Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia diperkirakan pada abad ke- 4 masehi mulai meninggalkan zaman Pra sejarah.
Ini ditandai dengan ditemukannya prasati Yupa. Hal tersebut lantas menjadikan Indonesia
memasuki babak baru dalam sejarah. Masyarakat mulai mengenal hal baru yakni ajaran
agama yaitu Hindu-Budha. Hindhu Budha sendiri berasal dari negara India. Indonesia dan
India sebenarnya sudah menjalin hubungan dagang jauh sebelum masuknya ajaran Hindu-
Budha. Ini dikarenakn faktor geografis Indonesia yang terletak diantara Asia barat dan Asia
Timur. Indonesia menjadi jembatan penghubung sekaligus wilayah singgahan negara-negara
barat yang ingin berdagang ke wilayah timur.
Masuknya Hindhu-Budha kemudian merubah warna dari Indonesia. Selain faktor religi,
faktor politik juga ikut berubah dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat mulai mengenal
sistem kerajaan. Berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak hindhu budha membuat masyarakat
hidup dalam suasana baru.
Pada masa ini pula muncul kerajaan-kerajaan besar Hindhu-Budha. Salah satunya
kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya berkembang pesat di wilayah Sumatera. Beberapa
faktor membuat kerajaan sriwijaya maju pada zamannya serta menjadi salah satu kerajaan
Terbesar di wilayah Nusantara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaimana struktur pemerintahan Sriwijaya?
3. Siapa saja raja yang memerintah di kerajaan Sriwijaya?
4. Apa yang melatar belakangi runtuhnya kerajaan Sriwijaya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui berdirinya kerajaan Sriwijaya
2. Untuk mengetahui struktur pemerintahan Sriwijaya
3. Untuk mengetahui raja yang memerintah di kerajaan Sriwijaya
4. Untuk mengetahui yang melatar belakangi runtuhnya kerajaan Sriwijaya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Berdirinya Kerajaan Sriwijaya


Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali didalam prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka.
Berdasarkan telaah prasasti ini, H. Kern pada tahun 1913, mengidentifikasikan kata Sriwijaya
tadi sebagai nama seorang raja.
Lima tahun kemudian, yaitu tahun 1918, G. Ceodes dengan menggunakan sumber-
sumber prasasti dan berita Cina berhasil menjelaskan bahwa kata Sriwijaya yang terdapat
didalam prasasti Kota Kapur adalah nama di sebuah kerajaan di Sumatra Selatan dengan
pusatnya di Palembang. Kerajaan ini didalam berita Cina dikenal dengan sebutan She-li-fo-
she. Pendapat bahwa She-li-fo-she adalah sebuah kerajaan di pantai timur Sumatra Selatan, di
tepi sugai Musi, dekat Palembang, juga pernah dikemukakan oleh Samuel Beal pada tahun
1884. Hanya di saat itu orang belum mengenal nama Sriwijaya.
kerajaan sriwijaya merupakan negara maritim da menjadi pusat perdagangan. Wilayah
di kerajaan Sriwijaya adalah sebagai tempat persinggahan para pedagang-pedagang wilayah
asia barat terutama India yang ingin menjajakan dagangannya ke wilayah Cina dan
sebaliknya.
Dari kerajaan Sriwijaya sendiri kita hanya memperoleh 6 buah prasasti. Prasasti tertua
yang ditemukan di kedukan bukit di Palembang. Angka tahunnya 682 M. Prasati ini berhuruf
Palawa dan berbahasa melayu tua.oleh sebab itu, berdirinya kerajaan Sriwijaya masih
menjadi misteri dikarenakan tidak banyaknya bukti yang ditemukan.

B. Tahun Berdiri dan Proses Berdirinya


 Berikut beberapa sumber dari beberapa sumber dari luar negri dan dalam negeri:
1. Sumber Cina
Kunjungan I-Tsing, seorang peziarah muda dari Cina pertama kali pada tahun 671 M.
Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari 1000 orang pendeta
Buddha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Buddha tersebut sama dengan
aturan dan upacara yang dilakukan para pendeta Buddha di pusat ajaran agama Buddha,
India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwjaya untuk belajar bahasa Sangksekerta,
setelah itu ia berangkat ke Nelanda, India. Setelah lama belajar di Nelanda, tahun 685 I-
Tsing tadi kembali ke Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun untuk
menerjemahkan teks-teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Catatan Cina
yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwjaya yang datang secara rutin ke Cina, yang
terakhir pada tahun 988 M.
2. Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza, Sabay atau Zabaq.
Mas’udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun
955 M. Dalam catatan itu digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar,
dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah Kapur Barus, Kayu
Gaharu, Cengkeh, Kayu Cendana, Pala, Kardamugu, Gambir, dan beberapa hasil bumi

