Anda di halaman 1dari 7

1.

Tentang kerajaan
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak
Budha yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri
Jayanasa pada abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya
terletak di tepian Sungai Musi, di daerah
Palembang, Sumatra Selatan. Kerajaan Buddha ini
bahkan sempat menjadi simbol kebesaran Sumatra
pada masa lampau. Kebesarannya disebut-sebut
dapat mengimbangi Kerajaan Majapahit di timur.
Berdirinya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya
lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya
yang bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang
ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka.
Namun, kisah pendirian kerajaan ini merupakan
salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh
peneliti. Sebab dalam sumber-sumber yang
ditemukan tidak ada struktur genealogis yang
tersusun rapi antar raja Sriwijaya.
2. Sistem pemerintahaan

Sistem pemerintahan Sriwijaya berbentuk


kerajaan berbasis maritim dimana perpindahan
kekuasaan didasarkan pada garis keturunan.
Sriwijaya, oleh pengamat sejarah, disebut
sebagai kerajaan nasional pertama di
Nusantara mengingat betapa luasnya wilayah
yang tunduk di kekuasaannya.

Sriwijaya adalah kerajaan maritim, armada laut


mereka saat itu dikenal sebagai salah satu
yang terbaik. Meski demikian, Sriwijaya bisa
dikatakan bersifat metropolis karena masih
mengandalkan tradisi diplomasi. Oleh karena
lokasi yang strategis, maka Sriwijaya tumbuh
pesat dalam bidang pelayaran dan
perdagangan. 

Sejumlah peninggalan prasasti kerajaan


Sriwijaya menyebutkan bahwa kerajaan ini
memperluas wilayah dengan jalan ekspansi
militer. Adapun birokrasinya memperhatikan
betul pelaksanaan berbagai aturan dalam
menjamin ketertiban dan ketenangan dalam
negeri. Beberapa prasasti juga memuat
keterangan mengenai penguasa daerah yang
tunduk pada Sriwijaya tidak diberi keleluasaan
memerintah. 

Sistem pemerintahan yang dianut oleh


Sriwijaya menjadikan mereka kerajaan maritim
yang besar dengan wilayah yang luas.
Pengaruh Sriwijaya juga dikenal cukup kuat tak
hanya pada kerajaan yang bertetangga tetapi
juga dengan kerajaan jauh yang ada di China,
India dan Vietnam.

Sistem pemerintahan tersebut tak hanya


memiliki pengaruh besar di masa silam tetapi
hingga saat ini. Keberhasilan pemerintah
Sriwijaya mempersatukan banyak wilayah di
nusantara menjadi roh bagi persatuan dan
kesatuan Indonesia. Sriwijaya juga menjadi
ilham bagi Indonesia dalam mengembangkan
diri sebagai poros maritim dunia.
3. Sistem kepercayaan
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu pemerintahan
besar dalam sejarah Indonesia yang berdiri sejak
abad ke-7 Masehi. Pernah berpusat di Palembang,
Sumatera Selatan, kerajaan ini memiliki sistem
ekonomi maritim dan menganut kepercayaan agama
Buddha. Menurut catatan Paul Michel Munoz dalam
Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and
the Malay Peninsula (2006), terungkap bahwa
Kerajaan Sriwijaya mempunyai kekuasaan meliputi
Sumatera, Semenanjung Malaya, sebagian Jawa,
bahkan hingga Kamboja dan Thailand bagian selatan.
Luasnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya tersebut tidak
terlepas dari kekuatan pasukan militer laut (maritim)
yang kuat. Selain itu, Sriwijaya juga mendapat
keuntungan karena menguasai jalur pelayaran serta
perdagangan strategis di Selat Malaka dan Sunda.
Sistem Kepercayaan Kerajaan Sriwijaya Veni
Rosfenti dalam Modul Sejarah Indonesia (2020:25)
menyebutkan, penduduk Sriwijaya menganut ajaran
Buddha. I Tsing, seorang pengelana dari Cina,
mencatat Kerajaan Sriwijaya punya peran penting
sebagai pusat pengajaran agama Buddha. Aliran
Buddha yang dipelajari di Sriwijaya meliputi
Mahayana dan Hinayana. Kerajaan Sriwijaya punya
beberapa pemuka atau pengajar agama Buddha yang
kesohor, yakni Dharmapala, Sakyakirti, dan
Dharmakirti.
4. Alasan kenapa kerajaan tersebut mengalami
kemunduran

