Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

WARISAN PERADABAN DINASTI UMAYYAH DAN AKHIR KEKUASAANNYA

DOSEN PENGAMPU : Dr SALIM HASAN, S.Ag., M.Pd

OLEH

AFIFAH RAMADHANI

106 2019 0007

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadiran Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
biasa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Sejarah Peradaban Islam dengan judul
“Warisan Peradaban Dinasti Umayyah dan Akhir Kekuasaannnya”.

Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terimakasih kepada ayahanda


selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang telah memberikan fasilitas untuk kelancaran tugas
kami, serta teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.

Dalam makalah dengan tema Sejarah Peradaban Islam pada Masa Warisan Peradaban
dan Akhir Kekuasaan Bani Umayyah ini, kami akan membahas tentang beberapa peninggalan
warisan bani umayyah serta akhir peradabaannya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunn makalah yang akan datang, dan kami
berharap, semoga makalah ini biasa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan
para pembaca semuanya, Aamiinn…

MAKASSAR, 1 OKTOBER 2021

AFIFAH RAMADHANI

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 6

WARISAN PERADABAN DINASTI UMAYYAH ........................................................ 6

A. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Arsitektur ............................................. 10

B. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Militer .................................................. 11

C. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Perdagangan ......................................... 13

D. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Kerajinan Dan Reformasi Fiskal ........... 15

E. Akhir Kekuasaan Dan Penyebab Runtuhnya Bani Umayyah .............................. 17

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dinasti Umayyah didirikan pada 40-H/660-M dengan di nobatkannya Mu’awiyah
sebagai khalifah di ‘Iiiya’ (yerusalem) selama berdirinya dinasti umayyah dan di
pegangnya sistem pemerintahan ditangan di tangan bani Umayyah maka segi
geografispun dirubah. Bagaimana saat itu pusat pemerintahan di pindah ke Suriah,
Damaskus sebagai ibu kota kerajaan islam. Disitulah berbagai macam perubahan pun
terjadi, baik dari segi politik , keilmuan, kemiliteran, bidang sosial dan bidang seni,
arsitektur.
Kekhalifahan Bani Umayyah adalah kekhalifahan kedua yang didirikan setelah
kematian Nabi Muhammad. Daulah Bani Umayah berdiri setelah wafatnya khalifah Ali
bin Abi Thalib, pemimpin terakhir Kekhalifahan Rasyidin. Pendiri Bani Umayyah adalah
Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I, Gubernur Syam pada masa pemerintahan
Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Saat didirikan pada 661 masehi, khalifah
pertama Bani Umayyah adalah Muawiyah I. Setelah kematian Muawiyah I pada 680,
konflik perebutan kekuasaan mengakibatkan perang saudara. Kekuasaan akhirnya jatuh
ke tangan Marwan I, dari marga yang lain. Wilayah Suriah tetap menjadi basis kekuatan
utama Bani Umayyah setelah itu, dan Damaskus adalah ibu kotanya. Pemerintahan Bani
Umayyah berlangsung selama 365 tahun, yang terbagi atas dua periode, yaitu
pemerintahan di Damaskus selama 90 tahun dan pemerintahan di Cordoba (Spanyol)
selama 275 tahun.
Masa kejayaan Dinasti Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Hisyam ibn
Abdul Malik (724-743). Oleh para pakar sejarah Arab, Hisyam dipandang sebagai
negarawan ketiga dalam Dinasti Umayyah setelah Muawiyah dan Abdul Malik. Dengan
kematian Hisyam pada 743 M, rezim Umayyah memasuki fase kemuduran. Empat
penggantunya, kecuali Marwan II yang menjadi khalifah terakhir, terbukti tidak cakap,
atau bisa dikatakan tidak bermoral dan rusak.
Bahkan, beberapa khalifah sebelum Hisyam pun, yang dimulai oleh Yazid I, lebih
suka berburu, pesta minum, tenggelam dalam alunan musik dan puisi, daripada membaca

4
al-Quran atau mengurus persoalan negara. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan
kemunduran Dinasti Umayyah, hingga pada akhirnya meruntuhkan imperium tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana perkembangan peradaban pada bidang arsitektur, militer, perdagangan
dan kerajinan serta reformasi fiscal?
b. Bagaimana akhir kekuasaan dan penyebab runtuhnya peradaban tersebut?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan peradaban pada bidang arsitektur,
militer, perdagangan, dan kerajinan serta reformasi fiskal...
b. Agar pembaca mengetahui bagaimana akhir dari kekuasaan bani umayyah serta
sebab runtuhnya peradaban tersebut…

5
BAB II
PEMBAHASAN

WARISAN PERADABAN DINASTI UMAYYAH

Kehidupan Intelektual di Bashrah dan Kufah

Para penakluk dari padang pasir tidak memiliki tradisi belajar dan khazanah budaya yang dapat
diwariskan kepada negri-negri taklukan mereka. di Suriah, Mesir, Irak, dan Persia mereka duduk
khidmat, menjadi murid dari orang yang mereka taklukan dan sejarah membuktikan mereka
merupakan murid yang rakus ilmu.

