Anda di halaman 1dari 3

Ferisa Putri R

11 / X TBG2

Kerajaan Sriwijaya

1. Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama
Dapuntahyang Sri Jayanasa. Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan
di Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka.

Namun, kisah pendirian kerajaan ini merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh
peneliti. Sebab dalam sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang
tersusun rapi antar raja Sriwijaya.

Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi) menyebutkan nama Dapunta Hyang, dan prasasti
Talang Tuo (684 Masehi) memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kedua
prasasti ini adalah penjelasan tertua mengenai seseorang yang dianggap sebagai raja atau
pemimpin Sriwijaya.

Dalam Prasasti Kedukan Bukit juga menceritakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan
perjalanan dengan memimpin 20 ribu tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi,
dan Bengkulu. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan daerah-daerah yang
strategis untuk perdagangan sehingga Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur.

Berdasarkan prasasti Kota (686 M) di Pulau Bangka, Sriwijaya diperkirakan telah berhasil


menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka dan Belitung, bahkan sampai ke Lampung.

Bukti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa bahkan mencoba untuk melancarkan
ekspedisi militer menyerang Jawa yang dianggap tidak mau berbakti kepada maharaja
Sriwijaya.

Peristiwa ini terjadi pada waktu yang kurang lebih bersamaan dengan runtuhnya kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat dan Kerajaan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang bisa saja
terjadi karena serangan yang dilancarkan oleh Sriwijaya.

2. Letak Kerajaan Sriwijaya

Letak pasti kerajaan ini masih banyak diperdebatkan. Namun, pendapat yang cukup populer
adalah yang dikemukakan oleh G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di
Palembang.

Sampai dengan saat ini, Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya. Beberapa ahli
berkesimpulan bahwa Sriwijaya yang bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-
pindah pusat kekuasaan.
Sebab para ahli ada yang menyimpulakan bahwa Sriwijaya berpusat di Kedah, kemudian
Muara Takus, hingga menyebut kota Jambi.

3. Raja-raja Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini adalah nama-nama raja Kerajaan Sriwijaya yang sedikit banyak disepakati oleh
para ahli setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

- Sri Indrawarman
- Raja Dharanindra
- Raja Samaratungga
- Rakai Pikatan
- Balaputradewa
- Sri Udayadityawarman
- Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarmadewa
- Sri Marawijayatunggawarman
- Sri Sanggramawijayatunggawarman

4. Daerah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya

Pusat pemerintahan Sriwijaya berada di antara tiga tempat, yaitu Sumatera Selatan, sebagian
Malaysia, serta sebagian besar pulau Jawa. Karena ekspansi wilayah yang terus dilakukan,
maka daerah kekuasaannya pun juga ikut meluas. Ketika berada dalam masa jayanya, daerah
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mencakup Thailand, Semenanjung Malaya, Kamboja,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Jawa.

5. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Puncak masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya ada pada masa Raja Balaputradewa. Sekitar tahun
805 Masehi merupakan masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Balaputradewa berhasil
membawa sriwijaya berjaya dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaan.

Dalam bidang pendidikan, Sriwijaya juga menjadi pusat penyebaran agama Buddha terbesar.
Perdagangan di Kerajaan Sriwijaya mengalami kemajuan yang pesat terutama karena
memiliki armada laut yang kuat dan memiliki jalur perdagangan yang aman. Maka dari itu,
Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan yang makmur yang dikenal di seluruh Nusantara.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya ada di tangan Raja Balaputradewa

6. Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah berkurangnya kapal dagang


yang singgah. Semakin sedikitnya kapal dagang yang singgah berakibat pada aktivitas jual-
beli dan perdagangan samakin berkurang. Sehingga, pendapatan Kerajaan Sriwijaya dari
pajak kapal juga semakin menurun.

7. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya

 Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada bidang pertanian.
Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di persimpangan jalur perdagangan
internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai kegiatan
perdagangan dan pelayaran. Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang akan
ke India bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang India yang akan ke
China. Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat
perdagangan se-Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut
Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.

8. Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya

 Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya


sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan
masyarakatnya berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan
berkomunikasi masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan
sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi
dan Semenanjung Malaysia.Perdagangan internasional ini juga membuat kecenderungan
masyarakat menjadi terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India.

9. Kehidupan Budaya kerajaan sriwijaya 

Tonggak kehidupan budaya masyakarat Sriwijaya yang sangat dibanggakan adalah pada saat
Sriwijaya menjadi pusat pengajaran ajaran Buddha di Asia Tenggara. Para pendeta yang
berasal dari wilayah sebelah timur Sriwijaya, seperti Cina dan Tibet banyak yang menetap di
Sriwijaya. Tujuan mereka adalah belajar ajaran Buddha sebelum mereka belajar di tanah asal
lahirnya ajaran itu (India). Pada tahun 1011– 1023, datang seorang pendeta Buddha dari Tibet
untuk memperdalam pengetahuannya tentang agama Buddha di Sriwijaya. Pendeta itu
bernama Atisa dan menerima bimbingan langsung dari guru besar agama Buddha di
Sriwijaya, yaitu Dharmakitri.
10. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
 Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Batang,
Kedukan Bukit, Palembang, pada 29 November 1920. ...
 Prasasti Kota Kapur
 Prasasti Telaga Batu
 Prasasti Karang Berahi
 Prasasti Palas Pasemah
 Prasasti Talang Tuo
 Prasasti Hujung Langit
 Prasasti Ligor

Anda mungkin juga menyukai