merupakan salah satu kerajaan besar di


Nusantara. Kerajaan ini mencapai kejayaannya
pada masa pemerintahan Balaputradewa,
sekitar 850 Masehi. Sebagai salah satu
kerajaan terbesar di Nusantara, Sriwijaya
pernah menjadi penguasa jalur perdagangan
laut antara India dan China. Tidak hanya itu,
daerah kekuasaan Sriwijaya mencakup banyak
daerah. Mulai dari Sumatera, Kepulauan Riau,
Bangka, Singapura, hingga Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Penyebab runtuhnya Kerajaan
Sriwijaya Setelah beberapa abad berjaya,
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami
kemunduran.  Penyebab kemunduran Kerajaan
Sriwijaya adalah serangan dari Kerajaan
Colamandala dari India bagian selatan pada
1024. Penyebab lainnya ialah serangan tentara
Singasari pada 1275 dalam Ekspedisi
Pamalayu.
5. Kesimpulan

Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan di kepulauan


Indonesia. Letak kerajaan ini berada di Sumatra Selatan.
Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan
wijaya berarti "kemenangan". Bila diartikan maka Sriwijaya
berarti cahaya kemenangan. Arti kata ini sesuai dengan
kondisi Sriwijaya yang terkenal karena pelayarannya dan
luas wilayahnya yang hampir mencakup Asia Tenggara.

Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari


abad ke-7 dari seorang Tiongkok bernama I-Tsing. Dalam
catatan perjalanannya I Tsing menjelaskan bahwa ia
pernah mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671. I Tsing
tinggal di kerajaan itu selama 6 bulan lamanya. Oleh karena
itulah catatan I Tsing mengenai Sriwijaya dianggap sumber
terpercaya.

Dari catatan sejarawan Arab bisa diketahui bahwa Kerajaan


Sriwijaya merupakan kerajaan yang memiliki tentara sangat
banyak. Hasil pertaniannya antara lain, kapur barus, kayu
gaharu, cengkeh, pala, kayu cendana, dan gambir. Hasil
pertanian inilah yang diperdagangkan oleh Sriwijaya
dengan kerajaan-kerajaan lain.

Dari catatan para pedang asing diketahui bahwa Sriwijaya


merupakan kerajaan besar pada masanya, dengan wilayah
dan relasi dagang yang luas sampai ke Madagaskar. Bukti
yang memperkuat hubungan dagang itu antara lain arca,
stupa, maupun prasasti lainnya dari Sriwijaya. Selain itu,
Sriwijaya juga melakukan perdagangan dengan para
pedagang Cina, India dan Arab. Perdagangan itu dilakukan
dengan kapal-kapal yang besar.
Selain itu bukti mengenai keberadaan kerajaan Sriwijaya
diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit di Palembang,
Sumatra, pada 682 M. Prasasti tersebut beraksara Pallawa
dengan bahasa Melayu Kuno. Dalam prasasti itu
disebutkan bahwa raja berkunjung ke tempat-tempat suci di
daerah kekuasaannya.

Namun pada abad ke-11, Sriwijaya mulai mengalami


kemunduran. Pada tahun 1006 M Kerajaan Medang di
bawah pimpinan raja Darmawangsa menyerang Sriwijaya.
Pada 1025 M, Sriwijaya lagi-lagi mendapat serangan dari
kerajaan Cola, India. Hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya
masih tetap berdiri, walaupun kekuatan dan pengaruhnya
sudah sangat jauh berkurang. Setelah itu tidak diketahui
keberadaan tentang kerajaan ini.

Setelah kerajaan Sriwijaya runtuh, cerita tentang Sriwijaya


belum banyak diketahui. Namun pada 1992-1993,
sejarawan Perancis, George Coedès dari École française
d'Extrême-Orient berhasil membuktikan bahwa pusat
Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang
dan Sabokingking, Sumatra Selatan, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai