Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PEMINATAN

KERAJAAN SRIWIJAYA

Disusun oleh : Kelompok 3

1. NABILA SAFIRA
2. NYOMAN SEKARNIN
3. ALDO SETIAWAN
4. DIDIT AGUSTIAN

Kelas XI IPS 3

SMA NEGERI 1 LUBAI

TAHUN AJARAN 2022 - 2023


KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya, menurut para ahli diperkirakan telah berdiri pada abad ke-7 M. Raja pertama
Kerajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya semakin luas
ketika berhasil mengembangkan politik ekspansinya. Sasarannya adalah daerah-daerah yang strategis
bagi dunia perdagangan. Perluasan wilayah kekuasaan ini tertulis di dalam prasasti yang ditemukan di
Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan, beberapa sumber berita Tiongkok juga menyebutkan
keberhasilan Kerajaan Sriwijaya di dalam memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Semenanjung
Malaka. Tidak aneh apabila Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai Negara Antarnusa.

Salah satu kebesaran Kerajaan Sriwijaya adalah kedudukannya sebagai pusat pendidikan
pengembangan agama Buddha di kawasan Asia Tenggara. Bahkan, menurut I-Tsing pada abad ke-8 M
di Kerajaan Sriwijaya telah ada 1.000 orang pendeta yang belajar di bawah bimbingan Sakyakirti.
Menurut Prasasti Nalanda, banyak pemuda-pemudi dari Kerajaan Sriwijaya yang pergi ke India untuk
belajar agama Buddha. Perhatian raja terhadap perkembangan agama Buddha juga besar, hal itu terlihat
dengan pemberian sebidang tanah yang hendak dipergunakan sebagai asrama pelajar. Bahkan,
Balaputradewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa dari India. Berikut peran
penting Sriwijaya sebagai kerajaan bercorak Buddha.

a. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan internasional. Hal ini disebabkan Sriwijaya


berkembang menjadi kerajaan maritim dan memiliki kapal dagang yang banyak.
b. Sriwijaya berperan sebagai tempat membina ilmu dan agama. Peranan ini dibuktikan dalam Prasasti
Nalanda di India Selatan. Di mana dijelaskan bahwa para calon rahib sebelum pergi ke India untuk
memperdalam agama Buddha mereka mempersiapkan diri dahulu di Sriwijaya dan untuk
mempertahankan peran Sriwijaya sebagai tempat memperdalam ajaran Buddha, maka Raja
Balaputradewa mengirim pelajar-pelajarnya ke India.

