Sailendra wangsa dapat kita jumpai dalam presasti kalasan tahun 700 Saka, prasasti dari desa Kelura tahun 704 Saka, prasati Abhayagiriwihara tahun 714 Saka, dan dalam prasasti Kayuwungan tahun 746 Saka. Prasasit tersebut menggunakan bahasa Sangsekerta dan tiga diantaranya kecuali prasasti kuyungwungan. Yang menggunakan huruf Siddhom. Wangsa Sailendra atau Syailendra (Śailendravamśa) berarti raja gunung, nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Mdaŋ (Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno), Jawa Tengah sejak tahun 752. Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Menurut R.C Majumdar beranggapan bahwa wangsa sailendra di Indonesia tepatnya Jawa berasal dari India Selatan tepatnya Kalingga. Sedangkan menurut G.Coedes wangsa Sailendra di Indonesia berasal dari Fu- nan atau Kamboja. Ejaan fu-nan dalam berita cina itu berasal dari kata Khmaer kuna vnam atau bnam yang berarti gunung, dalam Bahasa Khmaer yang sekarang Phnom. Raja-raja fu-nan disebut Tarwatabhukala, yang berarti raja gunung sama dengan kata sailendra. Setelah kerajaan fu-nan itu runtuh sekitar tahun 620 M maka ada anggota wangsa raja-raja fu-nan yang menyingkir ke jawa dan muncul sebagai penguasa pada pertenghan abad 8 M dengan mengguunakan nama wangsa Sailendra. J.przyluski menunjukan bawaha argumentasi coedes itu meragukan dari satu bait dalam prasasti Kuk Prha Kor yang merupakan petujuk codes bahwa raja-raja Sailendra merupakan keturunan wangsa Sailendra fu-nan. Menurut trzyluski itilah Sailendra wangsa itu menunjuk bahwa raja-raja itu menganggap dirinya berasal dari sailendra yang berarti raja gunung, dan merupakan sebuutan bagi Siwa = Girisa. Dengan kata lain wangsa Sailendra menganggap bahwa leluhurnya ada diatas gunung dan itu merupakan peetunjuk baginya bahwa istilah Sailendra itu asli dari Indonesia. Pendapat-pendapat telah dibahas oleh Nilakanta Sastri, dan iya sendiri mengajukan pendapat bahwa wangsa Sailendra di jawa itu berasal dari daerah Pandya di India Selatan. Menurut salah satu karangan J.L Moens mengemukakan pendapat bahwa wangsa sailendra berasal dari India Selatan, yang semula berkuasa di sekitar Palembang, tetapi pada tahun 683 M melarikan diri ke Jawa karena serangan dari Serwijaya dan Semenanjung Tanah Melayu. Di antara pendapat-pendapat diatas kemudian banyak dianut ialah pendapat J.G. de Casparis dapat menemukan istilah Warnaradhirajaraja di dalam prasasti dari candi Plason Lor, juga prasasti kelurak, dan iya mengidentifikasi Warnara itu dengan Narwaranagara atau Na-fu-na di dalam berita-berita cina, yaitu pusat kerajaan Fu-nan setelah berpindah dari Wyadhapura atau T’e-mu setelah mendapat serangan dari Chen-la di bawah pimpinan Bhawawarmand dan Citrasena pada pertengah kedua abad VI M. selanjutnya de Casparis mengatakan bahwa setelah pindah ke Na-fu-na yang bisa di lokasikan di dekat Angkor Borei ada di antara raja-raja yang beragama siwa, tetapi setelah kedatangan raja daari Na-fu-na itu yang berhasil menaklukannya, di Jawa Tengah terdapat dua Wangsa raja-raja, yaitu raja- raja dari Wangsa Sanjaya yang beraga siwa, dan para pendatang baru itu yang kemudian menemukan dirinya Wangsa Sailendra, yang beragama Buddha. Pedapat de;l Pendapat de Casaparis itu diilhami oleh F.H . van Narssen, yang melihat dalam prasasti kalasan tahun 778 M, yang berbahasa sanskarta ada dua pihak, yaitu pihak raja wangsa sailendra, yang hanya disebut sebagai permata wangsa sailendra tanpa nama, dan rangkai penangkaran, raja bawahannya dari wangsa sanjaya.
B. Kerajaan Ho-ling C. Rangkai Mataram Sang Ratu Sanjaya D. Perpndihan Ibu Kota Ho-ling ke Timur E. Rangkaian Panangkaran dan Penganti-penggantinya