Kelas/NPM : C/16.4301.282
Mata Kuliah : Hukum Adat
Jenis-jenis Perkawinan
1. Perkawinan mengabdi:
Yaitu perkawinan yang disebabkan karena pihak pria tidak dapat memenuhi syarat-
syarat dari pihak wanita.
Mas perkawinan dilaksanakan dengan pembayaran perkawinan dihutang atau
ditunda. Dengan perkawinan mengabdi maka pihak pria tidak usah melunasi uang
jujur. Pria mengabdi pada kerabat mertuanya sampai utangnya lunas.
2. Perkawinan meneruskan:
Yaitu bentuk perkawinan seorang balu (duda) dengan saudara perempuan almarhum
istrinya. Perkawinan ini tanpa pembayaran yang jujur yang baru, karena istri kedua
dianggap meneruskan fungsi dari istri pertama. Tujuan perkawinan ini supaya
terjalinnya keutuhan keluarga (hubungan kekeluargaan) agar kehidupan anak-anak
yang lahir dari perkawinan yang lalu tetap terpelihara juga untuk menjaga keutuhan
harga kekayaan (harta perkawinan).
3. Perkawinan mengganti:
Yaitu perkawinan antara seorang janda dengan saudara laki-laki almarhum
suaminya.
Bentuk perkawinan ini adalah sebagai akibat adanya anggapan bahwa seorang istri
telah dibeli oleh pihak suami dengan telah membayar uang jujur. Perkawinan
mengganti di adat Batak disebut “paraekhon”, di Palembang dan Bengkulu disebut
dengan “ganti tikar”, dan di Jawa dikenal dengan “medan ranjang”.
1. Semenda rajo-rajo:
Suami dan istri berkedudukan sama.
2. Semenda bebas:
Suami tetap pada kerabat orangtuanya.
3. Semenda nunggu:
Suami dan istri berkediaman di pihak kerabat istri selama menunggu adik ipar (istri)
sampai dapat mandiri.
4. Semenda menetap:
Suami mengikuti tempat kediaman istri (matrilokal)
6. Semenda bertandang:
Suami tidak menetap di tempat si istri melainkan datang sewaktu-waktu, kemudian
pergi lagi seperti burung yang hinggap sementara, maka disebut juga semanda
burung.
7. Semenda beradat:
Bentuk perkawinan semenda dimana pihak pria membayar uang adat kepada
kerabat wanita.