Sejarah Pendiri Kerajaan Sriwijaya Beserta


Silsilahnya
Pendiri Kerajaan Sriwijaya – Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan yang menjadi salah satu
kerajaan maritim terbesar yang ada di wilayah Indonesia. Letaknya kerajaan ini berada tepat di Pulau
Sumatera dengan corak khasnya yaitu Budha.
Kerajaan Sriwijaya juga menjadi sebagai sebuah kerajaan yang berhasil berkuasa dalam mengendalikan
jalur perdagangan utama di wilayah Selat Malaka. Serta berhasil pula untuk menaklukkan berbagai
kerajaan yang ada di Pulau Jawa.
Sebagai kerajaan yang berada di jalur perdagangan yang melintasi Selat Malaka, terdapat banyak sekali
para pedagang yang singgah di jalur perdagangan ini guna membeli rempah-rempah. Tidak hanya
barang berupa rempah-rempah saja, awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya juga terjadi pula sebuah
pertukaran kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang yang berasal dari India, Arab, dan China yang
membawa dampak terhadap budaya di Pulau Sumatera sampai sekarang ini.
Nama Sriwijaya ini diambil dari bahasa Sansekerta yakni kata “Sri” artinya cahaya atau bercahaya dan
kata “Wijaya” artinya kejayaan atau kemenangan. Dengan begitu, arti nama dari Sriwijaya yaitu
kemenangan yang gemilang.
Lalu, bagaimana awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya? Siapakah pendiri kerajaan Sriwijaya? dan
apa saja beberapa hal penting lainnya terkait kerajaan Sriwijaya?. Berikut telah dirangkum terkait
kerajaan Sriwijaya mulai dari awal mula berdiri kerajaan Sriwijaya, pendiri kerajaan Sriwijaya, raja-
raja di kerajaan Sriwijaya, letak dari kerajaan Sriwijaya, masa kejayaan kerajaan Sriwijaya, masa
keruntuhan kerajaan Sriwijaya, dan peninggalan dari kerajaan Sriwijaya. Mari perhatikan secara
lengkap pembahasan berikut ini.
Awal Mula Berdiri Kerajaan Sriwijaya
Sebuah catatan awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya pertama kali diteliti oleh seorang Pria
kelahiran Perancis pada tahun 1920, bernama George Coedes. Kala itu dirinya memberitahukan
mengenai temuannya dalam sebuah surat kabar berbahasa Indonesia dan Belanda.
Kerajaan Sriwijaya diperkirakan telah berdiri dan pertama kali muncul pada abad ke-7 masehi. Hal itu
dengan didasarkan pada sebuah catatan perjalanan seorang biksu bernama I Tsing yang menuliskan
kisah persinggahan selama 6 bulan di Kerajaan Sriwijaya. Tak hanya itu saja, catatan mengenai
berdirinya kerajaan Sriwijaya ini juga didasarkan pada sebuah penemuan prasasti abad ke-7 yang
cukup banyak.
Pada abad ke-7 masehi kerajaan Sriwijaya yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dapunta Hyang
Sri Janayasa atau biasa disebut dengan nama Sri Jayanasa, merupakan seorang raja pertama di kerajaan
Sriwijaya. Keterangan itu tertulis dalam salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Bangka.
Meski begitu, kisah pendirian dari kerajaan Sriwijaya ini merupakan salah hal yang terkadang cukup
sulit untuk dipecahkan oleh para peneliti. Karena pada sumber-sumber yang telah ditemukan atau
dijumpainya tersebut tidak terdapat sebhah struktur genealogis yang tersusun secara rapi antar raja-raja
di kerajaan Sriwijaya.
Di dalam prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 masehi menyebutkan bahwa nama Dapunta Hyang,
merupakan raja di kerajaan Sriwijaya. Lalu, Di dalam prasasti lainnya yaitu prasasti Talang Tuo pada
tahun 684 masehi menyebutkan bahwa nama Dapunta Hyang diperjelas kembali menjadi nama
Dapunta Hyang Sri Janayasa. Kedua prasasti ini dijadikan sebagai sebuah penjelasan tertua mengenai
sosok dari Dapunta Hyang Sri Janayasa dianggap sebagai seorang pemimpin atau raja di kerajaan
Sriwijaya.
Pada prasasti Kedukan Bukit ini pun menceritakan mengenai kisah dari seorang bernama Dapunta
Hyang yang pernah mengadakan sebuah perjalanan dengan membawa sebanyak 20 ribu tentara yang
berasal dari Minanga Tamwan menuju ke daerah Palembang, Bengkulu, dan juga Jambi. Dalam
perjalanannya itu, dirinya berhasil untuk menguasai wilayah yang dianggap strategis untuk melakukan
perdagangan di kerajaan Sriwijaya sehingga menjadi makmur.
Sementara itu, berdasarkan prasasti Kota ditemukan di Pulau Bangka pada tahun 686 masehi. Isi dalam
prasasti tersebut menceritakan mengenai kisah dari kerajaan Sriwijaya yang diperkirakan telah berhasil
dalam menaklukkan wilayah Sumatera bagian selatan, Bangka, dan juga Belitung. Bahkan hingga ke
wilayah Lampung.
Bukti itu juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa mencoba untuk melancarkan ekspedisi militernya guna
melakukan serangan terhadap wilayah Jawa yang dianggapnya sebagai wilayah yang tidak mau
berbakti terhadap maharaja Sriwijaya. Peristiwa tersebut terjadi pada waktu yang hampir mendekati
dengan runtuhnya sebuah kerajaan yang ada di Jawa Barat bernama Kerajaan Tarumanegara dan
kerajaan yang ada di Jawa Tengah bernama Kerajaan Kalingga atau Holing. Serangan itu dapat saja
terjadi dikarenakan oleh adanya serangan atau perlawanan yang dilancarkan oleh kerajaan Sriwijaya.
Pendiri dari Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mempunyai seorang raja pertama bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa atau biasa
disebut Sri Jayanasa. Nama Dapunta Hyang Sri Jayanasa menjadi raja di kerajaan Sriwijaya dengan
didasarkan pada sebuah catatan dari I Tsing dan catatan dari dua prasasti yakni prasasti Talang Tuo dan
prasasti Kedukan Bukit.
Pada catatan I Tsing dan prasasti tersebut menyebutkan bahwa nama Dapunta Hyang Sri Jayanasa
adalah seorang yang diangkat sebagai raja di kerajaan Sriwijaya setelah melakukan perjalanan suci atau
biasa dikenal Siddhayatra memakai sebuah perahu.
Dapunta Hyang Sri Jayanasa memimpin ribuan prajurit dan armada untuk menguasai sejumlah wilayah
di Palembang, Lampung, Jambi, dan Bangka. Sejumlah catatan lain pun menyebutkan bahwa Dapunta
Hyang juga sempat mencoba untuk melakukan penyerangan terhadap kerajaan yang ada di Pulau Jawa.
Raja-raja di Kerajaan Sriwijaya
Seperti yang telah disampaikan pada pembahasan diatas bahwa struktur genealogis raja-raja di
Sriwijaya banyak yang terputus dan hanya didukung oleh beberapa bukti yang dianggap kurang kuat.
Berikut merupakan nama raja-raja di kerajaan Sriwijaya yang telah disepakati oleh sejumlah para ahli
sesudah masa kekuasaan dari Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Diantaranya yaitu:

– Sri Indrawarman
– Raja Dharanindra
– Raja Samaratungga
– Rakai Pikatan
– Balaputradewa
– Sri Udayadityawarman
– Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarman
– Sri Marawijayatunggawarman
– Sri Sanggramawijayatunggawarman

Letak dari Kerajaan Sriwijaya


Letak pasti dari kerajaan Sriwijaya sampai sekarang ini masih menjadi perdebatan. Akan tetapi, sebuah
pendapat yang dikemukakan oleh seorang bernama G. Coedes di tahun 1918 menyebutkan bahwa pusat
kerajaan Sriwijaya berada di wilayah Palembang.
Hingga sekarang ini, wilayah Palembang masih dianggap sebagai pusat pemerintahan kerajaan
Sriwijaya. Sejumlah para ahli juga menyimpulkan bahwa Sriwijaya dengan coraknya yakni maritim
mempunyai kebiasaan dalam berpindah-pindah pusat kekuasaan. Karena terdapat sejumlah ahli yang
menyimpulkan bahwa Sriwijaya berpusat di wilayah Kedah, Setelah itu Muara Takus, sampai
disebutkan pula kota Jambi.
Namun sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh Universitas Indonesia di tahun 2013 menemukan bahwa
terdapat sejumlah situs candi dengan corak Buddha di wilayah Muaro Jambi. Runtuhnya candi tersebut
diperkirakan menjadi tempat tinggal dari para cendekiawan Buddha. Pada dahulu kala, kerajaan Sriwijaya
banyak menampung biksu Buddha dan para cendekiawan.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya berada ketika masa pemerintahan Balaputradewa. Saat itu, kerajaan
Sriwijaya banyak berhasil menguasai jalur perdagangan yang strategis dan beberapa kerajaan lainnya.
Kekuasaan dan pengaruh kerajaan Sriwijaya pun telah mencapai ke wilayah Thailand dan Kamboja.
Hal itu tampak pada Pagoda Borom That yang memiliki gaya arsitektur Sriwijaya yang berada di
Chaiya, Thailand.
Letaknya yang berada di jalur perdagangan menjadikan Sriwijaya mudah untuk menjual hasil alam,
misalnya kapur barus, cengkih, kayu gaharu, kayu cendana, kapulaga, dan pala. Raja Balaputradewa
dianggap sebagai seorang raja yang membawa kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan di abad
ke-8 dan ke-9.
Akan tetapi, pada dasarnya kerajaan Sriwijaya mengalami masa kekuasaan yang jaya hingga ke
generasi Sri Marawijaya. Hal itu dikarenakan raja-raja sesudah Sri Marawijaya telah disibukkan oleh
peperangan melawan Pulau Jawa di tahun 922 masehi dan 1016 masehi.
Kemudian, dilanjutkan dengan perlawanan menghadapi kerajaan Cola di tahun 1017 sampai tahun
1025 masehi, Raja Sri Sanggramawijaya berhasil ditawan. Pada masa pemerintahan Balaputradewa
hingga dengan Sri Marawijaya, kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukkan Selat Malaka yang menjadi
jalur utama perdagangan antara Cina dan India.
Tak hanya itu saja, seperti yang dikutip dari Buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya dari
Deni Prasetyo, menceritakan bahwa mereka berhasil memperluas kekuasaan sampai ke wilayah Jawa
Barat, Bangka, Kalimantan Barat, Singapura, Malaysia, dan Thailand bagian Selatan. Guna menjaga
keamanan tersebut, kerajaan Sriwijaya membangun sejumlah armada laut yang cukup kuat.
Dengan tujuan agar kapal asing yang hendak melakukan perdagangan di Sriwijaya merasa aman dari
adanya gangguan perompak. Sampai lambat laun, Sriwijaya berkembang sebagai negara maritim yang
sangat kuat.
Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Seiring pergantian dari kepemimpinan kerajaan Sriwijaya yang mulai banyak mendapatkan serangan
dari berbagai kerajaan khususnya adalah kerajaan di Pulau Jawa. Terdapat serangan dari kerajaan
Medang yang berada di Jawa Timur, serangan itu merupakan salah satu serangan gencar dari Pulau
Jawa.
Selain itu kerajaan Sriwijaya pub menerima serangan bertubi-tubi dari kerajaan Cola hingga
melemahkan kekuasaan di Selat Malaka dan secara perlahan berhasil menguasai daerah kekuasaan lain
di Sriwijaya. Kebesaran kerajaan Sriwijaya kini mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11
masehi.
Pada masa itu, berawal dari adanya serangan besar-besaran yang dilakukan oleh seorang raja bernama
Rajendra Coladewa dari Kerajaan Cola yang berhasil menaklukkan salah satu raja di kerajaan
Sriwijaya. Dilansir dari buku Sejarah karya dari Nana Supriatna, menceritakan bahwa pada abad ke-13
masehi salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya yakni kerajaan Malayu, berhasil ditaklukkan oleh
kerajaan Singasari, merupakan kerajaan dari Jawa dengan pemimpin bernama Kertanegara. Lewat
sebuah ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil untuk menjalin hubungan yang baik terhadap
kerajaan Malayu.
Sedangkan, kerajaan Sriwijaya mulai merasa lemah dan tidak dapat berbuat apa-apa dalam mencegah
negara taklukannya menjalin hubungan yang baik dengan wilayah saingan yaitu Pulau Jawa. Sampai
