Anda di halaman 1dari 15

DINASTI-DINASTI KECIL DI BARAT BAGHDAD

Makalah ini dijadikan untuk memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Muzaiyana, M.Fil.l

Disusun Oleh:

Ahmad Hasanain Haikal (03020221031)

Wulan Nur Safitri (03010221024)

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang
diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dinasti-dinasti kecil di
barat Bagdad dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam 2. Sholawat serta salam semoga terlimpah kepada baginda
kita, Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurnadan masih begitu banyak kekurangan disebabkan oleh kedangkalan dalam
memahami teori dan keterbatasan wawasan kami. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran yang sifatnya membangun bagi pembaca dan masyarakat umum. Akhir kata, semoga
ilmu yang kita dapat tidak membuat kitasemakin jauh dari Sang Pencipta, tetapi justru
semakin dekat kepada-Nya. Kami berharap kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.

Surabaya, 28 Maret 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

1. Latar Belakang............................................................................................................
2. Rumusan Masalah......................................................................................................
3. Tujuan Masalah..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................

1. Dinasti Thuluniyah....................................................................................................
2. Dinasti Iksidiyah........................................................................................................
3. Dinasti Hamdaniyah..................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

1. Kesimpulan..............................................................................................................
2. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Islam memiliki banyak Sejarah Peradaban yang salah satunya adalah Dinasti kecil
yang berada di barat Kota Bagdad. Dalam dinasti kecil tersebut terdapat tiga dinasti, yaitu
Dinasti Thuun, Dinasti Iksdiyah, Dinasti Hamdaniyah. Ketiganya memiliki konstribusi yang
tidak kecil dalam perjalanan sejarah peradaban umat Iinta emas bagi islam di dunia ini.
Bahkan dalam kurun waktu tertentu, dinasti-dinasti tersebut telah menorehkan tinta emas
dalam peradaban umat Islam, dan hingga kini para sejarawan masih menaruh perhatian yang
besar dan mencatatnya dengan jelas.

2. Rumusan Masalah

I. Apa faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran dari tiga dinasti tersebut?
II. Dimana letak dari tiga dinasti ?
III. Kapan berdiri dan runtuhnya ketiga dinasti tersebut?

3. Tujuan Penulisan

Menggetahui letak dinasti tersebut, kapan berdiri dan runtuhnya ketiga dinasti tersebut,
dan faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran ketiga dinasti tersebut.
BAB II

1 . Dinasti Thuluniyah (869-906 M/254-292 H)

Ahmad bin Thulun adalah pendiri dinasti ini. Menurut sumber ayahnya adalah
seorang budak yang berasal dari Farghanah, Turki, yang pada tahun 817 penguasa Samaniyah
di Bukhara mempersembahkannya kepada Khalifah Al-Makmun sebagai hadiah.1 Pada saat
itu, Mesir termasuk wilayah Dinasti Abasiyah yang sudah dikendalikan oleh bangsa Turki
yang melebarkan sayapnya dan memegang kekuasaan tertinggi, pada masa Khalifh Al-
Watsiq. Dan memerintahkan Ahmad bin Thulun untuk mengawasi wilayah Mesir, mengingat
Ahmad adalah pemuda yang cakap, berpendidikan, pandai dalam membaca Al-Qur’an, dan
bersuara indah, santun, berwibawa dan terampil dalam memimpin.

Setelah itu,Ahmad memimpin pasukan tentara ke Mesir untuk menghadapi gubernur


Mesir pada tahun 868. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ahmad, momen ini dijadikan
untk memerdekakan dirinya. Setelah Ahmad mampu menguasai Mesir dengan leluasa dan
mencopot pejabat yang di tunjuk oleh Khalifah Abbasiyah, ahmad segera mengumumkan
bahwa Mesir berada dibawah kekuasaannya, dan dia pula lah yang menguasai jabatan sipil,
militer dan bidang financial lainnya. Sebagai langkah pertama, pertahanan internal
pemerintah yang baru dipimpinnya, Ahmad melakukan konsolidasi secara ketat melalui
upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan perdamaian di daserah tepi sungai Nil serta
melakukan penumpasan pada pemberontak.2

Pemerintahan Baghdad mengirimkan pasukan untuk mneumpas Ahmad bin Thulun.


Tapi, tidak berhasil karena kedudukan Ahmad telah kuat ditambah dengan simpati dari rakyat
Mesir. Sebab selama ini mereka membayar pajak amat tinggi tapi, tidak ada konstribusi yang
berarti pada masyarakat Mesir sendiri. Setelah kedudukannya bertambah kuat Ahmad bin
Thulun memproklamirkan berdirinya Dinasti Thulunniyah. Kemunculan dinasti baru ini
merupakan salah satu dinasti yang muncul dan berkuasa di Mesir dan Syuriah, yang
independen dari kekuasaan dinasti Abbasiyah, yakni pada abad ke-9 M/ 3 H, yakni dari 254
H sampai 292 H.

1
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Terj. C. L. Yasin & D. S. Riyadi, (Jakarta: Serambi, 2002), h. 573.

2
Dar Al-Ilm, Atlas sejarah Islam, (Jakarta: Kaysa Media, 2011), 109.
Sejak 263 H. Dinasti Thuluniyyah tercatat sebgai dinasti yang melepaskan diri dari
Bani Abbas, dan dengan demikian Mesir setelah 9 abad lamanya resmi menjadi negara yang
merdeka. Sejarah mencatat bahwa Mesir sebelumnya adalah bagian dari Imperium Romawi
( 30 SM-642/21 H), Khilafah Khulafaur Rasyidin ( 642M/21 H- 665/4 H), Khilafah Bani
Umayyah (665/40 H-750/123 H), sampai pada Dinasti Thuluniyyah melepaskan diri dari
Khalifah Bani Abbasiyah. Ahmad bin Thulun lahir pada tanggal 23 Ramadhan 220 H, abad
ke-3 Hijriah. Sebagimana yang dijelaskna diatas bahwa Ahmad keturunan yang
berkebangsaan Turki dan tercatat memiliki darah Mongol. Thulun tercatat pertama kali ke
Baghdad pada tahun 816 M. Kemmapuan militer yang menonjol membuat Ahmad terpilih
menjadi pengawal Khalifah. Meski masuk dalam jajaran militer, Thulun tidak pernah dicatat
dalam keterlibatannya di peristiwa revolusi yang dilakukan budak bekerbangsaan Turki pasca
meninggalnya al-Mu’tashim tahun 842 M.3

Boleh dikataan, bahwa Ahmad tumbuh besar dalam tradisi Turki dan didikan militer.
Selain katif dalam dunia militer, ahmad juga menaruh keinginan dalam belajar agama.
Tercatat dia mempelajari fiqih madzhab Hanafiyyah, hadits dan ilmu lainnya. Meskipun telah
menikah, hal tersebut tidak menyurutkan tekad belajar Thulun. Berkat bantuan salah satu
menteri, dia memutusakan pindah dari Samarra ke Tharsus untuk menimba ilmu fikih, tafsir
dan lainnya.

Masa awalnya sebagai gubernur ditandai dengan adanya konflik dengan Ahmad ibn
al-Muddabir, pengumpul pajak resmi dinasti Abbasiyah. Ibn al-Muddabir enggan melaporkan
hasil pajak pada Thulun. Melainkan lebih suka melapor langsung pada Khalifah di Baghdad.
Karisma Thulun terlihat langsung berkat keberhasilannya ‘menundukan’ Ibn al-Muddabir.
Bahkan selepas mertuanya memiliki kedudukan di Bagdad, Ahmad bin Thulun memiliki
kekuasaan yang lebih besar. Thulun tidak hanya mengontol Kairo semata, melainkan
memiliki kewenangan mengontrol kawasan Alexandria dan sekitarnya.

Bahkan dia diberi kekuasaan untuk mempersiapkan 100.000 prajurit. Pamornya kian
meninggi setelah berhasil mememnangi konfrontasi dengan Gubernur Syam. Perlahan, dia
tak lagi menyebut dirinya sebagai gubernur. Namun menyebut dirinya sebagai pemegang
kebijakan indenpenden yang tak lagi memiliki kaitan dengan hierarkis terhadap Abbasiyah.
Dia mulai memasang wajahnya di mata uang, mengangkat menteri, kepolisian bea dan cukai,
istana, perdagangan, dan dinas intelijen. Atas keberaniannya, Thulun tercatat sebagai pendiri
sebagai pendiri dinasti islam pertama di Kairo-Mesir. Pada tahun 884 M, Ahmad bin Thulun
3
Harun Nasution, Enksiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1992), h. 951
meninggal dan mewariskan jabatannya pada putranya yaitu Khumarawaih. Sayangnya gaya
kepemimpinan Ahmad bin Thulun yang kharismatik tidak ditemukan pada diri putranya. dan
hal tersebut mengakibatkan dinasti Abbasiyah berhasil menjadikan kembali kawasan dinasti
Thuluniyah menjadi kekuasaanya. Hal tersebut terjadi di tahun 904-905 M.

A. Kemajuan Dinasti Thuluniyah

Dinasti ini walau sebentar berkuasa, yakni 37 tahun, tapi memiliki prestasi yang patut
dicatat dalam sejarah. Yaitu :

1. Berhasil membawa Mesir pada kemajuan, sehingga membuat Mesir menjadi pusat
kebudayaan islam yang ramai dikunjungi para ilmuwandari pelosok dunia islam.
2. Dalam bidang arsitektur, telah meninggalkan bangunan Masjid Ahmad ibnu Thulun
yang bercorak Iraq, menaranya merupakan tertua di Mesir. Bangunan lain adalah
isatana Khumawaraih dengan memakai balairung dan dinding emas. Istana ini berada
di tengah-tengah kebun yang penuh dengan tumbuhan harum dan dilengkapi dengan
kebun binatang.
3. Dalam bidang kesehatan, pada masa dinasti ini telah dibangun rumah sakit yang
sangat megah yang menghabiskan dana sebanyak 60.000 dinar
4. Dalam bidang pertanian, perbaikan air di pulau Raudah (dekat Kairo) yang pertama
kali dibangun pada tahun 716 M, dengan berfungsinya kembali alat ini, irirgasi di
Mesir menjadi lancar dan sangat membantu meningkatkan hasil pertanian.
5. Kemajuan dibidang militer yang utama pasukan perang dan angkatan laut. Dengan
pasukan yang berkekuatan 100.000 orang dan kapal perang yang berjumlah 100 buah.

B. Era Kemunduran Dinasti Thuluniyah

Setelah Ahmad bin Thulun wafat, dinasti ini dilanjutkan oleh empat Amir, yaitu:
Khumawaraih bin Ahmad, (884-895 M), kemudian dilanjutkan oleh Jaish bin Khumawaraih
(895-905 M), dan yang terakhir adalah Syaiban ibn Ahmad ibn Thulun (905 M). Namun
pengganti Ahmad ibn Thulun tidak ada yang sekuat dia, dan bahkan membawa dinasti
Thulun pada era kemunduran. Setalah kematian Khumawaraih, disitulah titik kemunduran
dinasti Thulun terjadi. Persaingan yang hebat diantara pembesar dinasti memecah persatuan
dinasti. Amir yang ketiga yakni Jaish dilawan oleh sebagian pasukannya dan disingkirkan
pada 896 M. Adiknya yang berusia 14 tahun, Harun ibn Khumawaraih diangkata sebagai
Amir keempat, kelemahan yang sedemikian rupa menghantarkan keberakhiran dinasti ini
setelah Amir kelima yaitu Syaiban ibn Ahmad ibn Thulun. Syaiban bahkan hanya
mememrintah 12 hari dan menyerah pada pasukaan dinasti Abbasiyah yang menyerang Mesir
pada tahun 905 dengan demikian berakhirlah kepemimpinan Dinasti Thuluniyah.4