Dekatnya dengan masa jahiliyah, perang sipil, perang melawan musuh Islam, dan kondisi
ekonomi yang belum stabil merupakan faktor penentu lambatnya perkembangan intelektual pada
masa awal ekspansi Islam. Pernikahan campuran dengan Berber, Koptik, Suriah, Persia membuat
bias antara peradaban Arab dan non-Arab. Kini pengikut Muhammad identik dengan orang Arab.
Jika kita berbicara tentang kedokteran Arab atau matematika Arab maka yang dimaksud
bukanlah kedokteran dan matematika orang-orang Semenanjung Arab tetapi lebih tepat jika
disebut kedokteran dan matematika orang Islam.

Selama periode Umayyah, Makkah dan Madinah menjadi tempat berkembangnya musik, puisi,
dan lagu. Sementara kota kembar Kufah dan Bashrah berkembang menjadi pusat aktivitas
intelektual di dunia Islam. Di perbatasan Persia, kajian ilmiah tentang tata bahasa Arab telah
dimulai, mulanya bermotif kebutu han para pemeluk Islam yang ingin mempelajari al-Quran,
menduduki kursi pemerintahan, dan bisa berinteraksi dengan para penakluk. Oleh karena itu,
bukan suatu kebetulan jika perintis ilmu tata bahasa Arab, Abul Aswad ad-Duali berasal dari
baghdad.

Kajian bahasa Arab menjadi suatu keniscayaan untuk mempelajari dan memahami al-Quran
yang berbahasa Arab. Lalu, kajian al-Quran dan penafsirannya melahirkan dua ilmu kembar
yaitu filologi dan leksikografi, dan juga aktivitas literatur yang khas Islam, yaitu ilmu hadits.
Hadits, dalam pengertian teknis merupakan, perbuatan, ucapan, dan ketetapan yang dinisbatkan

6
kepada Muhammad. Al-Quran dan hadits merupakan landasan pembentukan berbagai ajaran
teologi dan aturan hukum Islam (fiqih).

Aktivitas keilmuan lain yang bisa dikatakan sebagai embrio gerakan intelektual Islam adalah
penulisan sejarah. Kajian histiografi pada masa ini dimulai dari kajian hadits. Dengan demikian,
ia merupakan salah satu disiplin ilmu paling awal yang dikembangkan oleh muslim Arab. Minat
untuk mengumpulkan kisah Nabi dan sahabatnya, dan para raja merupakan landasan bagi
penulisan buku-buku tentang penaklukan dan biografi.

Perkembangan Gerakan Keagamaan

Pada masa Dinasti Umayyah juga terdapat gerakan yang berusaha menggoyahkan fondasi agama
Islam. Pada paruh pertama abad ke-8, hidup seorang tokoh terkenal, Wasil bin Atha seorang
pendiri mazhab rasionalisme yang kondang disebut Muktazilah. Ia merupakan murid dari Hasan
al-Banna yang cendurung kepada Qadariyah-mazhab filsafat paling awal yang cenderung pada
doktrin kebebasan berkehendak. Doktrin Muktazilah paling terkenal merupakan klaim bahwa
mukmin yang berdosa besar berada diantara orang beriman dan orang kafir.

Selain Muktazilah, sekte keagamaan lain yang tumbuh berkembang pada masa ini adalah
kelompok Khawarij, jika Muktazilah memelopori gerakan rasionalisme, Khawarij menjadi
gerakan pelopor dalam puritanisme Islam. Jika Qadariyah dikenal sebagai mazhab filosofis Islam
paling awal maka Khawarij merupakan sekte politik keagamaan paling awal. Sekte yang
awalnya mendukung Ali dan pada akhirnya menentang Ali ini berulang kali melancarkan
pemberontakan senjata untuk menuntut hak stimewa orang Quraisy untuk menduduki jabatan
kekhalifahan. Sekte ini-Khawarij- juga selama tiga abad pertama dalam sejarah Islam telah
banyak menumpahkan banyak darah muslim.

Sekte lain yang muncul ialah Murjiah, yang mengusung diktrin irja, yaitu penangguhan
hukuman terhadap orang-orang beriman yang melakukan dosa dan mereka tetap dianggap
sebagai muslim. Lebih spesifik lagi, Murjiah tidak mempermasalahkan kekhalifahan Umayyah,
menurutnya siapa yang benar dan salah akan menerima ganjarannya nanti. Secara umum, ajaran

7
pokok Murjiah berkisar pada toleransi. Representasi paling nyata dari sayap moderat mazhab ini
adalah Abu Hanifah, yang merupakan pendiri pertama dari empat mazhab hukum Islam Sunni.
Kelompok lainnya, yaitu Syiah merupakan salah satu dari kubu Islam pertama yang berbeda
pendapat dalam persoalan kekhalifahan. Para pengikut Ali ini membentuk kelompok yang solid
selama Dinasti Umayyah. Sistem imamah kemudian menjadi unsur pembeda antara Syiah dan
Sunni. Orang Syiah menjadikan imam mereka sebagai penghubung antara manusia dan Tuhan.
Seorang imam, menurut mereka merupakan pemimpin komunitas Islam satu-satunya yang sah
dan ditunjuk oleh Tuhan untuk memegang kekuasaan tertinggi. Seorang imam merupakan
pemimpin agama dan spiritual sekaligus pemimpin juga dalam politik. Imam merupakan sosok
yang maksum dan mempunyai kedudukan jauh lebih tinggi daripada manusia biasa. Bahkan
Syiah ekstrim mengatakan bahwa imam mempunyai hakikat Ilahi dan merupakan inkarnasi
Tuhan.