kelemahan itu dimanfaatkan oleh kerajaan Sukhodaya dari Thailand dibawah pimpinan Raja Kamheng.
Daerah Sriwijaya yang berada di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka dapat
dikuasai. Akhir abad ke-14 masehi, kerajaan Sriwijaya pun benar-benar runtuh sebab serangan kerajaan
Majapahit dari Jawa.
Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
Terdapat sejumlah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang belum diketahui oleh orang banyak. Berikut
peninggalan kerajaan Sriwijaya mulai dari prasasti hingga dengan Candi, diantaranya:
1. Prasasti Kedukan Bukit
Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang pertama ini yaitu prasasti Kedukan Bukit. Prasasti tersebut
ditemukan di tepi sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang. Pada prasasti itu terdapat angka
tahun yakni 686 masehi yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Di dalam
prasasti Kedukan Bukit berisi ungkapan mengenai Dapunta Hyang yang menaiki perahu dan
mengisahkan mengenai kemenangan Sriwijaya.
2. Prasasti Kota Kapur
Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang kedua ini yaitu prasasti Kota Kapur. Prasasti itu ditemukan di
Pulau Bangka sebelah Barat yang isinya mengenai kutukan untuk orang yang berani melanggar
perintah dari Raja Sriwijaya.
3. Prasasti Telaga Batu
Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ketiga ini yaitu prasasti Telaga Batu. Prasasti tersebut ditemukan
di Kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang. Di dalam prasasti Telaga Batu berisi
tentang kutukan untuk orang-orang jahat yang berada di wilayah kerajaan Sriwijaya.
4. Prasasti Karang Berahi
Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang keempat ini yaitu prasasti Karang Berahi. Prasasti tersebut
ditemukan di Desa Karang Berahi, Merangin, Jambi. Di dalam prasasti Karang Berahi isinya mengenai
kutukan untuk orang-orang jahat yang tidak setia terhadap Raja Sriwijaya.
5. Prasasti Palas Pasemah
Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang kelima ini yaitu prasasti Palas Pasemah. Prasasti tersebut
ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan. Di dalam prasasti Palas Pasemah
berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno yang isinya mengenai kutukan untuk orang-orang jahat
yang tidak setia terhadap Raja Sriwijaya.
6. Prasasti Talang Tuo
Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang selanjutnya ini yaitu prasasti Talang Tuo. Di dalam prasasti
tersebut berisi mengenai doa Buddha Mahayana dan kisahnya mengenai pembangunan taman dari Sri
Jayanasa.
7. Prasasti Hujung Langit
Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berikutnya ini yaitu prasasti Hujung Langit. Prasasti tersebut
ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung. Di dalam prasasti Hujung Langit terdapat sebuah angka
tahun yakni 997 masehi.
8. Prasasti Ligor
Selain Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang telah disebutkan diatas terdapat juga peninggalan kerajaan
sriwijaya lainnya yaitu prasasti Ligor. Prasasti tersebut ditemukan di wilayah Thailand sebelah Selatan
oleh seorang bernama Nakhon Si Thammarat. Di dalam prasasti Ligor berisi mengenai kisah seorang
Raja Sriwijaya yang membangun Tisamaya Caitya untuk Karaja.
9. Prasasti Leiden
Tak hanya prasasti Ligor, Talang Tuo, Hujung Langit, Palas Pasemah, Karang Berahi, Kota Kapur,
Telaga Batu, dan Kedukan Bukit saja, terdapat juga peninggalan kerajaan Sriwijaya lainnya yaitu
prasasti Leiden. Di dalam prasasti ini tertulis bahasa Sanskerta pada lempengan tembaganya. Serta
tamil yang mengisahkan mengenai hubungan dinasti Cola terhadap dinasti Syailendra dari Sriwijaya.
10. Candi Muara Takus
Peninggalan kerajaan Sriwijaya tidak hanya memiliki peninggalan berupa prasastinya yang cukup
banyak tetapi juga memiliki Candi. Terdapat peninggalan kerajaan Sriwijaya berupa Candi yang
bernama Muara Takus. Candi ini ditemukan di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Candi Muara Takus mempunyai corak Budha yang khas dengan beberapa susunan stupa. Di dalam
halaman Candi ini pun terdapat Candi dengan nama Candi Bungsu, Candi Sulung, Stupa Palangka, dan
Stupa Mahligai.
Demikian pembahasan mengenai Kerajaan Sriwijaya mulai dari awal mula berdiri kerajaan Sriwijaya,
pendiri kerajaan Sriwijaya, raja-raja di kerajaan Sriwijaya, letak dari kerajaan Sriwijaya, masa kejayaan
kerajaan Sriwijaya, masa keruntuhan kerajaan Sriwijaya, dan peninggalan dari kerajaan Sriwijaya.
Semoga pembahasan tersebut dapat memberikan wawasan pengetahuan dan manfaat bagi para
pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai