Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

A. IDENTITAS MAHASISWA
Nama
: Nurul Wahyudin
NIM
: 1262040001
Jurusan
: Pendidikan Sejarah
Fakultas
: Ilmu Sosial
Alamat
: Mario Desa Parangmata Kec. Galesong Kab. Takalar
B. JUDUL SKRIPSI
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
(1995-2014)
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah
perairan yang sangat luas. Wilayah perairan yang sangat luas tersebut menyimpan
bermacam-macam potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
penduduknya. Potensi utama dari wilayah perairan adalah perikanan, baik itu
perikanan tangkap, pemasaran, maupun perikanan budidaya. Potensi sumberdaya
perikanan adalah merupakan suatu kemampuan perairan untuk dimanfaatkan
dalam usaha perikanan, sehingga menghasilkan suatu jumlah tertentu dalam
menghasilkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
Pada dasarnya Indonesia memiliki sumberdaya perikanan laut yang besar
dan beragam. Dari sumber daya perikanan laut banyak menyimpan berbagai jenis
potensi yang dapat dijadikan sebagai hasil perekonomian di Indonesia. Jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2014 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia
mencapai 237.641.326 jiwa (BPS Jumlah Penduduk Indonesia 2014). Hal ini
banyak masyarakat rumah tangga nelayan yang menggantungkan hidupnya pada
sektor perikanan. Masyarakat nelayan merupakan unit sosial utama dalam
kehidupan masyarakat pesisir, sehingga kebudayaan masyarakat nelayan

merupakan pilar terpenting dari kebudayaan masyarakat pesisir. (Kusnadi


2013:65).
Tempat Pelelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam
kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan
meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan (Wiyono, 2005).1 Sebagian
Masyarakat Indonesia bermukim di sekitar wilayah pesisir. Sebagian besar
diantaranya menggantungkan hidup kepada keberadaan sumberdaya alam pesisir
dan lautan.
Munculnya pelabuhan perikanan di berbagai daerah menyebabkan ramainya
aktivitas kenelayanan, baik aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas pemasaran
ikan. Takalar merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki potensi
di bidang perikanan tangkap yang berpotensi sebagai tempat aktivitas
kenelayanan, baik aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas pemasaran ikan di
Indonesia. Kabupaten Takalar memiliki 9 Kecamatan yaitu Kecamatan Galesong,
Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan Galeong Utara, Kecamatan Mangara
Bombang, Kecamatan Pattallassang, Kecamatan Polongbangkeng Selatan,
Polongbangkeng Utara, Kecamatan Mappakasunggu, dan Kecamatan Sanrobone.
Kecamatan Pattallassang merupakan Ibu Kota Kabupaten Takalar.
Keadaan Geografi wilayah Kabupaten Takalar terdiri dari pantai, daratan
dan perbukitan. Sebagian dari wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah
pesisir pantai, yaitu sepanjang 74 km meliputi Kecamatan Mangarabombang,
Kecamatan Mappakasunggu, Kecamatan Sandro Bone, Kecamatan Galesong
1Wibisono Wiyono, 2005. Peran dan Strategi Koperasi Perikanan dalam Menghadapi
Tantangan Pengembangan TPI dan PPI Di Indonesia. Bogor.

Selatan, Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Utara. Kabupaten Takalar


dilewati oleh 4 buah sungai, yaitu Sungai Jeneberang, Sungai Jenetallasa, Sungai
Pamakkulu dan Sungai Jenemarrung.
Wilayah Kabupaten Takalar pesisir berbatasan langsung dengan laut Flores
di bagian selatan dan Selat Makassar di bagian baratnya sehingga banyak kegiatan
pariwisata dan perikanan yang dilakukan di daerah pesisir pantainya. Wilayah
pesisir di Takalar ini secara umum telah di kembangkan sebagai daerah kegiatan
konservasi wisata dan kegiatan perikanan. Pantai-pantai dikawasan Kabupaten
Takalar yang berbatasan dengan laut lepas ini memiliki potensi di bidang
perikanan yang cukup potensial.
Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, perlu kejelasan dan
kemudahan dalam setiap kegiatannya. Ikan adalah salah satu kebutuhan pokok
yang termasuk pangan, yakni lauk pauk. Demi penyediaan salah satu kebutuhan
pokok tersebut perlu suatu sarana yang jelas, yang dapat membantu semua pihak
dan tidak ada yang dirugikan. Bagi petani tambak dan nelayan, membutuhkan
tempat yang jelas dalam memasarkan hasil produknya dan tentu dengan harga
yang tidak merugikan, demikian juga dengan pedagang, ingin mudah untuk
memperoleh ikan dalam berbagai jenis, langsung menuju tempat pelelangan ikan.
Sedangkan masyarakat sekitar dapat membeli ikan di tempat itu dari para
pedagang.
Faktor-faktor tersebut yang mendorong dibukanya pelelangan ikan di Desa
Tamasaju. Munculnya pelabuhan perikanan di Tamasaju menyebabkan ramainya
aktivitas kenelayanan, baik aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas pemasaran

