Anda di halaman 1dari 9

Kurikulum Merdeka

Sejarah
Fase E Kelas 10

Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara


(Bagian 1)
Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim
Nusantara

Memahami dan menganalisis Kerajaan Sriwijaya baik dalam hal tokoh,


hubungan kausalitas, dan pola perkembangannya secara tepat.
Quipperian, pernahkah kalian mendengar istilah poros maritim dunia?

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki potensi untuk menjadi poros
maritim dunia. Poros maritim dunia merupakan visi Indonesia untuk mewujudkan negara
maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa
maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, serta memberdayakan potensi
maritim untuk pemerataan ekonomi Indonesia. Upaya untuk menjadi negara ‘poros maritim
dunia’ yang akan dilakukan pemerintah Indonesia adalah melalui pembangunan proses maritim
dari aspek infrastruktur, politik, sosial-budaya, hukum, keamanan, dan ekonomi.

Berkaitan dengan hal tersebut, apakah pernah ada kerajaan maritim yang besar pada masa
Hindu-Buddha di Nusantara?

Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim karena


kekuatan angkatan laut dan keberhasilannya dalam menguasai
perdagangan laut. Lalu, bagaimana Sriwijaya dapat menjadi
kerajaan maritim yang besar pada masa itu? Pembahasan
tersebut dapat diketahui dengan membaca materi berikut.

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim di Nusantara

Perlu diketahui bahwa istilah kerajaan maritim merujuk kepada kerajaan yang perekonomiannya
sangat bergantung dengan pelayaran dan perdagangan di lautan. Sriwijaya merupakan kerajaan
yang dikenal sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga 10 M.
Aktivitas perdagangan yang dilakukan Sriwijaya tidak terlepas dari banyaknya pedagang
asing yang datang dan pergi untuk melakukan pertukaran dengan para pedagang lokal dan
internasional. Hal ini dapat terjadi karena Sriwijaya merupakan wilayah pelabuhan yang
menyediakan barang-barang dagangan dalam jumlah yang melimpah dari berbagai negara dan
daerah-daerah di Nusantara. Selain itu, wilayah kekuasaan Sriwijaya juga kaya akan sumber
daya alam yang dijadikan komoditas perdagangan yang menguntungkan bagi masyarakat.

Pusat Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha yang berdiri sekitar abad ke-7 M. Saat itu,
kerajaan ini pernah menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Pusat
Sriwijaya diperkirakan terletak di sekitar Sungai Musi, Sumatra Selatan. Lokasi tersebut
sangat strategis, karena merupakan kawasan yang dilintasi oleh jalur perdagangan Asia

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 2


Timur dan Selatan. Kondisi ini menyebabkan ramainya aktivitas perdagangan sehingga
membuat Sriwijaya menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari adanya catatan perjalanan seorang pendeta
Tiongkok, yaitu I-Tsing (Yi Jing). Pada 671 M, ketika pertama kali singgah di Sumatra, I-Tsing
menyebutkan tentang Fo-Shih sebagai ibukota Shih-Li-Fo-Shih (Sriwijaya). Lokasi tersebut
diduga tidak jauh dari Palembang. Berdasarkan dari data-data arkeologi, menunjukkan
bukti kuat lokasi Sriwijaya berada di Palembang. Salah satunya dibuktikan dengan adanya
Prasasti Kedukan Bukit berangka 682 M yang menandai dibangunnya perkampungan.
Selain itu, Prasasti Telaga Batu menyebutkan berbagai nama pembesar tinggi sipil dan
militer kerajaan yang hanya mungkin terdapat di ibukota atau pusat pemerintahan suatu
negara, seperti: putra mahkota, hakim, menteri, sampai pelayan istana.

Gambar 1. Peta Wilayah Sriwijaya

Awal Perkembangan Kerajaan Sriwijaya

Awal berkembangnya Kerajaan Sriwijaya terjadi pada abad ke-7 M ketika Nusantara
semakin ramai dikunjungi oleh para saudagar dari India dan Tiongkok. Sriwijaya merupakan
kerajaan bercorak Buddha yang didirikan oleh Dapunta Hyang atau dikenal juga dengan
nama Sri Jayanasa. Berdasarkan isi Prasasti Kedukan Bukit, diketahui bahwa Sriwijaya
berdiri pada 16 Juni 682 M. Dalam prasasti tersebut juga dijelaskan mengenai Dapunta
Hyang pergi bersama pasukannya dengan menaiki perahu untuk melakukan siddhayatra
(perjalanan suci) dari tempat yang disebut Minanga. Dalam prasasti itu juga disebutkan
mengenai kemenangan Sriwijaya. Dapunta Hyang disebut berhasil menaklukan beberapa
wilayah dan membangun sebuah perkampungan yang kemudian berkembang menjadi
pusat Kerajaan Sriwijaya, yaitu di Palembang.

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 3


Kejayaan Maritim Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan maritim yang besar pada masa Hindu-Buddha di
Nusantara. Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi sebuah bandar dagang yang ramai
dikunjungi para pedagang dan pelaut asing. Salah satu faktor kemajuannya didukung oleh
letaknya yang strategis, yaitu jalur lalu lintas perdagangan internasional. Sriwijaya juga
memiliki peran besar sebagai pengontrol perdagangan, serta penghasil barang-barang
komoditas perdagangan yang melimpah. Kerajaan Sriwijaya pun berkembang menjadi
pusat penyaluran hasil bumi Nusantara. Sriwijaya mengekspor barang dagangan ke Arab,
seperti kayu gaharu, kapur barus, cendana, gading, kayu sapan, rempah-rempah, dan
kemenyan. Selain itu, dalam catatan I-Tsing disebutkan bahwa barang dagang Sriwijaya
banyak diekspor ke Tiongkok, seperti kina merah, rotan, kayu cendana, pinang, gading,
dan rempah-rempah.

Kerajaan Sriwijaya juga memiliki armada laut yang tangguh sehingga dapat menguasai
daerah-daerah sekitarnya yang potensial. Sriwijaya pun mampu menyalurkan perdagangan
ke pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya. Dampaknya, pada akhir abad ke-7 M,
angkatan laut tersebut dapat mendominasi jalur perdagangan laut melalui Asia Tenggara.
Keberhasilan Sriwijaya dalam menguasai bandar-bandar perdagangan membuat pundi-
pundi pendapatan Sriwijaya juga bertambah. Sriwijaya memungut pajak dari kapal-kapal
yang melintas dan bersandar di wilayah kekuasaannya. Diketahui bahwa penguasa
Sriwijaya meminta 20.000 dinar sebelum memberikan izin kepada kapal dagang Persia
atau Arab yang ingin melanjutkan pelayaran ke Tiongkok. Begitu pula sebaliknya, bagi yang
datang dari Tiongkok menuju India atau Persia.

Kekuatan armada Sriwijaya juga tertulis dalam catatan perjalanan I-Tsing. Ia menceritakan
perjalanannya dari Kanton (Tiongkok) menuju Kedah (sekarang Malaysia). Dalam
perjalanannya menuju ke Kedah, I-Tsing sempat menetap selama 6 bulan untuk belajar
di Sriwijaya. Ia menerangkan bahwa di Sriwijaya sudah banyak pelayar-pelayar laut yang
hebat dalam mengarungi lautan lepas. I-Tsing juga mencatat bahwa perjalanannya ke
Kedah dilanjutkan dengan menumpang kapal Sriwijaya. Jadi, dapat dikatakan bahwa
Sriwijaya sudah memiliki armada laut yang handal dan menjadi kerajaan maritim yang
besar pada abad ke-7 M.

Sriwijaya bukan hanya menjadi sebuah kerajaan maritim yang besar, melainkan juga
merupakan pusat kebudayaan, peradaban, dan pendidikan agama Buddha. Bukti-
bukti arkeologi berupa kompleks percandian, seperti di Muara Takus dan Muara Jambi,
menunjukkan bahwa ajaran Buddha tumbuh dan berkembang dengan subur di Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 4


Bahkan, I-Tsing pernah menyebutkan bahwa para pelajar sebelum belajar ke Nalanda
(India), akan singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama dua atau tiga bulan untuk
mendalami pengetahuan Buddhis dan tata cara bahasa Sanskerta. Berdasarkan catatan
I-Tsing juga diketahui bahwa biksu terkenal Sakyakirti (penulis kitab Hastadandasastra)
menetap di Sriwijaya.