Tradisi Literer pada Periode Umayyah

Perkembangan budaya literer pada masa ini diantaranya, pidato, korespondensi, dan puisi. Ketiga
aspek itu merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang saat itu. Prosa (nastr) dan puisi
(syi’ir) mencapai puncaknya pad a masa Dinasti Umayyah. Pidato menjadi sarana untuk
membangkitkan semangat, menyebarkan gagasan, dan membangkitkan emosi. Pidato militer
yang patriotis merupakan khazanah sastra tak ternilai yang diwariskan kepada kita pada masa-
masa awal.

Kemajuan intelektual paling penting selama periode Dinasti Umayyah terjadi dalam bidang
penulisan puisi. Saat itu, penyair cinta benar-benar menampakkan eksistensinya. Disamping
puisi cinta, puisi politik juga muncul pada masa Umayyah. Puisi politik digubah dan dibacakan
untuk para khalifah kerajaan. Pembaca puisi mendapatkan bayaran yang cukup besar untuk
karyanya. Membaca puisi menjadi sumber penghidupan bagi para penggubah puisi. Saking
tenarnya bidang puisi maka dibuatlah sekolah puisi-yang dilatih oleh para penggubah puisi
kenamaan-untuk melahirkan pakar-pakar dalam bidang ini.

8
Perkembangan Lembaga Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Pada periode Umayyah belum ada pendidikan formal. Putra-putra khalifah biasanya akan
‘disekolahkan’ ke badiyah, gurun Suriah untuk mempelajari bahasa Arab murni. Nilai-nilai
utama yang ditanamkan dalam pendidikan ialah, keberanian, daya tahan ketika tertimpa musibah,
menaati hak dan kewajiban tetangga, memelihara kehormatan diri, kedermawanan, dan
keramahtamahan.
Masyarakat luas menjadikan masjid untuk mempelajari al-Quran dan hadits. Karena itu, guru-
guru pertama dalam Islam ialah para pembaca al-Quran (qurra). Ilmu pengetahuan yang dikenal
pada masa itu-dinisbatkan sebagai perkataan Nabi-adalah ilmu agama dan ilmu pengobatan.
Pengobatan pada kala itu masih sangat sederhana, jimat, perdukunan, bekam menjadi hal yang
lazim digunakan. Ilmu pengobatan ilmiah Arab bersumber terutama dari Yunani dan sebagian
dari Persia.
Sebagai salah satu dari beberapa ilmu yang kemudian banyak berhutang pada penemuan orang
Arab adalah ilmu kimia. Banyak buku-buku tentang kimia, kedokteran, dan astrologi yang
diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Koptik ke dalam bahasa Arab. Dari sanalah orang-orang
Arab menggali tradisi ilmiah dan memperoleh tenaga geraknya. Tokoh yang paling terkenal
dalam perkembangan ilmu ini adalah putra mahkota Dinasti Umayyah, Jabir bin Hayyan yang
terkenal dengan nama latinnya Geber.

9
A. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Arsitektur

Perkembangan arsitektur secara sistematis telah dirintis sejak masa Umayyah.


Arsitek ternama kala itu adalah al-Walid. Ia adalah putra Khalifah Abd al-Malik. Ia sudah
mempunyai bakat dan potensi yang besar dalam bidang arsitektur sejak ia masih berusia
muda. Ia terus menekuni bakatnya hingga mewarisi takhta kekhalifahan.
Pada saat senggang, ia kerap berbincang dengan pembantu-pembantunya, terutama
mengenai bangunan-bangunan indah. Salah satu prestasi mengagumkan yang pernah ia
ukir adalah merenovasi Masjid Agung Umayyah yang ada di ibu kota
pemerintahan, Damaskus, Suriah.
Selain itu, dalam History of the Arabs, Philip K Hitti menyatakan, al-Walid memperluas
dan memperindah Masjidil Haram di Makkah dan juga merenovasi Masjid Nabawi yang
ada di Madinah. Sosok ini pula yang mengenalkan struktur mihrab—cerukan pada
dinding masjid sebagai penunjuk arah kiblat dan tempat imam—untuk pertama kalinya.
Begitu pula menara masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang paling penting.
Menara masjid mulai dibangun semasa pemerintahan al-Walid. Ia juga meninggalkan
beberapa bangunan, terutama istana kekhalifahan. Di antara yang terkenal keindahannnya
adalah Istana al-Qubbah al-Khadra, al-Ukhaydir, serta al-Musyatta.
Pembangunan Istana Musyatta belum selesai saat khalifah yang arsitek ulung itu wafat
dalam usia 40 tahun. Arsitek lain yang terkenal pada abad ke-7 Masehi adalah Ibrahim
bin Ghanaim bin Said. Menurut Khalid Azabi, Ibrahim menjadi salah satu orang
kepercayaan Khalifah al-Zahir.
Ibrahim merancang dan memimpin langsung pembangunan istana khalifah yang
terletak di luar Kota Damaskus. Semasa kekuasaan Dinasti Mamluk, nama Shihab Eddine
Ahmed bin Mohammed bin Ali Toulouni mencuat. Dia dipercaya menjadi kepala arsitek
di istana khalifah.
Menurut sejarawan al-Asqalani, Shihab sangat ahli di bidangnya hingga dijuluki sebagai
pemimpin para arsitek. Ia pernah ditugasi merenovasi Masjidil Haram di Makkah.
Setelah ia meninggal dunia, jejaknya diteruskan oleh putranya yang bernama
Muhammad.

10
Dalam bidang arsitektur, selain tempat-tempat ibadah. Dinasti Umayyah hanya
meninggalkan beberapa monumen arsitektur. Bangunan paling penting diantaranya
adalah istana-istana padang pasir yang didirikan oleh putra mahkota keluarga kerajaan

B. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Militer


Dalam catatan sejarah islam diketahui bahwa para penguasa dinasti Bani
Umayyah dikenal sebagai penguasa yang memiliki keinginan kuat untuk menyebarkan
islam ke berbagai wilayah diluar jazirah Arabia. Penyebaran itu biasanya dilakukan
dengan cara menaklukkan wilayah-wilayah yang masih dianggap belum islam. Oleh
karena itu, sejak masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, usaha untuk
menaklukkan konstatinopel, pusat pemerintahan kerajaan Romawi Timur, terus
dilakukan. Ia pernah mengirim anaknya bernama Yazid bin Mu’awiyah untuk mengikuti
pertempuran melawan kekuatan tentara Bizantium. Untuk mencapai wilayah yang berada
disebelah laut tengah itu, Mu’awiyah membangun armada angkatan laut. Bahkan
angkatan laut ini sudah dipersiapkannya sejak ia masih menjadi gubernur di Damaskus,
ketika menjadi wakil khalifah Umar bin Khattab dan khalifah Utsman bin Affan. Setelah
ia menjabat sebagai khalifah, langkah pertama yang dilakukannya adalah melakukan
konsolidasi kekuatan militer guna melawan kekuatan pasukan pemberontak Khawarij dan
Syi’ah. Usahanya ini semakin kuat ketika ia mampu merangkul Zaid bin Abihi untuk
bergabung bersamanyadalam membangun peradaban islam melalui kekuatan khalifah
Bani Umayyah.
Kekuatan militer Bani Umayyah semakin hebat ketika Al-Walid bin Abdul Malik
berkuasa. Pasukan islam yang berada dibawah komandan Gubernur Jenderal Musa bin
Nushair, mampu memasuki wilayah Eropa. Dibawah kepemimpinan tiga serangkai, yaitu
Musa bin Nushair, Tharif bin Malik, dan Thariq bin Ziyad, tentara islam mampu
menaklukkan wilayah Andalusia di Eropa. Selain itu diwilayah Asia tengah dan Asia
Selatan, pasukan militer Bani Umayyah Berjaya mengembangkan sayap kekuasaan
dinasti Bani Umayyah. Pasukan yang berada dibawah komandan Gubernur Jenderal
Hajjaj bin Yusuf al-Saqafi, berhasil menaklukkan wilayah India dibawah komandan
pasukan Muhammad bin Qasim. Sementara diwilayah Asia Tengah, kekuatan Islam

11
dibawah komandan pasukan Qutaibah bin Muslim Al-Bahili, berhasil memasuki wilayah
Transoxania dan wilayah Asia Tengah lainnya, seperti Azarbeijan, Sijistan, Balkh,
Bukhara, dan lain-lain.

Keberhasilan pasukan militer dinasti Bani Umayyah dalam menaklukkan wilayah


yang jauh dari pusat pemerintahan dinasti Bani Umayyah ini, menunjukkan kehebatan
kekuatan militer islam. Keberhasilan ini tentu saja hasil strategi petinggi Bani Umayyah
dan petinggi militernya yang melakukan pembaharuan dalam bidang kemiliteran. Mereka
banyak belajar dari pengalaman bertempur selama mereka melakukan penyebaran dan
perluasan wilayah kekuasaan diluar Jazirah Arabia. Bagaimana mengatur strategi perang
dan membangun kekuatan militer yang tangguh. Selain itu, para pangliam perang juga
melakukan pembenahan dan peningkatan mutu alat tempur dengan membuat peralatan
alat tempur sendiri. Untuk keperluan itu, para khalifah Bani Umayyah, khususnya
khalifah al-Walid bin Abdul Malik nmembangun pabrik-pabrik senjata, seperti yang
dibangun diwilayah Afrika Utara. Pembangunan kapal perang di Teluk Raudlah di Laut
Tengah, mempermudah pasukan untuk menaklukkan Negara-negara yang berada dekat di
Laut Tengah.

Banyaknya pengalaman bertempur, menambah wawasan pengetahuan dan


keterampilan para panglima perang dalam usaha memperbaiki system pertahanan.
Strategi dan kekuiatan bersenjata Bani Umayyah semula hanya memiliki dua strategi dan
formasi kekuatan perang, yaitu kekuatan belakang dan kekuatan depan. Dari formasi itu
kemudian dikembangkan menjadi lima barisan. Pasukan barisan inti atau tengah,
disebut qalbul-jaisyi, barisan kanan disebut al-maimanah, barisan kiri disebut al-
maisarah, barisan depan disebut al-muqaddamah, dan barisan belakang disebut saqahal-
jaisyi.
Perkembangan system pertahanan ini merupakan keberhasilan pemerintah dinasti Bani
Umayyah dalam mengembangkan formasi pasukan. Sehingga system pertahanan militer
semakin tangguh. Dengan kekuatan dan strategi ini, pasukan dinasti Bani Umayyah
mampu menguasai seluruh wilayah yang ada di Jazirah Arabia, Afrika Utara, Asia
Tengah dan Asia Selatan hingga Eropa.

12
Pasukan pengintai atau Talailah yang dibentuk pemerintah Bani Umayyah
ternyata cukup efektif untuk mengintai kekuatan musuh. Salah seorang panglima
intelejen yang dikirim untuk memata-matai pasukan dan kekuatan musuh adalah Tharif
bin Malik. Ia bekerja sama dengan De Graff Julian berhasil menyelinap ke wilayah
Andalusia untuk mencari berbagai informasi mengenai kekuatan yang dimiliki Raja
Roderick yang berkuasa ketika itu. Setelah ia behasil mengumpulkan berbagai informasi,
barulah dikirim pasukan dibawah komandan Thariq bin Ziyad, yang kemudian mendarat
disebuah selat yang kemudian dikenal dengan sebutan Jabal Thariq atau Giblaltar.
Keberhasilan Thariq bin Ziyad mendarat dan menaklukkan Andalusia membuktikan
kehebatan militer Bani Umayyah.
Dengan memahami peristiwa perluasan wilayah islam pada masa pemerintahan
dinasti Bani Umayyah, dapat dikatakan bahwa sudah terjadi perubahan yang luar biasa
dalam system pertahanan dan keamanan Negara dengan membentuk pasukan tangguh.
Pasukan inilah yang kemudian menjadi ujung tombak penyebaran kekuasaan pasukan
islam dinasti Bani Umayyah, yang wilayah kekuasaanya meliputi wilayah Asia, Afrika,
dan Eropa.

C. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Perdagangan


Perekonomian adalah merupakan salah satu unsur terpenting dalam memperlancar
proses pembangunan suatu negara. Sebab merosotnya perekonomian suatu negara akan
berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pembangunan yang akan dilakukan. Cari
Brockelmann menegaskan bahwa: “Pada tahun 693 khalifah Abdul Malik secara bulat
menetapkan untuk mencetak uang sendiri di damaskus. Sementara itu Hajjaj pada tahun
berikutnya melakukan hal yang sama. Akibatnya masyarakat Arab sudah mulai mengenal
sistem perhitungan. Ide ini juga diterima di Yaman, Siria, dan Iraq. Kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh Khalifah Abdul Malik tersebut, sangat berpengaruh terhadap
perekonomian dinasti itu. Sebab kita melihat, sebelum diberlakukannya kebijakan ini
mata uang yang beredar sebagai alat tukar adalah mata uang Roma dan mata uang Persia
yaitu dirham (drachma) dan dinar (dinarius). Dengan tidak adanya mata uang sendiri
tentu akan dapat mengurangi nilai-nilai persatuan dan kesatuan umat Islam di daerah

