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FI’IL
FA’IL MAF’UL BIH”. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Arab 2,selain itu dapat memberikan pengetahuan dasar tentang
fiil fail dan maful bih dalam Bahasa Arab.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen kami,Bapak
H.Alimudin,Lc,M.Pd.I dan rekan-rekan yang telah mendukung saya sehingga makalah ini
dapat selesai dan tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada pembaca.
Apabila ada kritik dan saran yang membangun,saya terima demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pedoman dan tuntunan bagi generasi
muda dalam mempelajari Bahasa Arab, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat,hidayah serta inayah-Nya kepada kita semua, dan teriring doa semoga sukses untuk
kita semua. Aamiin.
Cirebon, Juli 2019

Penulis
i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. .... 1
C. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengeritan Fi’il...............................................................................……… 2
B. Macam-macam Fi’il ……….................................................................... 2
C. Pengertian Fa’il ……….................................................................... 4
B. Pengertian Maf’ul Bih ………................................................................. 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................... ........... 7
B. Saran………………………………………………………………….…… 7
Daftar Pustaka........................................................................................... 8
ii

BAB I
PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa Arab adalah bahasa paling mulia yang masih digunakan sampai saat ini.
Bahasa yang digunakan oleh para Nabi dan kelak akan digunakan oleh penghuni Surga.
Belajar bahasa arab sangatlah penting, terutama bagi seorang muslim karena Kitab Suci Al
Qur'an dan Hadist Nabi yang menjadi rujukan bagi setiap muslim dalam menjalankan ibadah
bahkan kehidupan sehari-hari-menggunakan bahasa arab. Inilah alasan utama untuk
pertanyaan Mengapa bahasa ini tetap hidup lebih dari ratusan tahun sementara bahasa yang
lain tidak? adalah bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur'an, inilah yang menjaga bahasa
Arab menjadi bahasa utama hingga lebih dari 1400 tahun peradaban Islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Fi’il,Fa’il,Maf’ul Bih


2. Apa saja ciri Fi’il,Fa’il dan Maf’ul Bih
C. TUJUAN
1. memenuhi tugas bahasa arab
1. Menambah wawasan mengenai dasar-dasar bahasa arab.
2. Menambah wawasan mengenai Fiil,Fa’il,Maf’ul Bih

BAB II
PEMBAHASAN

A. FI’IL

Fi'il adalah salah satu dari tiga kalimat yang terdapat dalam bahasa arab yang
berfungsi untuk menunjukkan kata kerja. Dalam mempelajari Bahasa Arab, kita
harus mengetahui pembagian fi'il.

Fi'il itu ada tiga macam:


1. Fi'il Madhi
2. Fi'il Mudhari'
3. Fi'il Amr

1. Fi’il Madhi

a. Pengertian Fi’il Madhi


Fi’il Madhi ialah lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan
selesai. Alamatnya ialah sering dimasuki ta tanits yang di-sukun-kan

b. ciri-ciri Fi’il Madhi


ciri-ciri dari Fi’il madhi ialah huruf akhir selamanya di-fathah-kan
c. contoh-contoh Fi’il Madhi

‫ ﻝﺟﺮﻠﺍ ﻒﻘﻮ‬laki-laki itu berhenti

‫ ﺐﺎﺗﮑﻟﺍﻉﺎﻀ‬buku itu hilang

‫ ﺔﻋﺎﺴﻟﺍﺕﻗﺪ‬jam berbunyi

‫ ﺖﻧﺒﻠﺍﺖ ﺀﺎﺠ‬anak perempuan itu dating

‫ ﺐﻼﮑﻠﺍﻰﺮﺠ‬anjing itu berlari

2. Fi’il Mudhari

a. Pengertian Fi’il Mudhari


Fi’il Mudhari’ ialah lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang
berlangsung dan yang akan datang, Alamatnya ialah sering dimasuki sin, saufa, lam,
dan lan.

b. Ciri-ciri Fi’il Mudhari


ciri-ciri dari Fi’il Mudhari yaitu fi’il yang diawali dengan salah satu huruf zaidah yaitu
hamzah, nun, ya, ta dan selamanya di-rafa’-kan kecuali dimasuki amil yang me-nashab-
kan atau yang men-jazm-kan maka harus disesuaikan dengan amilnya

c. Contoh-contoh Fi’il Mudharik

‫ ﺉﺩﻴ ﻞﺳﻏﺍ‬saya mencuci tangan

‫ ﺍ ﻲﺒﺎﻳﺜ ﺲﺑﻠ‬saya memakai pakaian

‫ ﺓﺭﻜﻠﺍﺎﺒ ﺐﻌﻟﻨ‬kami bermain bola

‫ ﻝﻭﻗﺣﻠﺍﻰﻔ ﻰﺷﻣﻨ‬kami berjalan di lading

‫ ﺐﻟﮑﻟﺍ ﺢﺒﻨﻴ‬anjing sedang menggonggong

3. Fi’il Amar
a. Pengertian Fi’il Amar
Fi’il Amar ialah lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang akan dilakukan
pada masa yang akan datang, Alamatnya ialah sering diberi ya mu’annats mukhathabah
dan menunjukkan makna thalab (tuntutan).

b. Ciri-ciri Fi’il Amar


ciri-ciri dari Fi’il Amar ialah selamanya di-jazm-kan (huruf akhirnya)

c. contoh-contoh Fi’il Amar

‫ ﺓﺮﮐﻟﺍﺎﺒ ﺐﻌﻠﺍ‬bermainlah dengan bola itu

‫ ﻚﺒﺎﻳﺛ ﻒﻆﻨ‬bersihkan pakaianmu

‫ ﺭﻳﺴﻠﺍﻰﻔ ﻞﻬﻣﺗ‬santai saja jalannya


3

‫ ﻚﻃﻗ ﻢﻌﻄ ﺍ‬makanlah

B. FA’IL

Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang
yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.
Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak
setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang
melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat
di atas.
Contoh :

‫( ﻗَﺎ َﻝ ﻧُ ْﻭح‬qoola nuuhun) =Nabi nuh berkata

Kata ‫ ﻧُ ْﻭح‬marfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il
ma’lum.
Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakni
1. Bisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir)
Contoh :

‫( َﺩ َخ َﻝ ﺍ ْﻟ َﺟﻧَّﺔَ َﺭ ُﺟﻝ فِﻲ ذُ َﺑﺎب‬dakholal jannata rojulun fii dzubaabin)


Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat
Kata ‫ﺟﻝ‬
ُ ‫ َﺭ‬isim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang merupakan isim mufrod,
sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.
2. Bisa berupa dhomir
Contoh :

َ‫( َﻭللاُ َخﻠَﻘَ ُك ْم َﻭ َﻣﺎ ﺗ َ ْﻌ َﻣﻠُ ْﻭن‬wallahu kholaqokum wa maa ta’maluun)


Dan Allah, dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.

Dari kalimat di atas, lafadz jalalah ُ‫ للا‬bukanlah merupakan fa’il, karena terletak
sebelum fi’il ma’lum, namun pada kata َ‫ َخﻠَق‬terdapat fa’il yang berupa dhomir ‫ هو‬yang
merupakan kata ganti dari lafadz jalalah ُ‫( الل‬cek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga
dhomir ‫ هو‬adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas fathah sebagai fa’il.

C. Maf’ul Bih

Maf’ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan sesuatu yang dikenai pekerjaan.
Pengertian mudahnya adalah objek yang dikenai pekerjaan.
Contoh: ‫ﺳ ْﻭﻟُهُ أ َ ْﻣ ًﺭﺍ‬ َ ‫َذﺍ‬
ُ ‫ق ضَﻰ للاُ َﻭ َﺭ‬
Apabila Allah dan rosulnya telah menetapkan suatu perkara"

kata ‫ أ َ ْم ًرا‬isim manshub dengan fathah karena merupakan isim mufrod, sebagai maf’ul
bih

Kita bisa tahu kata‫ أ َ ْم ًرا‬merupakan maf’ul bih dengan melihat harokat akhirnya dan dari
artinya, kata tersebut merupakan objek kalimat.

 Jenis-jenis Maf’ul bih

Maf’ul bih ada yang mabni dan ada yang mu’rob.


Untuk Maf'ul bih yang mu’rob sebagaimana yang telah kami contohkan di atas,
sedangkan yang mabni dapat dilihat dari contoh berikut:

‫َجزَ اهه للاه‬


"Semoga Allah membalasnya"

Dhomir ‫ هه‬merupakan isim mabni dengan fathah, sebagai maf’ul bih

‫َوفَّقَ هك هم للاه‬
"Semoga Allah memberi taufik kepada kalian"

Dhomir ‫ كم‬merupakan maf’ul bih


 Posisi maf’ul bih dalam kalimat

Posisi maf’ul bih bermacam-macam, berbeda dengan bahasa Indonesia yang


objeknya berada setelah subjek predikat, dalam bahasa arab, objek posisinya
dapat berada pada keadaan berikut:

1. Di depan
Contoh:
‫ِإﻳَّﺎكَ ﻧَ ْﻌﺑُ ُﺩ‬
"Hanya kepadamu kami menyembah"
Kata َ‫ ِإيَّاك‬merupakan maf’ul bih.
Dalam kaidah bahasa arab, mendahulukan objek dari predikat menunjukkan
pembatasan dan dapat diselipkan kata “hanya”. Sehingga makna ayat tersebut
adalah “hanya kepada Allah-lah kita beribadah dan tidak boleh tertuju kepada
selainnya”.
5
2. Antara fi’il dan fa’il
Contoh:
ُ‫َﺭ ِﺣ َﻣكَ للا‬
"Semoga Allah menyayangimu"

Kata ‫ ك‬adalah maf’ul bih.

3. Di belakang
Contoh:
‫ﺳ َّﻬ َﻝ للاُ ﻟَهُ َط ِﺭ ْﻳﻘًﺎ إِﻟَﻰ ﺍﻟ َﺟﻧَّ ِﺔ‬
َ
"Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga"

Kata ‫ط ِر ْيقًا‬
َ merupakan maf’ul bih
6

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Fi'il adalah salah satu dari tiga kalimat yang terdapat dalam bahasa
arab yang berfungsi untuk menunjukkan kata kerja. Dalam
mempelajari Bahasa Arab, kita harus mengetahui pembagian fi'il.
Fi'il itu ada tiga macam:
1. Fi'il Madhi
2. Fi'il Mudhari'
3. Fi'il Amr
 Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan
menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa
Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.
 Maf’ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan sesuatu yang
dikenai pekerjaan. Pengertian mudahnya adalah objek yang dikenai
pekerjaan.

B. Saran

Melihat dari pentingnya peran bahasa arab bagi kehidupan manusia khususnya umat
muslim, maka diharapkan bagi para pembaca agar lebih mengkaji lebih dalam tentang materi
bahasa arab baik dari apa yang dituangkan daripada makalah ini, Karena apa yang dijelaskan
oleh pemakalah hanyalah sebagian kecil dari banyak penjelasan lainnya di sumber sumber
pembelajaran Bahasa arab yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://sepuluh-social.blogspot.com/2013/11/pengertian-fiil-fail-dan-maful-bih.html
(Jumat/26/07/2019)
2. http://masnawi910.blogspot.com/2018/02/pengertian-fi-fa-dan-maf.html (jumat
26/07/2019)
6

Anda mungkin juga menyukai