Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan
laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antar
pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan.
Agama hindu-budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh Masehi dibawa
oleh para musafir dari india, para Bangsawan yang pertama kali menganut agama ini kemudian
membangun kerajaan-kerajaan yang bercorak hindu-budha seperti Kerajaan Sriwijaya dan
kerajaan-kerajaan lainya.
Masing-masing kerajaan tentu memiliki sejarah dan peninggalan yang harus kita ketahui.
Salah satunya Kerajaan Sriwijaya, kerajaan yang terletak di Sumatera Selatan dan beribukota di
Palembang ini memiliki nilai sejarah yang tinggi untuk kita ketahui seperti historiografi, sejarah
budaya, pengaruhnya, peninggalan dan lainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bukti-bukti kerajaan Sriwijaya
2. Analisis dari bukti-bukti kerajaan Sriwijaya
3. Sistem pemerintahan
4. Sistem ekonomi
5. Kehidupan sosial budaya
6. Pengarhuh keberadaan kerajaan Sriwijaya

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah kerajaan Sriwijaya
2. Mengetahui bukti-bukti peninggalan kerajaan Sriwijaya
3. Mengetahui aspek sistem pemerintahan, ekonomi, sosial budaya kerajaam Sriwijaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bukti-bukti kerajaan Sriwijaya
 Prasasti Kota kapur
 Prasati Kedukan bukit
 Prasati Talangtuo
 Prasasti Karang berahi
 Prasasti Ligor
 Prasasti Nalanda
 Prasasti Telaga batu
 Candi Muara takus
B. Analisis dari bukti-bukti kerajaan Sriwijaya
 Prasasti Kota kapur
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang
perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama 2 laksa (20.000)
tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki

 Prasasti Kedudukan bukit


Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya Dapunta Hyang
berhasil mendudukan Minangtamwan. Daerah yang dimaksud Minangtamwan itu
kemungkinan daerah Binaga yang terletak di Jambi

 Prasasti Talangtuo
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan taman Srikesetra
atas perintah raja Dapunta Hyang.

 Prasasti Karang berahi


Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang difungsikan
untuk mengawasi pelayaran di selat malaka.

 Prasasti Ligor
Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti
Syallendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan
Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja
Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga
menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari
pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.

 Prasasti Telaga batu


Prasasti ini ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu
fempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk
mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para
arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan
kepatuhan para calon pejabat Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air
yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut.

 Candi Muara takus


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya tidak hanya memiliki peninggalan berupa prasastinya
yang cukup banyak tetapi juga memiliki candi. Terdapat peninggalan Kerajaan Sriwijaya
berupa candi yang bernama Muara Takus. Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini
ditemukan di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi Muara Takus
mempunyai corak Budha yang khas dengan beberapa susunan stupa. Di dalam halaman
candi ini pun terdapat candi dengan nama Candi Bungsu, Candi Sulung, Stupa Palangka,
dan Stupa Mahligai.

C. Sistem Pemerintahan
Menurut Wikipedia, sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya adalah Monarki, dimana
seorang Raja atau penguasa menjadi kepala negara sampai akhir hayatnya. jadi Raja
akandigantikan ketika sudah meninggal dunia. Penguasa Sriwijaya disebut Dapunta Hyang
(Maharaja), ada lagi yang disebutvuvarāja atau Putra Mahkota, pratiyuvaraja (putra
mahkota kedua) dan rajakumara (pewaris berikutnya). Rajakumara lah yang akan
menggantikan posisi Maharaja jika sudah tiba waktunya.
Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat langsung, karena raja
berperan penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat yang dianggap strategis.
Raja dapat hukuman terhadap penguasa memberikan penghargaan terhadap penguasa
daerah yang setia dan sebaliknya dapat menjatuhi daerah yang tidak setia kepada kerajaan.
Sejumlah peninggalan prasasti kerajaan Sriwijaya menyebutkan bahwa kerajaan ini
memperluas wilayah dengan jalan ekspansi militer. Adapun birokrasinya memperhatikan
betul pelaksanaan berbagai aturan dalam menjamin ketertiban dan ketenangan dalam
negeri. Beberapa prasasti juga memuat keterangan mengenai penguasa daerah yang
tunduk pada Sriwijaya tidak diberi keleluasaan memerintah.
Sistem pemerintahan yang dianut oleh Sriwijaya menjadikan mereka kerajaan maritim yang
besar dengan wilayah yang luas. Pengaruh Sriwijaya juga dikenal cukup kuat tak hanya pada
kerajaan yang bertetangga tetapi juga dengan kerajaan jauh yang ada di China, India dan
Vietnam. Sistem pemerintahan tersebut tak hanya memiliki pengaruh besar di masa silam
tetapi hingga saat ini. Keberhasilan pemerintah Sriwijaya mempersatukan banyak wilayah di
nusantara menjadi 4817 roh bagi persatuan dan kesatuan Indonesia. Sriwijaya juga menjadi
ilham bag: Indonesia dalam mengembangkan diri sebagai poros maritim dunia

D. Sistem Ekonomi
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan
Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab
mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneku komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu,
cengkeh, pala, kepulaga, gading, emus, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-
raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan
dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau
pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan
perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok. Sriwijaya
senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat nadi pelayaran
antara Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu
mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan
untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar
ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan
menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau
Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan
bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang
ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan
sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap
beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang
dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian
dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli
perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya.
Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal
Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara
sekitar abad ke-8 Maschi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan
perahu Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan
perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar di scantero Asia
Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief
Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya
dalam pelayaran antarpulaumya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada
kurun abad ke-7 hingga ke-13 Masehi
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok. Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang
mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718,
kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan
kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-o-pa-mo
(Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi
(bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).
Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song,
perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan
Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan
keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai
mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai), yang masuk melalui
perdagangan mereka.

E. Kehidupan Sosial Budaya


Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta merupakan pusat
agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Budha yang
berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Budha Mahayana. Menurut berita dari
Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk
belajar agama Budha dari seorang guru bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya
merupakan pusat agama Budha di luar India.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang. Jambi,
Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan kerajaan maritim
yang selalu berpindah-pindah, tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama.
Prasasti dan situs yang ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7
M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu (abad
ke 7 M). Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa. Peninggalan
sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan
Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi
Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs
Muarojambi. Di Lampung, prasasti yang ditemukan adalah Prasasti Palas Pasemah dan
Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau, ditemukan Candi Muara Takus yang berbentuk stupa
Budha.

F. Pengaruh Keberadaan Kerajaan Sriwijaya


Pengaruh Kerajaan Sriwijaya bagi masyarakat Indonesia seperti pada; Persebaran Bahasa
Melayu sebagai bahasa Perdagangan dan dasar Bahasa Indonesia, Persebaran Agama
Buddha, Peninggalan seperti Candi Muaro Takus yang menjadi bukti kerberadaan kerajaan
Sriwijaya dan sekaligus menjadi obyek wisata sejarah.
Dengan Demikian pengaruh Kerajaan Sriwijaya paling dominan adalah penyebaran bahasa
Melayu ke seluruh nusantara yang menjadi pondasi dasar bahasa Indonesia, dan persebaran
agama Budha di Nusantara karena pada saat itu Sriwijaya menjadi pusat pendidikan agama
Budha di Asia tenggara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan
banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta
membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat
dan kemungkinan Jawa Tengah Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau
"gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya
bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang"
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7: seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6
bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tun mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7,
yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682 Kemunduran pengaruh Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di
antaranya: tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183
kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
MAKALAH SEJARAH PEMINATAN
‘‘ Kerajaan Sriwijaya ’’
Guru Pembimbing: Moh. Yogi S. Potabuga S.Pd

Disusun oleh:
1. Muhammad Fatih mamonto
2. Ahmad Raffi elly
3. Satrio Adi wijaksono
4. Bagas Pasambuna
5. Nabila Pobela
6. Naila Mamonto

Kelompok 4
XI IPS B

Anda mungkin juga menyukai