Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KERAJAAN SRIWIJAYA

DISUSUN OLEH :

ARFA
X ATPH A

SMKN 1 LUWU UTARA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera
dan banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa sansekerta, Sri berarti
“kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang
gemilang”.Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Menurut seorang pendata Tiongkok
dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal
selama6 bulan.

Selanjutnya pada abad ke-7, muncul sejumlah berita tertulis yang


menginformasikan adanya kerajaan Buddha yang perkasa, bernama Sriwijaya. Dari prasasti yang
ditemukan di Sumatera dan Bangka, bertarikh 682 Pusat Kerajaan Sriwijaya Menurut Prasasti
Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M). Kadaulatan Sriwijaya pertama kali didirikan
di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi.
Sebelum menetapkan pusat kerajaan Melayu, terlebih dahulu membicarakan adat istiadat
kaum pendatang yang mendirikan kerajaan Melayu. Di seberang Utara Selat Malaka, terhampar
daerah Semenanjung Melayu yang disebut Malaya didiami oleh penduduk asli bangsa Melayu.
Kemudian diseberang selatan memanjang pantai Timur Sumatra, dimana terletak pelabuhan
Melayu yang sudah dikenal pada zaman Sriwijaya. Nama Malaya dan Melayu itu sendiri berasal
dari kata yang sama, yaitu Malaya yang artinya: “Bukit”. Kata tersebut berkembang di dua
tempat yang berbeda. Diseberang Utara Selat Malaka, kata tersebut mempertahankan bentuk
asli Malaya, sedangkan di seberang Selatan kata tersebut mengalami Perubahan bunyi,
menjadi Melayu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Kerajaan Sriwijaya ?
2. Bagaimana perkembangan dan Struktur Kerajaannya ?
3. Bagaimana Sejarah Kerajaan Melayu ?
4. Bagaimana Perkembanagan kerajaan Melayu ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah kerajaan Sriwijaya.
2. Dapat mengetahui perkembangan dan struktur kerajaannya.
3. Mengethui Sejarah kerajaan Melayu.
4. Mengetahui perkembangan Kerajaan Melayu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak abad ke-7. Kekuasaannya sangat luas dan
membentang dari pulau Jawa, Sumatra, pesisir Kalimantan, hingga sebagian wilayah di Negara
Malaysia, Kamboja dan Thailand selatan. Sehingga dengan daerah kekuasaan yang sangat luas
itu, kerajaan Sriwijaya menjadi sangat kuat dan terkenal pada masa itu.
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan yang berdiri di pulau Sumatra, dan
banyak memberi pengaruh di Nusantara. Dalam bahasa Sanskerta Sri berarti “bercahaya” atau
“gemilang”, sedangkan Sriwijaya berarti “kemenangan yang gilang gemilang”. Bukti awal yang
menyatakan bahwa kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak abad ke-7, seorang pendeta Tiongkok, I
Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan untuk
mendalami bahasa Sanskerta. Selanjutnya pada abad ke-7 muncul sejumlah berita tertulis yang
menginformasikan adanya kerajaan budha yang perkasa, bernama Sriwijaya. Dari prasasti yang
di temukan di Sumatra dan Bangka sekitar tahun 682 M.
Kerajaan Sriwijaya memiliki banyak sebutan yang berbeda-beda. Orang Tionghoa
menyebut kerajaan Sriwijaya dengan Shih-li-fo-shih atau sanfots’I, orang-orang yang
menggunakan Bahasa sansekerta dan Bahasa Pali menyebut kerajaan sriwijaya dengan Yavadesh
atau juag javadeh, sedanngkan bangsa Arab menyebut dengan Zabaj dan orang-orang Khmer
mennyebutnya dengan sebutan Melayu.
Selain dari itu ada juga berita yang menyatakan bahwa prasasti peninggalankerajaan
sriwijaya, diantaranya adalah kedukan bukit (683 M) yang ditemukan di Palembang. Isi prasasti
tersebut adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20 ribu tentara
dan berhasil menaklukkan beberapa daerah. Dari dua bukti yang sudah disebutkan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa kerajaan sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan Raja pertamanya
adalah Daphung Tyang.

B. Perkembanngan Kerajaan Srwijaya


1) Perkembangan dari berita Arab
Pada permulaan abad ke 10 pedagang pedagang Arab cukup unggul dalam perdaagangan
maritim di Asia Tenggara, dengan kapal kapal nya yang indah, menyediakan pengangkutan
dalam perdagangan Internasional Antara China dan India. Peran tersebut kemudian menurun
pada abad ke 12 dan ke 13. Itulah sebabnya sejumlah berita Arab memberikan informasi penting
mengenai Sriwijaya, terutama kejayaan dan kemakmurannya.
Sumber pertama Arab berasal dari Ibn hordadzbeh tahun 844 – 848. Ia mengatakan bahwa
raja Dzabag disebut Maharaja. Yang kekuasaannya meliputi pulau pulau di Lautan Timur. Hasil
negeri nya adalah Kapur Barus, dan terdapat banyak gajah disana. Setiap hari maharaja
menerima 200 Mann [3]emas. Emas emas itu dilebur menjadi satu batang, kemudian
dilemparkan kedalam air sambil berkata “ini harta ku”. Pada tahun 902 M Ibn alfakih
memberitakan bahwa barang dagangan kerajaan itu terdiri dari Cengkih, Kayu Cendana, Kapur
Barus dan Pala. Pelabuhannya yang besar di Pantai barat Sumatra adalah Barus

2) Perkembangan berita dari China


Berdasarkan dari berita china,pada tahun1003, raja Selichulawunifumatiauhwa atau Sri
Cumadamaniwarmadewa mengirim dua utusan ke China untuk mebawa upeti. Utusan itu
mengatakan bahwa di Negerinya di dirikan sebuah bangunan suci agama Budha, bernama
Chengtienwashou, untuk mmuja agar Kaisar panjang umur.
Sumber kemakmura Sriwijaya tak lepas dari hubungannya dengan negeri lain. Hubungannya
dengan China tercatat dalam sejarah dinasti Tang (Sintangshu). Pendirian bangunan suci tadi,
selain karena kepentingan agama dan hubungan politik Antara Sriwijaya dengan China dan juga
India, juga merupakan wujud kemakmuran negeri itu.

3) Perkembangan berita dari India selatan


Sriwijaya juga menjalin hubunan dengan kerajaaan Chola di India selatan. Hubungn ini
selain untuk tujuan politik dan ekonomi, juga pengembangan agama Budha Mahayana di
Sriwijaya. Tetapi hubunn ini tidak berlangsung baik secara terus menerus. Kemudian pada tahun
1007, raja Chola mulai memperluas kekuasaannya dengan jalan penaklukan ke timur. Raja Chola
mengklaim telah menaklukan 12 ribu pulau. Pada tahun 1012 raja Chola Rajendracola bergerak
maju ke wilayah Sriwijaya di Semenanjung. Kemudian dilanjutkan tahun 1025, Maharaja
Sriwijaya masih mengirim utusan ke istana Chola untuk membicarakan permasalahan yang
timbul di Kuil Budha Sriwijaya di Negapatma.

C. Struktur Kerajaan Sriwijaya


a) Hubungan dengan Luar Negeri
Berbeda dengan hubungan luar negeri kerjaan-kerajaan lain di Indonesia jelas sekali bahwa
hubungan luar negeri Sriwijaya lebih aktif sifatnya. Bukan hanya di India Sriwijaya focus pada
bangunan agama, tetapi jga di negeri China. Bukan hanya pada bangunan, tapi perdagangan juga
berkembang sangat pesat. Karena letak Geografis Sumatra sangat cocok dalam kegiatan
pedagangan Internasional yang mulai berkembang Antara India dengan daratan Asia Tenggara
sejak awal Tarikh Masehi. Letak selat Malaka menarik perhatian perdagangan didaratan Asia
tenggara untuk meluas ke selatan. Suatu hal yang baru terjadi setelah perdagangan dengan India
berkembang, penduduk Sumatra, khususnya di pantai timur bukanlah orang-orang awam lagi
dalam hal perdagangan Internasional.
Keadaan tersebut terus berkembang hinnga saat orang-orang China datang sendiri ke kawasan
selatan untuk berdagang. Hal ini berlangsung pada abad 12. Pada tahun 1178 kapal-kapal dari
china merapat di Lamuri di Sumatra Utara sambil menunggu Angin musim yang baik, dan
berbagai kerajaan kecil di Sumatra mulai mengirimkan utusan mereka. Misalnya sampai di
pantai timur Sumatra Utara. Kemudian tumbuh kerajaan Melayu yang menggantikan Kedudukan
Sriwijaya. Tetapi melayu tidak pernah tumbuh menjadi kekuasaan tunggal seperti Sriwijaya.[6]
b) Keamanan yang memadai
Dibanding dengan kerajaan besar lainnya Sriwijaya lebih menunjuukkan keKhasannya dengan
ditemukannya Prsasti-prasasti yang mencatat penyelesaian hokum sengketa Antara sesama
warga masyarakat. Prasasti-prasasti tersebut umumnya berasal dari abad ke 7 atau ke 8 yaitu
pada masa awal tumbuhnya kerajaan Sriwijaya sebagai suatu kekuatan. Dari prasasti-prasasti
tersebut timbul kesan bahwa masa itu adalah masa penaklukkan. Tentara Sriwijaya bergerak di
seluruh negeri dalam suatu usaha Pasifikasi.
Sebagian dari prasasti-prasasti itu mengandung ancaman kutukan yang ditujukan kepada
keluarga raja sendiri. Walaupun hal tersebut kedengaran aneh, tetapi ada pendapat yang
menganggap hal itu mungkin. Sebabnya karena keluarga raja yang diancam itu memang berada
di luar pengawasan langsung. Mereka adalah anak-anak raja yang diberi kuasa pada setiap
daerah-daerah.
Selain kekuatan yang dapat menghilangkan niat untuk bersaing dan kekayan yang
termashur, sriwijaya juga memenuhi kewajibannya kepada mereka yang berdagang dengannya
engan menjamin keamanan jalur-jalur pelayaran yang menuju ke Sriwijaya. Karena sebagai
sebuah Negara maritim yang berdagang Sriwijaya telah mengembangkan suatu tradisi diplomasi
yang menyebabkan kerajaan tersebut lebih metropolitan sifatnya. Untuk dapat mempertahankan
peranannya sebagai Negara berdagang, sriwijaya lebih memerlukan kekuatan Militer yang dapat
melakukan gerakan expedisioner dari pada sebuah Negara agraris.
Raja-raja yang pernah berkuasa dan memerintah kerajaan Sriwijaya sampai saat ini masih
menyimpan teka-teki besar. Walaupun begitu, dari hasil interprestasi para peneliti, prasasti-
prasasti sriwijaya, berita-berita china, serta catatan pelajaran orang-orang Arab-Persia telah
memberikan sedikit gambaran mengenai penguasa atau raja-raja yang memerintah kerajaan ini.
Paling tidak, sejak tahun 683 M disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukti sampai tahun 1044 M
yang tertera pada prasast Chola. Masa pemerintahan dari masing-masing raja Sriwijaya tersebut
belum diketahui karena tidak disebutkan. Angka dan tahun yag ada hanyalah angka yang diduga
kuat sebagai tahun pembuatan prasasti atau penulisan berita. Berikut ini adalah beberapa raja
yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya Berdasarkan dari Sumber-sumber tersebut :
Tahun Nama Raja Ibu Kota Prasasti, catatan pengiriman Utusan
ke Tiongkok, dan peristiwa

