Anda di halaman 1dari 9

PEMBELAJARAN REMIDIAL UNTUK MENCAPAI KRITERIA KETUNTASAN

MINIMAL MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA

Silvia Niken Saputri

Universitas PGRI Yogyakarta


email: silviasaputri11@gmail.com

Abstrak: Pembelajaran remedial diperuntukkan bagi peserta didik sebagai konsekuensi dari
pembelajaran yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada satu Kompetensi
Dasar mata pelajaran Sejarah untuk jenjang sekolah menengah ke atas. Pemberian program
remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik memahami kesulitan belajar yang
dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan
sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Maka dari itu,
metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat bervariasi sesuai
dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Berdasarkan hasil telaah pustaka, ketuntasan belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah
masih rendah dan belum mencapai KKM. Untuk itu, dengan diterapkannya pembelajaran
remedial (remedial teaching) diharapkan prestasi belajar peserta didik meningkat dan mencapai
ketuntasan belajar sejarah.
Keywords: pembelajaran remedial, KKM, Sejarah

PENDAHULUAN
Sejarah merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai peranan
penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat akan pentingnya sejarah
bagi kehidupan maka perlu dilakukan usaha dalam peningkatan mutu pembelajaran sejarah.
Peranan guru dalam pembelajaran sejarah dapat diharapkan siswa memahami, menguasai, dan
terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar sejarah serta melaksanakan program
remedial jika siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa1.
Keberhasilan seorang pendidik dalam proses pembelajaran dapat diketahui berdasarkan
hasil ketuntasan belajar yang dicapai oleh peserta didiknya. Ketuntasan minimal belajar
merupakan batas minimal atau nilai terendah yang menjadi standar atau patokan untuk
menentukan ketuntasan belajar bagi peserta didik dalam satu kompetensi dasar tertentu.
1
Desnaldi Putra. 2015. “Pelaksanaan Program Remedial Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X
SMAN 4 Sijunjung” dalam jurnal pendidikan. Sumatra Barat
Konsekuensi dari pembelajaran adalah tuntas atau belum tuntas. Peserta didik yang belum
mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi2. Pembelajaran remedial dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan/hak peserta didik3. Pendidik membantu peserta didik untuk memahami
kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri
cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
Dalam proses pencapaian ketuntasan belajar pasti ada kesulitan yang dialami oleh peserta didik,
sebaiknya setiap guru mata pelajaran melaksanakan program pembelajaran remidial (remedial
teaching). Kesulitan yang dialami peserta didik hendaknya menjadi acuan dalam pelaksanaan
pembelajaran remedial mata pelajaran sejarah sehingga peserta didik tidak hanya tuntas pada
perolehan nilai KKM saja melainkan tuntas juga dalam belajarnya.
Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar dalam pembelajaran mengindikasikan siswa telah menguasai secara
tuntas suatu kompetensi dasar mata pelajaran sejarah. Untuk menentukan siswa sudah tuntas atau
belum hasil belajarnya maka ditentukan capaian minimal yang harus dicapai oleh siswa yang
biasa disebut dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Salah
satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa secara tuntas pada jenjang sekolah menengah
atas adalah mata pelajaran sejarah.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah yang diujikan dalam ulangan harian
masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil belajar sejarah siswa kelas X IIS 1 SMA
Negeri 1 Banjarnegara sangat sulit untuk memperoleh batas tuntas nilai ulangan ≥ 78. Dari 27
siswa kelas X IIS 1, yang berhasil mencapai batas tuntas belajar sebanyak 16 siswa (59 %),
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (41 %)4.
Faktor-faktor kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah mencakup:
(a) akademik siswa
(b) lambatnya siswa dalam belajar
(c) motivasi belajar siswa
(d) kebiasaan siswa dalam belajar

