Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN ISLAM BANTEN, MAKASSAR DAN

TERNATE TIDORE

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

IFTITAH CITRA DAVINA M (13)

MUH RAFLY NOVLYSAR (21)

MUH FAUDZAN A. NARAYANA (22)

UPT SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022-2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………....i

DAFTAR ISI ………………………………………………………....................….ii

KATA PENGANTAR …...…………………………....…………………………. .iii

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
II. Rumusan Masalah ……………………………………………................. 1
III. Tujuan …………...……………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN

I. Kerajaan Islam Di Banten ………................................................................... 4


II. Kerajaan Islam Di Makassar …………........................................................... 6
III. Kerajaan Islam Di Ternate & Tidore ………..……………………………..

BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan ……………………………………………………………… 11
II. Saran .......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….......12

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan
rahmat hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kerajaan islam di
Banten, Makassar, Ternate dan Tidore ini dapat kami selesaikan dengan baik. Tidak
lupa sholawat serta salam selalu kami curahkan kepada Rasulullah SAW. beserta
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita semua selaku umatnya.

Kami membuat makalah ini guna untuk melengkapi nilai tugas mata pelajaran
PAI ( Pendidikan Agama Islam ). Kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak
yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari akan
sumber bacaan dan referensi internet yang membantu kami dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan topik dalam makalah kami.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan arahan dan bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah ini dapat disusun dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna oleh karena itu kami harapkan pebaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun agar materi dalam makalah ini dapat bermanfaat.

Makassar, 12 November 2022

Kelompok 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kedatangan islam ke Indonesia mempunyai sejarah yang panjang. Satu
diantaranya adalah tentang interaksi ajaran islam dengan masyarakat di
Nusantara yang kemudian memeluk islam. Terdapat berbagai teori
masuknya islam ke Indonesia, yakni teori Gujarat,Teori Persia, teori cina ,
dan teori Mekah. Adapun proses penyebaran melalui perdagangan,
perkawinan,pendidikan, dakwah, maupun kesenian. Lewat jalur
perdagangan, islam dibawa masuk sampai ke lingkungan keraaan islam
yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara..

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem kerajaan islam di Banten?
2. Bagaimana sistem kerajaan islam di Makassar ?
3. Bagaimana sistem kerajaan islam di Ternate dan Tidore ?

III. Tujuan

1. Untuk menjelaskan sistem kerajaan islam di Banten

2. Untuk menjelaskan sistem kerajaan islam di Makasar

3. Untuk menjelaskan sistem kerajaan islam di Ternate dan Tidore

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. KERAJAAN ISLAM DI BANTEN


Kesultanan Banten berdiri sebagai manifestasi dari penyebaran Islam
dan kemenangan pasukan Demak mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Sebelum menjadi daerah Islam, Banten merupakan bagian dari Kerajaan
Pajajaran. Dalam catatan sejarah disebutkan, Pajajaran menjalin kerja sama
dengan Portugis yang saat itu sudah berkuasa di Malaya. Dari kerja sama ini,
Pajajran berharap dapat bantuan Portugis untuk membendung pengaruh
Demak yang sudah mencapai Jawa bagian barat. Namun, usaha Pajajaran
tersebut gagal. Portugis yang sudah berada di Sunda Kelapa berhasil diusir
tentara gabungan Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah.
Kesultanan Banten sendiri mencapai puncak kejayaannya saat
diperintah oleh Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1683. Sultan Ageng
mengembangkan wilayah Kesultanan Banten hingga hampir separuh Jawa
Barat, Selat Sunda, hingga Lampung. Pelabuhan Banten sangat diminati
pedagang pada saat itu. Pasalnya, Kesultanan Banten tidak menerapkan
monopoli, sehingga perdagangan bisa berlangsung secara terbuka. Selain
perdagangan, Banten juga menjadi daerah yang inklusif bagi semua golongan.
Meskipun diperintah dengan sistem Islam, namun kebebasan beragama sangat
terjamin di Banten.
Kebijakan Kesultanan Banten yang menolak praktik monopoli
perdagangan rupanya tidak disukai oleh Kongsi Dagang Belanda di Hindia
Timur (VOC). Terlebih, Sultan Ageng terlihat sangat keras menentang VOC.
Konon, berulangkali VOC melobi sang sultan agar dapat mendirikan