671 Dapunta Hyang atau Sri Sriwijaya · Catatan perjalanan I Tsing pada tahun
jayanasah (pendiri) 671-685, penaklukan Melayu,
penaklukan Jawa
· Prasasti kedudukan bukti (683), Talang
Tuo (684), Kota Kpur (686) Karang
Brahi, dan Palas Pasemah.
702 Sri Indrawarman Sriwijaya · Utusan ke Tiongkok 702-716 dan 724
· Utusan ke Khalifah Muawiyyah 1dan
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
728 Rudra Vikraman Sriwijaya · Utusan ke Tiongkok 728-742
743- · Belum ada berita pada periode ini
774
775 Sri Maharaja Sriwijaya · Prasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si
Thammarat, selatan Thailand dan
menaklukan Kamboja.
Pindah ke Jawa · Wangsa Sailendra menggantikan
(Jawa Tengah atau Wangsa Sanjaya.
Yogyakarta)
778 Dharranindra atau Rakai Jawa · Prasasti Kelurak 782 di sebelah utara
Panangkaran kompleks Candi Prambanan.
· Prasasti Kalasan tahun 778 di Candi
Kalasan.
782 Samaragrawira atau Rakai Jawa · Prasasti Ngalanda dan Prasasti
Warak Mantyasih tahun 907.
792 Simaratungga atau Rakai Jawa · Prasasti Karang tengah tahun 824
Garun · 825 menyelesaikan pembangunan Candi
Borobudur.
840 · Kebangkitan Wangsa Sanjaya atau
Rakai Pikatan.
856 Balaputradewa Suwarnadwipa · Kehilangan kekuasaan di Jawa dan
kembali ke Suwarnadwipa.
· Prasasti Nalanda tahun 860, India.
861- · Belum ada berita pada periode ini
959
960 Sri UdayadityaWarmadewa Sriwajaya · Utusan ke Tongkok 960-962.
980 · Utusan ke Tiongkok 980 dan 939:
dengan raja, Hie-tche (Haji)
988 Sri Cudamani Warmadewa Sriwijaya · 990Jawa menyerang Sriwijaya, dari
Malayagiri catatan Atisa.
(Suwarnadwipa)· Utusan ke Tiongkok 988-992
pembangunan candi untuk Kaisar China
yang diberi nama Cheng tien wan shou.
1008 Sri Mara Kataha · Prasasti Leiden dan utusan ke Tiongkok
Vijayotunggawarman tahun 1008.
1017 · Utusan San-fo-ts’I ke Tiongkok 1017:
dengan raja, Ha-ch’i-su-wa-ch’a-
p’u. (Haji Sumatrabhumi)
1025 Sangrama Sriwijaya · Di serang oleh Rajendra Chola 1 dan
Vijayoutunggawarman Kadaram menjadi tawanan.
· Prasasti Tanjore bertarikh 1030 pada
Candi Rajaraja, Tanjore, India.
1030 · Di bawah Dinasti Chola dari
Koromande.
1079 · Utusan San-fo-ts,I dengan Raja
Kulothunga Chola ke Tiongkok tahun
1079 membantu memperbaiki Candi
Tien Ching di Kuang Cho.
1082 · Utusan San-fo-ts’I dari Jambi ke
Tiongkok 1082 dan 1088.
1089- · Belum ada berita pada tahun ini
1177
1178 · Laporan Chou-Ju-Kua dalam buku Chu-
fan-chi berisi daftar koloni San-fo-ts’i
1183 Srimat Trailokrayaja Dharmasraya · Dibawah Dinasti Mauli, Kerajaan
Maulibhusana Warmadewa Melayu, Prasasti Grahi tahun 1183 di
selatan Thailand.[9]