2
(Pasal 8, Permendikbud No.53 tahun 2015)
3
(2017, Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah)
4
Utari, Sri.2015. “Peningkatkan Hasil Belajar Sejarah Materi Kehidupan Masa Pra Aksara di
Indonesia” dalam jurnal Pendidikan Volume 6 Nomor 2 (hlm 142). Banjarnegara
(e) mental emosional siswa
(f) hasil belajar siswa
(g) kendala siswa menyelesaikan tugas-tugas pada pembelajaran sejarah5.
Pembelajaran Remidial (Remedial Teaching)
Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang
bersifat penyembuhan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi
baik. Dalam memberikan pengajaran remedial kepada siswa yang berkesulitan belajar, harus
dengan menggunakan metode dan pendekatan yang tepat sehingga bantuan yang diberikan dapat
diterima dengan jelas. Pengajaran remedial merupakan salah satu wujud pengajaran khusus yang
sifatnya memperbaiki prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar serta membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami satu KD tertentu pada mata pelajaran sejarah.
Pengajaran remedial secara umum dapat diartikan sebagai upaya yang berkaitan dengan
perbaikan pada diri orang atau suatu pemberian pada anak sekolah yang terutama ditujukan
kepada anak-anak yang mengalami hambatan dalam proses belajar mengajar6.
Oleh sebab itu, peran guru disini sangat penting dalam menuntaskan hasil belajar siswa
sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan sesuai yang diinginkan, salah satu cara agar siswa
dapat mencapai ketuntasan hasil belajar adalah dengan cara mengadakan pengajaran perbaikan
(remedial teaching), dengan begitu murid yang memiliki kekurangan dalam menangkap materi
yang diajarkan guru akan dapat menerima materi itu kembali hingga mencapai ketuntasan hasil
belajar. Dalam pembelajaran remedial yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah
keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara
belajar, alat belajar, dan lingkungan turut mempengaruhi proses belajar mengajar7.
Adapun prosedur pelaksanaan remedial teaching adalah dengan mendiagnostik terlebih
dahulu kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid apabila sudah menemukan kita lanjut pada
pemilihan alternatif tindakan yang akan kita lakukan contohnya saja pelayanan konseling setelah
itu kita mulai untuk melaksanakan remedial teaching dan kita lakukan kembali pengukuran hasil

5
Sriyani Paputungan. 2016. Skripsi. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah (suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Kotamobagu). Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
6
Slamet. 2015. “Pembelajaran Remedial untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa” dalam
jurnal Volume 2, Nomor 1 (hlm 101). Magetan
7
Taufiq, Tontowi, dan Yustina. 2017. “Efektivitas Penerapan Remedial Teaching Dalam
Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Sejarah”. Bandar Lampung
belajar atau post test sampai pada yang terakhir kita lakukan re-evaluasi atau re-diagnosa,
berdasarkan prosedur tersebut dapat diharapkan bahwa pengajaran remedial dapat mencapai hasil
yang optimal dalam ranah kognitif sehingga remedial teaching ini dapat dikatakan efektif dan
dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghadapi siswa yang mengalami kesulitan dalam
menerima materi pelajaran serta menjadi suatu solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada di
sekolah.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapakan pembelajaran remidial (remedial
teaching) pada mata pelajaran sejarah kelas X IPS 1 di SMA Persada Bandar Lampung tahun
2017 yaitu efektif untuk mencapai ketuntasan menimal (KKM). Hal ini dibuktikan dari 30
jumlah siswa dalam kelas X IPS 1 tersebut diperoleh nilai tertinggi 95, sedangkan nilai terendah
yang diperoleh adalah 45 dengan rata-rata nilai dalam satu kelas 77,36. Pada kelas kontrol
(belum dilaksanakan remedial teaching) yakni terdapat 31 siswa kelas X IPS 2 yang memiliki
nilai tertinggi adalah 80, sedangkan nilai terendah adalah 33 dengan rata-rata nilai kelas tersebut
53,538. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah mendapatkan pembelajarann
remedial (remedial teaching), ketuntasan hasil belajarnya lebih tinggi daripada yang belum
memperoleh pembelajaran remedial.
Remedial harus dipersiapkan secara baik, yaitu diawali dari pengukuran secara objektif
tentang kemampuan siswa dalam menguasai indikator kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam
hal menyusun program pembelajaran perbaikan (remedial teaching), Muhibbin Syah (2010: 174)
mengatakan bahwa sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut9:
a. Tujuan pengajaran remedial
Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai atau dijadikan tujuan dapat
dikutip/diambil dari kurikulum dan hasil belajar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
b. Materi pengajaran remedial
Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar). Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran).
c. Metode pengajaran remedial