13
yang demikian luasnya. Sehingga dapat dikatakan, secara implisit kebijaksanaan khalifah
memiliki nilai-nilai esensial dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam
dalam wilayah yang luas tersebut. Implikasi nilai-nilai persatuan dan kesatuan terhadap
perekonomian pada masa itu (Dinasti Umayyah) adalah sangat penting. Sebab adanya
persatuan dan kesatuan wilayah umat Islam yang luas tersebut akan menciptakan
stabilitas keamanan yang terjamin. Dengan adanya stabilitas keamanan yang terjamin,
maka lalu lintas perdagangan akan berjalan lancar, dengan lancarnya lalu lintass
perdagangan, pada gilirannya akan meningkatkan perekonomiannya.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik, perkembangan perdagangan dan
perekonomian, teraturnya pengelolaan pendapatan negara yang didukung oleh keamanan
dan ketertiban yang terjamin telah membawa masyarakatnya pada tingakat kemakmuran.
Realisasinya dapat kita lihat dari hasil penerimaaan pajak (kharaj) di wilayah syam saja,
tercatat 1.730.000 dinar emas setahun. Kemakmuran masyarakat Bani Umayyah juga
terlihat pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz. Keadaan perekonomian pada
masa pemerintahannya telah naik ke taraf yang menakjubkan. Semua literatur yang ada
pada kita sekarang ini menguatkan bahwa kemiskinan, kemelaratan, dan kepapaan telah
dapat diatasi pada masa pemerintahan khalifah ini.
kebijakan yang dilakukan oleh Umar ibn Abdul Aziz dalam implikasinya dengan
perekonomian yaitu membuat aturan- aturan mengenai takaran dan timbangan, dengan
tujuan agar dapat membasmi pemalsuan dan kecurangan dalam pemakaian alat-alat
tersebut. Bertitik tolak dari uraian di atas dapatlah dikatakan perkembangan
perekonomian pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah secara umum sudah mulai
meningkat dibanding dengan masa sebelumnya. Meningkatnya perekonomian yang
membawa kepada kemakmuran rakyat pada dinasti ini, sebenarnya tidak terlepas dari
kebijaksanaan- kebijaksanaan yang dilakukan khalifah, di samping dukungan masyarakat
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut.
Setelah masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz tersebut, kekuasaan Bani
Umayyah berada di tangan Yazid bin Abdul Malik. Pada masa ini, kekacauan dalam
kahidupan masyarakat mulai muncul kembali. Hal ini dipicu oleh kegandrungan sang
khalifah dan para penggantinya terhadap kemewahan dan ketidak peduliaannya terhadap
kesejahteraan rakyat. Akibatnya,

14
muncul konfrontasi antara pemerintah dengan rakyatnya sendiri. Kerusuhan
tersebut terus berlanjut hingga semakin memperkuat oposisi dan sebaliknya,
memperlemah posisi sang khalifah. Akhirnya pihak oposisi berhasil menumbangkan
Daulah Umayyah.
Perkembangan ekonomi islam pada Dinasti Umayyah merupakan sebuah catatan sejarah
yang dapat diambil pelajarannya. Sebuah sistem yang kuat tentunya di dukung pula oleh
elemen-elemen lainnya, sehingga sebuah sistem itu dapat berjalan dengan baik. Terutama
oleh penguasannya.
Masa kekhalifahan bani umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada
kekuasaan muawiyyah bin abu sofyan. Pemikiran ekonomi islam bani umayyah pada
masa pemerintahan bani umayyah, kebijakan ekonomi banyak dibentuk berdasarkan
ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhna rentang waktu antara
zaman kehidupan Rasulullah dan masa pemerintahan tersebut. Khalifah abbasiyah atau
kekuasaan dinasti bani abbas, sebagai mana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti
bani umayah. Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang panjang . selama dinasti
bani abbasiyah berkuasa dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuain dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.

D. Perkembangan Peradaban Pada Bidang Kerajinan Dan Reformasi Fiskal


 Kerajinan/seni
Pada masa Khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam
bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar
pemerintahan. Selain itu, di bidang seni lukis juga sudah mendapat perhatian
sejak dari masa Khalifah Mu’awiyah. Seni lukis tersebut selain terdapat di masjid-
masjid dan juga di luar masjid. Corak dan warna lukisan pada masa ini masih
bersifat Hellenisme murni, tetapi kemudian dimodifikasi menurut cara-cara Islam,
sehingga menarik perhatian para penulis Eropa.
Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium
sebagai akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria.
Seni rupa ini banyak memperlihatkan ciri khas Kristen awal, yaitu bentuk-bentuk
basilika dan menara. Seperti terlihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah

15
Gereja Johannes di Damaskus. Interior masjid ini digarap seniman-seniman
Yunani dari Konstantinopel.
Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni
ukir dan seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan. Seni ukir yang
berkembang pesat pada zaman itu ialah penggunaan khat Arab (kaligrafi) sebagai
motif ukiran. Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak
Alquran, hadis Nabi SAW, dan rangkuman syair yang dipahat dan diukir pada
tembok dinding bangunan masjid, istana, dan gedung-gedung.

Salah satu masjid yang dibangun pada masa Dinasti Umayyah adalah Masjid
Kubah Batu (Qubbat As-Sakhrah) di Yerusalem. Masjid yang didirikan pada
zaman Khalifah Abdul Malik ini ditujukan sebagai pengingat tempat naiknya
Nabi Muhammad SAW ke langit pada peristiwa Isra Mi’raj.
Bangunan masjid peninggalan Dinasti Umayyah lainnya yang masih bisa kita
saksikan hingga hari ini adalah Masjid Al-Aqsa (saat renovasi) dan Masjid Agung
Umayyah di Damaskus yang dibangun pada masa Khalifah Al-Walid I.

Selain bangunan masjid, Dinasti Umayyah juga meninggalkan banyak istana dan
benteng pertahanan. Bangunan istana pada masa ini memiliki ciri tersendiri, yaitu
bangunan di tengah-tengah gurun pasir yang terasing walaupun kini banyak yang
telah rusak. Contohnya adalah Istana Kusair Amra.

 Reformasi fiskal
Pada masa Umayyah setiap orang yang memiliki tanah baik itu muslim
maupun non muslim diwajibkan membayar pajak tanah.
Selain itu, dalam sumber yang lain disebutkan beberapa peradaban pada masa
Bani Umayyah Timur, yaitu:

16
1. Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
Pada masa ini, Al-Qur’an telah disempurnakan dengan telah diberikan titik dan
baris, karena Al-Qur’an yang telah dikodifikasi pada zaman Abu Bakar dan
Utsman Ibn Affan ditulis tanpa titik, sehingga tidak dapat dibedakan antara huruf
fa dengan huruf qaf atau antara huruf ba dengan huruf ta, serta tidak
menggunakan baris sehingga tidak dapat dibedakan antara fathah yang berbunyi
a, kasrah yang berbunyi i, dan dhammah yang berbunyi u.
2. Penulisan Hadits
Umar Ibn Abd Al-Aziz adalah khalifah yang memelopori penulisan Hadis. Beliau
memerintahkan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hajm (120 H.),
gubernur Madinah, untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan-hafalan
hadis.

E. Akhir Kekuasaan Dan Penyebab Runtuhnya Bani Umayyah

Kelemahan klasik dan khas dari kehidupan sosial orang Arab, yang terlalu
menekankan individualisme, semangat kesukuan, dan pertikaian kembali menampakkan
wujudnya. Konflik muncul akibat kecemburuan yang terjadi antara pihak Arab Utara
yang diwakili oleh suku Qays terhadap orang-orang Arab Selatan yang diwakili oleh
salah satu suku di Yaman yang bernama Kalb. Muawiyah, pendiri Dinasti Umayyah
membangun kekuasaan di Suriah di atas pundak orang Yaman. Yazid, penerusnya
dilahirkan dari seorang ibu dari suku Kalb. Suku Qays yang merasa iri tidak mau
mengangkat penerusnya, Muawiyyah II, dan mengangkat khalifah baru, Ibn Zubayr.

Akhirnya polarisasi dualisme Arab ini mencapai bentuknya yang sempurna. Perpecahan
mendahului kajatuhan dinasti ini dan dampaknya sudah mulai dirasakan pada tahun
berikutnya di tempat –tempat yang berbeda. Di berbagai provinsi terjadi pertumpahan
darah hanya karena persoalan sepele. Contoh kasus adalah, pertempuran yang terjadi
hanya dikarenakan adanya pencurian-oleh suku Ma’ad-sebutir semangka dari kebun
seorang Yaman

17
Selain perpecahan antar suku dan konflik diantara anggota keluarga kerajaan, faktor lain
yang menjadi sebab utama jatuhnya kekhalifahan Umayyah adalah munculnya berbagai
kelompok yang memberontak dan merongrong kekuasaan mereka. kelompok Syiah yang
dari awal sudah merasa direbut kekuasaannya kini semakin aktif melakukan
pemberontakan ditambah dengan dukungan publik di sekeliling mereka, yaitu orang-
orang yang merasa tidak puas, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun sosial terhadap
Dinasti Umayah.

Selain kedua kelompok di atas, kekuatan destruktif lainnya mulai bergerak aktif.
Keluarga Abbas, para keturunan paman Nabi, al-Abbas bin Abdul Muthalib mulai
menegaskan tuntutan mereka untuk menduduki pemerintahan. Dengan cerdik mereka
bergabung dengan pendukung Ali (Syiah) dengan alasan kedekatan kekeluargaan di
antara mereka.Dengan memanfaatkan kekecewaan publik dan menampilkan sebagai
pembela sejati agama Islam, para keturunan Abbas segera menjadi pemimpin gerakan
anti Umayyah.

Pemerintahan Umayah yang Arab sentris memunculkan kekecewaan dari berbagai


kelompok masyarakat yang merasa dianak tirikan oleh penguasa. Orang Islam non-Arab
pada umumnya dan khususnya orang Persia, memiliki alasan yang kuat untuk kecewa.
Selain karena tidak memperoleh kesetaraan ekonomi dan sosial yang sama dengan Arab
Islam, mereka diperlakukan secara umum sebagai maula (mantan budak). Terlebih,
meningkatnya kesadaran bahwa mereka memiliki kebudayaan dan khazanah intelektual
lebih tinggi ketimbang orang Arab. Di tengah-tengah massa yang kecewa itulah, Abbas-
Siah menemukan lahan yang cocok untuk melaksanakan propagandanya.

