Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH SEJARAH

KERAJAAN SRIWIJAYA

NEGARA MARITIM NUSANTARA

GURU: JUSRIAM S.pd

Disusun oleh : KELOMPOK 3


1. Andrea Novianti
2. Enjelina
3. Jurianto
4. Prasetyo Silvinus Tanan
5. Muhammad Arya Dwiatma Gandi

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 1


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis berjudul “Sriwijaya :
Negara Maritim Nusantara” ini. Karya tulis ini kami susun guna memenuhi tugas
sejarah mengenai kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia serta untuk
menambah pengetahuan tentang kesejarahan Nusantara.
Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah ikut andil dalam penyusunan karya tulis ini.
1. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Unaaha
2. Guru mata pelajaran Sejarah
3. Orangtua kami
4. Teman-teman semua
Kami menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.

Unaaha. 25 Oktober 2017

Penulis

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 2


3

DAFTAR ISI

Halaman Cover............................................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................................ 3
Bab I : A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................ 5
Bab II : A. Historiografi .............................................................................................. 6
B. Sejarah ......................................................................................................... 6
C. Sumber Sejarah ............................................................................................ 8
D. Lokasi Kerajaan.......................................................................................... 14
E. Negara Maritim........................................................................................... 15
F. Kehidupan Agama ...................................................................................... 16
G.Struktur Pemerintahan .................................................................................. 17
H. Kehidupan Politik....................................................................................... 17
I. kehidupan Ekomomi ..................................................................................... 20
J. Struktur Birokrasi ......................................................................................... 20
K. Kehidupan Sosial Budaya ........................................................................... 21
L. Hubungan Regional dan Luar Negri ............................................................ 21
M. Masa Keemasan .......................................................................................... 22
N. Masa Kemunduran ..................................................................................... 22
O. runtuhnya Kerajaan Sriwijaya ..................................................................... 25
Bab III : A. Kesimpulan ............................................................................................... 26
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 27

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 3


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan
oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas
utama penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong
aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke
luar wilayah Indonesia. Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah
ditemukan jalan melalui laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang
dilalui dalam hubungan dagang China dengan Romawi telah mendorong
munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah
Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan
dagang China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara
Indonesia dan China beserta India. Melalui hubungan itu juga, berkembang
kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Dalam
perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dan India, lambat laun
agama Hindu dan Budha masuk dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-
raja dan para bangsawan. Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama
Hindu-Budha tersebar ke lingkungan rakyat biasa.

Agama Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh


Masehi, dibawa oleh para musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang
pertama kali menganut agama ini kemudian membangun kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu-Budha seperti Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur,
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Holing, Kerajaan Melayu di
Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram
Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Bali dan Pajajaran, serta
Kerajaan Majapahit. Masing-masing kerajaan tentu memiliki sejarah dan
peninggalan-peninggalan yang harus kita ketahui. Salah satunya adalah Kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan yang terletak di Sumatera Selatan dan beribukota di
Palembang ini memiliki nilai sejarah yang tinggi untuk kita ketahui seperti
historiografi, sejarah berdirinya, lokasi kerajaan, prasasti-prasasti peninggalan,
hubungan regional dan luar negeri, masa kejayaannya, masa kemunduran maupun
aspek-aspek kehidupan apa saja yang terkandung dalam kerajaan ini.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 4


5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya?


2. Di mana lokasi Kerajaan Sriwijaya?
3. Dari manakah sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya?
4. Apa sajakah bukti-bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya?
5. Bagaimana hubungan regional dan luar negeri Kerajaan Sriwijaya?
6. Siapakah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya?
7. Aspek kehidupan apa saja yang terkandung di dalam Kerajaan?
8. Apa yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan?

C. Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan :

1. Mengetahui sejarah berdiri dan letak Kerajaan Sriwijaya.


2. Mengetahui bukti-bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
3. Mengetahui silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya.
4. Mengetahui aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam
pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.
5. Mengetahui dan mampu menjelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan
Sriwijaya.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 5


6

BAB II
ISI

A. Historiografi
Nama Kerajaan : Sriwijaya
Ibukota : Palembang
Bahasa : Melayu Kuno, Sansekerta
Agama : Budha, Hindu
Pemerintahan : Monarki
Sejarah : 1. Didirikan pada tahun 600-an M
2. Invasi Majapahit tahun 1300-an M
Mata Uang : Koin emas dan perak

B. Sejarah
Kerajaan Sriwijaya atau yang biasa disebut Srivijaya salah satu kerajaan
maritim yang kuat diwilayah pulau Sumatera dan member pengaruh banyak di
Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Thailand, Kamboja,
Semenanjung Malaya. Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Di dalam
bahasa Sansekerta Sri artinya “Bercahaya” dan Wijaya artinya
“Kemenangan”.
Bukti awal mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini berawal dari abad ke-
7, di Palembang yaitu Prasasti Kedukan Bukit, pada tahun 682. Dikarenakan
terjadi beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa
Teguh pada tahun 990 dari Jawa menjadikan pengaruh Kerajaan Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai berkurang, dan serangan Rajendra Chola I
dari koromandel pada tahun 1025, selanjutnya pada Tahun 1183 Sriwijaya
dibawah kendali kekuasaan Kerajaan Dharmawangsa.setelah Kerajaan
Sriwijaya runtuh, Kerajaan ini terlupakan dan eksistansinya baru diketahui
secara resmi pada tahun 1918 oleh sejarawan George Coedes dari Perancis.
Tidak ditemukan catatan lebih lanjut mengenai Kerajaan Sriwijaya dalam
sejarah Indonesia, masa lalunya yang sudah terlupakan di bentuk kembali oleh
sarjana asing tidak ada orang Indonesia terkini yang mendengar mengenai
sejarah Kerajaan Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Peranci
George Coedes menyebarkan penemuannya dalam Koran berbahasa Belanda
dan Indonesia. Coedes menyatakan bahwa reverensi Tiongkok dalam “San-to-
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 6
7

ts’i” , dan beberapa prasati dalam Melayu Kuno bersumber pada kekaisaran
yang sama. Kerajaan Sriwijaya menjadi icon kebesaran Sumatera awal, dan
Kerajaan besar Nusantara di Jawa Timur selain Majapahit pada abad ke-20,
kedua Kerajaan tersebut menjadi rujukan oleh kaum Nasionalis untuk
menunjukkan bahwasannya Indonesia adalah satu kesatuan Negara sebelum
Kolonialisme Belanda.
Tertulis berbagai macam nama Sriwijaya. Orang Tionghoa menyebutnya
San-fo-ts’I Shih-li9-fo-shih atau San Fo Qi. Dlam bahasa Pali dan Sansekerta,
Kerajaan Sriwijaya disebut Javadeh dan Yavadesh. Khamer menyebutnya
Melayu dan bahasa Arab menyebutnya Zabaj.banyaknya nama menjadi alas
an lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan sementara dari Ptolemaeus
ditemukn keterangan mengenai adanya tiga pulau Sabadeibei yang
dimungkinkan berkaitan dengan Sriwijaya. Pierre-Yves Manguin melakukan
observasi sekitar tahun 1993 dan berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya
berada di sungai Musi antara bukit Sabokingking dan Seguntang (terletak di
Provinsi Sumatera Selatan sekarang).
Namun sebelum Soekmono berpendapat bahwa pusat kerajaan Sriwijaya
terletak pada wilayah sehiliran Batanghari antara Muara Sabak sampai Muara
Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Melayu tidak diwalayah
tersebut. Jika Melayu pada wilayah tersebut, cenderung pada pendapat Moens,
yang sebelumnya juga telah mengeluarkan pendapat bahwa letak pusat
Kerajaan Sriwijaya berada pada wilayah Candi Muara Takus (provinsi Riau
sekarang), dengan perkiraan petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing,
serta hal ini juga dapat dikaitkan dengan adanya berita tentang pmbangunan
sebuah Candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu
ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina
yang diberi nama Cheng Tien Wan Shou (candi Bungsu, sebagian dari candi
yang terletak diMuara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh
Rajendra Chola I berdasarkan prasati Tanjore. Sriwijaya telah beribukotakan
di kadaram (Kedah sekarang).
Belum banyak bukti fisik mengenai kerajaan Sriwijaya yang bisa
ditemukan. Kerajaan ini ,merupakan Negara Maritim dan menjadi pusat
perdagangan, namun Kerajaan ini tidak meluaskan kekuasaannya diluar
wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk
sebuah populai Madagaskar sejauh 3.300 mil diwilayah barat. Beberapa ahli
masih berselisih kawasan yang menjadi pusat pemerintah Sriwijaya, selain itu
bisa jadi kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahaannya, namun
kawasan yang menjadi ibu kota masih tetap diperintah secara langsung oleh
penguasa, sedangkan daerah pendukungnya dipimpin oleh Datu setempat.
Sesuai dengan catatan I Tsing kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak tahun
671, pada tahun 682 dari prasati kedukan Bukit diketahui Imperium ini bahwa
kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat
bahwa terdapat 2 kerajaan yaitu Kedah dan Melayu menjadi bagian kekuasaan
Sriwijaya. Berdasarkan prasati Kota Kapur pada tahun 686 ditemukan dipulau
Bangka bagian Selatan Sumatera ini telah dikuasai Kemaharajaan Sriwijaya,
pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung prasati ini juga menyatakan
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 7
8

bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan petualangan militer untuk menghukum


Bumi Jawa yang tidak mau berbakti kepada Sriwijaya peristiwa ini bersamaan
dengan runtuhnya kerajaan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah dan
Tarumanagara di Jawa Barat yang kemungkinan besar akibat diserang
Sriwijaya.

C. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan
Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.

Sumber dari Luar Negeri

1. Sumber Cina
Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali
pada tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari
seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha
tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha
di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya
untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda, India.
Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan
tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa
Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan
Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988 M.

2. Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza,
Sabay atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan
tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya
merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi
Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala,
kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang
mendukung adalah ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai
tempat tinggal sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya.

3. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari
kerajaan-kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan
Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti
yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan
bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan
5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib membiayai para
mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di
samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga
menjalin hubungan dengan Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India
Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai
Selat Malaka.
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 8
9

4. Sumber lain
Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-
fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain,
yakni Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota
Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun,
saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah
nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.

Sumber Lokal atau Dalam Negeri

Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-
raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya sebagian
besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara
lain sebagai berikut.

1. Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang
kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua
laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan
kaki. Sumber lain menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukan Bumi Jawa
yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau
Bangka.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 9


10

2. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya


bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil
menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya
menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan
adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk
perdagangan. Pada tanggal 29 November 1920, M. Batenburg menemukan sebuah
batu bertulis di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang-Sumatera
Selatan. Prasasti berukuran 45 × 80 cm ini ditulis menggunakan bahasa Melayu
Kuno dan aksara Pallawa. Isinya menceritakan bahwa seorang utusan Kerajaan
Sriwijaya bernama Dapunta Hyang telah mengadakan sidhayarta (perjalanan suci)
menggunakan perahu. Dalam perjalanan yang disertai 2.000 pasukan tersebut, ia
telah berhasil menaklukan daerah-daerah lain. Prasasti peninggalan kerajaan
Sriwijaya ini kini disimpan di Museum Nasional Indonesia.

3. Prasasti Talangtuo

Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan


Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang. Di kaki Bukit Seguntang
tepian utara Sungai Musi, Louis Constant Westenenk –seorang residen Palembang
pada tanggal 17 November 1920 menemukan sebuah prasasti. Prasasti Talang Tuwo –
begitu kemudian disebut- adalah sebuah prasasti yang berisi doa-doa dedikasi.
Prasasti ini menggambarkan bahwa aliran Budha yang digunakan Sriwijaya pada
masa itu adalah aliran Mahayana. Ini dibuktikan dari digunakannya kata-kata khas
aliran Budha Mahayana seperti bodhicitta, vajrasarira, annuttarabhisamyaksamvodhi,
dan mahasattva.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 10


11

4. Prasasti Karang Berahi

Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi,


yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu. Prasasti Karang Brahi
ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berkhout pada tahun 1904 di tepian Batang
Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang,
Merangin-Jambi. Sama seperti prasasti Telaga Batu, Prasasti Palas Pasemah, dan
Prasasti Kota Kapur, prasasti ini menjelaskan tentang kutukan pada mereka yang
berbuat jahat dan tidak setia pada sang Raja Sriwijaya

5. Prasasti Ligor

Sriwijaya membangun ibukota baru di semenanjung Malaka,yaitu di


Ligor yang dibuktikan dengan prasati Ligor (775 M). pendirian ibukota
Ligor tersebut bukan berarti ,meninggalkan ibu kota di Sumatera
Selatan, melainkan hanya untuk melakukan pengawasanlebih dekat
terhadap aktivitas perdagangan di selat Malaka atau menghindari
penyebrangan yang dilakukan oleh para pedagang melalui tanah Genting
Kra.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 11


12

6. Prasasti Nalanda

Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari
Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan
Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa
meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra.
Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa
berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa
Sriwijaya yang belajar di Nalanda.

7. Prasasti Telaga Batu

Prasasti ini ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu
lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan
sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di
bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan
upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu,
pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui
cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu
biasanya ditempatkan di pusat kerajaan, maka diduga kuat Palembang merupakan
pusat Kerajaan Sriwijaya.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 12


13

8. Prasasti Bukit Siguntang

9. Arca Budha Sakyamurni

10. Prasati Amoghapasha

11. Prasati Leiden

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 13


14

12. Prasati Grahi

13. Candi Muara Takus

D. Lokasi Kerajaan

Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa


kejayaan kepulauan Nusantara di masa lampau. Bukan saja dikenal di wilayah
Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa yang berada jauh di luar Indonesia
mengenal Kerajaan Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena letak Sriwijaya yang
sangat strategis dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat
Malaka. Selat Malaka pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang
menghubungkan pedagang-pedagang Cina dengan India maupun Romawi. George

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 14


15

Coedes, seorang sejarawan, menulis karangan berjudul Le Royaume de Crivijaya


pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama
sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan
bahwa letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada
anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and
Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I
adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai
Musi atau sekitar kota Palembang sekarang.

Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M).
Kadaulatan Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian
Sungai Musi. Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan
Sriwijaya semakin meluas. Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Jawa Barat
(Tarumanegara), Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.

E. Negara Maritim

Dalam upaya mewujudkan cita-cita agar Sriwijaya menjadi kerajaan


Maritim, perluasan kerajaan dilakukan untuk menguasai jalur perdagangan di
Selat Malaka dan Selat Sunda yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran
yang sangat penting. Keberhasilan Sriwijaya berkuasa atas semua selat itu
menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai penguasa tunggal jalur aktivitas
perdagangan dunia yang melalui Asia Tenggara.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 15


16

Armada Sriwijaya yang kuat dapat menjamin keamanan aktivitas


pelayaran dan perdagangan. Armada Sriwijaya juga dapat memaksa perahu
dagang untuk singgah di pusat atau di bandar-bandar Kerajaan Sriwijaya. Semakin
ramainya aktivitas pelayaran dan perdagangan menjadikan Sriwijaya sebagai
tempat pertemuan para pedagang atau pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Pengaruh dan peranan Kerajaan Sriwijaya semakin besar di lautan. Bahkan para
pedagang dari Kerajaan Sriwijaya juga melakukan hubungan sampai di luar
wilayah Indonesia, sampai ke China di sebelah utara, dan Laut Merah serta Teluk
Persia di sebelah barat.

F. Kehidupan Agama
Kebudayaan masyarakat Sriwijaya adalah kebudayaan yang dipengaruhi
agama budha. Sehingga pada pusat pemerintahannya sering sekali diadakan acara
persembahyangan pada budha untuk meminta kemakmuran. Dalam sejarah
kerajaan Sriwijaya sangat menghormati keberagaman makhluk hidup serta
peradilan yang tegas. Tidak ada yang bisa lolos dari hukuman meskipun itu
pejabat kerajaan. Sebagai pusat pengajaran agama Buddha Vajrayana, Sriwijaya
menarik banyak peziarah dan sarjana dari berbagai Negara di Asia. Antara lain I
Tsing seorang pendeta dari Tiongkok, yang melakukan ekspensasi ke Sumatera
dalam perjalanan belajarnya di universitas Nalanda, India pada tahun 671 dan 695
dan di abad ke-11 Atisha seorang Sarjana Buddha dari Benggala yang berperan
dalam perkembangan Buddha Vajrayana di Tibet. I Tsing melaporkan bahwa
Sriwijaya sebagai rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi sebuah pusat
pembelajaran agama Buddha. Pelancong yang datang ke pulau ini menyatakan
bahwa koin emas telah di pergunakan di pesisir Kerajaan. Selain itu ajaran
Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana juga turut berkembang di Sriwijaya
budaya India banyak mempengaruhi kerajaan Sriwijaya, diawali oleh budaya
Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja raja Sriwijaya berhasil
menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari abad ke-
7 hingga abad ke-9 sehingga secara langsung ikut serta mengembangkan
kebudayaan Melayu serta bahasanya di Nusantara.
Sangat memungkinkan bahwa Sriwijaya yang terkenal sebagai pusat Bandar
perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat dari para pedagang dan
ulama muslim dari wilayah Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang
awalnya merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh berkembang
menjadi Cikal-bakal kerajaan kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat lemahnya
kekuasaaan Sriwijaya. Ada sumber yang menyatakan, karena adanya pengaruh
orang Muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka pada tahun 718
Sri Indrawarman raja Sriwijaya memeluk Islam. Sehingga sangat memungkinkan
kehidupan social Sriwijaya ialah masyarakat social yang didalamnya ada
masyarakat Muslim dan Buddha sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya
mengirimkan surat ke Khalifah Islam di Suriyah. Pada salah satu teks berisi
permintaan agar Khalifah sudi mengirimkan Da’i ke istana Sriwijaya, surat itu
ditunjukkan pada Khalifah Marbin Abdul Aziz (717-720 M).

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 16


17

G. Struktur Pemerintahan
Pembentukkan Negara satu kesatuan dalam ukuran struktur kekuasaan
politik Sriwjaya, dapat dicari dari beberapa prasati yang didalamnya
mengandung info penting tentang Mandala Kadatuan, Samaryyada, Vanua dan
Bhumi. Kadatuan dapat diartikan kawasan Datu,( Tanah Rumah) tempat
tinggal, tempat Mas disimpan dan hasil cukai (Drawy) sebagai wilayah yang
harus di jaga. Kadatuan ini dikelilingi Vanua, yang bisa dianggap sebagai
wilayah kota dari Sriwijaya yang didalamnya terkandung Vihara untuk tempat
beribadah untuk masyarkat.
Vanua dan Kadatuan ini merupakan suatu wilayah inti bagi kerajaan
Sriwijaya.menurut Casparis, sama Ryyada merupakan wilayah yang
bersebrangan dengan Vanua, yang terhubung dengan jalan khusus
(Samaryyada-Path) yang dapat dimaksudkan kawasan pedalaman. Sedangkan
Madala adalah suatu kawasan yang berdiri sendiri dai Bhumi yang berada
dalam control kekuasaan Kadatuan Sriwijaya. Penguasa Sriwijaya disebut
dengan Maharaja atau Dapunta Hyang, dan dalam silsilah Raja terdapat secara
berurutan Yuvaraja (putra mahkota) Paritiyuvaraja (putra mahkota kedua) dan
raja Kumara (pewaris kedua) dan raja Kumara (sebagai pewaris berikutnya).
Prasati Telaga Batu banyak menuturkan berbagai jabatan dalam susunan
pemerintahan di Masa Sriwijaya masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.

H. Kehidupan Politik
Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah melakukan
perkawinan dengan kerajaan lain. Hal ini dilakukan oleh penguasa Sriwijaya,
Dapunta Hyang pada tahun 664 M dengan Sobakancana, putri kedua raja
Kerajaan Tarumanegara.

Saat kerajaan Funan di Indonesia-China runtuh, Sriwijaya memperluas


daerah kekuasaannya hingga bagian barat Nusantara. Di wilayah utara, melalui
kekuatan armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan
antara India dan Cina, serta menduduki Semenanjung Malaya. Kekuatan armada
terbesar Sriwijaya juga melakukan ekspansi wilayah hingga ke Pulau Jawa,
Brunei atau Borneo. Hingga pada abad ke-8, Kerajaan Sriwijaya telah mampu
menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara.

Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem


pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga syarat utama untuk menjadi raja
Sriwijaya, yaitu :

1. Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.


2. Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan
kesejahteraan bagi rakyatnya.
3. Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 17


18

Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :

1. Dapunta Hyang Sri Jayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti


Talangtuo 684 M)
Berita mengenai raja ini diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M
dan Prasasti Talangtuo tahun 684 M. Pada masa pemerintahannya, Raja
Dapunta Hyang Sri Yayanaga telah berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya sampai ke wilayah Minangatamwan, Jambi. Sejak awal
pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan
Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
2. Indravarman (berita Cina, 724 M)
Kepemimpinan Sri Indrawarman, dikirim utusan ke Tiongkok pada 702-706
M, dan 724.
3. Rudra Vikraman (berita Cina, 728 M)
Selama Masa Kepemimpinan Rudrawikrama, dikirim utusan ke Tiongkok
pada 728-748 M
4. Dharmasetu (790 M)
Pada masa pemerintahan Raja Dharmasetu, Kerajaan Sriwijaya berkembang
sampai ke Semenanjung Malaya. Bahkan, disana kerajaan Sriwijaya
membangun sebuah pangkalan di daerah Ligor. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya
juga mampu menjalin hubungan dengan China dan India. Setiap kapal yang
berlayar dari India dan China selalu singgah di Bandar-bandar Sriwijaya.
5. Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
Dengan gelar Sarwarimadawimathana yang artinya pembunuh musuh musuh
yang sombong tiada bersisa (775 M). selama kepemimpinannya, Raja Wisnu
memulai pembangunan Candi Borobudur pada 770 M dan menklukkan
Kamboja Selatan.
6. Samaratungga (792 M)
selama masa kepemimpinan raja Samaratungga, Sriwijaya kehilangan daerah
taklukkannya di Kamboja Selatan pada 802 M.
7. Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 18


19

Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya mengalami masa


kejayaannya. Pada awalnya, Raja Balaputradewa adalah raja dari kerajaan
Syailendra (Jawa Tengah). Ketika terjadi perang saudara di Kerajaan Syailendra,
antara Balaputradewa dan Pramodhawarni (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai
Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputradewa mengalami kekalahan. Akibat
kekalahan itu, Raja Balaputradewa lari ke Sriwijaya. Di Kerajaan Sriwijaya
berkuasa Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Balaputradewa) yang tidak memiliki
keturunan, sehingga kedatangan Raja Balaputradewa disambut baik. Kemudian ia
diangkat menjadi raja. Balaputradewa memerintahkan pembuatan biara untuk
kerajaan Chola di India dengan meninggalkan Prasasti Nalanda.

8. Sri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)


Selama kepemimpinannya, Raja Sri Udayadityawarman mengirimkan utusan
ke Tiongkok pada 960 M.
9. Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M)
Selama masa kepemimpinannya, Raja Sri Udayadityawarman mengirimkan
utusan ke Tiongkok pada 961-962 M
10. Hsiae—she (980 M)
Selama kepemimpinanya, Raja Hsiae-she mengirimkan utusan ke Tiongkok
pada 980-983 M.

11. Sri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)


Saat beliau memerintah, terjadi penyerangan dari Jawa.
12. Sri Marawijayottunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
Selama masa kepemimpinannya, raja Sri Marawijayottunggawarman
mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1017 M
13. Sumatrabhumi (1017 M)
Selama masa kepemimpinannya, Raja Sumatrabhumi mengirimkan utusan ke
Tiongkok pada 1017 M.
14. Sri Sanggramawijayattunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mengalami ancaman dari Kerajaan
Chola. Di bawah Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan
dan berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Sanggrama Wijayatunggawarman
berhasil ditawan. Namun, pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di
Kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayatunggawarman dibebaskan kembali.
15. Sri Deva (1028M)
Selama kepemimpinannya, Raja Sri Deva mengirimkan utusan ke Tiongkok
pada 1028 M
16. Dharmavira (1064 M)
Pada masa pemerintahan raja Dharmavira, Kerajaan Sriwijaya pernah
mendapat serangan dari Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Namun,
serangan tersebut berhasil di gagalkan oleh tentara Sriwijaya.
17. Sri Maharaja (1156 M)
Selama masa kepemimpinannya Raja Sri Maharaja mengirimkan utusan ke
Tiongkok pada 1156 M.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 19


20

18. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva (1178 M)


Selama masa kepemimpinannya Raja Trailokaraja Maulibhusana
Varmadeva mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1178 M.
19. Pada tahun 1402 , Parameswara pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan
Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.

I. Kehidupan Ekonomi

Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan


perdagangan Asia Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti penting bagi
perekonomian kerajaan. Karena banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk
menambah air minum, perbekalan makanan, istirahat, atau melakukan aktivitas
perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan perdagangan di Selat Malaka
Sriwijaya membangun ibukota baru di semenanjung Malaka,yaitu di Ligor yang
dibuktikan dengan prasati Ligor (775 M). pendirian ibukota Ligor tersebut bukan
berarti ,meninggalkan ibu kota di Sumatera Selatan, melainkan hanya untuk
melakukan pengawasanlebih dekat terhadap aktivitas perdagangan di selat
Malaka atau menghindari penyebrangan yang dilakukan oleh para pedagang
melalui tanah Genting Kra.
Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga, pala,
lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak,
kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual
atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi dagang dengan
Cina, India, Arab dan Madagaskar.

J. Struktur Birokrasi

Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat


langsung, karena raja berperan penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat
yang dianggap strategis. Raja dapat memberikan penghargaan terhadap penguasa
daerah yang setia dan sebaliknya dapat menjatuhi hukumanterhadap penguasa
daerah yang tidak setia kepada kerajaan.
Dalam beberapa prasasti disebutkan tentang pelaksanaan suatu
keputusan raja, lengkap dengan perincian hadiah atau sanksi yang dapat diterima
dalam suatu peristiwa. Selain itu, ditemukan prasasti-prasasti yang mencatat
masalah-masalah penyelesaian hokum sengketa antarwarga. Hal yang menarik
bahwa sebagian prasasti memuat ancaman-ancaman atau kutukan-kutukan yang
ditujukan kepada keluarga raja itu sendiri. Walaupun kedengarannya aneh, namun
ada pendapat yang menganggap bahwa hal itu sangat mungkin terjadi, karena
keluarga-keluarga raja yang menjadi ancaman itu, kekuasaannya berada di luar
pengawasan langsung dari raja yang berkuasa.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 20


21

K. Kehidupan Sosial dan Budaya

Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta


merupakan pusat agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Budha
Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan
tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk belajar agama Budha dari seorang guru
bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di
luar India.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di


daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang selalu berpindah-pindah, tidak
menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama. Prasasti dan situs yang
ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti
Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad
ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa.
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi,
Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi
Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu,
Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi. Di Lampung, prasasti
yang ditemukan adalah Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung).
Di Riau, ditemukan Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.

L. Hubungan Regional dan Luar Negeri

Meskipun catatan sejarah dan bukti arkeologi jarang ditemukan, tetapi


beberapa menyatakan bahwa pada abad ke-7, Sriwijaya telah melakukan
kolonisasi atas seluruh Sumatra, Jawa Barat, dan beberapa daerah di Semenanjung
Melayu. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya
sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang
mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Palembang mengakumulasi
kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, Melayu, dan India.
Kerajaan Jambi merupakan kekuatan pertama yang menjadi pesaing
Sriwijaya yang akhirnya dapat ditaklukkan pada abad ke-7 dan ke-9. Di Jambi,
pertambangan emas merupakan sumber ekonomi cukup penting dan kata
Suwarnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini. Kerajaan Sriwijaya
juga membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh Sumatra,
Semenanjung Melayu, dan Kalimantan bagian Barat. Pada abad ke-11 pengaruh
Sriwijaya mulai menyusut. Hal ini ditandai dengan seringnya konflik dengan
kerajaan-kerajaan Jawa, pertama dengan Singasari dan kemudian dengan
Majapahit. Di akhir masa, pusat kerajaan berpindah dari Palembang ke Jambi.
Pada masa awal, Kerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan
Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani,
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 21
22

Thailand sebagai ibu kota terakhir kerajaan, walaupun klaim tersebut tidak
mendasar. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang
bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota
yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala,
terutama dalam bidang kebudayaan dan agama. Sebuah prasasti tertahun 860 M
mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan seorang biara kepada
Universitas Nalada, Pala. Relasi dengan dinasti Chola di India selatan cukup baik
dan menjadi buruk setelah terjadi peperangan di abad ke-11.
Selain dengan Kerajaan Pala, Sriwijaya juga menjalin hubungan baik
dengan Kerajaan Cholamandala. Raja Sriwijaya yakni Raja Sanggrama
Wijayatunggawarman mendirikan sebuah biara (1006 M) di Kerajaan Chola untuk
tempat tinggal para bhiksu dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, persaingan di bidang
pelayaran dan perdagangan membuat keduanya bermusuhan.Raja Rajendra Chola
melakukan serangan ke Kerajaan Sriwijaya sampai dua kali. Serangan pertama
tahun 1007 M mengalami kegagalan. Pada serangan kedua (1023 M) Kerajaan
Chola berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Sriwijaya, bahkan Raja
Sanggrama Wijayatunggawarman berhasil ditawan.

M. Masa Keemasan

Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad 6-10 M pada masa


kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Ia dikenal sangat pandai dalam meramu
taktik perang dan juga peduli terhadap rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri
Jayanaga memerintah, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah
kerajaan yang meliputi hampir seluruh Asia Tenggara diantaranya adalah Jawa,
Sumatera, Semenanjung, Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam dan juga Filipina.
Dalam sebuah prasasti disebutkan bahwa Dapunta Hyang Sri Jayanaga
melakukan ekspansi selama 8 tahun dengan 20.000 pasukan. tujuan dari
ekspansi adalah untuk memperluas daerah kerajaan dan berhasil membuat
Sriwijaya menjadi makmur. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini terkenal dengan
armada maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-lawannya. Dengan
kekuatan tersebut maka langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat
pesat. Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang
dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama
Fujian, Kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, Kerajaan Nan Han. Tak
diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

N. Masa Kemunduran

Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan
menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola
meneruskan penyerangan dan penaklukannya pada tahun 1030 atau selama 20
tahun berikutnya ke seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak
berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 22


23

berakibat terlepasnya beberapa wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri,


seperti Kediri, sebuah kerajaan yang berbasiskan pada pertanian.

Antara tahun 1079 - 1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya


mengirimkan duta besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi
mengirimkan lebih dari dua duta besar ke China. Pada periode inilah pusat
Sriwijaya telah bergeser secara bertahap dari Palembang ke Jambi. Ekspedisi
Chola telah melemahkan Palembang, dan Jambi telah menggantikannya sebagai
pusat kerajaan.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada
tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara
terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa
(Kediri). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan
Hindu, sedangkan rakyat Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini pula
dikatakan bahwa beberapa wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri,
antara lain Kien-pi (Kampe, di utara Sumatra) dan beberapa koloni di
semenanjung Malaysia. Pada masa itu wilayah Sriwijaya meliputi; Pong-fong
(Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu), Ling-ya-ssi-kia (Langkasuka), Kilan-tan
(Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t'ing (Jelutong), Ts'ien-mai, Pa-t'a (Batak), Tan-ma-
ling (Tambralingga, Ligor), Kia-lo-hi (Grahi, bagian utara semenanjung
Malaysia), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-t'o (Sunda), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh),
and Si-lan (Srilanka).
Pada tahun 1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa,
menaklukan Palembang dan Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun
1293, Majapahit pengganti Singosari, memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam
Wuruk memberikan tanggung jawab tersebut kepada Pangeran Adityawarman,
seorang peranakan Minang dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi pemberontakan
terhadap Majapahit, tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan walaupun di
selatan Sumatra sering terjadi kekacauan dan pengrusakan.
Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-
kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti
Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah
selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah
Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam
mengakibatkan lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan
Sriwijaya.
Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang
berakibat tertutupnya akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat
merugikan perdagangan kerajaan. Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga
masuknya Islam ke Aceh yang disebarkan oleh pedagang-pedagang Arab dan
India. Di akhir abad ke-13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra berpindah
agama Islam.
Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang
kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377
M. Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 23
24

Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia. Kemunduran Kerajaan Sriwijaya


disebabkan oleh beberapa factor.

1. Faktor Politik

Kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak, karena munculnya


kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia
perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas
wilayah kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di
Semenanjung Malaya termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra
ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran
perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
Dari arah timur, Kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan Kerajaan
Singasari, yang pada waktu itu diperintah oleh Raja Kertanegara. Kerajaan
Singasari yang bercita-cita menguasai seluruh wilayah nusantara mulai mengirim
ekspedisi ke arah barat yang dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu. Dalam
ekspedisi ini, Kerajaan Singasari mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan
Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Kerajaan
Sriwijaya semakin terdesak.

2. Faktor Ekonomi

Para pedagang yang melakukan aktifitas perdagangan di Kerajaan


Sriwijaya semakin berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah
dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya telah jatuh ke dalam kekuasaan dari raja-raja
sekitarnya. Akibatnya, para pedagang yang melakukan penyeberangan ke Tanah
Genting Kra atau yang melakukan kegiatan sampai ke daerah Melayu (sudah
dikuasai Kerajaan Singasari) tidak lagi melewati wilayah kekuasaan Sriwijaya.
Keadaan seperti ini tentu mengurangi sumber pendapatan kerajaan.

Dengan faktor politis dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M
kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah
Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh
Kerajaan Majapahit tahun 13 M.

3. Factor Geografis

Berupa perubahan letak kerajaan Sriwijaya. Perubahan ini erat kaitannya


dengan pengendapan lumpur sungai Musi yang yang mengakibatkan letak ibu
kota Kerajaan Sriwijaya tidak lagi dekat dengan pantai. Akibatnya, ibu kota
Sriwijaya kurang diminati lagi oleh pedagang Internasional.

4. Lemahnya Kontrol pemerintahan pusat sehingga banya daerah


yang melepaskan diri

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 24


25

5. Berkembangnya kekuatan politik di Jawa dan India. Sriwijaya


mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari Kolamandala
tahun 1017 dan 1025. Pada tahun 1025 serangan itu diulangi
sehingga raja Sriwijaya, Sri Sanggramawijayattunggawarman
ditahan oleh pihak Kerajaan Kolamandala. Tahun 1275 Raja
Kertanegara dari Singosari melakukan ekspedisi pamalayu. Hal itu
menyebabkan daerah Melayu lepas dari Kekuasaan Sriwijaya.
Akhir dari Kerajaan Sriwijaya terjadi saat armada laut Majapahit
menyerang Sriwijaya tahun 1377.

O. Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya semakin pudar mulai awal abad


kesebelas.Sebagaimana telah dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan
hubungan baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa sebabnya, hubungannya
dengan Kerajaan Cola (India) menjadi buruk. Pada tahun 1024 Masehi, Cola
menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak
kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. Tidaklah heran
kalau peperangan itu melemahkan angkatan laut Sriwijaya.
Semakin rapuhnya kekuatan militer mengakibatkan kontrol terhadap wilayah
bawahan pun menjadi semakin lemah. Kelemahan itu terbukti dari sikap Kerajaan
Melayu yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Dari berita Cina diketahui bahwa
pada abad kesebelas, Melayu mengirim utusannya sendiri ke Cina.
Setelah itu, daerah kekuasaan Sriwijaya yang lain ikut melepaskan diri pula.
Wilayah Sriwijaya semakin ciut. Akan tetapi, Sriwijaya sendiri tidak mampu
bertindak tegas terhadap wilayah-wilayah yang membangkang. Ia tidak lagi
memiliki angkatan laut yang kuat.
Keamanan wilayah yang kacau tentunya berpengaruh pada merosotnya
arus perdagangan. Para pedagang enggan singgah lagi di Sriwijaya. Sriwijaya
yang dulunya menjadi pusat perdagangan kini telah menjadi sarang bajak laut.
Akhirnya, pada tahun 1377 Masehi, tidak lagi terdengar berita tentang Sriwijaya.
Saat itu bersamaan dengan tampilnya kerajaan perkasa di Jawa, yakni Majapahit.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 25


26

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa
sansekerta, Sri berarti “kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya
bermakna “kemenangan yang gemilang”. Menurut seorang pendeta Tiongkok dari
Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan
tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya pada abad ke-7, muncul sejumlah berita tertulis yang
menginformasikan adanya kerajaan Buddha yang perkasa, bernama Sriwijaya.
Dari prasasti yang ditemukan di Sumatera dan Bangka, bertarikh 682. Menurut
Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M). Kadaulatan Sriwijaya
pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi.
Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad 6-10 M dengan
menguasai seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan ini
mempunyai wilayah kekuasaan yang hampir menyeluruh sampai Asia Tengggara,
diantaranya adalah Jawa, Sumatera, Semenanjung, Malaya, Thailand, Kamboja,
Vietnam dan juga Filipina. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini terkenal dengan
armada maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-lawannya. Dengan
kekuatan tersebut maka langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat
pesat.
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta
Hyang Sri Jayanaga. Ia dikenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan
juga peduli terhadap rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah,
kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah kerajaan yang meliputi
hampir seluruh Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya saat itu bahkan terkenal
dengan armada laut paling kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam sebuah
prasasti disebutkan bahwa Dapunta Hyang Sri Jayanaga melakukan ekspansi
selama 8 tahun dengan 20.000 pasukan. tujuan dari ekspansi adalah untuk
memperluas daerah kerajaan dan berhasil membuat Sriwijaya menjadi makmur.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 26


27

DAFTAR PUSTAKA

Bellwood, Peter and James J. Fox, Darrell Tryon. The Austronesians: Historical
and Comparative Perspectives.

Hirth, Friedrich and Chao Ju-kua, W.W.Rockhill. The Chinese and Arab Trade in
the Twelfth and Thirteen centuries. Entitled Chu-fan-chi St Petersburg, 1911.

http://wikipedia/sejarahkerajaansriwijaya/com

Karso, Drs, dkk. Pelajaran Sejarah Untuk SMTA kelas 1. Bandung: Penerbit
Angkasa, ISBN. 979-404-179-3-7, 1988.

Munoz, Paul Michel. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the
Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet, pages 171, 143, 140, 132,
130, 124, 113. ISBN 981-4155-67-5, 2006.

Notosusanto, Nugroho, dkk. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: CV. Adhi


Waskita Semarang, ISBN. 979-462-144-7, 1992.

Soekmono, Drs. R. (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah


Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, page 60.

Taylor. Indonesia, hal. 29.

Taylor, Jean Gelman. Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London:
Yale University Press, pp. 8-9. ISBN 0-300-10518-5, 2003.

Zain, Sabri. Sejarah Melayu, Buddhist Empires.

Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 27

Anda mungkin juga menyukai