2. Dinasti Iksidiyah ( 323-358 H/934-969 M). 5

Kekuatan Mesir berada di bawah Dinasti Abbasiyah lagi pasca runtuhnya Dinasti
Thuluniyah. Meski demikian Mesir menjadi sasaran kekacauan, hara-huru, dan perpecahan
selama 30 tahun. Mengingat pengaruh dinasti Abbasiyah yang telah melemah pada Mesir
setelah runtuhnya dinasti Thuluniyah, sehingga Muhammad bin Thug al-Iksid, salah satu
panglima perang Turki di Abbasiyah mempunyai keinginan untuk menguasai Mesir dan
melepaskan diri Abbasiyah. Ambisi Iksyid kemudian direalisasikan secara perlahan tetapi
pasti. Melalui momen pembelaan pada Mesir bagian utara dari ancaman Dinasti Fatimiyah di
Tunisia pada tahun 321-324 H/933-936M. Setelah momen tersebut Iksyid mulai menguasai
Mesir secara mutlak pada tahun 323 H/935 M.

Semula khalifah Abbasiyah yakni Ar-Radhi ingin menggandeng Muhammad (Iksyid)


menjadi sekutunya. Karenanya ia memberi gelar al-Iksyid yang dalam bahasa Persia adalah
gelar untuk gubernur. Hal itu terjadi karena mengingat Iksyid adalah orang yang berpengaruh
di Mesir dan disukung juga dengan kondisi wilayah dan kondisi juga semakin menambah
keluarga ini berwibawa di mata masyarakat. Muhammad bin Tugh al-Iksid kemudian diakui
menjadi pendiri Dinasti Iksidiyah di Mesir. Relasi kekuasanya dibangun untuk menjalin
hubungan baik dengan pemerintahan Abbasiyah, akan tetapi tampakna hubungan baik
tersebut tidak berjalan lama, karena salah satu wilayah Iksidiyah ingin direbut oleh
Abbasiyah.

Pada tahun 328 H/940 M. Abbasiyah dibawah kepemimpinan Ar-Radhi mengutus


pasukan yang dipimpin oleh Muhammad bin Raiq ke syuriah untuk merebut Mesir dari
kekuasaan Iksidiyah. Tetapi Iksidiyah berhasil mempertahankan wilayah kekuasaannya dan
memukul mundur pasukan Abbasiyah. Setelah insiden tersebut, berdampak buruk bagi
hubungan kedua dinasti tersebut yang mulanya terbina dengan baik menjadi berantakan
akibat insiden tersebut. Rasa kecewa dan marah muncul dalam perasaan Iksid, sebagai
pelampiasannya, Iksyid mendeklarasikan bahwa Mesir adalah wilayah kekuasaannya dan
telah merdeka dari naungan dinasti Abbasiyah. Semenjak Iksyid mengumumkan hal tersebut,

4
Harun Nasution, Enksiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1992), h. 952-953)
5
Dar Al-Ilm, Atlas sejarah Islam, (Jakarta: Kaysa Media, 2011), hal, 114-115
dia tidak pernah menyebut nama Khalifah Abbasiyah dalam khutbahnya. (Dar Al-Ilm, Atlas
sejarah Islam, (Jakarta: Kaysa Media, 2011), hal, 114-115

Langkah berikutnya, Dinasti Iksyidiyah memperkuat pertahanan internal


pemerintahannya. Segala bentuk manuver yang mencoba untuk melemahkan dinasti baik
berupa pemberontakan atau aspek perpecahan rakyat diberantasnya. Tak lupa Iksyid juga
berkata pada seluruh rakyatnya untuk bahu membahu serta bersatu, terutama masyarakat
Arab Yang ada di Mesir dan sekitarnya, untuk berani berjuang dan melawan Romawi

A . Era Kemajuan Dinasti Iksidiyah

Dua tahun kemudian, Iksiyid menguasai Syuriah pasca Muhammad bin Raiq wafat
(330 H), dengan tujuan menambah kekuatan pasukannya dalam menghadapi Romawi.
Setahun kemudian, Iksyid melebarkan sayap kekuasaanya ke tanah suci Makkah dan
Madinah. Kedua kota tersebut berhasil jatuh ke tangan kekuasaan Iksidiyah, sehingga dinasti
inilah yang mengawasi dan mengurusi pelaksanaan haji. Iksyid wafat pada tahun 335 H/946
H, tampuk kepemimpinan dinasti digantikan oleh perdana menteri yaitu Abu Misik Kafur.
Selain memimpin ia juga memiliki tugas untuk melindungi dua anak Iksyid yang masih kecil-
kecil. Pada saat kepemimpinan Kafur, ia terbilang sebagai pemimpin yang tangguh dan hal
itu dibuktikan saat mempertahankan kedaulatan dinasti Iksidiyah dari rongrongan
pemberontakan kelompok Qaramithah.

Kafur pun juga melakukan perluasan kekuasaanya sampai menguasai seluruh Mesir ,
Maroko, dan Syuriah. Dengan demikian wilayah kekuasaan dinasti Iksyidiyah semakin
melebar membentang sampai daerah pegunungan Thawus di Syuriah bagian Utara. Kondisi
tersebut semakin membuat Iksidiyah semakin berwibawa sekaligus disegani oleh para
musuhnya. Bahkan dapat dikatakan dinasti ini telah menjadi sebuah kekuatan adidaya yang
ditakuti oleh Romawi. Nama Kafur sangat populer di mata para masyarakat. Selma berkuasa
rakyat sangat menghormati dan mencintai Kafur sebagai pemimpinnya. Banyak orang
mendoakannya, terutama di mimbar-mimbar dan di-amin-kan oleh banyak orang.

B . Faktor Kemunduran Dinasti Iksyidiyah

Setelah Kafur wafat, kepemimpinan diwariskan pada cucu Iksyid yaitu, Abu Fawaris
Ahmad bin Ali. Mengingat dia masih belia dan bahkan umurnya belum mencapai belasan
tahun. Muncul lah banyak pro dan kontra di istana pun tak dapat dihindari dan
mengakibatkan perpecahan. Yang mana tidak dapat bersatu seperti tahun-tahun sebelumnya.
Situasi dan kondisi pemerintahan yang demikian semakin parah dan lama-lama tidak
terkendali, ditambah lagi dengan serangan dinasti lain. Dinasti Fatimiyah yang menggetahui
keadaan dinasti Iksidiyah memanfaatkan situasi tersebut. Al-Muiz li Dinilah panglima perang
dinasti Fatimiyah yang juga menggetahui hal tersebut melakukan penyerangan, al-Muiz
beserta pasukannya dengan mudah menguasai Mesir dan mengalahkan Dinasti Iksyidiyah.
Inilah yang menyebabkan Dinasti Iksyidiyah runtuh dan kekuasaanya diambil alih oleh
dinasti Fatimiyah. Selain serangan dari dinasti Fatimiyah , ada serangan yang dilakukan oleh
kelompok Qaramithah ke Syuriah pada 963 M. Selain itu juga terjadi peristiwa penyekapan
jamaah haji Mesir. Serta serbuan orang-orang Nubia yang berhasil merebut daerah-daerah di
wilayah bagian Selatan.

3 . Dinasti Hamdaniyah (317-394 H/ 929-1003 M).6

Sejarah mencatat bahwa nama Hamdan adalah termasuk cabang kabilah Taglib.
Kabilah ini merupakan kabilah besar diantara anak cucu Rabiah bin Mudhar. Pada masa
jahiliyah , agama kabilah Taglib adalah Kristen. Mereka tingal di Jazirah. Setelah itu mereka
pindah bersama Heraklius ke Syuriah, lalu kembali ke negeri mereka sendiri. Meski demikian
diantara semua kabilah Taglib, Hamdan termasuk kabilah yang terbelakang. Mereka selalu
berpindah dengan membawa ternak, harta benda, dan kemah mereka, sebagaimana yang
dilakukan suku Arab kebanyakan. Dari Tihamag ke Najd, ke Hijaz, ke Rabiah, atau ke tepi
sungai Eufrat, yakni tempat yang bernama Riqah. Dari Riqah kakek mereka Hamdan bin
Hamdan berpindah ke Mosul.

Hamdan yang merupakan kakek dinasti Hamdaniyah, adalah kepala suku yang
memiliki anak yang kelak selalu megandalkan kekuatan diri mereka sendiri. Mereka
bertempur melawan musuh-musuhnya. Hidup mereka sangat keras dan menjadikan diri
mereka benteng pertahanan bagi diri mereka sendiri. Tiada kata damai dalam diri mereka,
kecuali hanya sedikit. Hamdaniyah muncul pada saat Dinasti Abbasiyah melemah. Saat itu
banyak Negara dan keemirahan yang memerdekakan diri, terutama Bangsa Turki, Persia,
Kurdi, dan sebagian kabilah Arab. Hamdaniyah berdiri bersamaan dengan pengangkatan al-
Muttaqi oleh dinasti Abbasiyah. Pada saat itu dinasti Abbasiyah dikuasai oleh pejabat yang
dari etnis Turki. Sebagian kabilah Taglib akhirnya sukses mendirikan dinasti di wilayah
Utara Irak dan menjadikan Mosul sebagai ibu kotanya, hal ini terjadi pada tahun 929-969
HM/ 317-358 H.

6
Ibid.,114-115
Kabilah Taglib fanatik terhadap kabilah Arab. Mereka tidak menyukai apabila bangsa
Turki menguasai pemerintahan Abbasiyah. Itulah sebabnyapada tahun 330H/942M panglima
yang bernama Hasan bin Abdullah al-Hamdani dan saudaranya memasuki Baghdad untuk
membantu Khalifah al-Muttaqi Billah. Al-Muttaqi akhirnya menunjuk Hasan sebagai kepala
seluruh pejabat dengan gelar Nasirud Daulah, sedangkan saudaranya Ali diberi gelar Saifud
Daulah al-Hamdani. Namun hal tersebut tidak membuat bangsa Turki kapok. Di bawah
pimpinan Tauzun, pada tahun 321 H/933 M mereka mengembalikan Hamdaniyah kembali ke
Mosul. Setelah diusir dari Baghdad Saifud Daulah ingin meluaskan wilayah. Pada tahun 333
H/ 945 M, dia bergerak menuju Syiriah bagian Utara dan menguasai Halah serta menguasai
Mesir dan Syuriah saat itu. Saifud Daulah berkuasa sampai tahun 339 H/951 M.

A. Era Kemajuan Dinasti Hamdaniyah

Pada saat itu ilmu penggetahuan dan pendidikan sangat diperhatikan pada masa
kepemipinan Saifud Daulah, saat itu negerinya banyak dikunjungi oleh para ulama’.
Muncullah para filosof dan ilmuwan terkenal seantero dunia, antara lain, al-Farabi, Abu Faraj
al-Asbihani, Ibnu Khulawaih, Ibnu Jinni, Ibnu Nubatah, Abu Faras, dan al-Mutanabi. Pada
saat al-Farabi juga membuktikan kerja samanya dengan dinasti hamdaniyah dengan baik.
Kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik Saifud Daulah sehingga rakyat menjadi makmur
dan sejahtera. Selain itu, Ibnu Sina atau yang terkenal dibarat dengan nama Avicenna pernah
menjabat sebagai menteri pada masa pememrintahan Dinasti Hamdaniyah karena
kecakapannya sebagai dokter, filosof, dan ahli ilmu penggetahuan lainnya. Tidak berhenti
disitu, munculnya dinasti Hamdaniyah yang ada di sepanjang perbatasan Islam dengan
wilayah Romawi di Selatan Asia kecil dan Utara Irak menguntungkan. Kekuatan mereka
menjadi penghalang serangan Romawi ke Negara-negara Islam pada saat kaum muslimin
lemah karena pengaruh dalam negeri dan juga tidak memiliki kekuatan perang yang
memadai.

B . Faktor Kemunduran Dinasti Hamdaniyah

Kemunduran Dinasti Hamdaniyah disebabkan oleh beberapa faktor, diantara lain:


pertama, Walaupun dinasti Hamdaniyah di daerah yang cukup subur dan makmur serta
memiliki ousat perdagangan yang strategis, sikap kebaduiannya yang tidak bertanggungjawab
dan destruktif tetap ia jalankan. Karena sikapnya yang demikian, Syuriah dan Aljazair merasa
menderita karena kerusakan perang yang ditimbulkan akibat peperangan. Hal ini menjadi
simpati terhadap dinasti Hamdaniyah berkurang dan wibawanya jatuh. Setelah wafatnya dua
orang bersaudara, yaitu Abu Muhammad dan Husein; para penggantinya selalu berebut
kekuasaan saja. Dan dari dari sinilah yang menyebabkan melemahnya struktur pemerintah
dan sendi-sendi kekuatan militer.

Kedua, bangkitnya kembali dinasti Bizantium di bawah kekuasaan Macedonia yang


bersamaan dengan berdirinya dinasti Hamdaniyah di Syuriah menyebabkan dinasti
Hamdaniyah tak bisa menghindar dari invasi wilayah yang dilancarkan oleh Bizantium.
Invansi yang dilakukan oleh Bizantium terhadap Syuriah mengakibatkan Aleppo dan Hims
jatuh ke tangan Bizantium.

Ketiga, kebijakan ekspansionis Fathimiyah ke Syuriah bagian Selatan, juga


melumpuhkan dinasti ini. Bahkan sampai terbunuhnya Said ad-Daulah yang sedang
memegang kekuasaan dinasti Hamdaniyah. Akhirnya dinasti ini takluk kepada dinasti
Fatimiyah tahun 394 H/1004 M.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dinasti Thuluniyah adalah suatu dinasti yang didirikan oleh Ahmad bin Thulun yang
berkebangsaan Turki. Dinasti Thuluniyah didirikan pada tahun 868-906 H/254-292 H. Dan
dinasti Thuluniyah berakhir pada tahun 905 H. Dinasti Iksyidiyah didirikan oleh Muhammad
bin Thug al-Iksyid dan berakhir pada tahun 358 H. Dinasti Hamdaniyah didirikan Hamdan
bin Hamdan dan berakhir pada tahun 394 H. Semua dinasti ini didirikan pada saat
kepemimpinan dinasti Abbasiyah, dua diantaranya didirikan di Mesir dan kepemimpinan nya
dipimpin oleh orang yang berkebangsaan Turki. Dan dinasti Hamdaniyah dipimpin oleh
orang yang beretnis Arab. Setelah membebaskan diri dari dinasti Abbasiyah ketigas dinasti
ini juga mengalami kemajuan dan juga kemuduran yang berakhir keruntuhan dinasti.

SARAN

Kami rasa makalah ini jauh dari kata sempurna. Hal ini karena kurangnya referensi
yang kami temukan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari. Seperti kata
pepatah, “tak ada gading yang tak retak.”
DAFTAR PUSTAKA

Philip K. Hitti, History of The Arabs, Terj. C. L. Yasin & D. S. Riyadi, (Jakarta: Serambi,
2002)

Dar Al-Ilm, Atlas sejarah Islam, (Jakarta: Kaysa Media, 2011)

Harun Nasution, Enksiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1992),

Muziyana, Sejarah Peradaban Islam 2, hal 2-17

https://kumparan.com/potongan-nostalgia/dinasti-ikhsidiyah-ujung-tombak-keilmuan-islam-
di-mesir

Anda mungkin juga menyukai