Anda di halaman 1dari 4

Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan bercorak Hindu Buddha - Perkembangan pengaruh

agama hindu budha cukup besar, karena dapat mempengaruhi seluruh sektor kehidupan
masyarakat . Kurang lebih pengaruh hindu budaha di Indonesia selama 1000 tahun atau 10 abad.
Ini semua bisa dilihat dengan munculnya kerajaan-kerajaan bercorak hindu budha dari kerajaan
kutai sampai yang terakhir yaitu majapahit. Penyebab runtuhnya kerajaan bercorak hindubudha
antara lain :

Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan
lebih kuat.

Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi seperti yang terjadi pada zaman
majapahit.

Berlangsungnya perang saudara yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan, seperti


yang terjadi pada kerajaan syailendra dan Majapahit.

Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan
raja-raja bawahanmembangun sebuah kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh
pemerintah pusat.

Kemunduran ekonomi perdagangan. Akibat kelemahan pemerintah pusat, masalah


perekonomian dan perdagangan diambil ailh oleh para pedagang melayu dan Islam.

Tersiarnya agama dan budaya islam yang mudah diterima para adipati di daerah

endapat-pendapat tentang Proses Awal


Penyebaran Islam di Indonesia

Pendapat-pendapat tentang Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia - Proses


Islamisasi yang terjadi di Indonesia beriringan dengan proses perdagangan yang terjadi
antara bangsa Indonesia dengan bangsa asing. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
secara geografis, Indonesia merupakan sebuah wilayah kepulauan yang terbuka bagi
terjadinya interaksi perdagangan. Salah satu dampak dari interaksi tersebut adalah
masuknya Islam ke Indonesia. Hal-hal yang menjadi pertanyaan mengenai proses
islamisasi tersebut ialah dari manakah asalnya bangsa Indonesia menerima Islam, dan
kapan Islam itu datang? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, lahirlah
beberapa pendapat atau teori tentang islamisasi di Indonesia.
Berita-berita dari bangsa asing menunjukkan bahwa para pedagang Islam diperkirakan
pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7 M, yaituketika berkuasanya Kerajaan
Sriwijaya. Pada saat itu, di pusat Kerajaan Sriwijaya telah dijumpai perkampunganperkampungan pedagang Arab. Menurut berita Ibn Hordadzbeth (844-848 M), pedagang
Sulaiman(902 M), Ibn Rosteh(903 M), Abu Yazid(916 M), dan ahli geografi Masudi(955
M), Kerajaan Sriwijaya (Sribu a) berada di bawah kekuasaan Raja Zabag yang kaya dan
menguasai jalur perdagangan dengan Kerajaan Oman. Dari Sribu a, para pedagang Arab
memperoleh kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, kayu hitam, kayu
sapan, dan rempah-rempah (cengkeh, lada, pala dan merica). Pedagang-pedagang Gujarat
dari India yang datang ke Indonesia bukan hanya untuk berdagang, tetapi juga untuk
menyebarkan agama yang mereka anut. Di samping itu, para saudagar yang datang dari
Persia juga ikut menyebarkan agama Islam di Indonesia. Teknologi pelayaran pada masa
itu tidak secanggih sekarang, pelayaran pada masa lalu sangat tergantung pada angin
musim yang membantu kapal mereka bergerak sesuai tujuan. Selama beberapa bulan,
para pedagang dari berbagai bangsa tinggal di Malaka dan mereka harus menunggu angin
musim yang baik untuk kembali ke tanah air mereka. Selama masa tunggu itu, mereka
bergaul dengan penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh para pedagang dari
Arab, Gujarat, dan Persia untuk menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam di
Indonesia terjadi secara berangsur-angsur selama beberapa abad lamanya. Waktu
masuknya agama Islam ke Indonesia di tiap-tiap daerah tidak sama. Namun demikian,
masuknya agama Islam pertama kali adalah di Pulau Sumatra, ketika Kerajaan Sriwijaya
berkuasa.
Jalur utama penyebaran Islam di Indonesia adalah melalui perdagangan. Jalur lainnya
adalah melalui perkawinan, pendidikan, jalur dakwah, dan jalur kesenian. Jalur
perkawinan dilakukan oleh para pedagang Islam yang biasanya tinggal di kota-kota
pantai dan membentuk perkampungan-perkampungan untuk menunggu angin musim.
Pada saat inilah, para pedagang tersebut menikahi para wanita pribumi. Para wanita
tersebut kemudian memeluk agama Islam. Ada beberapa pendapat atau teori tentang
proses Islamisasi di Indonesia. MenurutRicklefs, ada kemungkinan berlangsungnya
melalui dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam dan
kemudian menganutnya.
Kedua, orang-orang asing (Arab, India, Persia, dan lain-lain) yang telah memeluk agama
Islam bertempat tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan

campuran, dan mengikuti gaya hidup lokal, sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa
atau Melayu atau anggota suku lainnya. Kedua proses ini mungkin telah sering terjadi
bersamaan.
Pendapat-pendapat mengenai proses Islamisasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam
beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Awal kedatangan Islam di Indonesia


Para sejarawan Indonesia berpendapat bahwa proses Islamisasi di Indonesia sudah
dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Seorang ilmuwan Belanda
yang bernama Mouquettemenyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke13-14 Masehi. Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu nisan yang ditemukan
di Pasai. Batu nisan itu berangka tahun 17 Djulhijah 831 atau 21 September 1428 M dan
identik dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822 H atau
1419 M) di Gresik, Jawa Timur. Morissonmendukung pendapat Moguetta yang
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan batu nisan
Malik al-Saleh,seorang raja Samudera Pasai yang berangka tahun 698 H atau 1297 M.
Petunjuk pertama mengenai orang-orang Indonesia yang beragama Islam datang dari
tulisan Marcopolo yang singgah di Sumatra dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada
tahun 1292, dia berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
2. Tempat asal para pembawa Islam di Indonesia
Ada beberapa pendapat mengenai tempat asal para pembawa Islam ke Indonesia.Snouck
Hurgronjeberpendapat bahwa para penyebar Islam di Gujarat pada abad ke-13 telah lebih
awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia daripada dengan orang Arab.
Pendapat ini diperkuat oleh Mouquette yang melihat kesamaan batu nisan Malik alSalehdengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. Selain itu, di kedua tempat ini
sama-sama menganut ma hab Syafi i. Berdasarkan ma hab yang banyak dianut oleh orang
Islam di Indonesia, Pijnappelberpendapat bahwa para pembawa Islam di Indonesia
berasal dari Gujarat dan Malabar, dengan alasan bahwa orang Arab yang berma hab Syafi
i bermigrasi dan menetap ke suatu daerah yaitu Gujarat. Kemudian dari daerah inilah
Islam masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pendapat Mouquette dibantah oleh
Fattiniyang berpendapat bahwa gaya batu nisan Malik al-Saleh memiliki corak yang
berbeda dengan batu nisan di Gujarat. Batu nisan Malik al-Saleh lebih mirip dengan batu
nisan yang ada di Bengala. Dengan demikian, Fattini menyimpulkan bahwa tempat asal
para penyebar Islam di Indonesia adalah dari Bengala yang kini lebih dikenal dengan
sebutan Bangladesh. Sementara itu Morrisondan Arnold mengatakan bahwa Islam di
Indonesia dibawa oleh orang-orang Coromandel dan Malabar.

Pendapat lain mengatakan bahwa Islam berasal langsung dari Mekkah, Arab,
sebagaimana dikemukakan oleh Crawford. Pendapat Crawford didukung oleh sejarawan
Indonesia, seperti Hamkayang berpendapat bahwa Islam yang masuk ke Indonesia itu
langsung dari Arab. Tetapi Husein Djajadiningrat lebih berpendapat bahwa Islam di
Indonesia berasal dari Parsi atau Persia. Ia lebih menitikberatkan pada kesamaan
kebudayaan dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia, seperti
tradisi perayaan 10 Muharam dan pengaruh bahasa yang banyak dipakai di Indonesia.
Kata bang, abdas, dan mesigit adalah istilah yang ada dalam bahasa Persia. Juga dalam
mengeja huruf vocal Al-Quran digunakan istilah-istilah Persia, yaitu jabar (a),jeer (i),
dan pe es (u), padahal bahasa Arabnya fathah(a), kasrah(i), dan Dhammah (u). [gs]

Anda mungkin juga menyukai