Kemudian I-Tsing juga menuliskan tentang adanya perguruan tinggi agama Buddha yang
cukup baik di Sriwijaya. Pada 688—695 M, ada lebih dari 1000 biksu di Sriwijaya yang
mencurahkan dan mengamalkan ajaran Buddha. Mereka juga melakukan penelitian dan
mempelajari ilmu yang ada pada masa itu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
Sriwijaya menjadi salah satu pusat pengajaran Buddha hingga abad ke-9 M.

Sriwijaya mencapai masa kejayaan di bawah kekuasaan Raja Balaputradewa, yang


memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya
berkembang luas. Daerah-daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi Sumatra dan pulau-pulau
sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah, serta sebagian Kalimantan, dan
Semenanjung Melayu.

Selanjutnya, sejarah Kerajaan Sriwijaya juga dapat diketahui dari sejumlah peninggalan
baik berupa prasasti maupun candi. Adapun beberapa peninggalan tersebut sebagai
berikut.
• Prasasti Telaga Batu yang berisi tiga bagian utama. Pertama adalah doa untuk semua
dewa, kedua adalah kutukan bagi semua penjahat, termasuk mereka yang berkomplot
melawan raja dan kerajaan, dan ketiga adalah berkah bagi mereka yang tunduk
terhadap kekuasaan Sriwijaya.
• Prasasti Kedukan Bukit menceritakan tentang perjalanan suci Dapunta Hyang (raja
pertama Sriwijaya) dan pasukannya yang berhasil menaklukan Minanga (Kerajaan
Melayu).
• Prasasti Ligor merupakan prasasti yang ditemukan di Thailand dan berisi tentang
penghormatan terhadap raja-raja Sriwijaya.
• Prasasti Nalanda ditemukan di India dan mencatat tentang Raja Balaputradewa sebagai
raja yang mendukung kegiatan pembelajaran agama Buddha di India.
• Candi Muara Takus digunakan sebagai tempat ibadah umat Buddha masyarakat
Sriwijaya.
• Candi Muaro Jambi menjadi pusat pendidikan agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 5


Gambar 2. Prasasti Ligor Gambar 3. Candi Muaro Jambi
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id Sumber: wikipedia.org

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena beberapa faktor. Pertama, melemahnya


perdagangan di Sriwijaya, sehingga mengurangi penghasilan mereka dalam sektor ekonomi.
Kedua, Sriwijaya juga mendapat serangan dari kerajaan lain, yaitu Kerajaan Colamandala
dari India Selatan. Kerajaan Colamandala menyerang Sriwijaya pada 1017 dan 1025 M.
Secara perlahan, Kerajaan Colamandala berhasil memengaruhi kehidupan Sriwijaya,
bahkan beberapa kerajaan bawahan Sriwijaya harus tunduk terhadap Colamandala.
Kondisi ini menyebabkan kekuatan Sriwijaya menjadi berkurang. Terakhir, berbagai kondisi
tersebut semakin diperparah dengan tidak adanya raja yang cakap seperti Balaputeradewa
sehingga membuat kerajaan semakin melemah.

Ingat, yuk!

• Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad ke-7 M dengan pusat


pemerintahannya berada di Palembang, Sumatra Selatan.
• Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang besar dan pusat ajaran
agama Buddha di Asia Tenggara.
• Sriwijaya mencapai kejayaan pada masa Balaputradewa.
• Keruntuhan Sriwijaya disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari
dalam maupun luar kerajaan.

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 6


Ayo, Berlatih!

Soal 1

Catatan I-Tsing mengenai Sriwijaya menjadi salah satu sumber sejarah yang
menunjukkan bahwa ….
A. Sriwijaya merupakan pusat penyebaran agama Hindu terbesar di Asia
Tenggara.
B. Sriwijaya memiliki armada laut yang hebat sehingga dapat menguasai lalu
lintas pelayaran.
C. Sriwijaya melakukan kerja sama perdagangan dengan bangsa Tiongkok dan
India.
D. Raja Sriwijaya melakukan penaklukan di sekitar wilayah Selat Malaka,
termasuk Melayu.
E. armada laut Sriwijaya memberi tumpangan kepada I-tsing untuk pulang ke
Kanton.

Soal 2

Sriwijaya berkembang menjadi sebuah bandar dagang yang ramai dikunjungi


para saudagar atau pelaut dari berbagai negeri asing. Berikut ini faktor yang
mendorong perkembangan tersebut antara lain …. (Pilih 3 jawaban)
• Lokasi Sriwijaya yang sangat strategis, yaitu jalur lalu lintas perdagangan
internasional.
• Sriwijaya memiliki armada laut yang handal dan tangguh dalam mengarungi
lautan lepas. ia menerangkan
• Sriwijaya merupakan pusat pendidikan agama Buddha di Asia Tenggara.
• Sriwijaya memiliki hasil bumi yang menjadi komoditas perdagangan
internasional.
• Sriwijaya berhasil mengusir bangsa Eropa yang ingin berkuasa di wilayah
Selat Malaka.

Pembahasan:
1. I-Tsing merupakan pendeta asal Tiongkok yang pernah tinggal di Sriwijaya
untuk belajar agama Buddha dan tata bahasa Sanskerta. Catatan perjalanan
I-Tsing menjadi salah satu sumber yang mencatat sejarah awal kerajaan
Sriwijaya. I-Tsing yang menjelaskan perjalanannya dari Kanton menuju
Kedah. Dalam perjalanannya menuju ke Kedah, I-Tsing sempat singgah di

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 7


Sriwijaya. Dalam perjalanannya tersebut, I-Tsing menceritakan tentang
pelayar-pelayar laut di Sriwijaya yang hebat dalam mengarungi lautan lepas.

Jadi, jawaban yang tepat adalah B, yaitu Sriwijaya memiliki armada laut yang
hebat sehingga dapat menguasai lalu lintas pelayaran.

2. Sriwijaya berkembang menjadi sebuah bandar dagang yang ramai dikunjungi


para saudagar atau pelaut dari berbagai negeri asing. Berikut ini faktor yang
mendorong perkembangan tersebut, antara lain sebagai berikut.
• Lokasi Sriwijaya yang sangat strategis, yaitu jalur lalu lintas perdagangan
internasional.
• Sriwijaya memiliki armada laut yang handal dan tangguh dalam
mengarungi lautan lepas.
• Sriwijaya memiliki hasil bumi yang menjadi komoditas perdagangan
internasional.
• Memiliki jalur distribusi sehingga dapat menyalurkan perdagangan ke
pelabuhan yang dikuasainya.

Jadi, jawaban yang tepat antara lain sebagai berikut.


• Lokasi Sriwijaya yang sangat strategis, yaitu jalur lalu lintas perdagangan
internasional.
• Sriwijaya memiliki armada laut yang handal dan tangguh dalam
mengarungi lautan lepas. ia menerangkan
• Sriwijaya memiliki hasil bumi yang menjadi komoditas perdagangan
internasional.

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 8


Saatnya Refleksi

Kamu telah mempelajari kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim Nusantara.


Bagaimana pemahamanmu terhadap topik ini? Apakah ada kendala?

Jawaban
No. Refleksi
Ya Ragu Tidak

Saya memahami faktor yang


melatarbelakangi munculnya
1.
Sriwijaya sebagai kerajaan
maritim Nusantara.

Saya memahami perkembangan


2.
kerajaan Sriwijaya.

Saya memahami keruntuhan


3.
kerajaan Sriwijaya.

Petunjuk:
Isi dengan tanda centang pada salah satu jawaban Ya, Ragu, atau Tidak.

Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara 9

Anda mungkin juga menyukai