Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Agama Hindu dan Budha berasal dari India. Kedua agama


tersebut masuk dan dianut oleh penduduk di berbgai wilayah
nusantara pada waktu yang hampir bersamaan, sekitar abad ke empat,
bersamaan dengan mulai berkembangnya hubungan dagang antara
Indonesia dengan India dan Cina. Sebelum pengaruh Hindu dan
Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan penduduk Indonesia
menganut kepercayaan dinamisme dan animisme.

Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu,


sedangkan mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia terdapat 4
teori sebagai berikut :

 Teori ksatria (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para ksatria)


 Teori waisya (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para
pedagang yang berkasta waisya)
 Teori brahmana (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para
brahmana)
 Teori campuran (masuknya agama Hindu disebarkan oleh ksatria,
brahmana, maupun waisya)

Bukti tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah


ditemukannya Arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi
Selatan. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah
nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu dan
Budha. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan


Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Diperkirakan kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini
dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut agama Hindu.
Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa
dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa
“Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan
dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling
terkemuka adalah Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara
yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.

B. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan


Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun
358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja
Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu
pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang
6112 tombak (sekitar 11 km).
Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima diantaranya
ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan satu lagi ditemukan di
desa Lebak, Banten Selatan. Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah Kerajaan
Tarumanegara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prasasti Kebon Kopi,
2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Bogor.

C. Kerajaan Kalingga atau Holing

Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906).
Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah
Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India Talingga. Tidak ditemukan
peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut berita Cina, kotanya dikelilingi
dengan pagar kayu rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap;
tempat duduk sang raja terbuat dari gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan
mengenali ilmu perbinatangan. Dalam berita Cina tersebut adanya ratu His-mo atau sima,
yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan
bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang
bersama agamaa Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di
Kaling dan tinggal selama 3 tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama
Jnanabhadra, Hwi Ning menerjemahkan kitab Hinayanaa dari bahasa Sanskerta.

D. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang pertamanya bernama
Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa.

Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang merupakan jalur


pelayaran dan perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada
abad ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk
kemudian. Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang,
sebaliknya Selat Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong
perkembangan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
 Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka,
sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
 Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan
Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim
(sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690
sampai 692, Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun 690 Sriwijaya
telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini
juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam
huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :
1. Prasasti Kedukan Bukit
2. Prasasti Talang Tuwo
3. Prasasti Kota Kapur
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Karang Birahi
6. Prasasti Ligor
Selain peninggalan berupa prasasti, terdapat peninggalan berupa candi. Candi-candi
budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi
Muara Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang
terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat budhisme, seperti berbagai arca budha dan bodhisatwa
Awalokiteswara ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.
Pada masa pemerintahan Bala Putra Dewa Sriwijaya menjadi pusat perdagangan
sekaligus pusat pengajaran agama Budha. Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana,
Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain
pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan
studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa
Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama
Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah
digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha
Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Letak Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun
demikian, letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa lain menyerang Sriwijaya.
Beberapa faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan :
 Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
 Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja
Rajendracoladewa.
 Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 – 1292.
 Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
 Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.

E. Kerajaan Mataram Kuno ( Hindu-Budha )


Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi
yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan
bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat
Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan
Sanna).
Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada
tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra
membangun arca Majusri ( candi sewu). Pengganti raja Dharanindra, adalah Samaratungga.
Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri
Kahulunan ( gelar Pramodawardhani) berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan
bahwa Sri Kahulunan meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur
yang sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik
Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun 856
Balaputradewa berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu gagal.
Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak
pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja
setelah Balitung adalah :
1. Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I hino (jabatan terttinggi
sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
2. Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
3. Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian
dipindahkan oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Mpu Sindok ke Jawa
Timur.

F. Kerajaan Medang Kamulan (Kahuripan)


Mpu Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan Raja
Wawa memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada tahun 929 M, Mpu
Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Isana. Pu Sindok
memerintah sampai dengan tahun 947. Pengganti-penggantinya dapat diketahui dari prasasti
yang dikeluarkan oleh Airlangga, yaitu Prasasti Calcuta.

Berdasarkan berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun
990 – 992 M melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1016, Airlangga
datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa. Namun pada saat upacara
pernikahan berlangsung kerajaan mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram yang
bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa Pralaya. Selama
dalam pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil menaklukkan raja Wurawari
pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari Wengker Pada tahun 1035 ia berhasil
mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat pada tahun 1049 dan disemayamkan di
Parthirtan Belahan, di lereng gunung Penanggungan.

G. Kerajaan Kediri
Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk penggantinya, sebab Putri
Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak menggantikan menjadi raja. la memilih
menjadi seorang pertapa. Maka tahta diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu
Jayengrana dan Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka
kerajaan di bagi dua atas bantuan Mpu Barada yaitu Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan
dan Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri).

Kisah tentang kerajaan ini termuat dalam Prasasti Banjaran (1052 M) yang menjelaskan
kemenangan Panjalu atas Jenggala dan prasasti Hantang (1052 M) yang menjelaskan Panjalu
pada masa Jayabaya. Selain itu, ada kakawin Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Panuluh
tahun 1156 M yang menceritakan kemenangan Kediri/Panjalu atas Janggala. Berita Cina
yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chu-fan-
chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.

Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya
yang berangka tahun 1104 M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri
adalah sebagai berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135),
Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181), Srengga (1190-
1200) dan Kertajaya (1200 – 1222).

Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya. Ken Arok dengan
bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).

H. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok
digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga menjadi buronan
tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang Brahmana, Ken Arok dapat
mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil
membunuh Tunggul Ametung tahun, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa
Tumapel. Ia juga menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya.
Pada waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan
diri dari Kediri. Pada tahun 1222 M terjadilah perang Ganter antara Ken Arok dengan
Kertajaya. Akhirnya Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, raja Kadiri terakhir di ganter
(pujon, Malang). Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan mendirikan dinasti baru
yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama Anusapati hasil
pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri yang lain, yaitu Ken Umang,
Ken Arok mempunyai seorang putra bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh
oleh Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, Tunggul
Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari. Ia memerintah selama 21 tahun.
Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian terbunuh
oleh Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar
Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara
sebagai Yuwaraja atau Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di Mandragiri.
Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan
Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita menyatukan Nusantara.
Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi)
dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan menuntut pengakuan Sriwijaya dan
Malayu atas kekuasaan Singasari. Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai
Khan dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu pada
tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi menuntut Singasari
mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari. Kertanegara menolak tegas, bahkan
utusan Cina itu dilukai mukanya. Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan
tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari
disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Sehingga
pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak senang
terhadap Kertanegara, diantaranya Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati
Madura). Pasukan Kediri berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.

I. Kerajaan Majapahit

Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu


Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati
Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang.
Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan
Tarik yang terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura,
pembukaan hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.
Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk
menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara
Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk
membalas dendam kepada Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu
tentara Tartar hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar,
Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit
dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Raden Wijaya atau Kertajasa meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang
dapat menggantikannya adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar
Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh
dari Mahapati. Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali
pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319.
Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke
desa Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada.
Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada
diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib
istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak meninggalkan
keturunan.
Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah
semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni. Maka
pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar
Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari
perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan
Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya
Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit. Pada saat pelantikan, Gajah
Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga
Tribhuwana turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang
bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai
Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah
Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban
(Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.
Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura,
di lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui
kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada
adalah empat orang menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek,
Kediri. Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.
Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya, Wikramawardhana. Sementara itu
Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki dari selir yang bernama Bhre Wirabhumi
yang telah mendapatkan wilayah keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada
tahun 1401 hubungan Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara
yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di
dibunuh. Tentu saja perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak
wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.

J. Kerajaan Tulang Bawang


Sebelum Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar, diduga di wilayah ujung
Pulau Sumatra bagian selatan (Provinsi Lampung)telah berdiri kerajaan yang bercorak hindu.
Berita tentang kerajaan Tulang Bawang berasal dari abad ke-5, yaitu dari kitab Liu-sung-Shu,
sebuah kitab sejarah pada masa pemerintahan Kaisar Liu Sung (420 – 479). Kitab ini
menceritakan bahwa pada tahun 499 M sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Nusantara
bagian barat yangbernama P’o-hung atau P’u-huang mengirimkan utusan dan upeti ke negeri
Cina. Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab T’ai-p’ing-huang-yu-chi yang ditulis
pada tahun 976 M – 983 M, disebutkan bahwa kerajaan yang bernama T’o-lang-p’p-huang
yang oleh G. Ferrand disarankan untuk diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang
terletak di daerah pantai tenggara Pulau Sumatra, di selatan sungai Musi.

K. Kerajaan Kota Kapur

Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, pada
tahun 1994, diperoleh suatu petunjuk tentang adanya kemungkinan berdiri sebuah pusat
pemerintahan sebelum kerajaan Sriwijaya berdiri. Pusat pemerintahan ini menemukan
temuan – temuan arkeologi berupa sisa – sisa sebuah candi hindu (waisnawa) terbuat dari
batu bersama arca – arca dari batu diantaranya 2 buah arca batu wisnu yang di buat sekitar
abad 5 - 7 M. Dari peninggalan arkeologi tersebut dapat disimpulkan bahwa kerajaan Kota
Kapur bercorak Hindu Waisnawa.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa
benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan
tanah, masing – masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian
sekitar 2-3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng tersebut menunjukkan masa antara tahun
530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan tersebut telah di bangun sekitar perte ngahan abad
ke- 6. Sebab keruntuhan kerajaan Kota Kapur yaitu ekspansi kerajaan Sriwijaya ke Pulau
Bangka pada akhir abad ke-7. Sriwijaya menguasai Pulau Bangka ditandai dengan
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka 608 Saka (686 Masehi),
yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh Kerajaan Sriwijaya.

L. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali

Menurut berita dari Cina di sebelah timur kerajaan Kalingga ada daerah Po-li atau
Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Dalam sejarah kerajaan Bali, nama Buleleng
mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit. Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng
sudah berkembang. Pada masa perkembangan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan
menjadi salah satu daerah kekuasaannya. Letak kerajaan Buleleng yang berada di sekitar
pantai dengan mudah menjadikan Buleleng sebagai pusat perdagangan laut. Perdagangan
dengan daerah sebrang berkembang pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah
oleh Anak Wungsu. Hal ini diceritakan pada prasasti yang di simpan di desa Sembiran yang
berangka tahun 1065 Masehi.
Sistem perdagangannya menggunakan sistem barter, ada yang sudah menggunakan
uang yang dikenal dengan ma, su, dan piling.

