Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

“KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM DI INDONESIA”

DI SUSUN OLEH :

CITRA PRATIWI (B1C119192)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS HALU OLEO

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul kerajaan – kerajaan Maritim
Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen pada mata kuliah wawasan kemaritiman. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kerajaan – kerajaan maritim di indonesia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Eliyanti Agus Mokodompit, SE., M.Si,
selaku dosen mata kuliah wawasan kemaritiman yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 22 Maret 2020 

Citra Pratiwi
Nim : B1C119192

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM PADA MASA ISLAM....................................5
1. KERAJAAN SAMUDRA PASAI...............................................................................5
2. KERAJAAN ACEH DARUSSALAM........................................................................14
3. KERAJAAN DEMAK................................................................................................17
4. KERAJAAN BANTEN...............................................................................................28
5. KERAJAAN TERNATE.............................................................................................33
6. KERAJAAN GOWA-TALLO....................................................................................37
B. KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM PADA MASA HINDU-BUDHA....................41
1. KERAJAAN KUTAI..................................................................................................41
2. KERAJAAN TARUMANEGARA.............................................................................42
3. KERAJAAN KALINGGA..........................................................................................42
4. KERAJAAN SRIWIJAYA.........................................................................................43
5. KERAJAAN MATARAM..........................................................................................45
6. KERAJAAN MEDANG KAMULAN........................................................................46
7. KERAJAAN KEDIRI.................................................................................................47
8. KERAJAAN SINGASARI..........................................................................................48
9. KERAJAAN MAJAPAHIT........................................................................................49
10. KERAJAAN TULANG BAWANG............................................................................51
11. KERAJAAN KOTA KAPUR.....................................................................................51
12. KERAJAAN WULELENG.........................................................................................53
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................................54
B. SARAN........................................................................................................................54

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kerajaan-kerajaan di Indonesia mengalami prtumbuhan dan perkembangan
menjadi bentuk-bentuk kesatuan besar. Perkembangan dan pertumbuhan tersebut
tidak terlepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti hindu, budha,
dan islam. Keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut telah mewarnai sejarah kerajaan
di Indonesia. Kerajaan-kerajaan di indonesia sangat banyak memberikan pengaruh
terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya.
Pada zaman kerajaan berkembang Agama Hindu lah yang pertama masuk
ke Indonesia dengn diperkirakan pada awal Tarikh Masehi dan terus berkembang
sampai kerajaan-kerajaan Islam bermunculan. Sedangkan kerajaan Islam di
Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai dengan
abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu
lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia,
Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat
pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan saya bahas yaitu:
1. Mengenal kerajaan-kerajaan maritim yang ada di indonesia pada masa islam
2. Mengenal kerajaan-kerajaan maritim yang ada di indonesia pada masa hindu-
budha

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan maritim yang ada di indonesia pada masa
islam
2. Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan maritim yang ada di indonesia pada masa
hindu-budha

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. MENGENAL KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM YANG ADA DI


INDONESIA PADA MASA ISLAM

1. KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam


pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M.
Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-
raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat
reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan
Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe

Berdiri sekitar abad ke-13 dan terletak di pantai timur Sumatra, Samudra Pasai
berkembang sebagai kerajaan maritim karena didukung kawasan Selat Malaka
yang strategis. hal ini membuat Samudra Pasai banyak dijadikan tempat singgah
dan menetap oleh banyak pedagang.

Perdagangan merupakan bagian dari kehidupan ekonomi Samudra Pasai yang


cemerlang. Untuk mendukung perekonomian, masyarakat Samudra Pasai
menggunakan alat tukar berupa koin dinar emas dan keueh dari timah. Nilai 1 dinar
sama dengan 1.600 keueh.

5
Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat
mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina,
ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina
ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk
menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai
mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan
bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar.

Meski berjaya, peran Samudra Pasai sebagai pusat dagang di Selat Malaka
mulai digantikan oleh pelabuhan-pelabuhan baru di Semenanjung Malaya. Hal ini
menyebabkan kemunduran ekonomi Samudra Pasai, ditambah kedatangan Portugis
yang menguasai dan memonopoli Malaka.

SILSILAH KERAJAAN SAMUDERA PASAI

1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)


2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524

a. Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai


Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar
abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang
Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.

6
Berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat
Muslim telah ada, baik di Kanton maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam
adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar
Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak
dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir
Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di
Perlak,yaitu  sekitar tahun 674 Masehi.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267.
Nizamudin Al-Kamil adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu
dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di
Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia mendirikan kerajaan Pasai untuk
menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan dinasti yang beraliran
paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu Kerajaan Pasai juga
berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan
Sampar Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284,
dinasti Mamuluk yang bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan
Kerajaan Pasai. Selain untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga
bertujuan untuk menguasai pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai.
Maka, Syekh Ismail bersama Fakir Muhammad menunaikan tugas tersebut.
Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu
sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail. Setelah Marah Silu
memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada
tahun 1285. Nama ini adalah gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan
Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu “Al Malikus Shaleh Ayub”.

b. Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang


Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam
mazhab Syafi’i. Awalnya Sultan Malik Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang
di bawa dari pedagang-pedagang Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12.
Pedagang-pedagang Gujarat bersama-sama pedagang Arab dan Persia menetap di
situ dan mendirikan kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan
Perlak di muara Sungai Perlak dan Kerajaan Samudra Pasai di muara Sungai
7
Pasai.  Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh berpindah menjadi memeluk Islam
bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang merupakan utusan Dinasti
Mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan
Malik Al Saleh juga Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Marco Polo.

1.  Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah
silu bergelar sultan Malik al Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah
memiliki lembaga Negara yang teratur dengan angkatan perang laut dan darat
yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan Samudra Pasai masih
berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295, Sulthan malik al saleh
menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik
Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra pasai berhasail
menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan
kepada Sultan ahmad laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II
(1326-1348)
2. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk :
a) Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
b) Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
c) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri
d) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa
daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit,
masa itu juga merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan
Samudera Pasai juga berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai
siasat untuk mengamankan diri dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya
meliputi Jazirah Malaka.

8
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai
bertambah pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari
kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh
Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.

3. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur
menurut aturan – aturan dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya
banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri
Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh
mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.

c.  Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai.


Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik
Al Shaleh. Hal ini diketahui dengan pasti dari prasasti yang terdapat dari batu nisan
makamnya yang menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada
bulan Ramadhan 676 tahun sesudah hijrah Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah
kunjungan Marcopolo ke negeri ini dalam perjalanannya pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-
Saleh. Sebelum menjadi raja dan bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang
marah dan bernama Marahsilu. Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya
adalah Putri Betung. Putri Betung mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika
rambut pirang itu dibantun oleh Marah Gajah keluarlah darah putih. Setelah darah
putih itu berhenti mengalir, maka menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu
didengar oleh ayah angkat Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja Muhammad
karena marah segera mengerahkan orang-orangnya untuk mencari dan menangkap
Marah Gajah. Marah Gajah yang takut karena kehilangan Putri Betung menyingkir
dan meminta perlindungan dari ayah angkatnya pula yang bernama Raja Ahmad.
Ternyata Raja Muhammad dan Raja Ahmad adalah dua orang bersaudara. Tetapi
karena peristiwa Putri Betung d atas, maka kedua orang bersaudara itu akhirnya
berperang. Keduanya tewas dan Marah Gajah sendiri juga tewas terbunuh dalam
peperangan. Putri Betung meninggalkan dua orang putra yaitu Marah Sum dan
Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup
mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu
akhirnya dapat merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ. Marah Slu mendirikan
istana kerajaannya di atas bukit yang banyak didiami oleh semut besar yang oleh

9
rakyat di sekitarnya disebut Semut Dara (Samudra). Itulah sebabnya maka negara
itu kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita
ketahui bahwa agama Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada
waktu itu adalah agama Islam aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan pengaruh Syi’ah dan untuk kemudian mengembangkan
Islam mahzab Syafi’i di pantai timur Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di
Mesir yang beraliranmahzab Syafi’i pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke
pantai timur Sumatra Utara bersama Fakir Muhammad, bekas ulama di pantai barat
India. Di Samudra Pasai, Syekh Ismail berhasil menemui Marah Silu dan berhasil
pula membujukknya untk memeluk agama Islam mahzab Syafi’i kemudian Syekh
Ismail menobatkan Marah Silu sebagai Sultan pertama di kerajaan Samudra Pasai
dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut Marah Silu yang bernama Sri Kaya
dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab Syafi’i dan berganti nama pula menjadi
Sidi Ali Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.
Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh
Ismail ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh
meninggal pada 1297 ia digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih
terkenal dengan Sultan Malik Al Tahir yang memerintah sampai tahun 1326.
Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad Bahian Syah Malik Al Tahir dan pada
masa pemerintahan beliau Samudra Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu
Batutah. Ibnu Battutah adalah seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan
Delhi di India. Ia mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika
melakukan perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-
catatan Ibnu Batutah  kita dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai
ketika perkembangannya. Sebagai bandar utama perdagangan di pantai timur
Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak didatangi oleh kapal-kapal dari India, Cina,
dan dari daerah-daerah lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal saling
bertemu, transit, membongkar serta memuat barang-barang dagangannya.
Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi dari India dan
Persia. Keraton dan Istana Kerajaan Samudra Pasai dibangun bergaya arsitektur
India. Pengaruh Persia dapat terlihat dari gelar-gelar yang digunakan oleh
pemerintahan kerajaan. Raja sendiri menggunakan gelar syah, sedang patihnya
yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di antara pembesar-pembesar
kerajaan terdapat pula orang Persia.

d. Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai


Puncak Kejayaan Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini
ditandai dengan adanya perkembangan dibidang-bidang kehidupan kerajaan
Samudra pasai, seperti ;

10
1) Di bidang perekonomian dan perdagangan
Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini
ditandai dengan sudah adanya mata uang yang diciptakan sendiri untuk alat
pembayaran yang terbuat dari emas, uang ini dinamakan Dirham. Selain
itu, ditandai juga dengan berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional pada masa pemerintahan Sultan Malikul
Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Saat itu
Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap
tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang
didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-
impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju.
2) Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur
menurut aturan–aturan dan hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya
banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri
Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh
mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera Pasai
berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang
berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk
menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut
dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis
tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu
tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk
menuliskan buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.

3) Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli
agama dari Timur Tengah, telah berperan penting dalam proses
perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu pula, diceritakan
bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama Islam
sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi
Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk
Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga
penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.

4) Di bidang politik

11
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan
baik dengan Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai
untuk mengirimkan dua orang untuk dijadikan duta untuk Cina yang bernama
Sulaeman dan Snams-ad-Din. Selain dengan Cina, Kerajaan Samudra Pasai
juga menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri Timur Tengah. Pada masa
pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli agama mulai dari berbagai
negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran) yang bernama Qadi
Sharif Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan persahatan
Kerajaan Samudra Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat
hubungan perkawinan.

e. Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


1. Faktor  Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
 Tidak Ada Pengganti  yang Cakap dan Terkenal  Setelah Sultan Malik
At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai
sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan
internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa
berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-
pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar
dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang
cakap dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga
peran penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu
lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan
maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang
didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam
sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di
Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra
Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan
Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah
menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh.
Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa
Kesultanan Aceh Darussalam.

12
 Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir
meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal
Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana pemerintahan Sultan
Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang akhir abad
ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa
terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-
berita Cina. Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan
Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang
yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. 
Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di
Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang
membuat pertumpahan darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini,
Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang
bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera
menengahi dan meredam pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai
sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan
oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah menaklukan Malaka
tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi
bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

f. Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai


1. Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan
pusat perkembangan agama Islam.  Banyak makam – makam para pemimpin
kerajaan Samudra Pasai yang merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra
Pasai. Beberapa makam terseut adalah :
a. Makam Sultan Malik AL-Saleh
b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
c.  Makam Nahriyah
d. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
e. Makam Naina Hasanuddin
f. Makam Perdana Menteri
g. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet          
h. Makam Said Syarif
i. Makam Teungku Diboih
j. Makam Batte

13
2. ACEH DARUSALLAM

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada abad ke-16.
Pusat kerajaannya berada di ujung utara Sumatra yang kini merupakan Kabupaten
Aceh Besar. Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan besar sejak Portugis
menguasai Malaka dan banyak pedagang Muslim berpindah ke Aceh. Merasa akan
dikalahkan, Portugis kemudian berusaha menaklukan Aceh. Usaha mereka gagal
pada tahun 1521 karena dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Pada tahun
1524 pun, pasukan Aceh berhasil menguasai Samudra Pasai.

Pada tahun 1528, Sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh anaknya yang
bernama Salahuddin, yang kemudian memerintah hingga tahun 1537. Kemudian
Sultan Salahuddin digantikan oleh saudaranya yang bernama Sultan Alauddin
Riayat Syah al-Kahar melalui sebuah kudeta, sultan ini memerintah hingga
tahun 1571.

Kesultanan Aceh melakukan ekspansi dan pengaruh perluasan wilayah pada


masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (tahun 1607 – 1636) atau dikenal juga
sebagai Sultan Meukuta Alam.

Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Aceh menaklukkan wilayah


Pahang yang merupakan penghasil sumber utama dari timah. Pada tahun 1629,
kesultanan Aceh melaksanakan penyerangan terhadap tentara Portugis yang berada
di Melaka dengan armada yang mencapai 500 buah kapal perang dan 60.000
tentara angkatan laut. Serangan ini dilakukan dalam upaya memperluas dominasi
Kesultanan Aceh atas daerah Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Sayangnya
ekspedisi yang dilakukan Kesutanan Aceh mengalami kegagalan, meskipun pada

14
tahun yang sama Kesultanan Aceh berhasil menduduki daerah Kedah dan banyak
membawa penduduk Kedah ke Aceh

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam mencapai


kejayaan. Wilayah kekuasaan Aceh mencapai wilayah-wilayah yang saat ini berada
di Sumatera Utara, Riau, hingga Jambi. Kekuatan angkatan laut Aceh yang
tangguh ketika masa Sultan Iskandar Muda mengkhawatirkan Belanda dan Inggris
yang ingin menguasai Selat Malaka.

Pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil


(kakek dari Sultan Iskandar Muda) mengirim utusan diplomatik ke negara Belanda
pada tahun 1602 dengan pimpinan diplomatik yaitu bernama Tuanku Abdul
Hamid. Sultan ini juga banyak mengirim surat ke berbagai pemimpin negara di
dunia seperti ke Sultan Turki yang bernama Selim II, Pangeran Maurit van Nassau,
dan Ratu Elizabeth I pemimpin Kerajaan Inggris. Semua ini dilakukan bertujuan
untuk memperkuat posisi dari Kesultanan Aceh

Aceh mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda wafat. Pengaruh


Belanda dan Inggris mulai mengusik Aceh, dengan menguasai wilayah-wilayah
kerajaan Aceh. Pada tahun 1873 Belanda menyatakan perang terhadap Aceh.
Kegigihan rakyat Aceh mampu menahan serangan Belanda hingga awal abad ke-
20. Belanda akhirnya berhasil mengurangi kekuatan Aceh dan pada tahun
1903, Sultan Muhammad Daud Syah menyerah.

1.  Kehidupan Sosial, politik dan Ekonomi


a. Kehidupan Sosial
Adalanya penggolongan masyarakat menjadi beberapa golongan,
yaitu teuku (kaum bangsawan), golongan teungku (Kaum ulama yang
memegang),  Hulubalang (prajurit) serta rakyat biasa. Antara Golongan
teuku dan Teungku sering timbul persaingan yang mengakibatkan
melemahnya kerajaan Aceh.

b. Kehidupan Politik
Aceh tumbuh secara cepat menjadi kerajaan besar karena didukung
oleh letaknya yang strategis, kemudian Kerajaannya memiliki Bandar

15
pelabuhan. Aceh juga memiliki daerah yang kaya akan tanaman lada.
Tanaman ini sendiri merupakan komoditi ekspor yang sangat penting.
Selain itu, jatuhnya malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang
Islam banyak singgah ke Aceh, ditambah Jalur pelayaran beralih melalui
sepanjang pantai barat Sumatera.

c. Kehidupan Ekonomi
Letaknya yang sangat strategis, di jalur pelayaran dan perdagangan
Selat malakah menitikberatkan pada , maka Kerajaan Aceh
menitikberatkan pada perekonomian pada bidang perdagangan.
Penguasaan atas daerah pantai barat dan timur sumatera banyak
menghasilkan lada. Sementara di Semenanjung Malaka menghasilkan lada
dan timah.

2.  Penyebab Mundurnya kerajaan Aceh


Berikut merupakan factor yang mengakibatkan kerajaan Aceh mengalami
kemunduran.
1) Kekalahan perang antara Aceh melawan portugis di Malaka pada tahun
1629 M
2)  Tokoh pengganti Sultan Iskandar Muda tidaklah sebaik yang terdahulu.
3)   Permusuhan yang hebat diantara kaum ulama yang menganut ajaran
Syamsyudias-Sumatra dan penganut ajaran Nur ad-Din ar-raniri
4)  Saerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat melepaskan diri dari
Aceh
5) Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak
dan menggeser daerah perdagangan Aceh. Akhirnya, perekonomian di
Aceh menjadi melemah.

16
3. DEMAK

Demak berdiri di abad ke-15 dan menguasai seluruh pantai utara Jawa. Demak
memanfaatkan kemunduran Majapahit untuk membuat daerah-daerah pesisir
melepaskan diri dari Majapahit dan bergabung dengan Demak.
Portugis yang menguasai Malaka sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi
perkembangan Demak. Demak kemudian melakukan ekspansi ke Selat Malaka yang
dipimpin Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) pada tahun 1512-1513. Sayangnya,
ekspansi tersebut belum berhasil karena dikalahkan Portugis yang memiliki armada
lebih kuat, dan kurangnya perbekalan pasukan Demak.
Demak di masa Sultan Trenggana memperluas kekuasaannya hingga ke seluruh
Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta memantapkan penguasaan pesisir Jawa. Hampir
seluruh Jawa berada di bawah kekuasaan Demak. Kerajaan Demak juga mengirim
Fatahillah untuk menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon pada 1522. Serangan
tersebut bertujuan untuk memutuskan pengaruh Portugis di Pajajaran.
Pada tahun 1527, pasukan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa setelah
mengalahkan kekuatan Portugis. Fatahillah kemudian mengubah nama Sunda Kelapa
menjadi Jayakarta. Ini dia asal-usul nama Jakarta.

1. Kehidupan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya


a. Kehidupan Politik
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah
pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk
suatu persekutuan  di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit
runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau
Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai
berikut :

17
 Raden Fatah
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China
mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit,
sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan
pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya
sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga
membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya sang
putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki
permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama Kamboja),
masih kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian
Kaisar yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri
cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri
dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah
Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina.
Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa
mudanya raden patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang
kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati
Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat
memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke
Jawa untuk belajar di
Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun
1419 M. Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama
para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan
dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal
sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda
lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan
Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus,
raden patah dipercaya menjadi ulama  dan membuat permukiman di
Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya.
Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut
direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.

18
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk
keturunan raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V.
Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro
(Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di
bawah pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat,
karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi
kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke
Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan
Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan
beberapa daerah di kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga
memiliki pelabuhan –pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu,
Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito
(penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam
sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar
pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di
daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari
Demak yang bernama Tunggang Parangan. Pada masa pemerintahan
Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid
itu di bantu oleh para wali atau sunan.
Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia 
menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda
upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara
lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M,
hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa
dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu,
tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu memimpin
pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu

19
belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan
persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat
julukanPangeran Sabrang Lor.

 Adipati Unus
 

Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh


Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa
pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal
dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera
mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu  pasukan Demak
menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta
kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan
Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah
bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah
didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada
tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka.
Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran
sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh
menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar.
Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor
atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi
dan menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan.
Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang
pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-
orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938
H/1521 M.

 Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M.
Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan.
Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke
daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim

20
pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah
yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan
hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis
dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi
Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada
tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota
Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan
Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa
Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang.
Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan
Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang
kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan
demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan
Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar
Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah
diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.

 Sunan Prawata
Sunan Prawata adalah nama lahirnya  (Raden Mukmin) adalah raja
keempat Kesultanan Demak, yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih
cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik. Pada masa
kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon,
Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya.
Menurut Babad Tanah Jawi, ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati
Jipang Arya Penangsang, yang tak lain adalah sepupunya sendiri.
Setelah kematiannya, Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan ke
Pajang, dan Kesultanan Demak pun berakhir.
Sepeninggal Sultan Trenggana yang memerintah Kesultanan
Demak tahun 1521-1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik

21
tahta.Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkanPulau
Jawa. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih
suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin
memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit
Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa Prawoto, Kecamatan
Sukolilo,Kabupaten Pati, Jawa Tengah.Oleh karena itu, Raden Mukmin
pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Pemerintahan Sunan Prawoto juga terdapat dalam catatan seorang
Portugis bernama Manuel Pinto. Pada tahun 1548, Manuel Pinto singgah
ke Jawa sepulang mengantar surat untuk uskup agung Pastor Vicente
Viegas di Makassar. Ia sempat bertemu Sunan Prawoto dan mendengar
rencananya untuk mengislamkan seluruh Jawa, serta ingin berkuasa
seperti sultan Turki. Sunan Prawoto juga berniat menutup jalur beras ke
Malaka dan menaklukkan Makassar.Akan tetapi, rencana itu berhasil
dibatalkan oleh bujukan Manuel Pinto.
Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah
terlaksana.Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan
kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, sepertiBanten, Cirebon,
Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas; sedangkan Demak tidak
mampu menghalanginya.

b. Kehidupan Ekonomi
Letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara
memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritim.
Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung
antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil
rempah-rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian perdagangan
Demak semakin berkembang. Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan
Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.
Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka
Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan
salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian
kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan
Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.

