Anda di halaman 1dari 20

KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA

KALIMANTAN DAN INDONESIA TIMUR

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Adin Fadillah, M.E.Sy

Disusun oleh:

Achmad Il 22403151
Aqiella Ayu Firnanda 22403153
Ibnu Jarir 22403152

Kelas : MBS 1-D

PROGRAM STUDI MANAJEMAN BISNIS SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI TAHUN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami.
Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW.
Yang menjadi tauladan bagi umat manusia.

Kami ucakan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah sejarah peradaban
islam Adin Fadillah, M.E.Sy yang memberikan tugas ini sehingga kami bisa berlatih dan
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kelompok kami banyak mengalami
kesulitan disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama dan
kesungguhan kami dalam mengerjakan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan
baik.

Kami menyadari sebagai mahasiswa yang pengetahuannya tidak seberapa yang


masih perlu belajar dalam menuliskan makalah. Bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang positif. Agar tercipta
makalah yang lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.

Besar harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat dan muslahat bagi semua
orang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kediri, 24 Oktober 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH.....................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................3
1. kerajaan islam di sumatra................................................................................3
2. kerajaan islam di kalimantan...........................................................................7
3. kerajaan islam di indonesia timur..................................................................10
BAB III................................................................................................................................13
KESIMPULAN..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

1.

2.
3.

C. TUJUAN MASALAH

1.
2.
3.

1
BAB II

PEMBAHASAN

KERAJAAN DI SUMATRA

A. Kerajaan Islam Samudera Pasai


Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh dan merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kapan berdirinya Kesultanan
Samudera Pasai belum bisa dipastikan dengan tepat dan masih menjadi perdebatan para ahli
sejarah. Berdasarkan berita dari Ibnu Batutah, dikatakan bahwa pada tahun 1267 telah berdiri
kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini dibuktikan dengan adanya batu nisan
makam Sultan Malik Al Saleh (1297), Raja pertama Samudra Pasai. 1
Malik Al-Saleh, raja pertama kerajaan Samudera Pasai, merupakan pendiri kerajaan
tersebut. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan nama Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja
adalah Merah Sile atau Merah Selu. Ia masuk Islam setelah mendapatkan seruan dakwah dari
Syaikh Ismail beserta rombongan yang datang dari Mekkah. Pendapat bahwa Islam sudah
berkembang di sana sejak awal abad ke-13, didukung oleh berita China dan pendapat Ibn
Battutah yang mengunjungi Samudera Pasai pada pertengahan abad ke 14 M (tahun 746 H/1345
M). Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Zhahir tidak pernah bersikap
sombong. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu
Battutah.
Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul
ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan
keduniaan. Selain itu, Sultan Malikul Zhahir juga mengutus para ulama untuk berdakwah ke
berbagai wilayah Nusantara. Kehidupan masyarakat Samudera Pasai diwarnai oleh agama dan
kebudayaan Islam. Pemerintahannya berdasarkan ajaran Islam, rakyatnya sebagian besar
memeluk agama Islam. Selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai
salah satu kota dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Samudera Pasai menjadi pusat
perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Bukan hanya

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Hal. 31.

2
perdagangan ekspor impor yang maju. Faktor keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai meliputi dua
faktor yaitu faktor interen dan faktor eksteren. 2
Faktor interen kemunduran Kerajaan Samudera Pasai:
1. Tidak ada pengganti yang cakap dan terkenal setelah Sultan Malik At-Thahir
2. Terjadi perebutan kekuasaan.
Faktor Eksteren kemunduran Kerajaan Samudera Pasai:
1. Serangan dari Majapahit Tahun 1993
2. Berdirinya Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis
3. Serangan Portugis
B. Kerajaan Islam Aceh
Anas Machmud berpendapat, sebagaimana yang dikutip dalam buku Badri Yatim,
bahwa Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke15, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh
Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Pada awalnya,
wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh
ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil
memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk
menaklukkan Kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat
di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya
(Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial
Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat
pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke
dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, Kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh
Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di
sekitarnya.
Peletak dasar kebesaran Kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah. Pada masa
pemerintahannya, wilayah kekuasaan Aceh Darussalam semakin meluas sampai di Bengkulu di
pantai Barat, seluruh Pantai Timur Sumatera, dan Tanah Batak di pedalaman. Kegiatan
perdagangan berkembang dengan pesat, terutama dengan Gujarat, Arab, dan Turki. Puncak
kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637).
Di Aceh dibangun masjid Baiturrahman, rumah-rumah ibadah, dan lembaga-lembaga pengkajian

2 Darmawijaya, Kesultanan Islam. Bogor: Indoliterasi: 2010. Hal. 40.


Islam. Di sana tinggal ulama-ulama tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin,
Syaikh Nuruddin Ar-Raniri, dan Abdul Rauf As-Sinkili.3
Adapun beberapa faktor runtuhnya Kerajaan Aceh adalah sebagai berikut:
1. Usai Sultan Iskandar Muda wafat pada Desember 1636, para penggantinya kurang mampu
mempertahankan kebesaran kerajaan.
2. Kedudukan Aceh yang sempat dijadikan salah satu kerajaan terbesar Asia Tenggara mulai
melemah dan semakin mudah dipengaruhi.
3. Kesultanan Aceh Darussalam terus menjadi incaran asing, ketika bangsa barat mulai
menguasainya dengan perjanjian Traktat London dan Traktat Sumatera.
4. Sikap penguasa bangsa asing untuk mendapatkan Aceh menjadi lebih nyata, tepatnya pada 26
Maret 1873 saat Belanda menyatakan perang kepada Sultan Aceh.
5. Perang Sabi berlangsung selama 30 tahun itu membuat Kesultanan Aceh berakhir. Sultan
Aceh terakhir, Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa harus mengakui kedaulatan Belanda di
Aceh. Setelah kejadian ini, wilayah Aceh masuk secara administratif ke Hindia Timur Belanda
(Nederlandsch Oost-Indie) dan menjadi Hindia Belanda sebagai nenek moyang Indonesia.
C. Kerajaan Islam Palembang
Awal masuknya Islam di Palembang diawali dengan adanya proses yang sangat panjang di
karenakan sebelumnya Palembang merupakan wilayah yang mempunyai pemilik agama buddha
yang kuat dan kerajaan yang besar yaitu Sriwijaya sehingga para pedagang Arab yang tinggal di
Sriwijaya tentu dalam keyakinan yang berbeda dengan raja Sriwijaya. Raja Sriwijaya sangat
toleran dengan sebuah perbedaan keyakinan apa lagi agama Islam yang berasal dari Arab
tersebut sudah dikenalnya sebagai keyakinan monoteisme (menyembah satu Tuhan) dan
keyakinan tersebut bagi raja Sriwijaya memiliki kesamaan dengan keyakinan yang dianutnya
bahkan keyakinan monoteisme merupakan keyakinan yang sudah dianut oleh para penguasa
terdahulunya yaitu penguasa sebelum kerajaan Sriwijaya berdiri yaitu kerajaan Kan-toli.
Keberadaan dan masuknya agama Islam yang dibawa oleh pedagang di pusat Sriwijaya
sangat diterima dengan baik bahkan mendapat perlindungan langsung dari penguasa Sriwijaya.
Meskipun Islam sudah masuk di Palembang pada abad ke7 Masehi tetapi tidak dapat
berkembang dengan cepat proses islamisasi di Palembang karena agama penguasa di Palembang
adalah agama Buddha.

3 Darmawijaya, Kesultanan Islam. Bogor: Indoliterasi: 2010. Hal. 44.

4
Kesultanan Palembang Darussalam adalah salah satu kerajaan Islam di Indonesia yang
berada di Provinsi Sumatera Selatan. Berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam tidak
terlepas dari keberadaan Kerajaan Sriwijaya Setelah ditaklukan oleh Majapahit pada 1375 M.
Pemerintahan di Palembang diserahkan kepada seorang bupati yang ditunjuk langsung oleh
Majapahit. Namun, banyaknya permasalahan di internal Kerajaan Majapahit membuat perhatian
mereka terhadap wilayah-wilayah taklukannya tidak terlalu berjalan baik.
Bahkan wilayah Palembang sempat dikuasai oleh para pedagang dari Tiongkok. Hingga
akhirnya Majapahit kembali menguasai Palembang setelah mengutus seorang panglima bernama
Arya Damar. Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan, ketika merebut kembali Palembang,
Arya Damar dibantu oleh pangeran Kerajaan Pangruyung di Sumatera Barat bernama Demang
Lebar Daun.Arya Damar kemudian memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Arya
Abdillah. Kesultanan Demak.Setelah melihat ketidakstabilan kekuasaan di Majapahit, Arya
Abdillah kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa Palembang. Tetapi ia belum
memliki struktur pemerintahan yang baik untuk disebut sebagai sebuah kerajaan Hingga
akhirnya pada 1659, Palembang resmi menjadi kerajaan bercorak Islam dengan nama Kesultanan
Palembang Darussalam.4
D. Kerajaan Islam Jambi
Secara umum teori dan konsep tentang Islamisasi di Nusantara yang dikemukakan para
sejarawan Indonesia maupun luar Indonesia adalah pedagang Muslim. Didalam peristiwa
Islamisasi di Jambi, aspek hubungan luar negeri Jambi sama dangan Islamisasi di Nusantara
yaitu dangan perdagangan. Para pedagang yang dari Cina, India, dan Arab ke Nusantara pada
abad 13 M dengan jalur maritim. Menurut A.B Lapian jika yang melakukan perdagangan
menggunakan jalur pelayaran maritim, maka para pedagang menunggu angin muson untuk bisa
sampai ke pulau Sumatera dan melanjutkan perdangangan.
Islam bisa diterima oleh masyarakat Jambi adalah Proses asimilasi dari ajaran Mahayana ke
tasuwuf yang dilakaukan oleh kaum sufi di Jambi pada abad ke 13. Setelah menjalani proses
asimilasi, ajaran tasawuf dapat diterima oleh masyarakat Jambi yang sebelumnya menganut
ajaran Mahayana karena dalam praktiknya sama dan kedua ajaran ini bersifat mistik.
Menurut pendapat Elsbet Locher seorang peneliti dari Belanda mengatakan, islamisasi Jambi
dilakukan oleh orang berkebangsaan Turki pada abad ke-15 M. Bukti sejarah yang dikemukakan

4 Faisal Ardi, Buku Babon Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Yogyakarta: Brilant Book, 2008. Hal.22.
oleh Elsbet hanya berupa cerita rakyat yang berkembang hingga saat ini. Minimnya sumber
sejarah berupa benda-benda peninggalan sejarah Islam Jambi abad ke-15 membuat Elsbeth tidak
menulis banyak mengenai kerajaan Islam Jambi pada masa awal. Namun tidak bisa hanya
dikatakan sebuah cerita rakyat ketika mengkaji sejarah Islam di Jambi. Bukti yang dianggap
paling otentik mengenai adanya orang Turki yang melakukan islamisasi di Jambi adalah
ditemukannya makam Ahmad Barus atau yang lebih dikenal dengan Datuk Paduko Berhalo di
Pulau Berhala yang sekarang menjadi wilayah hukum Propinsi Kepulauan Riau.
Ahmad Barus mendapat gelar Datuk Paduko Berhalo karena beliau memusnahkan berhala-
berhala yang dipuja masyarakat Jambi yang ditempatkan di Pulau Berhala. Ada pendapat lain
mengenai nama dari Ahmad Barus, menurut M. O. Bafadhal dalam makalahnya sejarah masuk
dan berkembangnya Islam di Jambi, setelah Ahmad Barus menikah dengan Putri Selaras Pinang
Masak. (penguasa Jambi sebelumnya), namanya diganti dengan Ahmad Salim. Pernikahan antara
Ahmad Barus dengan Putri Selaras Pinang Masak dianugerahi tiga orang putera dan satu orang
puteri. Puterinya bernama Orang Kayo Gemuk, dan ketiga puteranya masing-masing menjadi
raja di Negeri Jambi, yaitu; Orang Kayo Pingai (1480-1490); Orang Kayo Pedataran (14901500);
dan Orang Kayo Hitam (1500-1515).
Islamisasi di Negeri Melayu Jambi semakin berkembang ketika kerajaan dipegang oleh
Orang Kayo Hitam sejak tahun 1500 M. Ketekunan Orang Kayo Hitam dalam melakukan
islamisasi diperlihatkan dengan diberlakukannya undang-undang pemerintahan Pucuk Undang
Nan Delapan. Selain itu, agama Islam telah menjadi identitas adat masyarakat melayu Jambi.
Seperti yang tertulis dalam pepatah adat melayu Jambi; “adat bersendi syarak, syarak
bersendikan kitabullah”. Dalam seloko adat melayu Jambi juga disebut “syarak mengato, adat
memakai”.5
Demikianlah peran Orang Kayo Hitam dalam islamisasi di Negeri Melayu Jambi, nama
besar beliau bahkan terkenal hingga pulau Jawa. Setelah berakhir pemerintahan Orang Kayo
Hitam pada tahun 1515 M. Setelah Belanda datang ke wilayah Jambi padatahun 1615,
pemerintahan kerajaan Jambi mengalami pergeseran-pergeseran. Kekuasaan negeri melayu
Jambi dipegang oleh Raja yang bergelar Sultan.
Sultan yang memegang kekuasaan Jambi adalah; Sultan Abdul Kahar (1615-1643); Sultan
Agung Abdul Jalil (1643-1665); Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Ingologo (1665-1690);
5 Hasan Basri, Pejuang Ulama dan Ulama Pejuang Negeri Melayu. Jambi: Pusat Kajian dan Pengembangan
kerajaan Sejarah dan Budaya, 2011. hal. 16.

6
sejak tahun 1690 kesultanan Jambi pecah menjadi dua bagian karena campur tangan Belanda.
Sultan Raja Kiai Gedeh (1690-1696) yang di angkat oleh Belanda; Sultan Sri Maharaja Batu
(1690-1721) yang melawan penjajah Belanda; Sultan Muhammad Syah (1696-1740) yang di
angkat oleh Belanda; Sultan Istera Ingologo (1740-1770) bersatunya kesultanan negeri melayu
Jambi; Sultan Ahmad Zainuddin (1770-1790); Sultan Mas’ud Badaruddin (1790-1812); Sultan
Muhammad Mahiddin (1812-1833); Sultan Muhammad Fachruddin (1833- 1841); Sultan
Abdurrahman Nazaruddin (1841-1855); dan Sultan Thaha Saifuddin (1855-1904).
Setelah Sultan Thaha Saifuddin wafat, maka terhapuslah kesultanan negeri melayu Jambi.
Daerah Jambi secara berturutturut menjadi onder afdeling, dari afdeling Palembang kemudian
menjadi karesidenan Jambi pada tahun 1906. Selanjutnya pada tahun 1957 karesidenan Jambi
ditetapkan sebagai Provinsi Jambi
E. Kerajaan Islam Siak Sri Indrapura
Kerajaan Siak merupakan kerajaan melayu Islam yang terletak di Kabupaten Siak, Provinsi
Riau. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak Islam pada abad ke 15. Pada awalnya,
kerajaan Siak merupakan kerajaan bawahan Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan
Mansyur Syah. Kerajaan Siak menghasilan padi, madu, lilin, rotan, bahan-bahan apotek, dan
banyak emas. Rajaraja yang pernah berkuasa di Kerajaan Siak Sri Indrapura antara lain sebagai
berikut:
1. Raja Abdullah (Sultan Khoja Ahmad Syah). Saat itu Kerajaan Siak masih berada di bawah
kekuasaan Malaka.Raja Abdullah adalah raja yang ditunjuk oleh Sultan Johor untuk memimpin
dan memerintah Kerajaan Siak.
2. Raja Hasan Putra Ali Jalla Abdul Jalil. Pada masa pemerintahannya, Belanda berhasil
menguasai Malaka.Dengan demikian, Kerajaan Siak terikat politik ekonomi perdagangan VOC.
mendirikan Kerajaan Siak yang berdaulat, bukan di bawah kekuasaan Malaka lagi. Ia meluaskan
daerah kekuasaannya sambil terus memerangi VOC.
3. Sultan Said Ali (1784-1811). Pada masa pemerintahannya, Ia berhasil mempersatukan
kembali wilayah-wilayah yang memisahkan diri. Pada tahun 1811, Ia mengundurkan diri dan
digantikan oleh anaknya, Tengku Ibrahim.
4. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864). Pada masa pemerintahannya,
Siak mengalami kemunduran dan semakin banyak dipengaruhi politik penjajahan Hindia
Belanda.
5. Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908). Pada masa
pemerintahannya, dibangunlah istana yang megah terletak di Kota Siak dan istana ini diberi
nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Pada masa pemerintahan
Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Setelah wafat,
beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia, yaitu Sultan
Syarif Kasim II.
6. Syarif Kasim Tsani atau Sultan Syarif Kasim II (1915-1945). Bersamaan dengan
diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah
putih di Istana Siak dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia.
7. Kerajaan Siak Sri Indrapura sangat kaya dengan hasil alam yang melimpah. Sayangnya pada
awal mula munculnya, kerajaan ini dikuasai oleh Kerajaan Malaka. Daerah ini diawasi oleh
Syahbandar yang ditunjuk oleh Raja Johor untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.
Pada tahun 1641, Belanda berhasil menguasai Malaka. Dengan demikian, Kerajaan Siak.
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1748. Raja Kecik adalah anak dari Sultan Kerajaan
Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II dengan Encik Pong. Beliaulah yang terikat politik
ekonomi perdagangan VOC. Namun pada masa pemerintahan Raja Kecik, rakyat Siak hidup
makmur karena tidak harus menyerahkan hasil alamnya kepada Malaka maupun VOC. Bahkan
pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang
ekonomi. Sultan Syarif Hasyim mulai menjalin hubungan dengan luar negri.
Istana Siak Sri Inderapura yang dibangun pada tahun 1889, masih tegak berdiri sebagai
simbol kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin Melayu dan Tari Olang-olang yang pernah
mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan pada setiap perayaan di
Kesultanan Siak Sri Inderapura. Begitu juga nama Siak masih melekat merujuk kepada nama
sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang bermuara pada kawasan timur
pulau Sumatera.6
KERAJAAN DI KALIMANTAN
A. Kerajaan Islam Banjar
1. Latar belakang Kerajaan Islam Banjar
Agama Islam adalah agama resmi kerajaan Banjar, karena sejak berdirinya, kerajaan Banjar
menjadikan Islam sebagai agama resmi. A Ghazali Usman dalam sebuah seminar menyatakan
6 Ellya Yansel, Islamisasi di Riau dan Kajian Sejarah dan budaya Tentang Masuk dan Berkembangnya Islam,
(Riau: Jurnal Kependidikan Islam, 2016) hal. 133-163.

8
bahwa masyarakat Banjar itu terbentuk bersamaan dengan berdirinya kerajaan Islam di
Bandjarmasih (sekarang Banjarmasin) pada tahun 1526.
Menurut H. Gt. Abdul Muis, Agama Islam masuk ke daerah Kalimantan Selatan sekitar
permulaan abad ke 16 M. dibawa oleh para pedagang dan mubaligh lewat pantai utara Jawa
Timur. Islam sebenarnya sudah mulai dianut oleh sebagian masyarakat sebelum berdirinya
Kerajaan Banjar, akan tetapi setelah kerajaan Banjar berdiri, maka seluruh masyarakatnya
memeluk Islam, karena Islam dijadikan agama resmi kerajaan, dan perkembangan agama Islam
pun berkembang pesat sekali. Akan tetapi perkembangan masuknya Islam tersebut tidak
diimbangi dengan perkembangan pengetahuan keislaman masyarakatnya, sampai kembalinya
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710- 1812) dari Mekkah setelah belajar di sana selama
30 tahun.
Berkembangnya Islam semenjak awal berdirinya kerajaan justru didukung oleh Sultan
Suriansyah sebagai sultan pertama kerajaan Banjar. Ahmad Bardjie menggambarkan bahwa
begitu Pengeran Samudra atau Sultan Suriansyah (1520- 1546) sekeluarga masuk Islam,
Kesultanan Banjar langsung berperan aktif sebagai pendukung dakwah Islamiyah. Ahmad
Bardjie menguraikan bahwa semenjak Sultan Suriansyah, beberapa poin dakwah Islamiyah
dilakukan antara lain mendorong agar ada kader ulama mengingat ulama pada waktu itu masih
sedikit. Sultan Tamjidillah I mengirim Muhammad Arsyad Al-Banjari untuk belajar ke Mekkah
yang sepulangnya menjadi ulama dan berdakwah yang dipusatkan di kampung Dalam Pagar
Martapura. Ke sinilah para penuntut ilmu berdatangan, selain dari Martapura juga berdatangan
dari Banjarmasin, Nagara dan dari Hulu Sungai.
Di lain pihak para Sultan juga memfasilitasi tempat pengajian para ulama, juga mendorong
ulama agar aktif membimbing umat secara tertulis, maka ulama seperti Syekh Muhammad
Arsyad didorong menulis buku/kitab sebagai pegangan umat. Syech Arsyad merupakan salah
seorang tokoh sentral pembaharuan di Nusantara khususnya wilayah kesultanan Banjar
mengusung faham neosufisme yang berarti harmonisasi antara ajaran syariat dan tasawuf
(fikihsufistik/tasawuf-syar’i).
Kemampuan menulis Syekh Arsyad luar biasa, bahkan belum ada ulama belakangan yang
sebanding dengan beliau. Menurut Asywadi Syukur dan Abu Daudi, ada 12 kitab karangan
Syekh Arsyad, dan menurut Moh. Shaghir Abdullah ada 15 buah 7.Upaya pembaharuan yang

7 Fathullah Munadi, Kajian Al-Quran di nusantara. Banjarmasin: Syekh Muhammad Arsyad, 2010. hal. 51.
dilakukan Syekh Arsyad membuat jumlah masyarakat muslim Banjar yang semula minoritas dan
dianut oleh kalangan sekitar keraton, kini menjadi masyarakat muslim mayoritas yang loyal
dengan Islam.
Bukti sejarah menjelaskan bahwa kerajaan Islam Banjar tidak bisa dipisahkan dengan
bangkitnya budaya spiritual karena sejak berdirinya, Islam resmi menjadi agama kerajaan yang
diikuti dan dianut oleh seluruh lapisan masyarakat sekaligus menjadi identitas mereka, sehingga
suku Banjar identik dengan Islam. Sejak itu pula masyarakat meninggalkan kepercayaan
sebelumnya yakni animisme maupun Hindu. semenjak itu pula muncul istilah kesultanan Banjar.
Sejak berdirinya kesultanan Islam Banjar itu, sebenarnya budaya yang dikembangkan oleh
kesultanan lebih menekankan pada budaya spiritual (Islam), meskipun tidak meninggalkan
budaya material karena Islam adalah agama seimbang tetapi budaya spiritual tetap sebagai
fondasinya.
Budaya spiritual merasuk dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Banjar, sebagai
contoh, bahwa rumah panggung dibangun oleh urang bahari menggunakan konsep-konsep
budaya Banjar yang religius dan sarat makna serta filosofi.
2. Masa kejayaan Kerajaan Islam Banjar
Kerajaan Islam banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17 denga komoditas lada
sebagai barang dagangan. Wilayah Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin.
Sebelumnya, Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak. Tetapi saat
Kesultanan Demak diteruskan Kesultanan Pajang, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirimkan
upeti ke Jawa. Di samping menghadapi rencana serbuan-sebuan dari Mataram, Kesultanan
Banjarmasin juga harus menghadapi Belanda. Pada 1637, Banjarmasin dan Mataram
mengadakan perdamaian setelah hubungan yang tegang selama bertahun-tahun. Perang Makassar
1660-1669 menyebabkan banyak pedagang pindah dari Somba Opu, pelabuhan Gowa ke
Banjarmasin.
Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar disebut doit. Kesultanan Banjar merupakan
kerajaan terkuat di pulau Kalimantan.
3. Faktor kemunduran Kerajaan Islam banjar
Kerajaaan Islam banjar mengalami kemunduran karena intervensi pemerintah kolonial
Belanda. Wilayah kesultanan Banjar yang kaya akan batu bara menjadi incaran pemerintah
kolonial apalagi batu bara menjadi komoditas strategis di masa revolusi industri.

10
Pemerintah kolonial Belanda banyak menyelesaikan sengketa-sengketa di Kesultanan Banjar
dengan jasa tersebut pemeintah kolonial semakin mengatur internal Kesultanan Banjar. Kondisi
ini memuncak ketika Pangeran Hidayatullah II dicurigai oleh Belanda sehingga tidak menjadi
sultan, Antasari membela sang pangeran. Pangeran Hidayatullah II yang usianya jauh lebih muda
dianggap Antasari layak dan sah menjadi sultan. Belanda lebih suka mengangkat Pangeran
Tamjidillah II karena memberikan konsesi batu bara yang lebh besar.
Pada 18 April 1859, Pangeran Antasari memimpin penyerangan benteng dan tambang batu
bara Belanda di Pengaron dan pecahlah perang Banjar. Pasca Perang Banjar berakhir, pemerintah
kolonial Belanda menghapus penuh kedaulatan Kesultanan Banjar.
KERAJAAN DI INDONESIA TIMUR
B. Kejaraan Islam Makassar
1. Latar belakang Kerajaan Islam Makassar
Kerajaan Makassar semakin kuat khususnya sejak tahun 1605, saat agama Islam diterima
di kerajaan ini. Masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639) dengan Mangkubumi (perdana
Menteri) Karaeng Matoaya (1593-1610) menjadi puncak kejayaan Makassar. Penaklukan dengan
dalih “perang Islam” dan kemampuan diplomasi Karaeng Matoaya mampu menundukkan
seluruh wilayah Sulawesi Selatan, dan memperluas wilayah kekuasaan hingga pantai timur
Borneo, Sunda Kecil, Buton, Sumbawa, Lombok, dan Kepulauan Aru-Kei. Kerajaan Gowa dan
Tallo lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal
adalah Sultan Hasanuddin (1653 – 1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar
sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan
Lombok. Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito
di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari
Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya.
Makassar menjadi pasar utama di Asia Tenggara untuk rempah-rempah Maluku. Makassar
juga menjadi pembela terdepan kebijakan pintu terbuka dan perdagangan bebas yang ingin
dihancurkan VOC. Selama periode ini, Kota Makassar tumbuh sangat pesat dari segi ukuran dan
kecanggihan.
Armada kapal Kerajaan Makassar berkembang sampai dimana dapat mengirim ekspedisi
lebih dari seribu kapal, sehingga pengaruh politiknya pun ikut melambung. Hingga tahun 1590,
struktur organisasi kerajaan Makassar yang lengkap sudah rampung dengan birokrasi yang
terspesialisasi secara fungsional.
2. Faktor kemunduran kerajaan Islam Makassar
Perjanjian Bongaya berisi tentang pembagian wilayah kekuasaan antara Kerajaan Gowa Tallo
dan VOC. Belanda memaksa kesultanan Makassar untuk menandatangani perjanjian tersebut,
perjanjian ini ditandatangani Sultan Hasanuddin pada 18 November 1667 yang isinya antara lain:
a. Pihak Belanda memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Makassar.
b. Belanda berhak mendirikan benteng di Pusat Kesultanan Makassar.
c. Kesultanan Makassar harus melepas beberapa wilayah kekuasaannya, seperti Bone.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone. Akibat dari perjanjian tersebut, Kesulatanan Makassar
berangsur-angsur mengalami kemunduran.
C. Kerajaan Islam Ternate
1. Latar belakang kerajaan Islam Ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4
kerajaan Islam di Kepulauan Maluku. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257 M.
Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di
kawasan Timur Nusantara antara abad ke-1 hingga abad ke-17. Karena Ternate merupakan salah
satu Kerajaan yang terkenal kaya akan rempah-rempah.
Kesultanan Islam terbentuk di Ternate pada tahun 1486, Ternate semakin maju dan
menerima Islam sebagai alat politik kerajaan. Ketika itu Ternate mulai mendapat nama gelar
Sultan yakni Sultan Zainal Abidin. Setelah diangkat menjadi raja Ternate, nama gelar kolano
diganti menjadi Sultan.8
Kerajaan Ternate mengalami masa kejayaan pada tahun (1570-1583 M) yang di pimpin oleh
sultan Baabullah. Kerajaan mengalami perkembangan di pelayaran dan perdagangan karena
banyaknya rempah-rempah yang dimiliki alam Ternate. Keberadaan Portugis mengancam
kestabilan hidup kerajaan sehingga muncul banyak perlawanan kepada Portugis. Hal ini karena
Portugis berusaha untuk melakukan monopoli perdagangan di Ternate.
Selain mengganggu perdagangang, Portugis juga membangun Benteng Sao Paulo di
Ternate. Hal ini menyebabkan keamanan Ternate terancam. Seiring berjalannya waktu, Portugis
akhirnya dapat dikalahkan dalam perang dan meninggalkan Ternate pada tahun 1577.

8 Sigi lama dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, 2013 (Desember ) hal. 192.

12
2. Faktor kemunduran kerajaan Islam Ternate
a. Melemahnya kesultanan ternate Kesultanan Ternate mulai melemah sepeninggal Sultan
Baabullah (1570- 1583).
b. Perseteruan dengan kesultanan tidore Pada awalnya kerajaan ini memiliki hubungan baik
karena datangnya bangsa asing menghancurkan semuanya, karena bangsa asing seperti portugis
dan spanyol ingin memonopoli perdagangan dengan mengadu domba dua kerajaan tersebut.
c. Pendudukan belanda Hal ini bermula dari kerajaan ternate yang kewalahan menghadapi
portugis dan spanyol sehingga meminta bantuan kepada belanda meskipun dengan kompensasi
yang amat besar. Berkat bantuan Belanda, Portugis dan Spanyol dapat dipukul mundur. Tanggal
26 Juni 1607, Mudaffar Syah I (1607-1627) sebagai Sultan Ternate yang baru, harus
menandatangani kontrak dengan VOC sebagai imbalan atas bantuan yang diberikan untuk
melawan Portugis dan Spanyol..
D. Kerajaan Islam Tidore
1. Latar belakang Kerajaan Islam Tidore
Kerajaan Tidore termasuk salah satu kerajaan bercorak Islam terbesar yang terletak di
Maluku. Menurut tradisi sejarah, kerajaan ini memiliki akar yang sama dengan Kerajaan Ternate.
Pasalnya, Syahjati atau Muhammad Naqil, yang mendirikan Kerajaan Tidore adalah saudara
Mashur Malamo, pendiri Kerajaan Ternate.
Ketika didirikan pada abad ke-11, kerajaan ini belum bercorak Islam. Agama Islam baru
masuk dan berkembang pada akhir abad ke-15. Kerajaan Tidore kemudian mencapai masa
keemasan pada sekitar abad ke-18, pada periode kekuasaan Sultan Nuku. Dengan masuknya
Islam ke Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat baik di bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budayanya pun ikut terpengaruh.
2. Masa kejayaan Kejaraan Islam Tidore
Salah satu Raja Tidore yang terkenal dan berhasil membawa kerajaan menuju puncak
kejayaan adalah Sultan Nuku (1797-1805 M). Pada periode ini, wilayah kekuasaannya telah
berkembang ke sebagian besar Pulau Halmahera, Pulau Buru, Pulau Seram, dan kawasan Papua
bagian barat.
Kehidupan politik Kerajaan Tidore dapat dianggap mapan dengan struktur pemerintahan
yang telah teratur. Selain itu, Sultan Nuku dikenal paling gigih dan sukses melawan Belanda.
Selama bertahun-tahun, ia berusaha mengusir para penjajah dari seluruh Kepulauan Maluku
3. Faktor kemunduran Kerajaan Islam Tidore
Setelah Sultan Nuku wafat pada 1805, Belanda kembali mengincar Tidore karena
kekayaannya. Keadaan tersebut didukung dengan kondisi di Kerajaan Tidore yang terus
mengalami konflik internal.
Pada akhirnya, Kerajaan Tidore jatuh ke tangan Belanda dan kemudian bergabung dengan
NKRI ketika Indonesia merdeka. Peninggalan kerajaan Tidore :
a. Istana Kerajaan Tidore (Kadato Kie).
b. Masjid Sultan Tidore.
c. Benteng Torre Dan Tahula.

E. Kerajaan Islam Bima


1. Latar belakang Kerajaan Islam Bima
Kerajaan Bima adalah salah satu kerajaan di nusantara yang pernah mengalami masa-masa
hindu dan akhirnya menjadi kerajaan islam. Kerajaan yang terletak di Bima, Nusa Tenggara
Barat. Pada zaman prasejarah daerah Bima telah dihuni oleh manusia atau masyarakat yang
sudah memiliki kebudayaan tinggi.
Daerah Bima Tengah dipimpin oleh Ncuhi Dara, Bima Timur oleh Ncuhi Dorowani, Bima
Utara oleh Ncuhi Banggapupa, Bima Selatan oleh Ncuhi Parewa dan daerah Bima Barat oleh
Ncuhi Bolo. Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan secara damai, apabila ada persoalan yang
menyangkut kepentingan bersama mereka berkumpul untuk musyawarah. Ahmad Amin
menyebutkan bahwa datang seorang dari Jawa dan kelima Ncuhi sepakat untuk mengangkat
orang tersebut menjadi raja Bima dengan gelar Sangaji. Walaupun sang bima adalah pendiri
kerajaan bima namun yang menjadi raja pertama adalah anaknya bernama Indra Zamrut.
Berdirinya kerajaan bima masih belum ada kepastian kapan waktunya.
Pada perkembangannya, system kerajaan hanya berlaku pada raja ke-27 yaitu setelah
masuk islam nya raja La Ka’i. islamisasi bima tidak terlepas dari peran gowa, ketika gowa
berusaha meluaskan sayapnya ke Pulau Sumbawa, islamisasi di lakukan di daerah ini, Raja La
Ka’i masuk islam pada 7 Februari 1621 M, kemudian ia berganti nama menjadi Sultan Abdul
Kahir, Setelah itu, sekitar 19 tahun kemudian (tahun 1640 M) sistem kerajaan resmi diganti
menjadi kesultanan dan Abdul Kahir dinobatkan sebagai sultan pertama di Kesultanan Bima.
Berikut ini daftar raja-raja Kerajaan Bima setelah berubah menjadi kesultanan Islam.

14
a. Abdul Kahir I atau Ruma-ta Ma Bata Wadu (1620-1640 M).
b. I Ambela Abdul Kahir Sirajuddin atau Mantau Uma Jati (1640-1682 M).
c. Nuruddin Abu Bakar All Syah atau Mawa’a Paju (1682-1687 M).
d. Jamaluddin Ali Syah atau Mawa’a Romo (1687-1696 M).
e. Hasanuddin Muhammad Syah atau Mabata Bo’u (1696-1731 M).
f. Alauddin Muhammad Syah atau Manuru Daha (1731-1748 M).
g. Kamalat Syah atau Rante Patola Sitti Rabi’ah (1748-1751 M).
h. Abdul Kadim Muhammad Syah atau Mawa’a Taho (1751-1773 M).
i. Abdul Hamid Muhammad Syah atau Mantau Asi Saninu (1773-1817 M).
j. Ismail Muhammad Syah atau Mantau Dana Sigi (1817-1854 M).
k. Abdullah atau Mawa’a Adil (1854-1868 M).
l. Abdul Aziz atau Mawa’a Sampela (1868-1881 M).
m. Ibrahim atau Ma Tahi Parange (1881-1915 M).
n. Muhammad Salahuddin (1915-1951 M.
2. Pencapaian Kerajaan Islam Bima
Kejayaan Kerajaan atau Kesultanan Bima terjadi pada masa pemerintahan sultan terakhir,
yaitu Sultan Muhammad Salahuddin. Aspek Pendidikan Usaha awal yang dilakukan oleh Sultan
Muhammad Salahuddin pada masa kepemimpinannya adalah memberikan ilmu pengetahuan
kepada rakyat Bima terutama untuk kaum pemuda, agar menjadi orang yang berguna bagi
Bangsa dan Negara untuk
kedepannya. Contohnya tanpa ilmu pengetahuan yang dimiliki bangsa Indonesia maka akan
mudah Bangsa lain untuk menguasai Bangsa Indonesia, karena berdasarkan pengalaman sejarah
yang terjadi sebelumnya salah satu kelemahan Bangsa Indonesia, sehingga dijajah oleh bangsa
lain. Tujuan utama sultan mendirikan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan
masyarakat Bima sebagai masyarakat modern, tidak hanya itu saja dengan berdirinya sekolah
tersebut akan membuka pemikiran masyarakat bagaimana pentingnya sebuah pendidikan untuk
masa sekarang maupun yang akan datang.9
3. Faktor kemunduran Kerajaan Islam Bima
Kesultanan Bima berakhir ketika Indonesia berhasil meraih Kemerdekaan pada tahun 1945.
Saat itu, Sultan Muhammad Salahuddin, raja terakhir Bima, lebih memilih untuk bergabung
9 Reni Saputri, Kesultanan Bima Di Bawah Pemerintahan Sultan Muhammad Salahudin, Avatara, e-jounal
Pendidikan Sejarah, Volume 4, No. 3, 2016 (Oktober ) hal. 635.
dengan Negara Kesatuan Indonesia. Siti Maryam, salah seorang Putri Sultan, menyerahkan
Bangunan Kerajaan kepada pemerintahan dan kini di jadikan Museum. Di antara peninggalan
yang masih bisa di lihat adalah Mahkota, Pedang dan Funitur.

Ardi Faisal, Buku Babon Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Yogyakarta: Brilant Book, 2008.

Basri Hasan , Pejuang Ulama dan Ulama Pejuang Negeri Melayu. Jambi: Pusat Kajian dan Pengembangan kerajaan
Sejarah dan Budaya, 2011.

Darmawijaya, Kesultanan Islam. Bogor: Indoliterasi: 2010.


Munadi Fathullah, Kajian Al-Quran di nusantara. Banjarmasin: Syekh Muhammad Arsyad, 2010.

Sigi lama dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, 2013 (Desember)

Saputri Reni, Kesultanan Bima Di Bawah Pemerintahan Sultan Muhammad Salahudin, Avatara, e-jounal
Pendidikan Sejarah, Volume 4, No. 3, 2016 (Oktober )

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Yansel Ellya, Islamisasi di Riau dan Kajian Sejarah dan budaya Tentang Masuk dan Berkembangnya Islam, (Riau:
Jurnal Kependidikan Islam, 2016).

16

Anda mungkin juga menyukai