4
perwakilan di Pelabuhan Banten. Namun, permohonan tersebut selalu
mendapatkan penolakan dari Sultan Ageng. Sultan Ageng kemudian
menyerahkan tampuk kekuasaan kepada putranya, Sultan debu Nashar Abdul
Qahar atau yang dikenal dengan Sultan Haji. Sultan Haji berbeda dengan
ayahnya. Dia cenderung lunak terhadap VOC. Hal itu dimanfaatkan oleh
VOC untuk mengadu domba antara ayah dan anak ini.
Memasuki tahun 1680, pecah perselisihan antaran Sultan Ageng dan
Sultan Haji. Perang saudara pun tidak terelakkan. Sultan Ageng yang merasa
putranya sudah menyeleweng menyerang dan mengambil alih istana
kesultanan. Sultan Haji yang mengalami kekalahan tidak tinggal dia. Dia
berusaha untuk mendapatkan bantuan baik dari VOC hingga Kerajaan Inggris.
Selang dua tahun, Sultan Haji yang mendapat dukungan penuh VOC
melancarkan serangan balik. Istana Kesultanan berhasil direbut, sehingga
Sultan Ageng dan putra-putra lainnya yang setia harus mengungsi ke
pedalaman. Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap oleh VOC dan dibuang
ke Batavia. Sementara Sultan Haji naik tahta sebagai penguasa Kesultanan
Banten. Namun dia naik tahta dengan didahului Perjanjian Banten yang sangat
menguntungkan VOC.
Sebab runtuhnya Kesultanan Banten dimulai pada awal abad ke-19,
saat Nusantara diduduki oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman
Willem Daedels. Daendels saat itu menginisiasi pembangunan Jalan Raya Pos
yang membentang sepanjang Pulau Jawa. Saat itu, Daendels memerintahkan
Sultan Banten untuk memindah pusat kerajaan ke daerah Anyer dan
menyiapkan tenaga kerja untuk pembangunan jalan. Namun permintaan itu
ditolak Sultan. Akibatnya Daendels menurunkan pasukan untuk
membombardir Istana Surosowan sebagai pusat Kesultanan Banten. Sultan
Banten saat itu ditangkap dan diasiingkan ke Batavia. Pada 1808, Daendels
mengumumkan bahwa Kesultanan Banten menjadi bagian dari wilayah
Hindia Belanda. Pada tahun 1813, kolonial Inggris berkuasa saat itu resmi

5
menghapus Kesultanan Banten. Sultan Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin diturunkan paksa dari tahtanya. Beberapa
peninggalan Kesultanan Banten antara lain Masjid Agung Banten, Masjid
Kasunyatan, Benteng Keraton Surosowan, Masjid Pacinan, dan Benteng
Speelwijk.

II. KERAJAAN ISLAM DI MAKASSAR

Sejarah Kerajaan Makassar bermula dari bersatunya dua kerajaan


berbeda di tanah Sulawesi, yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.
Kerajaan Makassar juga biasa dikenal dengan Kerajaan Gowa-Tallo atau
kesultanan Makassar. Sejarah Kerajaan Makassar tidak lepas dari
permasalahan politik di masa lampau. Melansir Repositori UIN Alauddin
Makassar yang berjudul Politik Islamisasi Kerajaan Gowa-Tallo Terhadap
Tiga Kerajaan Tellumpoccoe Pada Abad XVII, Kerajaan Makassar terbentuk
pada abad ke-16.Pada periode itu, setiap kerajaan yang ada di Sulawesi
Selatan termasuk Kerajaan Gowa dan Tallo berusaha untuk mempertahankan
atau mengembangkan kekuatan politiknya. Tetapi tidak sedikit yang mau
tidak mau Kerajaan yang lemah ditaklukkan oleh kerajaan yang lebih kuat.
Pada pemerintahan raja Gowa ke-9 yakni, Daeng Matanre Karaeng
Mangngutungi Tumapa'risi Kallonna (berkuasa pada 1460-1510) berhasil
menaklukkan kerajaan Tallo pada tahun 1490. Pada saat itu Kerajaan Tallo
dipimpin oleh Samaranluka Tuni Labu ri Suriwa raja Tallo yang ke-2.
Setelah Kerajaan Gowa menaklukkan Kerajaan Tallo maka diadakan
perjanjian setia disertai sumpah antara Raja Gowa dengan Raja Tallo serta
Gellarang di balai Kerajaan. Sementara sumpah dari kedua Raja tersebut
berisikan bahwa "barang siapa yang mengadu domba kerajaan Gowa dan

6
Kerajaan Tallo, maka dia akan dikiutuk oleh dewata". Sejak saat itu hubungan
kedua Kerajaan ini sangat erat dan sulit untuk dipisahkan.