22
c.  Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan
pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat
penyebaran Islam di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat
berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan
Kudus dan Sunan Bonar.
Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa
perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi
penasehat bagi raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat
antara raja/bangsawan – para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang
erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan
di Masjid maupun Pondok Pesantren. Sehingga tercipta kebersamaan atau
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di antara orang-orang Islam).
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang
merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid
Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan
kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan
Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga
menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw)
yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.

d. Perang Saudara Di Demak


Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden
Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi
perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat
anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya
kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh
anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan
akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa
kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak
keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa
timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng

23
bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak
tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri.
Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak
kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah
dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah
dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah
dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya
Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas
kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat
perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya
Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang
berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana
secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja
ke-3 diDemak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung
menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi
Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia
timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan
Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng. Dalam
pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang,
tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini.
Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga
ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke
Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging
bupati di wilayah Majapahit di daerah Surakarta.
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh
Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir.
Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat
membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang,
maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya
tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir
menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat
dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki
Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan

24
sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan
Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram.

e. Peradaban Kerajaan Islam Demak Pada Abad XVI


Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit.
Sebelum raja Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan memberontak
pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan lagi bahwa sudah sejak abad
XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan Majapahit dan di bandar
bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan adanya “kunjungan
menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun, juga
bagi para vasal yang beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan
melakukan “kunjungan menghadap raja” secara teratur itulah vasal
menyatakan kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin
hubungan dengan para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih.
Waktu raja Demak menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak
ada jalan lain baginya.
Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam
telah diambil alih oleh Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah,
terbukti jelas sekali dari kesusastraan Jawa pada zaman itu.
Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di
Jawa pada abad XVI, selain karena keperluan yang sangat mendesak,
disebabkan juga oleh pengaruh tradisi kepahlawanan Islam dan contoh ynag
dilihat di kota-kota Islam di luar negeri.
Peranan penting masjid Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan
Islam pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad
XVI dan sesudahnya. Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan
dapat berhubungan dengan pusat Islam Internasional di luar negeri.
Bagian-bagian penting peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti
wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat dan pembuatan
keris, kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa dipandang sebagai
hasil penemuan para wali yang hidup sezaman dengan kesultanan Demak.
Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam
peradaban Jawa sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat.
Pada waktu abad XV dan XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir

25
harus diganti dengan upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan
gamelan itu telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi
“sekuler”.
Perekembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern”
juga mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang
dahulu keramat dan sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang
berpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa, mungkin
pada mulanya pada abad XV tidak semata-mata bersifat Islam. Tetapi
kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan hubungan
dengan meluasnya agama Islam.

f. Keruntuhan Kerajaan Demak


 

Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik


yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha
melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak
sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta.
Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggono
adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan
Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang
beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen,
tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak.
Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya
Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak
berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di
bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI
Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan
Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta
memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun
1568.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah
berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran
melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah
Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat
menjadibupati di daerah-daerah tersebut.

26
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra
angkat karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai
dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada
tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama
Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan
yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa
mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan
oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu
mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan
bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada
saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya
telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang
dipindahkan ke Mataram.

g.    Demak di Bawah Kekuasaan Raja-raja Mataram


Setelah sekitar 1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa Tengah
sebelah selatan, raja-raja Pati, Demak, dan Grobongan dianggapnya
sebagaisampun kareh (sudah dikuasai). Sekitar 1589 mereka diperintah ikut
dia bersama prajurit Mataram ke Jawa Timur, manaklukan raja-raja Jawa
Timur. Maksud raja Mataram ini gagal, tampaknya terutama karena campur
tangan Sunan Giri. Panembahan Senapati terpaksa kembali ke Mataram
dengan tangan hampa.
Mungkin sekali penguasa Demak, Pati dan Grobongan yang pada
1589 telah bersikap sebagai taklukan yang patuh itu, sama dengan mereka
yang telah mengakui Sultan Pajang, yang sudah tua dan meninggal pada
1587, sebagai penguasa tertinggi. Jadi, agaknya Pangeran Kediri di Demak,
setelah mengalami penghinaan di Pajang sebelumnya ternyata masih
berhasil memerintah tanah asalnya beberapa waktu.
Pada 1595 orang Demak memihak raja-raja Jawa Timur, yang mulai
melancarkan serangan terhadap kerajaan Mataram yang belum sempat
berkonsolidasi. Serangan tersebut dapat dipatahkan, tetapi panglima perang
Mataram, Senapati Kediri yang sudah membelot ke Mataram gugur dalam

27
pertempuran dekat Uter. Sehabis perang, Panembahan mengangkat Ki Mas
Sari sebagai adipati di Demak. Rupanya karena pemimpin pemerintahan
yang sebelumnya tidak memuaskan atau ternyata tidak dapat dipercaya.
Tumenggung Endranata I di Demak ini pada tahun-tahun kemudian
agaknya juga tidak bebas dari pengaruh plitik pesisir yang berlawanan
dengan kepantingan Mataram di Pedalaman. Pada tahun 1627 ia terlibat
dalam pertempuran antara penguasa di Pati, Pragola II dan Sultan Agung. Ia
di bunuh dengan keris sebagai pengkhianat atas perintah Sultan Agung.
Sesudah dia masih ada lagi seorang tumenggung Endranata II yang
menjadi bupati di Demak. Tumenggung ini seorang pengikut setia
Susuhunan Mangkurat II di Kartasura yang memerintah Jawa Tengah pada
perempat terakhir abad XVII. Pada tahun 1678 disebutkan adanya
Tumenggung Suranata di Demak.
Sebagai pelabuhan laut agaknya kota Demak sudah tidak berarti pada
akhir abad XVI. Sebagai produsen beras dan hasil pertanian lain, daerah
Demak masih lama mempunyai kedudukan penting dalam ekonomi
kerajaan raja-raja Mataram. Sampai abad XIX di banyak daerah tanah Jawa
rasa hormat pada  masjid Demak dan makam-makam Kadilangu masih
bertahan di antara kaum beriman, kota Demak dipandang sebagai tanah
suci. Hal itulah yang terutama menyebabkan nama Demak dalam sejarah
Jawa tetap tidak terlupakan di samping nama Majapahit.

4. BANTEN

Kerajaan Banten berdiri sekitar tahun 1552. Wilayah kekuasaannya meliputi


bagian barat Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat. Kemunculan
kerajaan ini berhubungan dengan pengaruh Demak.

28
Sultan Trenggana dari Demak memberi hadiah berupa wilayah kerajaan
kepada Maulana Hasanuddin (putra Fatahillah). Banten kemudian menjadi kerajaan
yang mandiri seiring melemahnya Demak. Lokasi Banten strategis karena di sekitar
Selat Sunda dan Laut Jawa, sehingga memungkinkan munculnya pelabuhan-
pelabuhan besar untuk perdagangan. Banten menjadi kerajaan maritim yang terbuka,
dengan kedatangan para pedagang asing dari Arab, Turki, Tiongkok, India, Melayu,
Portugis, dan Belanda.
Komoditas penting yang diperdagangkan di kerajaan Banten adalah lada. Lada
banyak dihasilkan di Lampung dan Sumatra Selatan yang merupakan vassal kerajaan
Banten. Adapun Kalimantan Barat merupakan penghasil berlian. Pada masa Sultan
Ageng Tirtayasa, Banten mencapai puncak kejayaan. Kejayaan Banten juga dapat
menandingi VOC dalam perdagangan di Selat Sunda dan Laut Jawa.

1. Puncak Kejayaan
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan
Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan
internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah
kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan
Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam
Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung
dikuasai oleh kesultanan Banten.

2. Aspek Kehidupan Kesultanan Banten


a. Kehidupan Politik
Berkembangnya kerajaan Banten tidak terlepas dari peranan raja-
raja yang memerintah di kerajaan tersebut. Untuk memantapkan
pemahaman Anda tentang raja-raja yang memerintah di Banten, simaklah
silsilah raja-raja Banten berikut ini. Silsilah Raja-raja Banten sampai
dengan Sultan Agung Tirtayasa Setelah Anda menyimak silsilah raja-raja
Banten tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa dalam perkembangan
politiknya, selain Banten berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
Demak, Banten juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya antara
lain Pajajaran. Dengan dikuasainya Pajajaran, maka seluruh daerah Jawa

29
Barat berada di bawah kekuasaan Banten. Hal ini terjadi pada masa
pemerintahan raja Panembahan Yusuf. Pada masa pemerintahan Maulana
Muhammad, perluasan wilayah Banten diteruskan ke Sumatera yaitu
berusaha menguasai daerah-daerah yang banyak menghasilkan lada
seperti Lampung, Bengkulu dan Palembang. Lampung dan Bengkulu
dapat dikuasai Banten tetapi Palembang mengalami kegagalan, bahkan
Maulana Muhammad meninggal ketika melakukan serangan ke
Palembang. Dengan dikuasainya pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa
Barat dan beberapa daerah di Sumatera, maka kerajaan Banten semakin
ramai untuk perdagangan, bahkan berkembang sebagai kerajaan maritim.
Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Pemerintahan Sultan Ageng, Banten mencapai puncak keemasannya
Banten menjadi pusat perdagangan yang didatangi oleh berbagai bangsa
seperti Arab, Cina, India, Portugis dan bahkan Belanda. Belanda pada
awalnya datang ke Indonesia, mendarat di Banten tahun 1596 tetapi
karena kesombongannya, maka para pedagang-pedagang Belanda tersebut
dapat diusir dari Banten dan menetap di Jayakarta. Anda tanyakan kepada
guru bina Anda, selanjutnya dapat Anda simak uraian materi berikutnya.
Selain mendirikan benteng di Jayakarta VOC akhirnya menetap dan
mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia tahun 1619, sehingga
kedudukan VOC di Batavia semakin kuat. Adanya kekuasaan Belanda di
Batavia, menjadi saingan bagi Banten dalam perdagangan. Persaingan
tersebut kemudian berubah menjadi pertentangan politik, sehingga Sultan
Ageng Tirtayasa sangat anti kepada VOC. Dalam rangka menghadapi
Belanda/VOC, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan melakukan perang
gerilya dan perampokan terhadap Belanda di Batavia. Akibat tindakan
tersebut, maka Belanda menjadi kewalahan menghadapi Banten. Untuk
menghadapi tindakan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut, maka Belanda
melakukan politik adu-domba (Devide et Impera) antara Sultan Ageng
dengan putranya yaitu Sultan Haji. Akibat dari politik adu-domba
tersebut, maka terjadi perang saudara di Banten, sehingga Belanda dapat
ikut campur dalam perang saudara tersebut. Belanda memihak Sultan
Haji, yang akhirnya perang saudara tersebut dimenangkan oleh Sultan
Haji. Dengan kemenangan Sultan Haji, maka Sultan Ageng Tirtayasa

30
ditawan dan dipenjarakan di Batavia sampai meninggalnya tahun 1692.
Dampak dari bantuan VOC terhadap Sultan Haji maka Banten harus
membayar mahal, di mana Sultan Haji harus menandatangani perjanjian
dengan VOC tahun 1684. Perjanjian tersebut sangat memberatkan dan
merugikan kerajaan Banten, sehingga Banten kehilangan atas kendali
perdagangan bebasnya, karena Belanda sudah memonopoli perdagangan
di Banten. Akibat terberatnya adalah kehancuran dari kerajaan Banten itu
sendiri karena VOC/Belanda mengatur dan mengendalikan kekuasaan raja
Banten. Raja-raja Banten sejak saat itu berfungsi sebagai boneka.

b. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Banten yang letaknya di ujung barat Pulau Jawa dan di
tepi Selat Sunda merupakan daerah yang strategis karena merupakan jalur
lalu-lintas pelayaran dan perdagangan khususnya setelah Malaka jatuh
tahun 1511, menjadikan Banten sebagai pelabuhan yang ramai dikunjungi
oleh para pedagang dari berbagai bangsa. Pelabuhan Banten juga cukup
aman, sebab terletak di sebuah teluk yang terlindungi oleh Pulau Panjang,
dan di samping itu Banten juga merupakan daerah penghasil bahan ekspor
seperti lada. Selain perdagangan kerajaan Banten juga meningkatkan
kegiatan pertanian, dengan memperluas areal sawah dan ladang serta
membangun bendungan dan irigasi. Kemudian membangun terusan untuk
memperlancar arus pengiriman barang dari pedalaman ke pelabuhan.
Dengan demikian kehidupan ekonomi kerajaan Banten terus berkembang
baik yang berada di pesisir maupun di pedalaman.

c. Kehidupan Sosial Budaya


Kehidupan masyarakat Banten yang berkecimpung dalam dunia
pelayaran, perdagangan dan pertanian mengakibatkan masyarakat Banten
berjiwa bebas, bersifat terbuka karena bergaul dengan pedagang-pedagang
lain dari berbagai bangsa. Para pedagang lain tersebut banyak yang
menetap dan mendirikan perkampungan di Banten, seperti perkampungan
Keling, perkampungan Pekoyan (Arab), perkampungan Pecinan (Cina)
dan sebagainya. Di samping perkampungan seperti tersebut di atas, ada
perkampungan yang dibentuk berdasarkan pekerjaan seperti Kampung

31
Pande (para pandai besi), Kampung Panjunan (pembuat pecah belah) dan
kampung Kauman (para ulama). Dalam bidang kebudayaan : kerajaan
Bnaten pernah inggal seorang Syeikh yang bernama Syeikh Yusuf
Makassar (1627-1699), ia sahabat dari Sultan Agung Tirtayasa, juga
Kadhi di Kerajaan Banten yang menulis 23 buku. Selain itu di Banten
pada akhir masa kesultanan lahir seorang ulama besar yaitu Muhammad
Nawawi Al-bantani pernah menjadi Imam besar di Masjidil Haram. Ia
wafat dan dimakamkan di Makkah, sedikitnya ia telah menulis 99 kitab
dalam bidang Tafsir, Hadits, Sejarah, Hukum, tauhid dan lain-lain.
Melihat kajiannya yang beragam menunjukkan ia seorang yang luas
wawasannya. Salah satu contoh wujud akulturasi tampak pada bangunan
Masjid Agung Banten, yang memperlihatkan wujud akulturasi antara
kebudayaan Indonesia, Hindu, Islam di Eropa.

d. Raja-raja yang Pernah Berkuasa Di Kesultanan Banten


 Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552 – 1570
 Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570 – 1585
 Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1585 - 1596
 Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu
1596 – 1647
 Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1647 – 1651
 Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah 1651-
1682
 Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 – 1687
 Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya 1687 – 1690
 Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin 1690 – 1733
 Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733 – 1747
 Ratu Syarifah Fatimah 1747 – 1750
 Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri 1753 - 1773 • Sultan Abul
Mafakhir Muhammad Aliuddin 1773 – 1799
 Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799 – 1803
 Sultan Abul Nashar Muhammad   Ishaq Zainulmutaqin 1803 – 1808

32
 Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1809 –
1813

5. TERNATE

Ternate terletak di barat Halmahera dan di utara Tidore. Saat menjadi kerajaan
Islam di wilayah Ambon Utara, Ternate merupakan pemasok cengkeh untuk para
pedagang dari Jawa, Banten, Melayu, Makassar, dan Bugis.
Di Ternate, pernah terjadi pertempuran dengan Kesultanan Tidore. Ternate
memimpin Uli Lima untuk bersaing dengan Tidore yang memimpin Uli Siwa.
Persaingan itu semakin buruk ketika Portugis dan Spanyol datang berebut rempah-
rempah di Maluku. Portugis semakin ingin menguasai Ternate setelah Spanyol pergi
dari Maluku akibat Perjanjian Saragosa.
Sultan Baabullah berhasil membuat Ternate berjaya. Kora-kora sebagai kapal
armada perangnya berhasil memperluas kekuasaan Ternate. Wilayah kekuasaan
Ternate meliputi Maluku Utara, Pulau Buru, Seram, Sulawesi Utara, dan sekitar Teluk
Tomini.
Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting
dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah
Kepulauan Maluku.Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-
rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah
menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap
pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk
menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk
menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-
aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.

33
a. Kehidupan Politik
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan
Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan
wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.
Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan
sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan,
Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan
Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan
membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira
Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku
langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit
putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan kedua bangsa
itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas wilayah timur melalui
Perjanjian Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis
tetap menguasai daerah-daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat
memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan benteng yang diberi
nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin
dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan
Hairun, penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-
tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun secara
terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah
pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis.
Tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan untuk
meninggalkan benteng. Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin
mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis
pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah
tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik
Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999,
rakyat Timor-Timur memilih merdeka.

b. Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,

34
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain
itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga
pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing
datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan
dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar
bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang
cukup kuat. Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam
kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat
dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis
melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-
Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah
keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.

Pada abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri empat kerajaan
terkenal, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan
dikepalai oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat Maluku, keempat kerajaan
tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu Jafar Sadik. Dalam perkembangan
selanjutnya, Kerajaan Ternate peranannya lebih menonjol karena penduduknya
bertambah banyak dan berhasil mengembangkan perdagangan rempah-rempah.
Rempah-rempah adalah tanaman yang memiliki zat yang dapat digunakan untuk
member bau atau rasa khusus kepada makanan (menjadi bumbu masak) dan
dimanfaatkan untuk pengobatan serta dapat juga menghangatkan tubuh. Contoh
rempah-rempah, yaitu cengkih dan lada. Pada saat itu, rempah-rempah umumnya
diperlukan bangsa-bangsa Eropa sehingga harganya cukup tinggi dan telah
membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan Kesultanan Ternate ternyata membuat cemburu kerajaan-kerajaan
lain di Maluku. Beberapa kali Ternate dan Tidore, Bacan, dan Jailolo terlibat
dalam peperangan memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Akan tetapi,
mereka mampu mengakhirinya di dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam
Persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua,
Tidore ketiga, dan Bacan yang keempat.
Pada pertengahan abad ke-15 M kegiatan perdagangan rempah-rempah di
Maluku semakin bertambah ramai. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab,
Cina dan India yang dating ke Maluku untuk membeli rempah-rempah.
Sebaliknya, mereka membawa beras, tenunan, gading, perak, manic-manik, dan

35
piring mangkuk berwarna biru buatan Cina. Bangsa-bangsa di Maluku amat
membutuhkan barang tersebut, terutama beras karena areal Maluku lebih banyak
digunakan untuk penanaman rempah-rempah daripada penanaman beras.
Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab dalam menjalin hubungan ekonomi
dengan para pedagang dari Jawa semenjak zaman Kerajaan Majapahit. Bandar-
bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban sering sekali dikunjungi para
pedagang Maluku. Sebaliknya, pedagang-pedagang dari Jawa datang ke Maluku
untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat
berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam ke Maluku.
Di dalam kitab Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate yang
pertama kali menganut agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan
Zainal Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta dan setelah
meninggal beliau disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang pertama kali masuk
Islam adalah Cirililiyah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan
Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah
Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang
sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki ratusan  perahu kora-
kora yang digunakan untuk berperang ataupun mengawasi lautan yang menjadi
wilayah dagangnya.  Di ibukota Ternate, yaitu Sampalu banyak didirikan rumah-
rumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan keratin yang dikelilingi pagar-pagar.
Begitu juga kota di Tidore yang dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan
lubang perangkap sehingga sukar untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan
kedua kesultanan tersebut menjurus kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan
terhadap daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam abad ke-17 M muncullah
dua buah persekutuan yang terkenal dengan sebutan Uli Lima danUli Siwa.
Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan,
Obi, dan Seram. Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan anggota
yang mencakup Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua
bagian barat.
Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan
Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku.
Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa
asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara
mengadudombakannya. Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli daerah
rempah-rempah tersebut.

36
c. Kehidupan Sosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah
mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat
kegiatan Fransiskus Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari
daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam.
Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang
Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila
pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan
campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga
seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah
memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat
dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku
kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum
berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda.
Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan
sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

d. Kehidupan Budaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya
tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya
dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat maluku tidak begitu
banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan islam
seperti ternate dan tidore

6. GOWA-TALLO (MAKASSAR)

37
Kerajaan Gowa berawal dari penyatuan sembilan distrik yang disebut bate
salapang oleh Pancalaya (ketua dewan adat), kemudian didirikan kerajaan dengan
raja pertama bernama Tumanurung. Islam masuk ke Gowa pada masa Raja Gowa
X, Karaeng Tunipallangga Ulaweng. Adapun Raja Gowa XIV I Mangarangi Daeng
Manrabia (Sultan Alauddin) merupakan raja pertama yang beragama Islam
Peran orang Makassar dalam pelayaran di Nusantara berlangsung sejak abad
ke-16. Gowa dengan Somba Opu sebagai pelabuhannya adalah kerajaan dagang
yang kuat. Kerajaan ini memperdagangkan rempah-rempah untuk ditukarkan
dengan komoditas dari Jawa dan Malaka, seperti beras, tekstil, sutra, dan porselen.
Kemajuan perdagangan bebas Makassar mengancam VOC yang sedang
berusaha memonopoli rempah-rempah Nusantara. VOC tidak mau Makassar
menandingi perdagangan VOC di Ambon dan Batavia, sehingga
menyebabkan Perang Makassar (1666-1669). Perang ini akhirnya
meruntuhkan politik dan ekonomi Kerajaan Gowa-Tallo.

a. Kehidupan Politik
Perkembangan Kerajaan Makassar tidak terlepas dari peranan raja-raja yang
memerintah. Ada raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makassar antara
lain sebagai berikut :
1. Sultan Alauddin (1591-1639 M)
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya
Tumamenanga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang
memeluk agama lslam. Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan
Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan (dunia
maritim). Dengan perkembangan tersebut menjadikan kesejahteraan rakyat
Makassar meningkat.
2.  Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)
Pada pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju
pesat seba bandar transit, bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah
mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku
berperang melawan Belanda.
3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)
Sultan Hasanuddin adalah putra Sultan Muhammad Said. Pada masa
pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.

38
Makasar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan
memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan
sebagian Flores). Berkat penguasaan wilayah tersebut seluruh aktivitas
pelayaran dan perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat
Kerajaan Makassar. Hal tersebut ditentang oleh Belanda yang memiliki
wilayah kekuasaan di Maluku yang pusatnya di Ambon terhalang oleh
kekuasaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering
menimbulkan peperangan. Bahkan pertentangan itu sering terjadidi Maluku.
Keberanian Sultan Hasanuddin memporak-porandakan pasukan Belar di
Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Oleh karena keberanian
Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda memberikan julukan
kepada Sultan Hasanudin “Ayam Jantan dari Timur”.Untuk menguasai
Makassar, Belanda melakukan politik devide et impera yang kemudian
menjalinhubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja Aru
Palaka yang pada waktu itu sedang melakukan pemberontakan terhadap
Makassar. Pasukan Belanda yang dibantu Aru Palaka berhasil mendesak
Makassar dan dapat menguasai kota kerajaan. Akhirnya Sultan Hasanuddin
terpaksa harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 M
yang isinya antara lain sebagai berikut.
1) VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yaitu kompeni dagang
Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.
2) Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang
diberi nama Benteng Rotterdam.
3) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar wilayah Makassar.
4) Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
5) Meskipun telah menandatangani Perjanjian Bongaya, orang-orang
Makassar tetap melakukan perlawanan yang berlangsung selarna dua
tahun dengan pusat pertahanan Sombaopu. Namun, Belanda tetap
berupaya merebut pertahanan itu dengan menghancurkan dinding
benteng dan akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah.

4. Raia Mapasomba
Raja Mapasomba (lmampasomba Daeng Nguraga dikenal sebagai Sultan
Amir Hamzah) adalah putra Sultan Hasanuddin yang turun takhta setelah

39
menyerah kepada Belanda. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar
Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda yang tujuannya agar
Makassar tetap dapat bertahan. Namun, pada kenyataannya Mapasomba
jauh lebih keras dari pada Sultan Hasanuddin sehingga Belanda kemudian
mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadapi perlawanan yang
dilakukan Mapasomba.

b. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor:
 letak yang strategis, 
 memiliki pelabuhan yang baik 
  jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang  yang pindah ke Indonesia Timur.
 Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga
yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA
PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka
perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan
yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan
pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di
bagian Timur Sulawesi Selatan.

c.  Kehidupan Sosial Budaya


Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya.  Walaupun masyarakat Makasar memiliki
kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka
anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar
sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut,
masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan
atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut
dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to

40
Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut
dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan
benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal
sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal
dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan
kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

B. MENGENAL KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM YANG ADA DI


INDONESIA PADA MASA HINDU
1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan


kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman,
Kalimantan Timur. Diperkirakan kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu tertua
di Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut
agama Hindu.
Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa
mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama
Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman
mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah
satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan
terhadap Dewa Syiwa.

41
2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan


Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,
Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanegara
yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112
tombak (sekitar 11 km).
Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima
diantaranya ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan
satu lagi ditemukan di desa Lebak, Banten Selatan. Prasasti-prasasti yang
merupakan sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Prasasti Kebon Kopi,
2) Prasasti Tugu,
3) Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang,
4) Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5) Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6) Prasasti Jambu, Bogor
7) Prasasti Pasir Awi, Bogor.

3. Kerajaan Kalingga atau Holing

Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906).
Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah
Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India Talingga. Tidak
ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut berita

42
Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu rajanya beristana di rumah yang
bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja terbuat dari gading.
Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenali ilmu perbinatangan.
Dalam berita Cina tersebut adanya ratu His-mo atau sima, yang memerintah pada
tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum
dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama
agamaa Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di
Kaling dan tinggal selama 3 tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat
yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning menerjemahkan kitab Hinayanaa dari
bahasa Sanskerta.

4. Kerajaan  Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang


pertamanya bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah
Raja Bala Putra Dewa. Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang
merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau
Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang.
Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu Pulau
Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat
Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan
kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
 Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka,
sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
 Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan
Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai
negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan
Funan.
Berdasarkan berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690
sampai 692, Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun
690 Sriwijaya telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-

43
kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari
Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa
Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :

1) Prasasti Kedukan Bukit


2) Prasasti Talang Tuwo
3) Prasasti Kota Kapur
4) Prasasti Telaga Batu
5) Prasasti Karang Birahi
6) Prasasti Ligor
Selain peninggalan berupa prasasti, terdapat peninggalan berupa candi.
Candi-candi budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain
Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi tidak
seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di
Sumatera terbuat dari bata merah.Beberapa arca-arca bersifat budhisme,
seperti berbagai arca budha dan bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan di
Bukit Seguntang, Palembang, Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.
Pada masa pemerintahan Bala Putra Dewa Sriwijaya menjadi pusat
perdagangan sekaligus pusat pengajaran agama Budha. Sebagai pusat
pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana
dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas
Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran
agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa
koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran
Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Letak Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran.
Walaupun demikian, letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa
lain menyerang Sriwijaya. Beberapa faktor penyebab kemunduran dan
keruntuhan :
 Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
 Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja
Rajendracoladewa.
 Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 –
1292.
 Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.

44
 Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas
perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi
taklukkan Majapahit.

5. Kerajaan Mataram Kuno ( Hindu-Budha )

Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732
Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti
itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja
Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah
putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) 
yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada tahun 907 memuat daftar raja-raja
keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja
Dharanindra membangun arca Majusri ( candi sewu). Pengganti raja Dharanindra,
adalah Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama
Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan ( gelar Pramodawardhani)
berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa Sri Kahulunan
meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur yang sudah
dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu.
Adik Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun
45
856 Balaputradewa  berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun
usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan
kemunduran. Sejak pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan perhatian ke
wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung adalah :
1. Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I hino (jabatan
terttinggi sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
2. Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
3. Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)
4. Wawa merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian
dipindahkan oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Mpu
Sindok ke Jawa Timur.

6. Kerajaan Medang Kamulan (Kahuripan)

Mpu Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa


pemerintahan Raja Wawa memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur
tersebut. Pada tahun 929 M, Mpu Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja
Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru,
yaitu Dinasti Isana. Pu Sindok memerintah sampai dengan tahun 947. Pengganti-
penggantinya dapat diketahui dari prasasti yang dikeluarkan oleh Airlangga, yaitu
Prasasti Calcuta.
Berdasarkan berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa
pada tahun 990 – 992 M melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada
tahun 1016, Airlangga datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri
Dharmawangsa. Namun pada saat upacara pernikahan berlangsung kerajaan
mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram yang bekerjasama dengan
Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa Pralaya. Selama dalam
pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil menaklukkan raja Wurawari
pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari Wengker Pada tahun 1035 ia
berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat pada tahun 1049 dan
disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung Penanggungan.

46
7. Kerajaan Kediri

Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk


penggantinya, sebab Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak
menggantikan menjadi raja. la memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta
diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu Jayengrana dan
Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka kerajaan di
bagi dua atas bantuan Mpu Barada yaitu Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan
dan Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri).
Kisah tentang kerajaan ini termuat dalam Prasasti Banjaran (1052 M) yang
menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala dan prasasti Hantang (1052 M)
yang menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya. Selain itu, ada kakawin
Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Panuluh tahun 1156 M yang menceritakan
kemenangan Kediri/Panjalu atas Janggala. Berita Cina yang berjudul Ling-mai-
tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chu-fan-chi yang
ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan
prasastinya yang berangka tahun 1104 M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang
berkuasa di Kadiri adalah sebagai berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya
(±1130 – 1160), 1135), Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180),
Gandra (1181), Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 – 1222).
Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya.
Ken Arok dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan
Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).

47
8.  Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken
Arok digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga
menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang
Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati)  di Tumapel
bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung tahun,
Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga menjadikan Ken
Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu itu Tumapel
masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk
melepaskan diri dari Kediri. Pada tahun 1222 M terjadilah perang Ganter antara
Ken Arok dengan Kertajaya. Akhirnya Ken Arok berhasil mengalahkan
Kertajaya, raja Kadiri terakhir di ganter (pujon, Malang). Ia kemudian  naik tahta
sebagai raja Singasari dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama
Anusapati hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri
yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra bernama
Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh Anusapati. Hal ini dilakukan
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati
mengantikan berkuasa di Singasari. Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai
akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga sebagai balas dendam atas kematian
ayahnya.
Tohjaya naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian
terbunuh oleh Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik
tahta dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana
mengangkat putranya Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Raja Muda.
Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di Mandragiri.
Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan
Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita menyatukan
Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke
Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan

48
menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari. Ekspedisi
ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena
itu pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi
menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari.
Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya. Perlakukan
tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan
Singasari disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut
Cina Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya Jayakatwang
penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan Kediri berhasil
menduduki istana dan membunuh Kertanegara.

9. Kerajaan Majapahit

Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya


menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan
Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya
menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden
Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak di dekat
Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan hutan Tarik
dibuka dan diberi nama Majapahit.
Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk
menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah
meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini
dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar hendak kembali
kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar, Setelah berhasil
mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan
gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Raden Wijaya atau Kertajasa  meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya
putra yang dapat menggantikannya adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja

49
Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia
juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati. Akibatnya masa
pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada
tahun 1319. Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara
harus melarikan diri ke desa Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari
dipimpin oleh Gajah Mada. Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah
Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun
1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib istana, Tanca. Tanca kemudian
dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak meninggalkan keturunan.
Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak
memerintah semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah
menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh
putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi
Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari perkawinan ini
lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta.
Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Karena
jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit. Pada saat
pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal.
Sehingga Tribhuwana turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama
Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam
Wuruk dengan Gajah Mada sebagai Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak
kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah Mada berhasil menguasai
seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban (Birma), Ligor,
Annom, Campa dan Kamboja.
Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya,
Madakaripura, di lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal,
Hayam Wuruk menemui kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya
diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah empat orang menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah
Berbek, Kediri.  Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama
Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya,
Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki
dari selir yang  bernama Bhre Wirabhumi yang telah mendapatkan wilayah
keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401 hubungan
Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang
dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di

50
dibunuh. Tentu saja perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit.
Sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.

10. Kerajaan Tulang Bawang

Sebelum Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar, diduga di wilayah


ujung Pulau Sumatra bagian selatan (Provinsi Lampung)telah berdiri kerajaan
yang bercorak hindu. Berita tentang kerajaan Tulang Bawang berasal dari abad
ke-5, yaitu dari kitab Liu-sung-Shu, sebuah kitab sejarah pada masa pemerintahan
Kaisar Liu Sung (420 – 479). Kitab ini menceritakan bahwa pada tahun 499 M
sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Nusantara bagian barat yangbernama
P’o-hung atau P’u-huang mengirimkan utusan dan upeti ke negeri Cina. Dalam
sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab T’ai-p’ing-huang-yu-chi yang ditulis
pada tahun 976 M – 983 M, disebutkan bahwa kerajaan yang bernama T’o-lang-
p’p-huang yang oleh G. Ferrand disarankan untuk diidentifikasikan dengan
Tulang Bawang yang terletak di daerah pantai tenggara Pulau Sumatra, di selatan
sungai Musi.

11. Kerajaan Kota Kapur

51
Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka,
pada tahun 1994, diperoleh suatu petunjuk tentang adanya kemungkinan berdiri
sebuah pusat pemerintahan sebelum kerajaan Sriwijaya berdiri. Pusat
pemerintahan ini menemukan temuan – temuan arkeologi berupa sisa – sisa
sebuah candi hindu (waisnawa)  terbuat dari batu bersama arca – arca dari batu
diantaranya 2 buah arca batu wisnu yang di buat sekitar abad 5 - 7 M. Dari
peninggalan arkeologi tersebut dapat disimpulkan bahwa kerajaan Kota Kapur
bercorak Hindu Waisnawa.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan
berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat
dari timbunan tanah, masing – masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200
meter dengan ketinggian sekitar 2-3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng
tersebut menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng
pertahanan tersebut telah di bangun sekitar perte ngahan abad ke- 6. Sebab
keruntuhan kerajaan Kota Kapur yaitu ekspansi kerajaan Sriwijaya ke Pulau
Bangka pada akhir abad ke-7. Sriwijaya menguasai Pulau Bangka ditandai dengan
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka 608 Saka (686
Masehi), yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh Kerajaan
Sriwijaya.

12. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali

Menurut berita dari Cina di sebelah timur kerajaan Kalingga ada daerah Po-li
atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Dalam sejarah kerajaan Bali,
nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit. Pada zaman
kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa perkembangan Dinasti
Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaannya.
Letak kerajaan Buleleng yang berada di sekitar pantai dengan mudah menjadikan
Buleleng sebagai pusat perdagangan laut. Perdagangan dengan daerah sebrang
berkembang pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak
Wungsu. Hal ini diceritakan pada prasasti yang di simpan di desa Sembiran yang

52
berangka tahun 1065 Masehi. Sistem perdagangannya menggunakan sistem barter,
ada yang sudah menggunakan uang yang dikenal dengan ma, su, dan piling

53
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira sejak abad ke-7. Kerajaan-Kerajaan
Islam yang berkembang di Indonesia antara lain: Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra
Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram,
Kerajaan Banten, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Goa-Tallo, Kerajaan Ternate dan
Tidore. Islam berkembang pesat di Indonesia dibuktikan dengan Agama Islam
merupakan agama yang mendominasi wilayah Indonesia. Selain itu sistem
pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia termasuk dalam sistem
pemerintahan monarki, karena para penguasa masih ada ikatan keturunan.
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa
pengaruh besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha
merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan
turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan Singhasari, Kerajaan
Majapahit, Kerajaan tulang Bawang, Kerajaan Kota Kapur, Kerajaan Buleleng, dan
Kerajaan Dinasti Warmadewa. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah
membawa pengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaaan di Indonesia. Namun
kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India
mengalami proses erajaan penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses
akulturasi kebudayaan.

B. SARAN
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi pengetahuan mengenai
kerajaan-kerajaan islam di indonesia. Namun kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih
mendalam dalam makalah ini

54
DAFTAR PUSTAKA

1. http://lpunrt.blogspot.com/2012/03/makalh-sejarah-kesultanan-banten.html#ixzz6HQ8SZqBG
2. http://lpunrt.blogspot.com/2012/03/makalh-sejarah-kesultanan-banten.html#ixzz6HQ9KjzzS
3. http://lpunrt.blogspot.com/2012/03/makalh-sejarah-kesultanan-banten.html#ixzz6HQ9pPbaz
4. https://blog.ruangguru.com/kerajaan-kerajaan-maritim-islam-di-nusantara
5. https://blog.ruangguru.com/sejarah-kerajaan-maritim-hindu-buddha-sriwijaya-mataram-
medang-kamulan

55

Anda mungkin juga menyukai