ikan. Aktivitas pemasaran ikan di Tamasaju sebelum tahun 1990 dilakukan di


pasar-pasar tradisional yang berdara dalam lingkunagn Kecamatan Galesong.
Dengan berubahnya sistem jual beli ikan yang tadinya bersentral pada
kehendak pedagang dalam hal ini pembeli ikan langsung dari nelayan, menjadi
kesepakatan harga antara nelayan dengan tengkulak ikan dengan sistem lelang,
maka hal itu membawa perubahan pada tingkat harga jual hasil nelayan. Hal ini
bisa diindikasikan harga jual menjadi bersaing dan tidak semata-mata ditentukan
oleh pembeli ikan dan hal tersebut membawa perubahan dalam pendapatan
nelayan.
Sistem pembayaran sebelum dibuka tempat pelelangan ikan para tengkulak
melakukan transaksi jual beli dengan cara membayar diawal kepada nelayan
sebelum melaut mencari hasil tangkapan, dengan kewajiban nelayan harus
menjual hasilnya pada para tengkulak tersebut yang mana bila hasil tidak sesuai
dengan pembayaran awal maka akan dianggap hutang dan dibayar dengan hasil
tangkapan berikutnya.2
Pola yang demikian berubah setelah dibukanya tempat pelelangan ikan,
semua hasil tangkapan masuk ke dalam tempat pelelangan ikan dan transaksi jual
beli menggunakan sistem lelang antara nelayan dengan pembeli dengan mediator
yang sudah disepakati bersama antar dua belah pihak.
Pemaparan diatas menjadi landasan untuk mengkaji Pelelangan Ikan (TPI)
di Desa Tamasaju dari tahun 1995-2014 yang digunakan sebagai batasan
temporal, karena pada tahun 1995 ini merupakan tahun dimana Pelelangan Ikan di
Tamasaju terbentuk. Sedangkan pada tahun 2014 menjadi batasan temporal yang
2 Wawancara .......

merupakan tahun dimana tempat pelelangan ikan ini benar-benar sudah


mengalami perkembangan yang cukup maju.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
penelitian ini akan memfokuskan pada tiga permasalahan pokok, yaitu :
a. Bagaimana sejarah berdirinya tempat pelelangan ikan Desa Tamasaju?
b. Bagaimana perkembangan tempat pelelangan ikan Desa Tamasaju tahun
1995-2014?
c. Bagaimana pengaruh tempat pelelangan ikan terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat nelayan Desa Tamasaju?
3. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, agar pembahasan di dalam makalah
ini dapat saling berkaitan, maka dari itu penulis membatasi ruang lingkup
pembahasan, baik secara spasial, maupun temporal. Ruang lingkup yang
dimaksud adalah ruang lingkup spasial (tempat) dan temporal (waktu). Ruang
lingkup spasial adalah hal-hal yang berkaitan dengan pembatasan suatu daerah
atau kawasan tertentu, tempat terjadinya peristiwa. Dalam Penulisan ini ruang
lingkup spasial yang penulis gunakan adalah daerah Desa Tamasaju Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar, di daerah ini terdapat Tempat Pelelangan Ikan
yang berfungsi sebagai pusat penjualan ikan oleh para nelayan.
Ruang lingkup temporal yang penulis gunakan adalah dari tahun 1995-2014.
karena pada tahun 1995 ini merupakan tahun dimana Tempat Pelelangan Ikan di
Tamasaju terbentuk. Sedangkan pada tahun 2014 menjadi batasan temporal yang
merupakan tahun dimana tempat pelelangan ikan ini benar-benar sudah
mengalami perkembangan yang cukup maju.

Tema sejarah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Tamasaju tahun 19952014, maksudnya adalah mengkaji sejarah Tempat Pelelangan Ikan Desa
Tamasaju dari awal keberadanya, bagaimana perkembangan Tempat Pelelangan
Ikan Desa Tamasaju tahun 1995-2014, bagaimana pengaruh Tempat Pelelangan
Ikan Desa Tamasaju terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat bagi para
nelayan. Mengingat bahwa sejak dibangunya tempat pelelangan ikan di Desa
Tamasaju aktivitas para nelayan di Kecamatan Galesosong Utara dalam
pemasaran hasil tangkapan praktis terpusat di tempat tersebut dengan demikian
tempat pelelangan ikan ini membawa pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
bagi masyarakat nelayan yang berdara di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong
Utara.
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada berbagai permasalahan yang telah dikemukakan pada
bagian sebelumnya maka ada beberapa hal yang menjadi tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Tamasaju?
b. Untuk mengetahui perkembangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Tamasaju tahun 1995-2014?
c. Untuk mengetahui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat nelayan Desa Tamasaju?
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak diperoleh dari adanya penelitian ini adalah
sebagai berikut:

