Anda di halaman 1dari 12

Kerajaan Sriwijaya Sejarah dan Lokasi Pengetahuan mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20

M,ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya padatahun 1918 M.Coedes kemudian menetapkan bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan diSumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota Sriwijayaadalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yangmenyatakan bahwa, San-fo-tsI adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan,yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarangKerajaan Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijayaadalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara padawaktu itu (abad 7 - 15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijayaselain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, Persia.Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang diSumatra Pengaruhnya amat besar di atas semenanjung malayasia dan Pilipina. KuasaSriwijaya merosot pada abad ke-11.Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk berbagai kerajaanJawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan akhirnya oleh kerajaan KerajaanMajapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara tidak didokumentasikan dengan baik.Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari orang luar, prasasti dan penemuan arkaelogi,artifak seperti patung dan lukisan, dan hikayat.

Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya : Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)Maharaja (berita Arab, 851 M)Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M) Pengaruh Budaya Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India , pertama oleh budaya agama Hindudan kemudiannya diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan diSriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama BuddhaMahayana.Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu menerusi perdagangan dan penaklukan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9. Kerajaan Sriwijaya juga membantumenyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, danBorneo Barat.Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra menerusi Acehyang telah disebarkan menerusi perhubungan dengan pedagang Arab dan India. Padatahun 1414 pangeran terakhir Majapahit, Paramisora , memeluk agama Islam dan berhijrah ke Tanah

Melayu di mana dia telah mendirikan kesultanan Melaka. AgamaBuddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok kepulauanMelayu dan Palembang menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pada tahun 1025 ,Sriwijaya telah diserbu kerajaan Cholas dari India. Pada masa itu juga, Sriwijaya telahhilang kuasa monopoli ke atas lalu-lintas perdagangan Tiongkok -India . Dengan itu,kemewahan Sriwijaya menurun. Kerajaan Singhasari yang berada di bawah naungan

Sriwijaya melepaskan diri daripadanya. Pada tahun 1088 kerajaan Melayu Jambi, yangdahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya taklukannya.Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berangsur hingga 2 abad. Sumber-Sumber Dari Dalam Negeri Sumber-sumber sejarah yang mendukung tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti. B. Sumber Asing Sumber Cina Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama adalah tahun 671M. Dalam catatannya disebutkan bahwa, saat itu terdapat lebih dari seribu orang pendetaBudha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan aturandan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu, baru ia berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijayadan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasaSansekerta ke bahasa Cina.Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secararutin ke Cina, yang terakhir adalah tahun 988 M

Sumber Arab Arab, Sriwijaya disebut Sribuza. Masudi, seorang sejarawan Arab klasik menuliscatatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijayamerupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumiSriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu,gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Sumber India Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yangada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda, dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenaldengan nama Prasasti Nalanda

Arab, Sriwijaya disebut Sribuza. Masudi, seorang sejarawan Arab klasik menuliscatatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijayamerupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumiSriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu,gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Sumber India Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yangada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda, dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenaldengan nama Prasasti Nalanda Sumber lain Pada tahun 1886 Beal mengemukakan pendapatnya bahwa, Shih-li-fo-shihmerupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi, Sumber lain, yaitu Bealmengemukakan pendapatnya pada tahun 1886 bahwa, Shih-li-fo-shih merupakan suatudaerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Pada tahun 1913 M, Kern telah menerbitkan Prasasti Kota Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kernmenganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah nama seorang raja, karenaCri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja

Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaanSriwijaya, sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembanganSriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan. Sumber Lokal atau Dalam Negeri Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dariKerajaan Sriwijaya. Prasasti itu antara lain sebagai berikut. Prasasti Kota Kapur Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentangkisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa(20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernamaDapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukanMinangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerahyang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak diJambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan

Prasasti Talangtuo Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan TamanSrikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang. Prasasti Karang Berahi Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yangmenunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu

Prasasti Ligor Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor dengantujuan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Prasasti Nalanda Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari DinastiSyailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan KerajaanMataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda. Prasasti Telaga Batu. Prasasti ini Karena ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M.Berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra,dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacarasumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yangdisumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusatkerajaan., maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan SriwijayaPrasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya itu sebagian besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik. Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga,dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang

menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasastiSriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. . .Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuansungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak diJambi yang juga strategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahlimenyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudiandipindahkan ke Minangatamwan.Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, danLigor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasaiSriwijaya.Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapisudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkanada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannyaluas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara. Kehidupan EkonomiKerajaanSriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional. Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi Pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barangdari dalam maupun luar.Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdaganganinternasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yangkuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju Sriwijaya,sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaanSriwijaya tersebut Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijayameningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupunkeuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadikerajaan yang besar dan makmur. Kehidupan sosial dan Budaya Masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnyaSriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di AsiaTenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijayaterdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendetaBudha terkenal yaitu Sakyakirti.Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya jugamempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaitu Balaputra Dewa mempunyaihubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India). Raja ini memberi sebidang tanahuntuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka rajaSriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalamPrasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengandemikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur,dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuandalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan

di Jambi, Muaratakus,dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).Kebesaran dankejayaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat serangandari kerajaan lain.Serangan pertama dari Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim tahun 990 M. pada waktuitu raja Sriwijaya adalah Sri Sudarmaniwarmadewa. Walaupun serangan tersebut gagaltetapi dapat melemahkan Sriwijaya

Serangan berikutnya datang dari kerajaan Colamandala (India Selatan) yang terjadi padamasa pemerintahan Sri Sangramawijayatunggawarman pada tahun 1023 dan diulang lagitahun 1030 dan raja Sriwijaya ditawan.Tahun 1068 Raja Wirarajendra dari Colamandala kembali menyerang Sriwijaya tetapiSriwijaya tidak runtuh bahkan pada abad 13 Sriwijaya diberitakan muncul kembali dancukup kuat sesuai dengan berita Cina.Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477 ketika Majapahit mengirimkan tentaranyauntuk menaklukan Sumatera termasuk Sriwijaya. Kehidupan Ekonomi Menurut catatan asing, Bumi Sriwijaya menghasilkan bumi beberapa diantaranya, yaitucengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading,timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barangbarangtersebut dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasidagangnya dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya Akibat dari persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan, Raja Rajendra Cholamelakukan dua kali penyerangan ke Kerajaan Sriwijaya. Bahkan pada penyerangganyayang kedua, Kerajaan Chola berhasil menawan Raja Cri SanggramaWijayatunggawarman serta berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting KerajaanSriwijaya.Pada abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang luar biasa.Kerajaan besar di sebelah utara, seperti Siam. Kerajaan Siam yang juga memilikikepentingan dalam perdagangan memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah selatan.Kerajaan Siam berhasil menguasai daerah semanjung Malaka, termasuk Tanah GentingKra. Akibat dari perluasan Kerajaan Siam tersebut, kegiatan pelayaran perdagangan Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan lemah yangwilayahnya terbatas di daerah Palembang, pada abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit.

Prasasti-prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya


Sebagai Kerajaan Maritim yang besar, wilayah kekuasaan Sriwijaya juga amat sangat besar, hal ini dibuktikan dengan peninggalan prasastinya yang dapat ditemukan diberbagai tempat, seperti yang berikut ini...

1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua sisi, bagian pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.

Isi:
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.[2] Sedangkan dari manuskrip Ligor B berangka tahun 775, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga ailendravama serta dijuluki dengan esavvrimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang sombong tidak bersisa).

2. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi.

Isi:

Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.

3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan manuskrip yang ditulis pada lempengan tembaga berangka tahun 1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti ini dinamakan sesuai dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden, Belanda.

Isi:
Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti Chola dari Tamil, selatan India.

4. Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti ini dinamakan menurut tempat penemuannya yaitu sebuah dusun kecil yang bernama "Kotakapur". Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini ditemukan oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892.

Isi:

Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hiya, seorang penguasa dari Kadtuan rwijaya.

5. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia

Isi:
Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah.

6. Prasasti Hujung Langit

Prasasti Hujung Langit, yang dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang, adalah sebuah prasasti batu yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung, Indonesia. Aksara yang digunakan di prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuna. Tulisan pada prasasti ini sudah sangat aus, namun masih teridentifikasi angka tahunnya 919 Saka atau 997 Masehi.

Isi:
Isi prasasti diperkirakan merupakan pemberian tanah sima.

7. Prasasti Talang Tuwo

Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang,

Isi:
Isi prasasti Talang Tuo adalah berupa doa-doa dedikasi, dimana hingga kini, doa-doa demikian masih dijalankan dan diyakini. Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari cara pandang Mahayana pada masa tersebut, dengan ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta, mahasattva, vajrasarira, danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa Sanskerta tersebut memang digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.

8. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahuntahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersamasama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Isi:
Isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dtu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.

9. Prasasti Karang Birahi

Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Isi:
Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu. Read more: http://ilhamblogindonesia.blogspot.com/2013/04/prasasti-prasasti-peninggalankerajaan.html#ixzz2ewef5S4j

Anda mungkin juga menyukai