“ KERAJAAN SRIWIJAYA”
Disusun Oleh :
GHALY INDRA
Kelas :
X-7
SMA NEGERI 1
KOTA TERNATE
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis
ajukan adalah “KERAJAAN SRIWIJAYA”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari
berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun tentunya demi
perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Historiografi…………………………………………………… 2
2.2 Sumber Sejarah………………………………………………… 3
2.3 Kehidupan Politik……………………………………………… 4
2.4 Struktur Birokrasi……………………………………………… 5
2.5 Kehidupan Ekonomi…………………………………………… 6
2.6 Kehidupan Sosial dan Budaya………………………………… 7
2.7 Hubungan Regional dan Luar Negeri………………………… 9
2.8 Masa Keemasan……………………………………………… 10
2.9 Masa Kemunduran…………………………………………… 11
3.1 Kesimpulan…………………………………………………… 12
3.2 Saran…………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut,
hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antar pulau.
Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan
yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh
sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui laut
antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang China dengan
Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk
wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang
China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara Indonesia dan China beserta India.
Melalui hubungan itu juga, berkembang kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para
pedagang di Indonesia. Dalam perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dan India,
lambat laun agama Hindu dan Budha masuk dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja
dan para bangsawan. Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Budha tersebar ke
lingkungan rakyat biasa.
Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh Masehi, dibawa oleh para
musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang pertama kali menganut agama ini kemudian
membangun kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha seperti Kerajaan Kutai yang terletak
di Kalimantan Timur, Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Holing, Kerajaan Melayu
di Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan
Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Bali dan Pajajaran, serta Kerajaan Majapahit.
1.3 Tujuan
a. Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan :
b. Mengetahui sejarah berdiri dan letak Kerajaan Sriwijaya.
c. Mengetahui bukti-bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
d. Mengetahui silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya.
e. Mengetahui aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya.
f. Mengetahui dan mampu menjelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Historiografi
Ibukota : Palembang
Pemerintahan : Monarki
Lokasi Kerajaan : Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa
kejayaan kepulauan Nusantara di masa lampau. Bukan saja dikenal di
wilayah Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa yang berada jauh di luar
Indonesia mengenal Kerajaan Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena letak
Sriwijaya yang sangat strategis dan dekat dengan jalur perdagangan antar
bangsa yakni Selat Malaka. Selat Malaka pada masa itu adalah jalur
perdagangan ramai yang menghubungkan pedagang-pedagang Cina
dengan India maupun Romawi.
Sumber-sumber sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita
asing dan prasasti-prasasti.
o Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza,
Sabay atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan
tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya
merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi
Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala,
kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang mendukung
adalah ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai tempat tinggal
sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya.
o Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari
kerajaan-kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan
Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti
yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan
bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan
5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib membiayai para
mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di
samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga
menjalin hubungan dengan Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India
Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai
Selat Malaka.
o Sumber lain
Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-fo-shih
merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain, yakni
Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota Kapur,
prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu,
Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah nama seorang
raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.
Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan perdagangan Asia
Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti penting bagi perekonomian kerajaan. Karena
banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan,
istirahat, atau melakukan aktivitas perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan
perdagangan di Selat Malaka, Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu
di Ligor yang dibuktikan dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian ibukota Ligor tersebut bukan
berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan hanya untuk melakukan pengawasan
lebih dekat terhadap aktivitas perdagangan di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang
dilakukan oleh para pedagang melalui Tanah Genting Kra.
Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga, pala, lada,
pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu
sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu,
sutera dan porselen melalui relasi dagang dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.
Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang dan naiknya
dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, Kerajaan Min dan
negeri kaya Guangdong, Kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan
keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis Muslim Ibn Batutah sangat terkesan
dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit
Seguntang), Muara Jambi dan Kedah.
Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan menaklukkan
Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola meneruskan penyerangan dan
penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi Chola
tidak berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat
terlepasnya beberapa wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah kerajaan
yang berbasiskan pada pertanian.
Antara tahun 1079 – 1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya mengirimkan duta
besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi mengirimkan lebih dari dua duta
besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya telah bergeser secara bertahap dari Palembang
ke Jambi. Ekspedisi Chola telah melemahkan Palembang, dan Jambi telah menggantikannya
sebagai pusat kerajaan.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-
Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat
dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk
agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini
pula dikatakan bahwa beberapa wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri, antara lain Kien-
pi (Kampe, di utara Sumatra) dan beberapa koloni di semenanjung Malaysia. Pada masa itu wilayah
Sriwijaya meliputi; Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu), Ling-ya-ssi-kia
(Langkasuka), Kilan-tan (Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t’ing (Jelutong), Ts’ien-mai, Pa-t’a (Batak),
Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor), Kia-lo-hi (Grahi, bagian utara semenanjung Malaysia), Pa-lin-
fong (Palembang), Sin-t’o (Sunda), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), and Si-lan (Srilanka).
Pada tahun 1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, menaklukan Palembang dan
Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun 1293, Majapahit pengganti Singosari,
memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam Wuruk memberikan tanggung jawab tersebut kepada
Pangeran Adityawarman, seorang peranakan Minang dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi
pemberontakan terhadap Majapahit, tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan walaupun di
selatan Sumatra sering terjadi kekacauan dan pengrusakan.
Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga
memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan
Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung
Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan
Siam mengakibatkan lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya.
Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang berakibat tertutupnya
akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat merugikan perdagangan kerajaan.
Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga masuknya Islam ke Aceh yang disebarkan oleh
pedagang-pedagang Arab dan India. Di akhir abad ke-13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra
berpindah agama Islam.
Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya
terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan
oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, bahkan
dijuluki sebagai pusat agama Hindu di luar India. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat
kuat dan kaya raya. Terbukti dari sebutan negara maritimnya. Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat
diakses dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan baik di dalam maupun di lur negeri serta dari
berita-berita asing.
3.2 Saran
Dari keberadaanya kerajaan Sriwijaya di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita
wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan
hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara
budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita
ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga
dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA
https://kumpulanmakalahdotblog.wordpress.com/2018/01/16/makalah-kerajaan-sriwijaya/
http://ganangalfianto.blogspot.com/2015/04/makalah-kerajaan-sriwijaya-dan-kalingga.html
http://irwanseptiawan90.blogspot.com/2015/05/makalah-kerajaan-sriwijaya-zona-iailm.html