8
Taufiq, Tontowi, dan Yustina. 2017. “Efektivitas Penerapan Remedial Teaching Dalam
Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Sejarah” (hlm 11). Bandar Lampung
9
Hasibuan, Nasruddin. 2014. “Mengoptimalkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Remedial”
dalam jurnal Volume 9 Nomor 2 (hlm 274). Sumatra Barat
Strategi pembelajaran/skenario/tahapan-tahapan proses belajar mengajar yaitu kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam
berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai
kompetensi.
d. Alokasi waktu pengajaran remedial
e. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial
Menurut Depdiknas (2008) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Remedial,
prinsip yang harus dipegang dalam pelaksanaan remedial adalah sebagai berikut10:
a. Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri dan mereka semuanya berbeda.
Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk
belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
b. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif
berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Setiap kali mereka menemukan
kesulitan, guru harus tanggap karena pada prinsipnya, remedial adalah proses perbaikan sehingga
monitoring harus senantiasa dilakukan setiap waktu.
c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Dalam aplikasinya, metode pembelajaran harus senantiasa berganti-ganti dan variatif.
Guru harus mengembangkan dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa
sehingga semua siswa terakomodir dalam metode tersebut.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan
belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun
konfirmatif. Diharapkan, dengan umpan balik dapat meminimalisir kesalahan siswa.
e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan,
sehingga keduanya harus saling melengkapi dan kontinu.

10
Ibid hlm 278
Pada pelaksanaan pembelajaran remedial, media pembelajaran juga harus betul-betul
disiapkan pendidik agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa
sulit. Dalam hal ini, penilaian tersebut merupakan assessment for learning11. Jadi remedial bukan
kegiatan tes ulang atau mengulang tes bagi peserta didik yang belum mencapai KKM namun
merupakan pembelajaran remedial ketika peserta didik teridentifikasi oleh pendidik mengalami
kesulitan terhadap penguasaan materi pada KD tertentu yang sedang berlangsung.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran remedial serta strateginya digambarkan dalam skema
sebagai berikut:

Pembelaja
Hasil tes Analisis Remedial
ran Tes Ulang
<KKM Hasil Tes Teaching
Remedial

Menurut Arifin12 (2009), dalam melaksanakan pembelajaran remedial, langkah-langkah


yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
(1) menganalisis kebutuhan, yaitu mengidentifikasi kesulitan dan kebutuhan siswa
(2) merancang pembelajaran, yang meliputi merancang rencana pembelajaran, merancang
berbagai kegiatan, merancang belajar bermakna, memilih pendekatan/metode/teknik, merancang
bahan pembelajaran
(3) menyusun rencana pembelajaran, yaitu memperbaiki rencana pembelajaran yang telah ada,
dimana beberapa komponen disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa
(4) menyiapkan perangkat pembelajaran, seperti memperbaiki soal lks
(5) melaksanakan pembelajaran, yang meliputi; merumuskan gagasan utama, memberikan
arahan yang jelas, meningkatkan motivasi belajar siswa,memfokuskan proses belajar dan
melibatkan siswa secara aktif
(6) melakukan evaluasi pembelajaran dan menilai ketuntasan belajar siswa.

Pelaksanaan Pembelajaran Remidial

(2017, Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah)


11

Maria. 2018. “Pembelajaran Remedial sebagai Suatu Upaya dalam Mengatasi Kesulitan
12

Belajar” Foundasia, volume IX nomor 1 (hlm 21). Flores


Siswa sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal ujian. Data yang
diperoleh dari observasi kondisi awal, nilai hasil ulangan harian siswa sangat rendah, masih
banyak siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Berikut adalah hasil evaluasi sejarah
siswa-siswa kelas X IIS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa
siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 59% dan rata-rata kelasnya adalah 76,92.
Keadaan ini masih di bawah standar ketuntasan belajar sejarah rata-rata kelas di SMA Negeri 1
Banjarnegara, yaitu 7813.
Tabel. Hasil Evaluasi Sejarah Siswa Kelas X IIS 1
Hasil tes Pencapaian

1. Nilai Tertinggi 95
2. Nilai Terendah 48
3. Rata-rata nilai 76,92
4. Jumlah siswa tuntas 16
5. Jumlah siswa tidak 11
tuntas
6. Persentase tuntas 59%
belajar
7. Persentase tidak 41%
tuntas belajar

Berdasarkan analisis hasil belajar sejarah siswa kelas X (sumber: data penelitian, 2014)
tersebut didapatkan persentase ketidaktuntasan belajar sejarah adalah 41%, dengan standar
ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan yaitu 78. Hasil ini masih jauh sekali dari yang
diharapkan. Untuk mencapai ketuntasan belajar minimal di SMA tersebut, metode yang dapat
14
dilakukan yaitu pembelajaran remedial sesuai dengan konsep penyelenggaraan model
pembelajaran remedial, secara tegas dinyatakan dalam kurikulum 2013 yang diberlakukan
berdasarkan Permendikbud No 103 tahun 2014 dan Permendikbud No 104 tahun 2014.
Permendikbud 103 menegaskan bahwa pada RPP yang dibuat terdapat pembelajaran remedial

13
Utari, Sri.2015. “Peningkatkan Hasil Belajar Sejarah Materi Kehidupan Masa Pra Aksara di
Indonesia” dalam jurnal Pendidikan Volume 6 Nomor 2 (hlm 142). Banjarnegara
14
Maria. 2018. “Pembelajaran Remedial sebagai Suatu Upaya dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar” Foundasia, volume IX nomor 1 (hlm 19). Flores
dan pengayaan pada bagian penilaian. Sedangkan, berdasarkan Permendikbud 104, dinyatakan
bahwa penguasaan SK dan KD setiap siswa diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria.
Siswa yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial. Jika seorang siswa
mencapai standar tertentu maka siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Melalui PermendikBud Nomor 103 dan 104 Tahun 2014, pemerintah secara tegas
menyatakan bahwa sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan,
dimana semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah
dikuasai, serta untuk mengetahui kesulitan belajar siswa. Hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedial
bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) pada mata pelajaran sejarah
yang ditetapkan yaitu 78.

PENUTUP
Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar sejarah disebabkan oleh beberapa
faktor seperti: akademik siswa, motivasi belajar siswa, lambatnya siswa dalam belajar, dan
kebiasaan siswa dalam belajar. Pembelajaran remedial (remedial teaching) merupakan
pengajaran atau pemahaman ulang materi sejarah pada satu KD tertentu bagi peserta didik yang
belum mencapai ketuntasan minimal belajar (KKM). Dalam pelaksanaan pembelajaran remedial,
langkah-langkah yang harus ditempuh guru diantaranya: (1) menganalisis kebutuhan; (2)
merancang pembelajaran; (3) menyusun rencana pembelajaran; (4) menyiapkan perangkat
pembelajaran; (5) melaksanakan pembelajaran; (6) melakukan evaluasi dan menilai ketuntasan
belajar siswa.

Untuk menindaklanjuti hasil dari ketuntasan belajar yang belum mencapai nilai KKM
pada mata pelajaran sejarah, seorang guru terlebih dahulu harus mendiagnosa apa yang menjadi
kesulitan siswa dalam belajar sehingga ia memperoleh nilai di bawah standar (KKM sejarah =
78) agar dalam penerapan pembelajaran remedial (remedial teaching) tersebut dapat berjalan
secara lancar/sesuai prosedur remedial yang ada. Selain itu, pembelajaran remedial ini juga
bertujuan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesullitan dalam belajar sejarah. Hal
yang harus diperhatikan guru adalah dengan melihat kenyataan bahwa potensi, minat dan bakat
masing-masing anak didik memanglah berbeda satu dengan yang lain sehingga kesulitan belajar
yang dialami siswa satu dengan yang lain pun tidaklah sama. Maka, seorang pendidik dituntut
harus kreatif menggunakan metode dan pendekatan yang sesuai dengan sifat, jenis, dan latar
belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik untuk jenjang sekolah menengah atas pada
mata pelajaran sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Desnaldi. 2015. “Pelaksanaan Program Remedial Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X
SMAN 4 Sijunjung” dalam: jurnal pendidikan. Sumatra Barat

Utari, Sri. 2015. “Peningkatkan Hasil Belajar Sejarah Materi Kehidupan Masa Pra Aksara di
Indonesia” dalam: jurnal Pendidikan Volume 6 Nomor 2 (hlm 142). Banjarnegara

Paputungan, Sriyani. 2016. Skripsi. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah (suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Kotamobagu). Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Slamet. 2015. “Pembelajaran Remedial untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa” dalam:
jurnal Volume 2, Nomor 1 (hlm 101). Magetan

Taufiq, Tontowi, dan Yustina. 2017. “Efektivitas Penerapan Remedial Teaching dalam Mencapai
Ketuntasan Hasil Belajar Sejarah”. Bandar Lampung

Hasibuan, Nasruddin. 2014. “Mengoptimalkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Remedial”


dalam: jurnal Volume 9 Nomor 2 (hlm 274). Sumatra Barat

Maria. 2018. “Pembelajaran Remedial sebagai Suatu Upaya dalam Mengatasi Kesulitan Belajar”
Foundasia, volume IX nomor 1 (hlm 19). Flores

Anda mungkin juga menyukai