D. Sejarah Kerajaan Melayu


Berita yang tertua mengenai kerajaan Melayu berasal dari dinasti Tang, yang disusun
pada tahun 961 pada masa pemerintahan dinasti Tang dan dri Hsin Tang Shu, yang disusun pada
awal abad ke 7[10], lokasi kerajaan Melayu dianggap penting dikarenakan memiliki wilayah
yang berada dalam jalur perdagangan di selat Malaka dan memiliki tambang emas. Kerajaan
Melayu bisa disebut juga kerajaan Dharmasraya, atau kerajaan Jambi berdiri antara abad ke 7
dan ke 14.
Setelah serangan dari Rajendracola pada tahun 102 ditemukan prasasti tertua atas nama
raja Mauli tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti kedua muncul lebih dari satu abad kemudian,
yaitu prasasti Padang Roco pada tahun 1286, prasasti ini menyatakan adanya seorang raja
bernama Maharja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Kemudian Dharmasraya disebut
dengan nama Melayu, dengan demikian Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Melayu.
Tribhuwanaraja kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Daerah kekuasaannya
pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di Selatan Thailand (Chaiya sekarang)
artinya bahwa setelah Sriwijaya megalami kekalahan Melayu bangkit kembali sebagai penguasa
selat malaka.

E. Perkembangan Kerajaan Melayu


Sejak penklukan Melayu oleh Sriwijaya sekitar tahun 685 M memang tidak dijumpai
nama Melayu disebut di dalam sumber tertulis. Kebangkitan kembali kerajaan Melayu diawali
dengan serangan Rajendracola dari India pada Sriwijaya tahun 1025 M, Rajendra cola ini sangat
berambisi menaklukan pusat pusat perdagangan diselat Malaka. Kemudian pada pertengahan
abad ke 13 M, nama Melayu kembali disebut didalam Kakawin Nagarakartagama (pupuh 13 bait
1 dan 2 dan 41 bait 5) dn kitab pararaton. Kedua sumber ini menyebutkan pada tahun 1275 M,
raja Kartanegara dari kerajaan Singasari mengirimkan pasukan ke Melayu, yang kemudian
disebut Pamalayu. Melalui pengiriman pasukan tersebut, kerajaan Singasari menjalin
persahabatan dan mengakui kedaulatan Melayu. Untuk membuktikannya, Raja Kartanegara
mengirimkan archa Amoghapasa. Pada alas archa tersebut dituliskan bahwa Kartanegara
menghadiahkan archa bagi Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Archa tersebut kemudian
diletakkan ditempat Suci Dharmasraya. Saaat ini, prasasti pada archa Amogpasa berada di
Padangroco (Sumatra) tahun 1286 Masehi.
Letak kerajaan melayu di pantai timur Sumatra merupakan lokasi yang strategis untuk
memegang peranan penting di dunia pelayaran dan perdagangan yang melalui selat Malaka,
yaitu antara India, China, dan Daerah daerah Indonesia bagian timur. Setelah peristiwaa
pamalayu tidak ada lagi berita mengenai kerajaan Melayu. Selanjutnya kerajaan melayu mampu
memainkan peran kembali di Sumatra pada pertengahan abad ke 14, pada saat itu melayu
dipimpin oleh raja Adityawarman. Nama Adityawarman disebutkan pada archa manjusri di
Candi Jago, Jawa timur. Didalam prasasti tersebut diterangkan bahwa Adityawarman bersama
dengan Gajah Mada telh berhasil menaklukan pulau Bali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan
banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa sansekerta, Sri berarti “kemenangan”
atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gemilang”. Sriwijaya (atau
juga disebut Srivijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat di pulau Sumatra dan banyak
memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang
dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi dari
abad ke-7 (bahkan mungkin sebelumnya) hingga abad ke-12. Kerajaan Sriwijaya mencapai
kejayaan pada abad 6-10 M dengan menguasai seluruh jalur perdagangan maritim di Asia
Tenggara. Kerajaan ini mempunyai wilayah kekuasaan yang hampir menyeluruh sampai Asia
Tengggara, diantaranya adalah Jawa, Sumatera, Semenanjung, Malay, Thailand, Kamboja,
Vietnam dan juga Filipina. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini terkenal dengan armada
maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-lawannya. Dengan kekuatan tersebut maka
langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat pesat. Sriwijaya mencapai puncak
kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Ia dikenal sangat pandai dalam
meramu taktik perang dan juga peduli terhadap rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga
memerintah, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah kerajaan yang meliputi
hampir seluruh AsiaTenggara.
Kejayaan Sriwijaya Mulai pudar sejak abad ke11Sebagaimana telah dikemukakan, Sriwijaya
selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa sebabnya,
hubungannya dengan Kerajaan Cola (India) menjadi buruk. Pada tahun 1024 Masehi, Cola
menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak kapal Sriwijaya
tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. Tidaklah heran kalau peperangan itu
melemahkan angkatan laut Sriwijaya.Semakin rapuhnya kekuatan militer mengakibatkan kontrol
terhadap wilayah bawahan pun menjadi semakin lemah. Kelemahan itu terbukti dari sikap
Kerajaan Melayu yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Dari berita Cina diketahui bahwa pada
abad kesebelas, Melayu mengirim utusannya sendiri ke Cina. Setelah itu, daerah kekuasaan
Sriwijaya yang lain ikut melepaskan diri pula. Wilayah Sriwijaya semakin ciut. Akan tetapi,
Sriwijaya sendiri tidak mampu bertindak tegas terhadap wilayah-wilayah yang membangkang. Ia
tidak lagi memiliki angkatan laut yang kuat.

b) Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu atau dalam Bahasa China ditulis Ma-La-Yu merupakan sebuah nama
kerajaan yang berada di pulau Sumatra. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari bukti
prasasti dan berita dari China, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat
diketahui dimulai pada abad ke-7. Kerajaan ini berada di Pulau Swarnadipa Atau Srawarnabumi
yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yag memiliki tambang emas, dan pada
awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di selat Malaka sebelum
direbut oleh kerajaan Sriwijaya. Prasasti Melayu Kuno tidak banyak diungkap. Padahal pada
beberapa kalangan pakar dari bidang sejarah, arkeologi, maupun etnografi Linguistik, menduga
kerajaan melayu kuno di Sumatra adalah kerajaan yang lebih tua daripada Sriwijaya, di awal-
awal Abad ke-7 Masehi. Berita tertua mengenai Melayu Kuno didapatkan dari berita Dinasti
Tang di China. Gambaran mengenai Melayu Kuno selalu tak terpisahkan dengan Sriwijaya.
Keduanya merupakan kerajaan Maritim yang sibuk dengan aktifitas perdagangan sehingga tidak
meninggalkan prasasti-prasasti sebanyak peninggalan kerajaan di Jawa.
Persebaran bahasa Melayu kuno ada diberbagai daerah dipulau Sumatra, Jawa, hingga
seluruh wilayah Nusantara. Juga di Semenenjung Malaya,Filipina dan Thailand. Tetapi
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof.Harimurti Kridalaksana, menyimpulkan bahwa
bahasa Melayu Kuno berasal dari Sumatra karena di Sumatralah banyak ditemukan prasasti-
prasasti yang berbahasa Melayu.

B. Saran
Berdasarkan dari penjelasan di atas, diharapkan dapat menambah dan memperluas
wawasan mengenai Sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Dalam mata Kuliah
“Sejarah Kebudayaan Indonesia”. Karena Penjelasan di atas masih belum mencakup semua
aspek tentang Sejarah yang lengkap mengenai kehidupan dan kerajaan Sriwijaya dan Melayu,
kami mengharapkan Kitik dan Saran yang sifatnya membangun. Kami ucapkan Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Adam,Asvi Warman. 2010. Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Buku Kompas.
Ali, R. Moh.2005. Penantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKiS.
Amran, Rusli. 1981. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Anthony, Reid. 1992. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid I. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Hamid, Abd Rahman. 2013. Sejarah Maritim Indonesia. Yogykarta: Penerbit Ombak.
Kartodirdjo, Sartono. Dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Muljana, Slamet. 2006. Sejarah Indonesia Sriwijaya. Yogyakarta: LKiS
Uli Kozok. 2006. Kitab Undang- Undang Tanjung Tanah ( Naskah Melayu Yang
Tertua). Yayasan Naskah Nusantara: Jakarta. Halaman 21.

Anda mungkin juga menyukai