Teori masuknya islam di Indonesia

Berbagai teori tentang masuknyaIslam di Indonesia ini terus muncul sampai saat
ini. Ada beberapa pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia ini.

A. Teori Makkah
Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari Jazirah Arab atau
bahkan dari Makkah pada abad ke7 M. Teori ini dikemukakan oleh Hamka (Haji Abdul
Malik bin Abdul Karim Amrullah), ia adalah seorang ulama’ sekaligus seorang sastrawan
Indonesia. Hamka mengemukakan pendapat ini pada tahun 1958, saat orasi yang
disampaikan pada dies natalis perguruan tinggi Islam Negri (PTIN) di Yogyakarta.
Argumentasi yang dijadikan rujukan Hamka adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab.
Selain itu yang tidak boleh diabaikan adalah fakta menarik lainnya adalah bahwa orang-orang
Arab sudah berlayar mencapai Cina pada abad ke-7 M dalam rangka berdagang. Hamka
percaya dalam perjalanan inilah mereka singgah di kepulauan Nusantara saat itu.

B. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia ini berasal
dari Gujarat pada abad ke-13, Islam dibawa dan disebarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat
yang singgah di kepulauan Nusantara. Mereka menempuh jalur perdagangan yang sudah
terbentuk antara India dan Nusantara. Pendapat ini dkemukakan oleh Snouck Hurgronje. Ia
mengambil pendapat ini dari Pijnapel, seorang pakar dari Universitas Leiden Belanda, yang
sering meneliti artefak-artefak peninggalan di Indonesia. Pendapat Pijnapel ini juga
dibenarkan oleh J.P Moquette yang pernah meneliti bentuk nisan kuburan-kuburan raja-raja
pasai.

C. Teori Cina
Teori ini mengungkapkan tentang agama Islam yang disebarkan di Indonesia oleh
orang-orang Cina. Mereka bermadhab Hanafi, pendapat ini disimpulkan oleh salah seorang
pegawai Belanda pada masa pemerintahan kolonial Belanda dulu.
Teori ini beranggapan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari para
perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum
Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu Buddha etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur
dengan penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang. Bahkan ajaran Islam telah
masuk ke Cina pada abad ke-7 M, masa dimana agama ini baru berkembang.

D. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia beasal dari
daerah Persia atau Parsi (Iran). Pencetus dari teori inni adalah Hosein Djajadiningrat,
sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hosein lebih menitik beratkan
analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan
Indonesia. Tradisi tersebut antara lain : tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai
hari suci kaum Syi’ah atas kematian Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad.

Cara-cara penyebaran islam di Indonesia

1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan
dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang,
sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam
juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain.
Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun
menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain.

2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga sekarang di
beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan. Kampung tersebut dahulu merupakan
tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya pedagang Gujarat. Sebagian dari para
pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia. Terutama putri raja atau bangsawan. Karena
pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam. Kemudian
diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.

3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Dan di
dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan
agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama
Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya
kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam.
Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren
Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren
Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.

4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis
rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan
rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya
perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

5. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat


Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama
Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di
daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam
di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama
Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Derajat (Syarifuddin)
Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Gunung Jati (Faletehan)

6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat,
seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo,
Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat
dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan
sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran Islam melalui
syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus,
dan lain – lain. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Contohnya : Tokoh-tokoh
simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan
ajaran Islam, Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran. Membunyikan
bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat.

7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan
menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan
Sunan Panggung Jawa.
Kerajaan-kerajaan islam di Indonesia

1. Kerajaan islam di Sumatra


A. Kerajaan Samudara Pasai

Letak Geografis
Letak Kesultanan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia. Letak Samudra Pasai
di pantai timur Pulau Sumatrabagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan
internasional waktu itu, yaitu Selat Malaka. Pusat pemerintahanya di kota pasai. Dengan
posisi yang strategis tersebut Kerajaan Samudra Pasai berkembang dengan cukup pesat baik
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan social budaya.

Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai


Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad
ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim
dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di
Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah
pesisir Samudera
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di
kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan
masyarakat pedesaan atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan
masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan
Samudera Pasai.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai
1. Nazimuddin Al-Kamil
Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada tahun1238
ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain itu, ia juga membangun
sebuah kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang dinamakan kerajaan Samudra Pasai.
Tujuannya tentu adalah untuk menguasai perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.
2. Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)
Setelah Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan Dinasti Fatimah di
Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai. Maka, dikirimlah Syekh Ismail yang
nantinya akan bersekutu dengan Marah Silu (putra seorang bangsawan Persia, Marah Gajah).
Kerajaan ini berhasil direbut dan Marah Silu menerima gelar Sultan Malik Al-Saleh. Pada
masanya, ia memperkuat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka. Ia
meninggal tahun 1297.

3. Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)


putra Sultan Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi perpecahan antara
kedua putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan Mansyur. Sultan Mansyur memilih untuk
memisahkan diri ke Aru dan kembali menganut Islam Syiah.

4. Sultan Ahmad Perumadat Perumal


Pada masanya, kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan Sultan Delhi,
Muhammad Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345 dan 1346. Ibnu Batutah singgah
dua kali saat pergi ke dan dari China. Ia mengatakan bahwa Islam yang dianut adalah Islam
Syafei dan ada golongan bangsawan Persia yang disebut Amir.

5. Zainal Abidin (1383-1405)


Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa pemerintahannya karena
Kerajaan Islam lainnya telah muncul yaitu Kerajaan Malaka di bawah Iskandar Syah.

6. Sultan Shalahudin (1405 - 1412).


Pada perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat ditaklukkan oleh
bangsa Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Ali Mughayat Syah
tahun 1524.

Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk
terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :

o Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya

o Mengurus soal-soal atau masalah-masalah perkapalan

o Mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri

o Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia


Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga
selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah
Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke
Bandar Malaka.

Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan
okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah
Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.

Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa
orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya
mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.

Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan
hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama
Islam sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan
kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.

Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


Factor-faktor yang menyebabkan keemunduran kerajaan samudra pasai yaitu:
o Kekalahan Acah dalam melawan portugis di malaka pada tahun 1629M.
o Tokoh penggganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
o Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsudin as-Sumatrani
dan penganut ajaran Naruddin ar Raniri.
o Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak, Pahang,
Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.
o
Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai
a. Makam Sultan Malik AL-Saleh
Makam sultan malik al-salih

Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17


km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.

b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir

Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai sejak
1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam
Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir,
cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November
1326.

c. Makam Nahriyah

Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang pucuk
pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia bertahta dengan sifat
keibuan dan penuh kasih sayang. Makamnya terletak di Gampông Kuta Krueng, Kecamatan
Samudera ± 18 km sebelah timur Kota Lhokseumawe, tidak jauh dari Makam Malikussaleh.

B. Kerajaan Malaka
Sejarah Kerajaan Malaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai telah
membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat islam di Malaka.
Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia Tenggara. Karena pada
saat itu Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran islam. Dalam
perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin banyak sehingga kemudian muncul
sebagai kerajaan besar.
Letak Kerajaan Malaka
Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka.
Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1. Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora
(Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik
(Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan
mendirikan Kp. Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama
Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka
menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta
bantuan kepada Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2. Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya.
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang
kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur
politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-
citanya dapat tercapai.

3. Mudzafat Syah (1424-1458 M)


Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta dengan
gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama bergelar Sultan).
Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan
laut), namun dapat digagalkan.
4. Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di
Asia Tenggara.
Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan
memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah
Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas dalam pertempuran
, tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian
diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.
5. Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka
mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan
merupakan raja yang cakap.
6. Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka
merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya meliputi sebagian kecil
Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso
d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh ke
tangan Portugis.

Kehidupan Sosial – Budaya


Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan
yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh
kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan
Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam
dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan
sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat
individualisme. Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan
majikan.

Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang
banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting
memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat
kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang
berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah
terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai
bahasa perantara.

C. Kerajaan Aceh
Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh
Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah dari tahun
1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidie. Namun, berkat
kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.

2. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu waktu,
Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin dijatuhkan oleh Alaudin
Riayat Syah Al-Kahar.

3. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar


Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang wilayah Batak, Aru,
Johor, dan Malaka.

4. Sultan Iskandar Muda


Ia memerintah dari tahun 1607 sampai 1638.

5. Sultan Iskandar Thani


Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari tahun 1638 sampai
1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh tidak mengalami
kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh semakin Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan oleh
pertikaian dalam kerajaan itu sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai Malaka dan
Nusantara.

Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar Muda.
Semasa pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke Semenanjung Malaya
(Johor, Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya terletak pada angkatan perang Kerajaan
Aceh. Armada angkatan lautnya merupakan yang terkuat di masa itu.
Wilayah kerajaan Aceh pada masa kejayaannya

Pada masa ini, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya, perdagangan berkembang
pesat, sehingga menjadikan Aceh sebagai pelabuhan internasional. Aceh menjalin hubungan
yang baik dengan Kerajaan Turki, Persia, Cina, dan India.

Kehidupan social budaya


Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan
internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.

Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan


bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar
abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri,
Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.

Kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya.
Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya
akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh


o Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar yang mampu
mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
o Timbulnya pertikaian yang terus-menerus di Aceh antara golongan bangsawan (teuku) dengan
golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.
o Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perak,
Minangkabau dan Siak.
o Kekelahan Aceh dalam perang melawan Portugis di Malaka pada tahun 1629M.
o Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak dan menggeser
daerah perdagangan Aceh.

2. Kerajaan islam di Jawa


A. Kerajaan Demak

Masjid Agung Demak


Sejarah Kerajaan Demak
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini
didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan
kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor
kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar,
pendakwah islam paling awal di pulau jawa.

Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
1. Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari
kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah di angkat menjadi
bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya,
kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas
sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi
kerajaan agraris-maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan
masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia
memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu
lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang
putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang
Portugis di Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus
dijiluki Pangeran Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak
dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.