a. Dapat memberikan kontribusi bagi penulisan sejarah maritim, dan sejarah


sosial tentang peranan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
b. Dapat memberikan manfaat terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya.
Secara khusus bisa di jadikan referensi serta bahan acuan untuk
penulisan mengenai tempat pelelangan ikan.
c. Dalam kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan
informasi dalam perumusan kebijakan pembangunan tempat pelelangan
ikan melalui pendekatan yang mengakomodasi karakteristik lokal
masyarakat nelayan, pembenahan kelembagaan, adopsi teknologi dan
penyaluran modal dalam kerangka yang konseptual.
6. Penelitian yang Relevan
Salah satu kegiatan dalam penulisan karya Ilmiah yang patut dilakukan
adalah proses kegiatan tinjauan pustaka. Kegiatan tinjauan pustaka dimaksudkan
sebagai telaah pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sebab ada
kesan yang menganggap bahwa apa yang ditulis seakan-akan belum ada orang
lain yang lebih dulu menulisnya. Padahal penelusuran pustaka merupakan langkah
awal untuk menyiapkan kerangka penelitian dan memperdalam kajian teoritis atau
kajian metodologi. Tinjauan pustaka sendiri bertujuan sebagi pendukung, penguat,
maupun pembenaran terhadap data yang telah ditemukan.
Pada dasarnya penelitian tentang beberapa tempat pelelangan ikan sudah
ada beberapa orang yang telah menelitinya, baik berupa karya dalam bentuk
artikel, maupun dalam bentuk jurnal. Sebagai contoh dalam bentuk jurnal yang
berjudul Zonasi Penangkapan Ikan Terbang di Selat Makassar sebagai Solusi
Mengatasi Ancaman Kepunahan ang disusun oleh Muhammad Ali Yahya, Rimal
Hamal, dan Muh Aras sebagai staf Politeknik Pengajar Pertanian Pangkep. di lihat

dari segi judul mungkin tidak sama tetapi berkaitan dengan judul yang saya
angkat. Dalam jurnal ini membahas tentang spesies ikan terbang cara
penangkapan ikan terbang dan proses pengeringan ikan terbang.
7. Metode Penelitian
Metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang artinya cara atau
jalan. Metode dapat diartikan sebagai cara mendekati, mengamati, dan
menjelaskan satu gejala dengan menggunakan landasan teori.3
Metode sejarah dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang sistematis
dalam merekonstruksi masa lampau. Metode sejarah bertujuan memastikan fakta
masa lampau. Gejala-gejala sosial dan kebudayaan merupakan lapangan kerja dari
metode. Terdapat empat langkah metode sejarah yang wajib hukumnya
dilaksanakan oleh sejarawan dalam menulis karya sejarah, yaitu heuristik
(pengumpulan sumber), kritik sumber (eksternal/bahan dan internal/isi),
interpretasi (penafsiran) dan historiografi (penulisan kisah sejarah).4
1. Heuristik
Heuristik merupakan kegiatan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang
menyangkut objek kajian. Sumber-sumber tersebut berupa naskah atau dokumen
tertulis, dalam hal pengumpulan informasi mengenai segala hal yang berkaitan
dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
2. Kritik Sumber

3 Ulber Silalahi. Metode Penelitian Sosial. (Bandung: Refika Aditama.2012). hlm.12


4 Tim Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah. Pengantar Ilmu Sejarah. (Makassar:
Universitas Negeri Makassar). hlm. 37

Tahap kedua adalah kritik sumber yang terdiri dari dua aspek yaitu
pengujian keaslian sumber dan tingkat kebenaran informasi. Adapun pengujian
atas asli dan tidaknya sumber berarti yang diuji adalah aspek fisik sumber sejarah.
Penentuan keaslian suatu sumber berkaitan dengan bahan yang digunakan
dari sumber tersebut atau disebut sumber eksternal. Sedangkan dalam penyelesai
informasi yang terkandung dalam sejarah, dapat dipercaya atau tidak, dimana
dapat dikenal dengan istilah kritik internal.

3. Interpretasi
Interpretasi merupakan penafsiran terhadap kasus yang diteliti setelah
selesai pada tahap kritik. Pada tahap ini penulis mencoba menghubungkan faktafakta yang telah diperoleh berdasarkan urutan kronologis pristiwa. Pada tahap ini
dituntut kecermatan dan sikap objektif sejarawan terutama dalam hal interpretasi
subjektiv terhadap fakta sejarah.
4. Historiografi
Historiografi merupakan penulisan setelah dari ketiga proses sebelumnya
telah selesai, dalam hal ini adalah penyajian dari apa yang telah penulis hasilkan.
Hasil penulisan tersebut merupakan hasil dari penemuan sumber-sumber yang
diselesaikan melalui heuristik, kritik serta diinterpretasi yang kemudian di
disajikan dalam bentuk deskriptif. Tahap historiografi ini sebagai tahap terakhir
yang menunjukkan karakteristik penulisan sejarah itu sendiri

Daftar Pustaka
Andy Omar, S. Bin. 2004. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Jurusan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kusuma, H. S. (2014). Dampak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terhadap Kehidupan
Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Nelayan Di Desa Bajomulyo
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Dimensi, 2(1).

Silalahi, Ulber.2012.Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama


Tim Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah.2012. Pengantar Ilmu Sejarah.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai