KERAJAAN SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis berjudul “Sriwijaya :
Negara Maritim Nusantara” ini. Karya tulis ini kami susun guna memenuhi tugas
sejarah mengenai kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia serta untuk
menambah pengetahuan tentang kesejarahan Nusantara.
Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah ikut andil dalam penyusunan karya tulis ini.
1. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Unaaha
2. Guru mata pelajaran Sejarah
3. Orangtua kami
4. Teman-teman semua
Kami menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Cover............................................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................................ 3
Bab I : A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................ 5
Bab II : A. Historiografi .............................................................................................. 6
B. Sejarah ......................................................................................................... 6
C. Sumber Sejarah ............................................................................................ 8
D. Lokasi Kerajaan.......................................................................................... 14
E. Negara Maritim........................................................................................... 15
F. Kehidupan Agama ...................................................................................... 16
G.Struktur Pemerintahan .................................................................................. 17
H. Kehidupan Politik....................................................................................... 17
I. kehidupan Ekomomi ..................................................................................... 20
J. Struktur Birokrasi ......................................................................................... 20
K. Kehidupan Sosial Budaya ........................................................................... 21
L. Hubungan Regional dan Luar Negri ............................................................ 21
M. Masa Keemasan .......................................................................................... 22
N. Masa Kemunduran ..................................................................................... 22
O. runtuhnya Kerajaan Sriwijaya ..................................................................... 25
Bab III : A. Kesimpulan ............................................................................................... 26
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan
oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas
utama penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong
aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke
luar wilayah Indonesia. Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah
ditemukan jalan melalui laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang
dilalui dalam hubungan dagang China dengan Romawi telah mendorong
munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah
Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan
dagang China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara
Indonesia dan China beserta India. Melalui hubungan itu juga, berkembang
kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Dalam
perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dan India, lambat laun
agama Hindu dan Budha masuk dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-
raja dan para bangsawan. Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama
Hindu-Budha tersebar ke lingkungan rakyat biasa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
ISI
A. Historiografi
Nama Kerajaan : Sriwijaya
Ibukota : Palembang
Bahasa : Melayu Kuno, Sansekerta
Agama : Budha, Hindu
Pemerintahan : Monarki
Sejarah : 1. Didirikan pada tahun 600-an M
2. Invasi Majapahit tahun 1300-an M
Mata Uang : Koin emas dan perak
B. Sejarah
Kerajaan Sriwijaya atau yang biasa disebut Srivijaya salah satu kerajaan
maritim yang kuat diwilayah pulau Sumatera dan member pengaruh banyak di
Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Thailand, Kamboja,
Semenanjung Malaya. Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Di dalam
bahasa Sansekerta Sri artinya “Bercahaya” dan Wijaya artinya
“Kemenangan”.
Bukti awal mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini berawal dari abad ke-
7, di Palembang yaitu Prasasti Kedukan Bukit, pada tahun 682. Dikarenakan
terjadi beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa
Teguh pada tahun 990 dari Jawa menjadikan pengaruh Kerajaan Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai berkurang, dan serangan Rajendra Chola I
dari koromandel pada tahun 1025, selanjutnya pada Tahun 1183 Sriwijaya
dibawah kendali kekuasaan Kerajaan Dharmawangsa.setelah Kerajaan
Sriwijaya runtuh, Kerajaan ini terlupakan dan eksistansinya baru diketahui
secara resmi pada tahun 1918 oleh sejarawan George Coedes dari Perancis.
Tidak ditemukan catatan lebih lanjut mengenai Kerajaan Sriwijaya dalam
sejarah Indonesia, masa lalunya yang sudah terlupakan di bentuk kembali oleh
sarjana asing tidak ada orang Indonesia terkini yang mendengar mengenai
sejarah Kerajaan Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Peranci
George Coedes menyebarkan penemuannya dalam Koran berbahasa Belanda
dan Indonesia. Coedes menyatakan bahwa reverensi Tiongkok dalam “San-to-
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 6
7
ts’i” , dan beberapa prasati dalam Melayu Kuno bersumber pada kekaisaran
yang sama. Kerajaan Sriwijaya menjadi icon kebesaran Sumatera awal, dan
Kerajaan besar Nusantara di Jawa Timur selain Majapahit pada abad ke-20,
kedua Kerajaan tersebut menjadi rujukan oleh kaum Nasionalis untuk
menunjukkan bahwasannya Indonesia adalah satu kesatuan Negara sebelum
Kolonialisme Belanda.
Tertulis berbagai macam nama Sriwijaya. Orang Tionghoa menyebutnya
San-fo-ts’I Shih-li9-fo-shih atau San Fo Qi. Dlam bahasa Pali dan Sansekerta,
Kerajaan Sriwijaya disebut Javadeh dan Yavadesh. Khamer menyebutnya
Melayu dan bahasa Arab menyebutnya Zabaj.banyaknya nama menjadi alas
an lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan sementara dari Ptolemaeus
ditemukn keterangan mengenai adanya tiga pulau Sabadeibei yang
dimungkinkan berkaitan dengan Sriwijaya. Pierre-Yves Manguin melakukan
observasi sekitar tahun 1993 dan berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya
berada di sungai Musi antara bukit Sabokingking dan Seguntang (terletak di
Provinsi Sumatera Selatan sekarang).
Namun sebelum Soekmono berpendapat bahwa pusat kerajaan Sriwijaya
terletak pada wilayah sehiliran Batanghari antara Muara Sabak sampai Muara
Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Melayu tidak diwalayah
tersebut. Jika Melayu pada wilayah tersebut, cenderung pada pendapat Moens,
yang sebelumnya juga telah mengeluarkan pendapat bahwa letak pusat
Kerajaan Sriwijaya berada pada wilayah Candi Muara Takus (provinsi Riau
sekarang), dengan perkiraan petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing,
serta hal ini juga dapat dikaitkan dengan adanya berita tentang pmbangunan
sebuah Candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu
ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina
yang diberi nama Cheng Tien Wan Shou (candi Bungsu, sebagian dari candi
yang terletak diMuara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh
Rajendra Chola I berdasarkan prasati Tanjore. Sriwijaya telah beribukotakan
di kadaram (Kedah sekarang).
Belum banyak bukti fisik mengenai kerajaan Sriwijaya yang bisa
ditemukan. Kerajaan ini ,merupakan Negara Maritim dan menjadi pusat
perdagangan, namun Kerajaan ini tidak meluaskan kekuasaannya diluar
wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk
sebuah populai Madagaskar sejauh 3.300 mil diwilayah barat. Beberapa ahli
masih berselisih kawasan yang menjadi pusat pemerintah Sriwijaya, selain itu
bisa jadi kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahaannya, namun
kawasan yang menjadi ibu kota masih tetap diperintah secara langsung oleh
penguasa, sedangkan daerah pendukungnya dipimpin oleh Datu setempat.
Sesuai dengan catatan I Tsing kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak tahun
671, pada tahun 682 dari prasati kedukan Bukit diketahui Imperium ini bahwa
kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat
bahwa terdapat 2 kerajaan yaitu Kedah dan Melayu menjadi bagian kekuasaan
Sriwijaya. Berdasarkan prasati Kota Kapur pada tahun 686 ditemukan dipulau
Bangka bagian Selatan Sumatera ini telah dikuasai Kemaharajaan Sriwijaya,
pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung prasati ini juga menyatakan
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 7
8
C. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan
Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.
1. Sumber Cina
Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali
pada tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari
seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha
tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha
di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya
untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda, India.
Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan
tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa
Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan
Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988 M.
2. Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza,
Sabay atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan
tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya
merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi
Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala,
kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang
mendukung adalah ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai
tempat tinggal sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya.
3. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari
kerajaan-kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan
Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti
yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan
bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan
5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib membiayai para
mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di
samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga
menjalin hubungan dengan Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India
Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai
Selat Malaka.
Makalah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Oleh Kelompok 3 Page 8
9
4. Sumber lain
Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-
fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain,
yakni Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota
Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun,
saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah
nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.
Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-
raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya sebagian
besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara
lain sebagai berikut.
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang
kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua
laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan
kaki. Sumber lain menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukan Bumi Jawa
yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau
Bangka.
3. Prasasti Talangtuo
5. Prasasti Ligor
6. Prasasti Nalanda
Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari
Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan
Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa
meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra.
Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa
berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa
Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
Prasasti ini ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu
lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan
sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di
bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan
upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu,
pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui
cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu
biasanya ditempatkan di pusat kerajaan, maka diduga kuat Palembang merupakan
pusat Kerajaan Sriwijaya.
D. Lokasi Kerajaan
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M).
Kadaulatan Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian
Sungai Musi. Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan
Sriwijaya semakin meluas. Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Jawa Barat
(Tarumanegara), Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.
E. Negara Maritim
F. Kehidupan Agama
Kebudayaan masyarakat Sriwijaya adalah kebudayaan yang dipengaruhi
agama budha. Sehingga pada pusat pemerintahannya sering sekali diadakan acara
persembahyangan pada budha untuk meminta kemakmuran. Dalam sejarah
kerajaan Sriwijaya sangat menghormati keberagaman makhluk hidup serta
peradilan yang tegas. Tidak ada yang bisa lolos dari hukuman meskipun itu
pejabat kerajaan. Sebagai pusat pengajaran agama Buddha Vajrayana, Sriwijaya
menarik banyak peziarah dan sarjana dari berbagai Negara di Asia. Antara lain I
Tsing seorang pendeta dari Tiongkok, yang melakukan ekspensasi ke Sumatera
dalam perjalanan belajarnya di universitas Nalanda, India pada tahun 671 dan 695
dan di abad ke-11 Atisha seorang Sarjana Buddha dari Benggala yang berperan
dalam perkembangan Buddha Vajrayana di Tibet. I Tsing melaporkan bahwa
Sriwijaya sebagai rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi sebuah pusat
pembelajaran agama Buddha. Pelancong yang datang ke pulau ini menyatakan
bahwa koin emas telah di pergunakan di pesisir Kerajaan. Selain itu ajaran
Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana juga turut berkembang di Sriwijaya
budaya India banyak mempengaruhi kerajaan Sriwijaya, diawali oleh budaya
Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja raja Sriwijaya berhasil
menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari abad ke-
7 hingga abad ke-9 sehingga secara langsung ikut serta mengembangkan
kebudayaan Melayu serta bahasanya di Nusantara.
Sangat memungkinkan bahwa Sriwijaya yang terkenal sebagai pusat Bandar
perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat dari para pedagang dan
ulama muslim dari wilayah Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang
awalnya merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh berkembang
menjadi Cikal-bakal kerajaan kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat lemahnya
kekuasaaan Sriwijaya. Ada sumber yang menyatakan, karena adanya pengaruh
orang Muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka pada tahun 718
Sri Indrawarman raja Sriwijaya memeluk Islam. Sehingga sangat memungkinkan
kehidupan social Sriwijaya ialah masyarakat social yang didalamnya ada
masyarakat Muslim dan Buddha sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya
mengirimkan surat ke Khalifah Islam di Suriyah. Pada salah satu teks berisi
permintaan agar Khalifah sudi mengirimkan Da’i ke istana Sriwijaya, surat itu
ditunjukkan pada Khalifah Marbin Abdul Aziz (717-720 M).
G. Struktur Pemerintahan
Pembentukkan Negara satu kesatuan dalam ukuran struktur kekuasaan
politik Sriwjaya, dapat dicari dari beberapa prasati yang didalamnya
mengandung info penting tentang Mandala Kadatuan, Samaryyada, Vanua dan
Bhumi. Kadatuan dapat diartikan kawasan Datu,( Tanah Rumah) tempat
tinggal, tempat Mas disimpan dan hasil cukai (Drawy) sebagai wilayah yang
harus di jaga. Kadatuan ini dikelilingi Vanua, yang bisa dianggap sebagai
wilayah kota dari Sriwijaya yang didalamnya terkandung Vihara untuk tempat
beribadah untuk masyarkat.
Vanua dan Kadatuan ini merupakan suatu wilayah inti bagi kerajaan
Sriwijaya.menurut Casparis, sama Ryyada merupakan wilayah yang
bersebrangan dengan Vanua, yang terhubung dengan jalan khusus
(Samaryyada-Path) yang dapat dimaksudkan kawasan pedalaman. Sedangkan
Madala adalah suatu kawasan yang berdiri sendiri dai Bhumi yang berada
dalam control kekuasaan Kadatuan Sriwijaya. Penguasa Sriwijaya disebut
dengan Maharaja atau Dapunta Hyang, dan dalam silsilah Raja terdapat secara
berurutan Yuvaraja (putra mahkota) Paritiyuvaraja (putra mahkota kedua) dan
raja Kumara (pewaris kedua) dan raja Kumara (sebagai pewaris berikutnya).
Prasati Telaga Batu banyak menuturkan berbagai jabatan dalam susunan
pemerintahan di Masa Sriwijaya masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
H. Kehidupan Politik
Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah melakukan
perkawinan dengan kerajaan lain. Hal ini dilakukan oleh penguasa Sriwijaya,
Dapunta Hyang pada tahun 664 M dengan Sobakancana, putri kedua raja
Kerajaan Tarumanegara.
I. Kehidupan Ekonomi
J. Struktur Birokrasi
Thailand sebagai ibu kota terakhir kerajaan, walaupun klaim tersebut tidak
mendasar. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang
bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota
yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala,
terutama dalam bidang kebudayaan dan agama. Sebuah prasasti tertahun 860 M
mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan seorang biara kepada
Universitas Nalada, Pala. Relasi dengan dinasti Chola di India selatan cukup baik
dan menjadi buruk setelah terjadi peperangan di abad ke-11.
Selain dengan Kerajaan Pala, Sriwijaya juga menjalin hubungan baik
dengan Kerajaan Cholamandala. Raja Sriwijaya yakni Raja Sanggrama
Wijayatunggawarman mendirikan sebuah biara (1006 M) di Kerajaan Chola untuk
tempat tinggal para bhiksu dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, persaingan di bidang
pelayaran dan perdagangan membuat keduanya bermusuhan.Raja Rajendra Chola
melakukan serangan ke Kerajaan Sriwijaya sampai dua kali. Serangan pertama
tahun 1007 M mengalami kegagalan. Pada serangan kedua (1023 M) Kerajaan
Chola berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Sriwijaya, bahkan Raja
Sanggrama Wijayatunggawarman berhasil ditawan.
M. Masa Keemasan
N. Masa Kemunduran
Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan
menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola
meneruskan penyerangan dan penaklukannya pada tahun 1030 atau selama 20
tahun berikutnya ke seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak
berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang
1. Faktor Politik
2. Faktor Ekonomi
Dengan faktor politis dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M
kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah
Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh
Kerajaan Majapahit tahun 13 M.
3. Factor Geografis
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa
sansekerta, Sri berarti “kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya
bermakna “kemenangan yang gemilang”. Menurut seorang pendeta Tiongkok dari
Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan
tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya pada abad ke-7, muncul sejumlah berita tertulis yang
menginformasikan adanya kerajaan Buddha yang perkasa, bernama Sriwijaya.
Dari prasasti yang ditemukan di Sumatera dan Bangka, bertarikh 682. Menurut
Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M). Kadaulatan Sriwijaya
pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi.
Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad 6-10 M dengan
menguasai seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan ini
mempunyai wilayah kekuasaan yang hampir menyeluruh sampai Asia Tengggara,
diantaranya adalah Jawa, Sumatera, Semenanjung, Malaya, Thailand, Kamboja,
Vietnam dan juga Filipina. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini terkenal dengan
armada maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-lawannya. Dengan
kekuatan tersebut maka langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat
pesat.
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta
Hyang Sri Jayanaga. Ia dikenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan
juga peduli terhadap rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah,
kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah kerajaan yang meliputi
hampir seluruh Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya saat itu bahkan terkenal
dengan armada laut paling kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam sebuah
prasasti disebutkan bahwa Dapunta Hyang Sri Jayanaga melakukan ekspansi
selama 8 tahun dengan 20.000 pasukan. tujuan dari ekspansi adalah untuk
memperluas daerah kerajaan dan berhasil membuat Sriwijaya menjadi makmur.
DAFTAR PUSTAKA
Bellwood, Peter and James J. Fox, Darrell Tryon. The Austronesians: Historical
and Comparative Perspectives.
Hirth, Friedrich and Chao Ju-kua, W.W.Rockhill. The Chinese and Arab Trade in
the Twelfth and Thirteen centuries. Entitled Chu-fan-chi St Petersburg, 1911.
http://wikipedia/sejarahkerajaansriwijaya/com
Karso, Drs, dkk. Pelajaran Sejarah Untuk SMTA kelas 1. Bandung: Penerbit
Angkasa, ISBN. 979-404-179-3-7, 1988.
Munoz, Paul Michel. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the
Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet, pages 171, 143, 140, 132,
130, 124, 113. ISBN 981-4155-67-5, 2006.
Taylor, Jean Gelman. Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London:
Yale University Press, pp. 8-9. ISBN 0-300-10518-5, 2003.