3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha
memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan
Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah
yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan
terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan
Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah.
Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti
kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di
peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti
itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.

Kehidupan sosial budaya


Salah satu peninggalan budaya Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak yang
terkenal dengan salah satu tiangnya yang terbuat dari pecahan kayu (tatal). Pembangunan
masjid dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Di pendopo masjid inilah Sunan Kalijaga meletakkan
dasar-dasar perayaan sekaten yang tujuannya untuk menyebarkan tradisi Islam. Tradisi
tersebut sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.

Keruntuhan Kerajaan Demak


Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton
Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi
kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling
berebut tahta. Hal itu menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak.
B. Kerajaan Banten
Sejarah Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari
Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah.
Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang
wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.

Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten

1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya sangat gigih.
Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Demak.
Pada saat itu di Demak terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah
kekuasaan Kerajaan Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan dan
perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.

2. Syeh Maulana Yusuf


Ia merupakan putra Sultan Hasanudin. Ketika menjadi raja dikenal dengan sebutan
Panembahan Yusuf.

3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi raja dengan
gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas kerajaan Banten dengan
menyerang Palembang. Dalam sejarah diceritakan penyerangan ke Palembang dipimpin oleh
Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari
keturunan orang Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di
Palembang. Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.

4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah gugur. Namun,
karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh Pangeran Ranamenggala sebagai
mangkubumi. Pangeran Ranamenggala mengendalikan pemerintahan dari tahun 1608 sampai
1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan lada dan
cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun 1651 sampai
1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian melimpah. Penyiaran agama
Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh ulama besar seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi.
Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan negara luar negeri, seperti Turki dan
Moghul. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan
belanda.

6. Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar


Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar merupakan raja pengganti Sultan Ageng Tirtayasa. Sikap
kerajaan ini masih tetap tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Namun, kekuasaan Belanda
semakin kuat di Banten. Akibatnya, kerajaan Banten menjadi runtuh. Peninggalan Kerajaan
Banten antara lain adalah Masjid Agung Banten dan sebuah meriam "Ki Amuk".

Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang perdagangan.
Hal tersebut disebabkan karena:
o Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
o Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
o Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat sebagai
pelabuhan dagang yang baik.
o Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari daerah baru di Jawa
Barat, yaitu Banten dan Cirebon.
Kehidupan social budaya
Dalam bidang seni bangunan,peninggalan kerajaan banten adalah bangunan Masjid Agung
Banten yang di bangun sekitar abad ke-16. Menara Masjid Agung Banten yang mirip
mercusuar dibangun oleh Hendriik Lucozoon Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia
yang masuk islam).
Masjid Agung Banten ini beratap tumpang atau sususn lima. Selain Masjid Agung Banten,
juga terdapat gapura di kaibon banten, dan istana model Eropa yang dibangun olej Jan Lukas
Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang telah menganut islam).

C. Kerajaan Mataram
Letak geografis
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal
perkembangannya adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Pajang. Kerajaan mataram berada di daerah jawa tengah bagian selatan dengan pusat
Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
o Pendiri desa mataram tahun 1556
o bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
o Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
o menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak
perempuan Ki Ageng Henis).
o Meninggal tahun 1584

2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )


o pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601
o bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa
o dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
o putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
o Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir Majapahit,
sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga
o meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian dimakamkan di
Kotagede.

3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati
Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
o raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
o putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas
Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
o meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan
Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing
Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di
Krapyak"

4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden
Mas Jatmika )
o lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan
Mataram, 1645
o raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
o Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan
Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
o Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
o kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia dengan VOC
o menyerang Batavia sebanyak 2x.
.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
o Memerintah pada tahun 1646-1677
o Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
o Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu Wetan,
yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru Martani).
o Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
o menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
o Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada tahun
1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang
di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain
yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian
tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan
Mataram. Namun ia kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.

6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )


o putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran Pekikdari
Surabaya.
o Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan Wanakerta
karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana baru tersebut bernama
Kartasura.
o Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi perebutan
takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan adiknya, yaitu Pangeran
Puger.
o Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili Cornelis
Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai ujung timur digadaikan
pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang Trunajaya.
o Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana. Dengan bantuan
VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal 26 Desember 1679.
Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan tangannya sendiri pada 2 Januari
1680.

7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )


o memerintah antara tahun 1703– 1705.
o dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
o Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden Ayu
Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh
dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.

Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam
istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-
anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang
berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir
utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi
arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa
Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang
berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-
Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan
karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari
hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E.

Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan
menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak
terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

D. Kerajaan Pajang
Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang
pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis
seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai pendahulunya. Pajang
sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618 yang pernah dihancurkan ibukota
dan sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak. Di bekas
kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik
asal negeri Cina.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1. Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga.
Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki
Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang,
Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba lemah,
tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu menguasai pedalaman
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik. Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang
dilanjutkan lagi oleh Raja Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa
pada abad ke-18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen
(lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).

2. Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh Arya
Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang.
Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan
Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri
Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri
sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya
Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan
orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang
juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang
berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke
Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.
3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1586-
1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias
Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak
angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas
Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan
Sultan Agung, raja terbesar Mataram.