Kejatuhan Dinasti Umayah semakin dekat ketika terbentuk koalisi antara


kekuatan Syiah, Khurasan, dan Abbasiyah yang dimanfaatkan oleh kelompok terakhir
untuk kepentingan sendiri. Di bawah kepemimpinannya, Islam revolusioner bangkit
menentang tatanan yang ada dan menawarkan gagasan teokrasi dan janji untuk kembali
pada tatanan ortodoksi. Pemberontakan dimulai, di mana-mana pasukan bendera putih

18
Umayah berhadapan dengan pasukan bendera hitam, Abbasiyah. Kemenangan berada
pada pihak oposisi, satu demi satu wilayah basis Dinasti Umayyah jatuh.

Setelah jatuhnya ibukota Khurasan, Marw (749) kemudian diikuti oleh jatuhnya ibukota
Irak, Kufah yang menyerah tanpa perlawanan berarti. Pada hari Kamis, 30 Oktober 749,
pangakuan publik diberikan di masjid kepada Abu al-Abbas sebagai khalifah. Dengan
demikian, khalifah pertama Dinasti Abbasiyah telah diangkat.

Orang Abbasiyah kini berencana memusnahkan keluarga Dinasti Umayah. Sebanyak 80


orang dari keluarga kerajaan Umayah diundang ke istana untuk menghadiri jamuan
makan dan ditengah proses jamuan itu, kesemuanya dibantai. Saking bencinya dengan
Dinasti Umayyah, jasad-jasad khalifah Umayah terdahulu digali dan dibongkar, hanya
makan Umar bin Abdul Aziz-karena keshalehan dan kezuhudannya- yang selamat dari
nasib serupa. Namun, tidak semua keluarga dari Dinasti Umayyah berhasil dibunuh, Abd
al-Rahman bin Muawiyah bin Hisyam berhasil lari ke spanyol yang pada akhirnya ia
akan mendirikan kerajaan Umayah versi Spanyol.

Dengan jatuhnya Dinasti Umayyah, kejayaan dan hegemoni Suriah telah berakhir.
Periode Arab murni dalam sejarah Islam telah berakhir dan era kerajaan Arab murni kini
sedang bergerak cepat menuju titik akhir. Era baru tengah bergulir, orang Irak telah
terbebas dari orang Suriah, dendam Syiah telah terbalaskan, orang Khurasan menjadi
pasukan pengawal khalifah, dan orang-orang Persia kini menduduki jabatan penting
dalam pemerintahan. Arabisme telah runtuh, namun kekuasaan Islam terus berlanjut, dan
di bawah berndera internasional, Iranisme mulai melangkah penuh kemenangan.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kekhalifahan Bani Umayyah adalah kekhalifahan kedua yang didirikan setelah


kematian Nabi Muhammad. Daulah Bani Umayah berdiri setelah wafatnya khalifah Ali
bin Abi Thalib, pemimpin terakhir Kekhalifahan Rasyidin.
Pendiri Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I, Gubernur
Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.
Saat didirikan pada 661 masehi, khalifah pertama Bani Umayyah adalah Muawiyah I.
Setelah kematian Muawiyah I pada 680, konflik perebutan kekuasaan mengakibatkan
perang saudara. Kekuasaan akhirnya jatuh ke tangan Marwan I, dari marga yang lain.
Wilayah Suriah tetap menjadi basis kekuatan utama Bani Umayyah setelah itu, dan
Damaskus adalah ibu kotanya.
Pemerintahan Bani Umayyah berlangsung selama 365 tahun, yang terbagi atas dua
periode, yaitu pemerintahan di Damaskus selama 90 tahun dan pemerintahan di Cordoba
(Spanyol) selama 275 tahun.

B. SARAN

Demikian materi dari penulis, penulis sangat berharap mendapatkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca apabila ada beberapa kata/materi yang kurang tepat
dalam makalah ini. Semoga kita mendapat manfaat dari makalah ini serta mendapatkan pahala
kebaikan di sisiNYA Amiinn Aamiinm, salam sehat dari penulis, Wassalamualaikum
Warohmatullahi Wabarakatuh…

20
DAFTAR PUSTAKA

https://berandapendidikan1.blogspot.com/2016/01/makalah-dinasti-bani-umayyah.html

https://jegersan.wordpress.com/2016/01/21/bab-14-part-1-warisan-peradaban-dinasti-

umayyah-dan-akhir-kekuasaannya/

https://jegersan.wordpress.com/2013/12/16/bab-14-part-2-warisan-peradaban-dinasti-

umayyah-dan-akhir-kekuasaannya/

https://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/pugzfi313

https://www.google.co.id/amp/s/islamkudulu.wordpress.com/2016/10/13/bani-umayyah-

kemajuan-dalam-bidang-militer/amp/

http://www.journal.unindra.ac.id/index.php/estoria/article/download/466/416

https://www.republika.co.id/berita/pugzfi313/perkembangan-arsitektur-islam-di-mulai-

dari-dinasti-umayyah

https://wawasansejarah.com/kemunduran-dan-keruntuhan-dinasti-umayyah/

https://chaerolriezal.blogspot.com/2013/05/perkembangan-peradaban-islam-pada-

masa.html

https://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/plodw2313

21

Anda mungkin juga menyukai