2
lainnya. Bukti lain yang mendukung adalah ditemukannya perkampungan-
perkampungan Arab sebagai tempat tinggal sementara di pusat kerajaan Sriwijaya.
3. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan-kerajaan
di India seperti kerajaan Nalanda dan Cola. Dengan kerajaan Nalanda disebutkan
bahwa raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang di kenal dengan prasasti
Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa raja Nalanda yang bernama raja
Dewapaladewa berkenan membebaskan 5 desa dari pajak. Sebagai gantinya desa
tersebut wajib membiayai para mahasiswa dari kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu
di kerajaan Nalanda. Di samping menjalin hubungan dengan kerajaan Nalanda,
kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan kerajaan Cola (Cola Mandala) yang
terletak di India Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah raja Rajendra Cola ingin
menguasai Selat Malaka.

 Sumber Lokal:
1. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah
perjalanan suci dan Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa
(20.000) tentara dan 200 peti perbekalan serta 1213 tentara yang berjalan kaki. Sumber
lain menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukkan bumi jawa yang tidak setia
kepada Sriwijaya. Prasasti kota Kapur di temukan di pulau Bangka.
2. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti ini berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama
Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukkan
Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, kerajaan Sriwijaya semakin makmur daerah
yang di maksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak
di Jambi. Daerah itu sangat srategis untuk perdagangan.
3. Prasasti Talang Tuo
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang perbuatan taman Srikesetra
atas perintah raja Dapunta Hyang.
4. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Berangka tahun 686 M itu di temukan di daerah pedalaman Jambi, yang
menunjukkan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.
5. Prasasti Ligor
Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang di
fungsikan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di selat Malaka.
6. Prasasti Nalanda
Prasati ini menyebutkan raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dari dinasti Sailendra
yang terusir dari jawa tengah akibat kekalahannya melawan kerajaan Mataram dari
dinasti Sanjaya. Dalam prasati itu, Balaputra dewa meminta kepada raja Nalanda agar
mengakui haknya atas kerajaan Sailendra. Disamping itu, prasasti ini juga menyebutkan
Baladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para
mahasiswa yang belajar di Nalanda.
7. Prasasti Telaga Batu
3
Prasasti ini ditemukan disekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu
lempeng mendekati segi lima, ditasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk
mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) dibawahya. Menurut para
arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan
kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air
yang dialirkan ke batu dan keluar dari cerat tersebut. sebagai sarana untuk upacara
persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan, mka diduga
kuat Palembang merupakan pusat kerajaan Sriwijaya.

C. Struktur Pemerintahan Sriwijaya


Pembentukan negara dalam satukesatuan struktur kekuasaan politik kerajaan Sriwijaya
ditemukan dalam beberapa prasasti penting yang memuat info di dalamnya. Info-info tersebut
seperti Mandala, Kedatuan, Samaryyada, Vanwa, Bumi.
Kedatuan diartikan sebagai wawasan Datu (tuan rumah) tempat tinggal, tepat emas di
simpan dan hasil bumi sebagai wilayah yang harus dijaga. Kedatuan ini dikelilingi oleh
Vanwa, yang bisa dianggap sebagai wilayah kota dari Sriwijaya yang di dalamnya terkandung
Vihara untuk tempat beribadah masyarakat.
Kemudian Samaryyada merupakan wilayah yang bersebarangan dengan Vanwa, yang
terhubung ke jalan Khsusus (Samaryyada Patha) yang dapat dimaksud kawasan pedalaman.
Sedangkan Mandala adalah suatu kawasan yang berdiri sendiri dari bumi yang berada dalam
kontrol kekuasaan Kedatuan Sriwijaya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Maharaja atau Dapunta Hyang. Selanjutnya juga
terdapat putra mahkota yang disebut Yufaraja yang puta mahkota kedua disebut Pratiyufaraja.
Istilah tersebut banyak dijelaskan dalam prasasti telaga batu.

D. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan


Kerajaan Sriwijaya terletak pada jalur yang strategis, jalur perdagangan antara India
dan Cina. Selain itu keraajaan ini juga berhasil menguasai selat malaka yang merupakan
jalurnya. Dengan menguasai selat tersebut menjadikan Sriwijaya menjadi yang mengatur
perdagangan nasional dan internasional.
Dalam bidang kebudayaan khususnya keagamaan kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
dari Agama Budha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama budha berkembang di Sriwijaya
adalah Agama Budha Mahayana. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Dharmakirti.

E. Raja-Raja Terkenal di Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya memiliki banyak sekali raja-raja yang berkuasa di kerajaan Sriwijaya.
Diantara raja-raja tersebut, raja-raja yang terkenal adalah sebagai berikut:
1. Raja Dapuntra Hyang
Pada masa kekuasaannya dia berhasil memperluas kekuasaannya sampai ke Jambi.
Ia juga berhasil menjadikan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan Maritim yang kuat.
2. Raja Dharmasetu
Raja Dharmasetu berhasil memperluas kekuasaan Sriwijaya sampai ke semenanjung
Malaya. Bahkan kerajaan Sriwijaya berhasil membuat pangkalan di wilayah Ligor.

4
Selain itu, kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan luar negri dengan India dan
Cina. Kapal-kapal selalu berlabuh di kerajaan Sriwijaya.
3. Raja Balaputradewa
Cerita mengenai raja Balaputradewa diketahui dari catatan prasasti Nalanda. Raja
Balaputradewa menjabat sekitar abad ke-9. Balaputradewa merupakan keturunan
dari raja Sailendra yaitu putra dari raja Samaratungga dengan Dewitara dari
kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya berkembang pesat. Sriwijaya
merupakan pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Ia juga menjalin hubungan baik
dengan kerajaan-kerajaan India seperti Cola dan Nalanda.
4. Raja Sri Sudamaniwarmadewa
Pada masa kekuasaan raja Sudamaniwarmadewa, kerajaan Sriwijaya pernah
mengalami serangan dari raja Darmawangsa dari jawa timur, tetapi serangan
tersebut berhasil di gagalkan oleh raja Sudamaniwarmadewa dan pasukannya.
5. Raja Sanggarama Wijayatunggawarman
Pada masa kekuasaanya kerajaan Sriwijaya iserang oleh kerajaan Cola dari India
yang dipimpin oleh Rajendra Cola. Serangan tersebut berhasil merebut kekuasaan
Sriwijaya dari raja Wijayatunggawarman, dan akhirnya raja Wijayatunggawarman
ditahan oleh raja Rajendra. Tapi pada masa kekuasaan raja Kulo Tungga 1 kerajaaan
Cola, raja Wijayatunggawarman kemudian dibebaskan.
F. Masa Kejayaan dan Kemunduran Sriwijaya
 Masa Kejayaan
Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad ke 9-10 M. Dengan menguasai
seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan ini mempunyai kekuasaan
yang hampir menyeluruh sampai Asia Tenggara, diantaranya adalah Jawa, Sumatra,
Semenanjung, Malay, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan juga Filiphina. Kerajaan yang
berbasis di pesisir ini terkenal dengan armada maritimnya yang kuat sampai di seganai oelh
lawan-lawannya. Dengan kekuatan tersebut maka langkah untuk memperluas kekuasaan
berjalan sangat pesat.
Kerajaan Sriwijaya juga mengenakan bea cukai atas setiap kapal yang melewati dua
selat tersebut. sriwijaya mengumpulkan kekayaan dari jasa pelabuhan dan gudang
perdagangan, khususnya pasar Cina dan India
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri
Jayanaga. Ia dikenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan juga peduli terhadap
rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah, kerajaan Sriwijaya berhasil
menguasai semua wilayah kerajaan yang meliputi hampir seluruh Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijya saat itu bahkan terkenal dengan armada laut paling kuat dalam
sejarah bangsa Indonesia. Dalam sebuah prasasti disebutkan bahwa Dapunta Hyang Sri
Jayanaga melakukan ekpansi selama 8 tahun dengan 20.000 pasukan. Tujuan dari ekspansi
adalahutnuk memperluas daerah kerajaan dan berhasil membuat Sriwijaya menjadi makmur.
 Masa Kemunduran/Keruntuhan
Pada akhir abad ke-13 M, kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini
disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi.
1. Faktor Politik

5
Kedudukan kerajaan Sriwijaya semakin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan
besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia peragangan, seperti kerajaan Siam
di sebelah Utara. Kerajaan Siam memperluas wilayah kekuasaannya ke arah Selatan
dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaya termasuk tanah Genting
Kra. Jatuhnya tanah Genting Kra kedalam kekuasaan kerajaan Siam mngakibatkan
kegiatan pelayaran perdagangan di kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Dari arah
Timur, kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan kerajaan Singasari, yang pada
waktu itu diperintah oleh raja Kertanegara. Kerajaan Singasari yang bercita-cita
memnguasai seluruh wilayah Nusantara mulai mengirim ekspedisi ke arah Barat yang
dikenal dengan istilah Pamalayu. Dalam ekspedisi ini, kerajaan Singasari mengadakan
pendudukan terhadap kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga
mengakibatkan kedudukan kerajaan Sriwijaya semakin terdesak.
2. Faktor ekonomi
Para perdagang melakukan aktivitas perdagangan di kerajaan Sriwijaya semakin
berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah dikuasai oleh kerajaan
Sriwijaya telah jatuh kedalam kekuasaan dari raja-raja sekitarnya. Akibatnya, para
pedagang yang melakukan penyeberangan ke tanah Genting Kra atau yang melakukan
kegiatan sampai ke daerah Melayu (sudah dikuasai kerajaan Singasari) tidak lagi
melewati wilayah kekuasaan Sriwijaya. Keadaan seperti ini tentu mengurangi sumber
pendapatan kerajaan.
Dengan faktor politik dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M, kerajaan Sriwijaya
menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Pelembang. Kerajaan Sriwijaya
yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 13 M.
Kejayaan kerajaan Sriwijaya semakin pudar mulai awal abad ke-11. Sebagiamana
telah dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan
tetangganya. Entah apa sebabnya, hubungannya dengan kerajaan Cola (India menjadi buruk).
Pada tahun 1024 M, Cola menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun
1030. Banyak kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. tidaklah
heran kalau peperangan itu melemahkan angkatan laut Sriwijaya.
Semakin rapunya kekuatan militer mengakibatkan kontrol terhadapt wilayah
bawahanpun menjadi semakin lemah. Kelemahan itu terbukti dari sikap kerajaan Melayu
yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Dari berita Cina diketahui bahwa pada abad ke-11,
Melayu mengirim utusannya sendiri ke Cina. Setelah itu daerah kekuasaan Sriwijaya yang
lain ikut melepaskan diri pula. Wilayah Sriwijaya semakin ciut. Akan tetapi, Sriwijaya sendiri
tidak mampu bertindak tegas terhadap wilayah-wilayah yang membangkang. Ia tidak lagi
memiliki angkatan laut yang kuat.
Keamanan wilayah yang kacau tentunya berpengaruh pada merosotnya arus
perdagangan. Para pedagang enggan singgah lagi di Sriwijaya. Sriwijaya yang dulunya
menjadi pusat perdagangan kini telah menjadi sarang bajak laut. Akhirnya pada tahun 1377
M, tidak lagi terdengar berita tentang Sriwijaya. Saat itu bersamaan dengan tampilnya
kerajaan perkasa di Jawa, yakni Majapahit.

6
G. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

1. Prasasti Kota Kapur

Gambar Prasasti Kota Kapur


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah prasasti Kota Kapur. Prasasti
peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu
Kuno pada tulisannya. Penemuan prasasti kota kapur berada di Pulau Bangka Barat.
Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tahun 1892 oleh J.K Van der Meulen dengan
berisi cerita kutukan kepada orang yang melanggar perinah dan titah dari Raja Sriwijaya yang
berkuasa. Kemudian ahli epigrafi, H. Ken meneliti prasasti kota kapur yang memiliki
anggapan bahwa Sriwijaya dikatakan sebagai nama seorang raja. Kemudian pada abad ke 7
Masehi terdapat kerajaan di Sumatera bernama Sriwijaya yang pernah berkuasa kuat di
Semenanjung Malaya, Thailand Selatan dan di Barat Nusantara sesuai dengan pendapat dari
George Coedes.
Prasasti Ligor

Gambar Prasasti Ligor


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Ligor. Prasasti peninggalan
sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di wilayah Thailand Selatan oleh Nakhon
Si Thammarat. Peninggalan Sriwijaya tersebut mempunyai kedua sisi pahatan yang bernama
Prasasti Ligor A (manuskrip Viang Sa) dan Prasasti Ligor B yang berisi pemberian gelar Sri
Maharaja menjadi Visnu Sesawarimadawimathana yang dibuat oleh raja wangsa dari
Sailendra. Kemudian cerita dalam prasasti Ligor A berisi pendirian Trisamaya Caitya untuk
Kajara yang dilakukan oleh Raja Sriwijaya sebagai raja dari seluruh raja di dunia. Sedangkan