Kehidupan Sosial Budaya


Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang
semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi lumbung beras pada abad ke-16
sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga
masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.

Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di Kartasura,
ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati Surabaya. Pada
masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1
dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada
di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air
di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di
sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.

Kemunduran Kerajaan Pajang


Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi
persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai
raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap
Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang
sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu
dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya
Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian
menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak
ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri
bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja
pertama bergelar Panembahan Senopati
3. Kerajaan Islam di Kalimantan
Di Kalimantan juga terdapat beberapa kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Kerajaan tersebut antara lain Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-1905),
Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan
Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan
Gunung Tabur (1820),Kesultanan Pontianak (1771),Kesultanan Tidung,dan Kesultanan
Bulungan (1731).
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat antara lain Tanjungpura
dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome Pires (1512-1551). Tanjungpura
dan Lawe menurut berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan
baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintah oleh Pate atau mungkin
adipati kesemuanya tunduk kepada kerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus. Tanjungpura
dan Lawe (daerah Sukadana) menghasilkan komoditi seperti emas,berlian,padi,dan banyak
bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu telah berada di bawah pengaruh
kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam upaya perluasan politik dalam menghadapi
ekspansi politik VOC.
Meskipun kita tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak, konon
ada pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim
(Hadramaut) yang di antaranya dating ke daerah Kalimantan Barat untuk mengajarkan
membaca al- Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di antaranya Syarif Idrus bersama
anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke arah laut
memasuki Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota Pontianak.
Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di tempat itu dengan
gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian memindahkan kota dengan
pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn
Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu. Daerah itu mengalami kemajuan di
bidang perdagangan dan keagamaan, sehingga banyak para pedagang yang berdatangan dari
berbagai negeri.Syarif Idrus memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-1789 M.
Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang
mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana
ialah Habib Husin al-Gadri. Ia semula singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa sampai di
Semarang dan di tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syaikh, karena
itulah maka Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Habib mendapat banyak simpati dari raja,
Sultan Matan dan rakyatnya. Kemudian Habib Husin al- Gadri pindah dari Matan ke
Mempawah untuk meneruskan syiar Islam. Setelah wafat ia diganti oleh salah seorang
putranya yang bernama Pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan
sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian dinamakan Pontianak dan di tempat inilah ia
mendirikan keraton dan masjid agung.
4. kerajaan Islam di Sulawesi
1. Kerajaan Makasar
Letak geografis
Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi bagian selatan pada
abad ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling
bertikai. Daerah ini kemudian dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar. Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua
kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-
daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-rempah.Seperti yang
terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan
ajaran Islam di Makassar.

Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar
1) Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri
Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.Pada
pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan
perdagangan.

2) Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).


Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat
sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke
Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda.

3) Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).


Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.
Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas
wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores). Berkat
penguasaan wilayah tersebut seluruh aktifitas pelayaran dan perdagangan yang melalui Laut
Flores harus singgah di pusat Kerajaan Makasar.
Hal tersebut di tentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di Maluku
teehalang oleh kekuasaan Makasar. Pertentangan antara Makasar dan Belanda sering
menimbulkan peperangan. Bahkan, pertentangan itu sering terjadi di Maluku. Keberanian
Sultan Hasannudin memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan
Belanda semakin terdesak. Kerena keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian
Belanda memberikan julukan kepada Sultan Hasanuddin “ Ayam Jantan dari Timur”.
Untuk menguasai Makasar, Belandsa melakukan politik Devide Et Impera, yang
kemudian menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja Aru Palaka
yang pada waktu itu sedang melakukan pemberontakan terhadap Makasar. Pasukan Belanda
yang dibantu Aru Palaka berhasil mendesak Makasardan dapat menguasai ibu kota kerajaan.
Akhirnya Sultan Hasanuddin terpalsa harus menandatangani perjanjian Bongaya pada
tahun1667M yang isinya antara lain:
o VOC yaitu kompeni dagang Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Makasar.
o Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makasar yang diberi nama Benteng
Rotterdam.
o Makasar harus melepaskan daerah kekuasaanya seperti Bone dan pulau-pulau di luar wilayah
Makasar.
o Aru Palaka diakui sebagai raja Bone
Meskipun telah menandatangani perjanjian Bongaya, orang-orang Makasar tetap
melakukan perlawanan yang berlangsung selama 2 tahun dengan pusat pertahanan di
Sombaopu. Namun Belanda tetap berupaya merebut pertahanan itu dengan menghancurkan
dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasannudin menyarah.
4) Raja Mapasomba
Raja Maposamba dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah adalah putra Sultan
Hasanuddin yang turun tahta setelah menyerah kepada Belanda.

Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar dibedakan atas 3
lapisan atau kelas, yaitu:
o Kareng yang terdiri dari kaum Bangsawan.
o Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa.
o Ata untuk Hamba Sahaya.

Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Makasar sangat staregis yaitu di tengah-tengah jalur perdagangan antara
Maluku dan Malaka, sehingga kerajaan tersebut berkembang menjadi pusat perdagangan.

Kehidupan budaya
Kebudayaan Kerajaan Makasar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yang bersifat maritime,
yaitu pembuatan alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Masyarakat Kerajaan Makasar juga
mengembangkan seni sastra, yaitu kitab lontara.
5. Kerajaan Islam di Maluku
1. Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan
Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah
berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore,Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku,
Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik
dari Nusantara maupun pedagang asing.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah
putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan
agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin
memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut
dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa
pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah
kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.

B. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan


Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad
ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate
menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah.
Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate
sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.Sebagai kerajaan yang
bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan
hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De
Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab
suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah
keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.

C Kemunduran Kerajaan Ternate.


Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan
Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

2. Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate
dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik tahta pada tahun 1081
M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa
oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia
masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.

A. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan


Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-
1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan
Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara
itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang
cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh
Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus
meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean
Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah
adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

B. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial


Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-
harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari
Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat
sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai
penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa.
Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.

C. Kemunduran Kerajaan Tidore


Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan
Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

6. Kerajaan Islam di Papua


Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah berlangsung
sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di
Papua, yakni: Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati, Kerajaan Sailolof
Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati (terdiri dari Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan
Wertuar) Kerajaan Kowiai (Namatota), Kerajaan Aiduma, Kerajaan Kaimana.
Berikut beberapa pendapat mengenai kedatangan islam di papua:
a. Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh, Abdul Ghafar.
Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja
Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali
Bauw). Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374) di Rumbati dan sekitarnya. Ia
kemudian wafat dan dimakamkan di belakang masjid kampung Rumbati tahun 1374.
b. pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai diperkenalkan di tanah
Papua di jazirah Onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan
dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab. Pengislaman ini diperkirakan terjadi pada
abad pertengahan abad ke-16, dengan bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitar
400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587.
c. pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak dikembangkan
oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari
Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses
pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan.
d. pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa pemerintahan
Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke seluruh penjuru
negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut
Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang
memerintah tahun 1521. Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta
pulau-pulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan
Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di barat laut
Papua tahun 1606
e. pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku Utara (Ternate-
Tidore). Sumber sejarah Kesultanan Tidore menyebutkan bahwa pada tahun 1443 Sultan Ibnu
Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar
(Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat, kemudian Sultan Ibnu
Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putera Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi
(Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan dengan putri Sultan Ibnu Mansur
bernama Boki Tayyibah.Kemudian berdiri empat kerajaan di Kepulauan Raja Ampat
tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool atau Kerajaan Sailolof, Kerajaan Batanta,
dan Kerajaan Waigeo.

7. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. di
perkenalkan oleh Sultan Prapen(1605),Putra Sunan Giri.Namun Islam mungkin masuk ke
Sumbawa melalui Sulawesi lewat Dakwah para mubalig dari Makassar antara tahun 1540-
1550. kemudian berkembang kerajaan islam di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan
Selaparang.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang dibawah
pemerintahan Prabu Rangkesari.pada masa itulah Selaperang mengalami zaman keemasan
dan memegang hegemoni di seluruh lombok.Selaperang menjalin hubungan dengan beberapa
negri,terutama Demak,
pada abad ke-17 seluruh kerajaan Islam Lombok ada dibawah pengaruh kekuasaan
Kesultanan Goa.hubungan antara keSultanan Goa dan Lombok diperepat dengan cara
perkawinan, seperti Pemban Selaperang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Setelah terjadi Perjanjian Bongaya antara kesultanan Goa dan VOC pada abad 18 November
1667 yang sangat merugikan kesultanan Goa,kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mulai
ditekan oleh VOC. Pusat kerajaan Lombok pun dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673
dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau
tersebutdengan dukungan kekuasaan Goa.Sumbawa dipandang lebih strategis dari pada
Selaparang.Ancaman dan serangan VOC ( Verenigde Oost Indische Compagnie ) yang terjadi
secara terus-menerus.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa
pengaruh besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha
di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki
kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno,
Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan tulang Bawang, Kerajaan
Kota Kapur, Kerajaan Buleleng, dan Kerajaan Dinasti Warmadewa. Masuknya
kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan kebudayaaan di Indonesia. Namun kebudayaan asli Indonesia
tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses
erajaan penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses akulturasi
kebudayaan, dan Agama islam muncul di Indonesia karena dibawa oleh
pedagang dari Gujarat atau Cina, kemudian agama islam berkembang di
Indonesia melalui berbagai jalur seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan
dan lain-lain. Dari sinilah kemudian muncul berbagai macam kerajaan-kerajaan
islam di Indonesia. Setiap kerajaan pasti mengalami proses pertumbuhan, baik
kemunduran maupun kemajuan ( puncak kejayaan ). Begitu pula kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia yang mengalami pertumbuhan.