Bersatunya Kerajaan Gowa dan Tallo membuat pusat pemerintahan


Kerajaan Makassar berpindah ke Somba Opu. Letak Kerajaan Makassar ini
sangat strategis karena berada di jalur lintas pelayaran antara Malaka dan
Maluku.Dalam Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan
Sejarah berjudul Kerajaan Gowa Pada Masa Pemerintahan I Mangarangi
Daeng Manrabbia 1593-1639 disebutkan bahwa puncak kejayaan Kerajaan
Makassar terjadi pada abad 17. Hal ini ditandai dengan reputasi politik,
ekonomi, dan kebudayaan yang sangat meganggumkan.Politik perdagangan
yang dianut oleh Kerajaan Makassar adalah perdagangan dengan sistem
terbuka. Artinya, Bandar Makassar pada dasarnya terbuka bagi perdagangan
dan pelayaran bagi seluruh bangsa.Pada bidang politik, Kerajaan Makassar
yang di masa pemerintahan Tonipallangga pada tahun 1546-1565 bersama
mangkubumi nya Nappakata'tana Daeng Padulung menetapkan program
politik ekspansi untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga. Politik
ekspansi yang diterapkan ini terbukti membuahkan hasil dan berjalan dengan
baik.

Pada masa kejayaan ini juga bertepatan Islam masuk dan dianggap
sebagai agama resmi dari Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar kemudian
membentuk aliansi untuk mendominasi kawasan dan mampu menguasai
sebagian besar wilayah Sulawesi bagian selatan dan barat.

Beberapa peninggalan kesultanan Makassar antara lain ialah Fort


Rotterdam, Benteng Somba Opu, Istana Tamalate, Istana Balla Lompoa,
Masjid katangka, dan Kompleks Makam Katangka.

7
III. KERAJAAN ISLAM DI TERNATE DAN TIDORE

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan besar yang


terletak di Kepulauan Halmahera Maluku Utara. Letak kedua kerajaan berada
di Kepulauan Maluku merupakan menjadi sumber atau penghasil rempah-
rempah Nusantara dan dunia. Sumber rempah-rempah tersebut mendorong
bangsa-bangsa Eropa untuk menguasai. Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki
peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang
mencoba menguasai Maluku.
Kerajaan Ternate atau dikenal Kerajaan Gapi dan Kerajaan Tidore
berdiri pada abad ke-14. Dalam buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara
(2009) karya Deni Prasetyo, Kerajaan Ternate dan Tidore sangat terkenal
dengan hasil rempah-rempahnya, seperti pala, lada, cengkeh dan sejenisnya.
Pada masa itu, rempah-rempah umumnya diperlukan bangsa-bangsa Eropa.
Sehingga harganya cukup tinggi dan telah membuat makmur rakyat Maluku.
Pada pertengahan abad ke-15, kegiatan perdagangan rempah-rempah di
Maluku semakin berkembang. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab,
dan China yang datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah.
Kedatangan mereka sebaliknya membawa beras, tenunan, perak, gading, dan
barang-barang lainnya. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab menjalin
hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa. Bahkan pedagang Maluku sering
berkunjung ke Jawa dan sebaliknya pedagang Jawa sering datang ke Maluku
untuk membeli rempah-rempah. Hubungan tersebut berpengaruh terhadap
proses penyebaran Islam di Kerajaan Ternate dan Tidore.
Agama Islam pertama kali masuk di kepulauan Maluku dibawa oleh
pedagang-pedagang dari Malaka dan para mubaligh dari pulau Jawa. Raja
Ternate yang pertama kali menganut Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486)