7
dalam prasasti Ligor B terdapat cerita Visnu yang memperoleh julukan pembunuh sombong
para musuh hingga tak tersisa bernama Śesavvārimadavimathana dan bergelar Sri Maharaja
dari keluarga Śailendravamśa. Cerita ini tertulis menggunakan aksara Kawi dan lengkap
dengan angka yang menunjukan tahun 775.

Prasasti Palas Pasemah

Gambar Prasasti Palas Pasemah


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Palas Pasemah. Prasasti
peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di pinggir rawa Desa Palas
Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Peninggalan Sriwijaya tersebut tersusun oleh 13 baris
tulisan yang menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Dalam prasasti Palas
Pasemah terdapat penjelasan mengenai kutukan dari penguasa Sriwijaya bagi orang yang
tidak mau tunduk. Di duga prasasti ini telah ada sejak abad ke 7 Masehi jika dilihat dari
aksaranya.
Prasasti Telaga Batu

Gambar Prasasti Telaga Batu


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Telaga Batu. Prasasti
peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya pada tahun 1935 di kolam Telaga
Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Peninggalan Sriwijaya
tersebut tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan isinya berupa kutukan dari kedaulatan
Sriwijaya bagi mereka yang berbuat jahat. Saat penemuan prasasti Telaga Batu ternyata
ditemukan juga prasasti Telaga Batu 2 disekitar lokasi. Prasasti kedua ini berisi keberadaan
suatu vihara. Tetapi di Museum Nasional Jakarta juga sudah terdapat 30 prasasti Siddhayatra
yang telah ditemukan di tahun sebelumnya. Prasasti Telaga Batu memiliki lebar 148 cm dan
tinggi 118 cm dengan pahatan batu andesit.

8
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti prasasti Telaga Batu ini memiliki 7 buah kepala
ular kobra dibagian atasnya dan pancuran air tempat membasuh di bagian tengahnya. Prasasti
peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki 28 baris tulisan dengan menggunakan bahasa
Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Prasasti Telaga Batu sebagai peninggalan sejarah Kerajaan
Sriwijaya secara garis besar berisi kutukan dari kedatuan Sriwijaya bagi mereka yang tidak
patuh dan berbuat kejahatan. Kutukan yang tertulis dalam prasasti ini tergolong lengkap
karena terdapat nama pejabat pemerintahan yang tinggal di ibukota kerajaan yaitu Palembang
sesuai dengan dugaan dari beberapa ahli sejarah. Namun semua itu dibantah oleh anggapan
Soekmono karena didalam prasasti Telaga Batu tertulis usulan Minanga seperti pada prasasti
Kedukan Bukit disekitar ibukota Sriwijaya di Candi Muara Takus dan tidak mungkin
Sriwijaya asalnya dari Palembang karena isinya hanya kutukan dari kedatuan untuk mereka
yang tidak patuh.

Prasasti Kedukan Bukit

Gambar Prasasti Kedukan Bukit


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Kedukan Bukit. Prasasti
peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Kampung Kedukan Bukit,
Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan khususnya di tepi Sungai Tatang yang
alirannya menuju Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan oleh M. Batenburg
pada tanggal 29 November 1920. Ukuran dari prasasti Kedukan Bukit sekitar 45 cm x 80 cm
yang didalamnya terdapat tulisan menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti Keduka Bukit berisi penyelenggaraan perjalanan suci menggunakan perahu atau
Sidhayarta oleh Dapunta Hyang sebagai utusan dari Kerajaan Sriwijaya. Perjalanan Dapunta
Hyang didampingi oleh 2000 pasukan dan dapat menguasai daerah daerah lainnya. Prasasti
peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tersebut sekarang ini berada di Museum Nasional
Jakarta.
Prasasti Talang Tuwo

Gambar Prasasti Talang Tuwo


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Talang Tuwo. Prasasti
peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Bukit Seguntang tepi utara
9
Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tanggal 17 November 1920
oleh residen Palembang bernama Louis Constant Westenenk. Prasasti Talang Tuwo
mengandung isi mengenai doa yang digunakan pada masa Kerajaan Sriwijaya yakni aliran
agama Budha Mahayana. Hal ini terbukti dari adanya kata aliran yang khas dari Budha
Mahayana seperti annuttarabhisamyaksamvodhi, Vajrasarira, Mahasattva, dan Bodhicitta.

Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini memiliki ukuran 50 cm x 80 cm yang keadaan


tulisannya cukup baik serta berisi angka dari aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno tertulis
23 Maret 684 Masehi atau 606 Saka. Prasasti Talang Tuwo berhasil di terjemahkan oleh
sarjana pertama bernama Van Ronkel dan berisi 14 baris kalimat didalamnya. Bahkan
terjemahan Bosh ini telah dimuat dalam Acta Orientalia. Kemudian pada tahun 1920, prasasti
Talang Tuwo disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti peninggalan dari Kerajaan
Sriwijaya tersebut berisi Sri Jayasana selaku Raja Sriwijaya yang membangun taman pada
abad ke 7 untuk para rakyatnya. Lahan taman ini mempunyai lembah dan bukit sehingga
pemandangannya sangat indah sesuai dengan isi dalam prasasti Talang Tuwo. Taman tersebut
bernama Taman Srisetra dan dibagian dasar lembah terdapat sungai yang airnya mengalir ke
Sungai Musi.

Prasasti Leiden

Gambar Prasasti Leiden


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Leiden. Prasasti peninggalan
sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di museum Belanda. Peninggalan Sriwijaya tersebut
tertulis dalam lempengan tembaga dengan bahasa Tamil dan Sansekerta. Didalam prasasti
Leiden terdapat cerita hubungan baik antara dinasti Sailendra di Sriwijaya India Selatan
dengan dinasti Chila di Tamil.
Candi Muara Takus
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muara Takus. Candi peninggalan
sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten
Kampar, Riau. Peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki tembok dari batu putih dengan
ketinggian 80 cm yang terletak disekeliling candi berukuran 74 m x 74 m. Menurut perkiraan
candi tersebut dijadikan sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya dan ada sejak kerajaan tersebut
mencapai masa keemasannya. Pembuatan candi ini berbeda dengan candi di Jawa pada
umumnya yang berasal dari batu andesit. Namun pembuatan candi ini berasal dari batu
sungai, batu pasir dan batu bata. Candi Muara Takus memiliki bahan utama dari tanah liat

10
desa Pongkai. Disekitar komplek candi terdapat menara stupa besar yang berasal dari batu
pasir kuning dan batu bata. Selain itu bangunan Candi Muara Takus juga memiliki candi Tua,
Stupa Mahligai, candi Bungsu dan Palangka di bagian dalamnya.

Gambar Candi Muara Takus


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti candi Muara Takus ini memiliki arsitektur yang tidak
dapat ditemukan di wilayah Indonesia sehingga tergolong sangat unik. Hal ini dikarenakan
candi peninggalan Sriwijaya tersebut hampir sama dengan bentuk Stupa Budha yang ada di
Myanmar, Sri Lanka, dan Vietnam. Dalam stupa candi Muara Takus peninggalan sejarah
kerajaan Sriwijaya terdapat ornamen roda pada stupa dan disemua kompleks candinya
banyak ditemukan kepala singa.

Candi Muaro Jambi

Gambar Candi Muaro Jambi


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muaro Jambi. Candi peninggalan
sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi,
Jambi, Indonesia di tepi Batang Hari. Peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki luas 3891
hektar sehingga termasuk dalam kompleks candi paling luas di Asia Tenggara dan diduga
juga termasuk dalam peninggalan kerajaan Melayu. Pada tahun 1824, S.C. Crooke selaku
letnan Inggris melakukan pemetaan demi keperluan militer di sekitar daerah aliran sungai.
Kemudian pemugaran dilakukan oleh R. Soekmono pada tahun 1975 selaku pimpinan
pemerintahan Indonesia. Candi Muaro Jambi diperkirakan telah ada sejak abad ke 9 - 12
Masehi menurut pendapat Boechari yang merupakan seorang pakar epigrafi.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini mengandung 10 candi di sekitar kompleksnya yang telah
dilakukan pemugaran seperti candi Kembar Batu, Gedong Dua, Gumpung, Kembang Batu,
Kedaton, Gedong Satu, Kotomahligai, Tinggi, Candi Astano, dan Telago Rajo. Candi Muaro
Jambi merupakan peninggalan Sriwijaya yang disekitar kompleksnya terdapat kanal kuno
atau parit buatan manusia, gundukan tanah dari bata kuno dan kolam tempat penampungan

11
air. Selain itu peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut juga ditemukan 85 menapo
milik penduduk setempat di sekitar kompleks candi Muaro Jambi.

Candi Bahal

Gambar Candi Bahal


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Bahal. Candi peninggalan sejarah
Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Bahal, kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten
Padang Lawas, Sumatera Utara. Peninggalan Sriwijaya tersebut termasuk dalam kompleks
candi yang beraliran Vajrayana. Pembuatan candi Bahal berasal dari bata merah serta terdapat
hiasan papan dikelilingi ukiran yaksa kepala hewan yang menari di bagian kaki candinya.
Penari tersebut memiliki wajah tertutup topeng hewan menyerupai upacara pada Tibet. Selain
itu adapula ukiran singa duduk pada hiasan papannya.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Terbatasnya sumber yang ditemukan, membuat awal berdirinya kerajaan Sriwijaya masih
menjadi pertanyaan sampai saat ini. Penelitian terus dilakukan oleh sejarawan untuk
mengungkap asal mula Sriwijaya. Yang paling terdekat adalah didalam berita Cina dikenal
dengan sebutan She-li-fo-she. Pendapat bahwa She-li-fo-she adalah sebuah kerajaan di pantai
timur Sumatra Selatan, di tepi sugai Musi, dekat Palembang, juga pernah dikemukakan oleh
Samuel Beal pada tahun 1884. Hanya di saat itu orang belum mengenal nama Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan Kerajaan yang kuat dalam hal kemaritiman. Ini
dibuktikan dengan wilayahnya yang strategis dan merupakan pusat perdagangan nasional dan
internasional. Dalam bidang kebudayaan khususnya keagamaan kerajaan Sriwijaya menjadi
pusat dari Agama Budha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama budha berkembang di
Sriwijaya adalah Agama Budha Mahayana. Salah satu tokoh yang terkenal adalah
Dharmakirti.
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada akhir abad ke 11. Ini dikarenakan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kejayaan kerajaan Sriwijaya semakin pudar mulai
awal abad ke-11. Sebagiamana telah dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan hubungan
baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa sebabnya, hubungannya dengan kerajaan Cola
(India menjadi buruk). Pada tahun 1024 M, Cola menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang
kembali pada tahun 1030. Banyak kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan
tersebut. tidaklah heran kalau peperangan itu melemahkan angkatan laut Sriwijaya.

B. Saran
Menyadari penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kedepannya kami akan lebih baik lagi dalam menyusun makalah diatas dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan lagi dalam membuat referensi. Maka dari itu kami menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun terhadap penulisan makalah tersebut

DAFTAR PUSTAKA

13
Marwati Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta. 1984.
Balai Pustaka.
Slamet Mulyana, Sriwijaya, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2008.
George Coedes, Dkk, Kedutaan Sriwijaya, Depok: Komunitas Bambu, 2014.
http://kepokepobingitz.blogspot.com/
https://presbaglogmandiri.blogspot.com/2016/08/makalah-kerajaan-sriwijaya-dan-
melayu.html
http://materi4belajar.blogspot.com/2019/04/10-peninggalan-kerajaan-sriwijaya.html

KATA PENGANTAR

14
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehinnga
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Kerajaan Sriwijaya”
Penyusun menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak
kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua ke arah kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri ataupun semua
pihak yang memerlukan.

Penyusun

DAFTAR ISI
i

15
KATA PENGANTAR .....................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Awal berdirinya kerajaan sriwijaya.......................................................................2
B. Tahun berdirinya & proses berdirinya ..................................................................2
C. Struktur pemerintahan...........................................................................................4
D. Kehidupan social, ekonomi dan budaya ...............................................................4
E. Raja-raja terkena di sriwijaya................................................................................4
F. Masa kejayaan dan kemunduran kerajaan sriwijaya.............................................5
G. Peninggalan kerajaan sriwijaya.............................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...........................................................................................................13
B. Saran .....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................14

MAKALAH
ii

16
KERAJAAN SRIWIJAYA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. SALWA
2. M. HIKMAL RAMADHAN
3. TASYA DINUL QOYIMAH

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMA NEGERI 5 BENGKULU SELATAN
TAHUN 2019

17

Anda mungkin juga menyukai