B. Saran
1. Di dunia ini kita harus saling menghormati dan menghindari permusuhan agar tercipta
kedamaian dan kemakmuran di NKRI.
2. Kita harus belajar dari masa lalu bahwa permusuhan adalah awal kehancuran, untuk itu
marilah kita saling bersatu agar terwujud dunia yang lebih baik.
1. Kerajaan majapahit adalah suatu kerajaan yang besar serta disegani oleh
bangsa asing. Berikut unsur-unsur dalam perkembangan kerajaan
majapahit yaitu....
a. Ekonomi
b. Politik
c. Sosial
d. Kebudayaan
e. Benar semua
alasan :
- Letak kerajaan majapahit seacara geografis sangat baik yaitu ditengah
tengah wilayah indonesia.
- Pusat kerajaan ditepi sungaibesar sehingga mudah dilayari
- Tanah subur dan banyak hasil pertanian
- Timbulnya toko negarawan yaitu R.Wijaya,Hayam Wuruk dan Gajah
Mada.
- Tidak ada saingan di Indonesia

2. Sumber informasi yang bersisi berdiri dan berkembangnya kerajaan majapahit


berasal dari berbagai sumber, kitab yang menceritakan mengenai raja-raja
majapahit dan singasari adalah....
a. kitab negarakertagama
b. kitab parahraton
c. prasasti butak
d. kidung panji wijayakama dan kidung harsawijaya
e. salah semua
ALASAN : serat pararaton atau pararaton, adalah sebuah kitab naskah sastra jawa
pertengahan yang diubah dalam bahasa jawa kawi.naskah ini cukup
singkat,berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya
adalah sejarah raja raja singasari dan majapahit di jawa timur.

3. Raja hayam wuruk adalah salah satu raja yang pernah memerintah kerajaan
majapahit. Raja hayam wuruk merupakan putra dari hasil pernikahan
cakraddara dan...
a. Meidariyaupha
b. Sekar ayu
c. Candalawulanengsih
d. Tribhuwaratunggadewi
e. Camma’
alasan :TRIBHUWANA WIJAYATUNGGADEWI adalah penguasa ketiga
Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351.

4. Raja jayanegara adalah putra dari raja wijaya. Sebelum raja jayanegara naik
tahta,nama beliau adalah…
a. Latusindron
b. Kala gemot
c. Muemala
d. Multhazam
e. Saputrariarawan
alasan :menurut pararaton nama asli jayanegara adalah Raden Kala gemet {utra
Raden Wijaya dan Dara Petak

5. Karena kecakapan dan jasanya, gajah mada menjabat sebagai patih


amangkhubumi majapahit dengan menggantikan arya tadah.Ketika upaca
pelantikan, gajah mada mengucapkan sumpahnya yaitu tan amukti palapa yang
lebih dikenal dengan...
a. sumah palopo
b. sumpah serapah
c. sumbah sumbawa
d. sumpah mempaba
e. sumpah palapa
alasan : sumpah palapa adalah suatu pernyataan atau sumpah yang dikemukakan
oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Gajah Mada
tahun 1258 saka.

6.. Kerajaan mataram kuno ada di jawa tengah dengan daerah pusat yang
dikelilingi oleh gunung-gunung dan pegunungan yang disebut sebagai ...
a. Bhumi mataram
b. Mataram kuno
c. Jaya mataram
d. Mataran tanah jiwa
e. Tumpah darah mataram
alasan: bhumi mataram adalah suatu wilayah kerajaan mataram kuno, yang berdiri
di jawa tengah pada abad ke-8 kemudian berpindah ke jawa timur pada abad ke
10,bhumi mataram adalah sebutan untuk Yogyakarta dansekitarnya pada masa
itu.

7.. Pada era pemerintahan raja balaputradewa, diketahui bahwa pusat


pusatpemerintahan kerajaan Syailendra berlokasi di daerah pegunungan di
sebelah selatan. Hal tersebut berdasarkan letak peninggalan...
a. Istana balaputradewa
b. Istana ratu boko
c. Istana sekar taji
d. Istana padengrang
e. Semua salah
alasan : Ratu boko terletak 3km ke arah selatan dari candi prambanan.kawasan
ratu boko yang berlokasi diatas sebuah bukit dengan ketinggian kurang lebih
195.97 m diatas permukaan laut.

8.Berikut Faktor-Faktor yang menyebabkan islam berkembang pesat,kecuali...


A.Islam tidak mengenal kasta
B.Ajarannya sederhana
C.Islam mengenal kasta.
D.Kemunduran kerajaan majapahit.
E.Sikap toleransi
Alasan : agama islam tidak mengenal kasta,tidak membedakan yang satu
dengan yang lain,islam merupakan agama yang saling menghormati yang satu
dengan yang lain.

9.Salah satu faktor yang menyebabkan Islam berkembang pesat adalah...


A.Islam bersifat terbuka
B.Upacara agama yang sulit
C.Ajarannya sukar dimengerti
D.Penduduk dipaksa masuk Islam
E. Tidak mudah dimengerti
ALASAN : agama islam adalah agama yang terbuka untuk masyarakat
luas,islam tidak memerlukan biaya yang mahal untuk menganutnya.

10.Kerajaan islam pertama di indonesia adalah...


A.Kerajaan Demak
B.Kerajaan Majapahit
C.Kerajaan Samudra Pasai
D.Kerajaan Aceh
E.Kerajaan Banten
Alasan : kerajaan samudra pasai didirikan pada tahun 1267-1521,didirikan oleh
Marah Silu yang bergelar Sultan Malik As-Saleh.

Anda mungkin juga menyukai