8
yang berganti nama menjadi Sultan Marhum. Sementara Raja Tidore yang
pertama kali masuk Islam adalah Ciriliyah yang kemudian berganti nama
menjadi Sultan Jamaludin. Kerajaan Ternate dan Tidore awalnya hidup
berdampingan secara damai.
Ketika Kerajaan Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan
Tidore di bawah kekuasaan Sultan Almancor menjadi kerajaan yang makmur
dan kuat. Mereka memiliki puluhan perahu yang digunakan untuk berperang
dan mengawasi lautan yang menjadi wilayah dagangnya. Perkembangan dan
kemajuan kerajaan tersebut membuat perebutan pengaruh dan kekuasaan
kedua wilayah. Sehingga keduanya membentuk dua buah persekutuan yang
bernama Uli Lima (persekutuan lima saudara) dan Uli Siwa (persekutuan
sembilan saudara). Uli Lima dipimpin oleh Kerajaan Ternate dengan
membawahi Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Sementara Uli Siwa dipimpin
Kerajaan Tidora dengan membawahi Makean, Halmahera, Kai dan pulau-
pulau lain hingga ke Papua bagian Barat. Kedua persekutuan tersebut saling
berselisih untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.
Perselisihan Kerajaan Ternate dan Tidore semakin panas dengan
kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dilansir situs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), Portugis merupakan negara Eropa pertama yang
masuk ke Maluku pada 1512. Portugis menjadikan Kerajaan Ternate sebagai
sekutu dan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol datang ke Maluku pada
1521 dan menjadikan Kerajaan Tidore menjadi sekutunya. Kedatangan
mereka ke Maluku ingin menguasai dan memonopoli perdagangan rempah
rempah di Maluku. Adanya perselisihan atau konflik yang terjadi ada dua
kerajaan mampu dimanfaatkan. Mereka mampu mengadu domba Kerajaan
Ternate dan Tidore yang sedang berselisih. Mereka bahkan ikut campur dalam
pemerintahan dalam negeri. Tidak hanya itu, kedua negara Eropa tersebut
juga menyebarkan agama Katolik. Persaingan antara Spanyol dan Portugis
untuk mengusai Maluku mendorong dua bangsa ini untuk menyelesaikan

9
konflik. Untuk menyelesaikannya konflik yang terjadi diadakan perjanjian
Saragosa pada 1529.Hasil dari perjanjian teperjanjian tersebut adalah Spanyol
harus meninggalkan Maluku dan akhirnya menguasai Filipina. Sementara
Portugis tetap melakukan perdagangan di Maluku.
Pada 1575, Sultan Baabullah mampu mengalahkan dan mengusir
Portugis dari Ternate. Portugis kemudian pindah ke Ambon tapi tidak lama.
Karena diserang oleh Kerajaan Tidore. Akhirnya Portugis pindah ke Timor
Timur (Timor Leste). Berakhirnya kekuasaan Portugis di Maluku membuat
dua kerajaan mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Ternate mencapai
puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Baabulah. Sementara Kerajaan
Tidore pada masa Sultan Nuku. Namun kedua kerajaan tersebut masih terlibat
perselisihan. Kondisi itu mampu dimanfaatkan oleh Belanda yang masuk pada
1605. 

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa awal mulanya Kerajaan Islam di Indonesia terjadi karena jaringan
perdagangan yang masuk di istana yang ditaklukkan oleh kerajaan
Islam sehingga agama Islam menyebar hingga ke seluruh Nusantara.
Setelah itu banyaknya konflik pertentangan yang dihadapi oleh wilayah di
Indonesia untuk mempertahankan agama islam di Indonesia.

2. Saran
Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan,
saran yang dapat penulis sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui
sejarahperkembangan Islam di Nusantara kita dapat menghormati
danmenghargai hasil jerih payah mereka dalam menegakkan islam di wilayah-
wilayah Indonesia

11
DAFTAR PUSTAKA

Al Khoriah Etiek Nugraha. 2022. "Sejarah Kerajaan Makassar, Awal


Terbentuk Hingga Peninggalannya", https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-
6183520/sejarah-kerajaan-makassar-awal-terbentuk-hingga-peninggalannya.

Ari Welianto. 2020. "Kerajaan Ternate dan Tidore, Pusat Penghasil Rempah-
Rempah",. https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/07/113000669/kerajaan-
ternate-dan-tidore-pusat-penghasil-rempah-rempah?page=all

HA.Sholeh Dimyanthi dan Feisal Ghozali. 2018. Pendidikan Agama Islam


dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK XII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan

William Ciputra. 2022. "Kesultanan Banten: Sejarah, Pendiri, Masa Kejayaan,


dan Peninggalan".

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/23/163000878/kesultanan-banten--
sejarah-pendiri-masa-kejayaan-dan-peninggalan?page=all

12

Anda mungkin juga menyukai