Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENILAIAN TENGAH SEMESTER

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PERADABAN


PADA MASA DAULAH ABBASYIAH DAN DAULAH USMANI

OLEH :

NAMA : ZI ARSIL HIZBI/36

KELAS : XI MIA 4

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 LOMBOK TIMUR

TAHUN AJARAN 2020/2021


Jalan Hasanuddin No. 02 Selong, Lombok Timur
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang
“Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Peradaban Pada Masa Daulah Abbasyiah Dan
Daulah Usmani”. Shalawat serta salam saya sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada saya dalam pelajaran
Qur’an Hadist di MAN 1 Lombok Timur. Laporan ini sudah saya susun dengan maksimal dan
mendapat referensi dari berbagai media baik dari internet maupun buku sehingga bisa
memperlancar pembuatan laporan ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya saya dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang membangun agar saya dapat memperbaiki
makalah ini dan pada penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata saya berharap semoga laporan tentang “Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dan Peradaban Pada Masa Daulah Abbasyiah Dan Daulah Usmani” dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Pringgasela, 5 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................................................i
Daftar Isi .......................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasyiah ........................................... 2
B. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasyiah .......................................... 6
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Usmani ............................................ 9
D. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasyiah ........................................ 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan................................................................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah tak akan mengubah kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap
insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa
khulafurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa
daulah. Daulah yang pertama berdiri adalah daulah Umayyah yang memiliki sejarah besar dan
pengaruh besar dalam penyebaran agama Islam. Masa ini adalah masa dimana para sahabat
Nabi masih hadir untuk membimbing umat. Namun seiring berjalannya waktu daulah
Ummayah mengalami kemundurah dan akhirnya runtuh karena melemahanya sistem
pemerintah dinasti umayyah, dan penerusnya yang hanya mementingkan urusan pribadi tanpa
memperdulikan rakyatnya. Setelah runtuhnya Daulah Umayyah maka berdirilah Daulah
Abbasyiah.
Pada masa Daulah Abbasyiah peradaban ummat Islam mengalami peningkatan cukup
pesat. Sama halnya dengan daulah Umayyah, daulah Abbsyiah juga seiring berjalannya waktu
mengalami kemuduran hingga akhirnya runtuh dan dilanjutkan oleh daulah Usmani.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasyiah?
2. Bagaimana perkembanagan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasyiah?
3. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Usmani?
4. Bagaimana perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Usmani?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasyiah.
2. Untuk mengetahui perkembanagan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasyiah.
3. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Usmani.
4. Untuk mengetahui perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Usmani.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiyah


Islam pada zaman Rasulullah sudah berkembang sangat dengan pesat. Islam tidak hanya
berkembang di Mekah-Madinah, tetapi sudah berkembang ke seluruh negara-negara di
Jazirah Arab dan di sekitarnya. Adapun menurut sejarah bahwa puncak perkembangan Islam
terutama di bidang ilmu penghetahuan terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah.
Sejarah Singkat Dinasti/Daulah Abbasiyyah
Dinasti Abbasiyah berkuasa selama lima abad yaitu tahun 132-656/750-1258 M,
menggantikan Daulah Umayyah yang telah berkuasa selama 92 tahun (40-132 H/660-750
M). Dengan tumbangnya Bani Umayyah maka kekuasaan berpindah ke tangan Dinasti
Abbasiyah.
Dinamakan Dinasti Abbasiyah dinisbahkan kepada paman Nabi Muhammad SAW Abbas
bin Abdul Mutholib karena para pendiri dan khalifahnya merupakan keturunan darinya.
Khalifah yang pertama kali menduduki jabatan adalah Abdul Abbas Asy Syafah yang
berkuasa pada tahun 132-136 H/750-753 M. Dinasti Abbasiyah selama masa tersebut
dipimpin oleh 37 khalifah.
Khalifah yang terakhir adalah Al Mu’tazim yang berkuasa pada tahun 124 H/1258 M dan
mati terbunuh oleh pasukan Mongol pimpinan Hulogu Khan. Hulogu Khan adalah cucu dari
Jengis Khan.
Khalifah-khalifah besar pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Abu Abbas As Safa, Abu
Jafar al-Mansyur, Harun ar-Rasyid, Al Makmum, Al Mu’tazim dan Al Watsik. Mereka
adalah para khalifah yang telah menghantarkan ke puncak masa kejayaan dan keemasan
daulah Dinasti Abbasiyah. Setelah itu hampir tidak ada khalifah yang besar lagi. Hal ini
dikarenakan mereka lebih banyak disibukkan dengan hal duniawi dan saling berebut
kekuasaan. Selama berkuasa Dinasti Abbasiyah mengalami masa kejayaannya, mulai dari
berdirinya hingga sampai pada masa pemerintahan Khalifah Al Watsik Billah tahun 232
H/879 M. Masa tersebut merupakan masa yang gemilang, bahkan dapat dikatakan masa
keemasan dan kejayaan bagi umat Islam hampir di segala bidang terutama bidang keilmuan
dan menjadi pusat peradaban dunia. Dalam aktifitas pemerintahannya Dinasti Abbasiyah
mengambil pusat kegiatan di kota Bagdad dan sekaligus dijadikan sebagai ibukota negara.
Dari sinilah segala kegiatan baik politik, sosial, ekonomi, kekuasaan, pengetahuan,
kebudayaan, dan lain-lain dijalankan.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah


Pada masa Dinasti Abbasiyah kehidupan peradaban Islam sangat maju, sehingga pada
masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam. Kaum muslimin telah menggapai puncak
kemuliaan dan kekayaan, baik itu di bidang kekuasaan, politik, ekonomi, dan terlebih lagi
dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan tentang ilmu agama dan
ilmu pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir

2
pada zaman tersebut. Hal ini dikarenakan berbagai macam penelitian dan kajian tentang ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh para kaum muslimin itu sendiri
Khalifah Harun ar-Rasyid sangat concern dalam memajukan pengetahuan tersebut. Beliau
mendirikan lembaga ilmu pengetahun yang diberi nama “BAITUL HIKMAH” sebagai
pusat penerjemahan, penelitian, dan pengkajian ilmu perpustakaan serta lembaga pendidikan
(Perguruan Tinggi). Buah dari perhatian tersebut kaum muslimin dapat mempelajari berbagai
ilmu dalam bahasa Arab. Dan hasilnya bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari
berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal juga ulama-ulama besar yang sangat tersohor
seperti halnya Imam Abu Hanafi-Imam Malik-Imam Syafei-Imam Hambali, Imam Bukhari,
dan Imam Muslim.
Para khalifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat menghargai dan
memuliakannya. Oleh karena itu, mereka membuka peluang seluas-luasnya terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh mahasiswa baik dari kalangan Islam
maupun kalangan lainnya. Para khalifah sendiri pada umumnya seorang ulama yang
mencintai ilmu, menghormati sarjana dan para pujangga. Kebebasan berfikir sangat
dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan untuk berijtihad mengembangkan daya
intelektualnya dan bebas dari belenggu taqlid. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan umum
atau agama berkembang sangat tinggi. Sebagai bukti antara lain:
 Dibentuk Korps Ulama yang anggotanya terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama
yang bertugas menerjemahkan, membahas, dan menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno,
sehingga pada masa itu muncullah tokoh-tokoh muslim yang menyebarluaskan agama
Islam dan menghasilkan karya-karya yang besar.
 Didirikanlah Baitul Hikmah sebagai pusat penterjemahan, penelitian dan pengkajian ilmu
pengetahuan baik agama maupun umum.
 Didirikan ‘Majelis Munazarat’ yaitu suatu tempat berkumpulnya para sarjana muslim,
untuk membahas ilmu pengetahuan, para sarjana muslim diberi kebabasan berfikir atas
ilmu pengetahuan tersebut.
Hasil Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah sangat
pesat, sehingga lahir beberapa ilmu dalam agama Islam, antara lain sebagai berikut.
a. Ilmu Hadis
Ilmu hadis adalah ilmu yang mempelajari tentang hadis dari sunat, perawinya, isi, dll.
Pada masa itu bermunculan ahli-ahli hadis yang besar dan terkenal beserta hasil karyanya,
antara lain:
1. Imam Bukhari, lahir di Bukharo 194 H di Bagdad, kitabnya yang termasyur adalah al-
Jami’us sahih dan terkenal dengan sahih Bukhari.
2. Imam Muslim wafat tahun 216 H di Naisabur. Kitabnya Jami’us dan terkenal dengan
‘Sahih Muslim”.
3. Abu Dawud dengan kitab hadisnya berjudul “Sunan Abu Dawud”.
4. Ibnu Majah dengan kitab hadisnya Sunan Ibnu Majah.
5. At-Tirmidzi sebagai kitabnya ‘Sunan Tirmidzi’.
3
b. Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir adalah ilmu yang menjelaskan tentang makna/kandungan ayat Al-Qur’an.
Sebab-sebab turunnya ayat/Asbabun nuzulnya, hukumnya, dan lain-lain. Adapun ahli
tafsir yang termasyur ketika itu antara lain:
1. Abu Jarir at-Tabari dengan tafsirnya Al-Qur’anul Azim sebanyak 30 juz.
2. Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany (mu’tazilah), tafsirnya berjumlah 14 jilid.
c. Ilmu Fikih
Ilmu fikih yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam (segala sesuatu
yang diwajibkan, dimakruhkan, dibolehkan, dan yang diharamkan oleh agama Islam).
d. Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat segala sesuatu yang ada, sebab asal hukumnya atau ketentuan-ketentuannya
berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Manfaat filsafat Islam adalah untuk menemukan
hakikat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah dan merupakan bukti kebesaran-Nya. Allah
swt. berfirman: Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal.” (Q.S. Ali-‘Imran/3: 190)
e. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf yaitu ilmu yang mengajarkan cara-cara membersihkan hati, pikiran, dan
ucapan dari sifat yang tercela sehingga tumbuh rasa taqwa dan dekat kepada Allah swt.
Untuk dapat mencapai kebahagiaan abadi (bersih lahir dan batin). Orang muslim yang
menjalani kehidupan tasawuf disebut sufi.
f. Sejarah
Sejarah ialah ilmu yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lampau yang
meliputi waktu dan tempat peristiwa itu terjadi, pelakunya, peristiwanya dan disusun
secara sistematis. Dengan mempelajari sejarah seseorang dapat mengambil pelajaran,
manfaat, dan hikmahnya dari peristiwa tersebut. Allah swt. berfirman dalam Surah Yusuf
ayat 111 : Artinya: “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang
yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf/12: 111)
g. Kedokteran
Pada masa Dinasti Abbasiyah kedokteran mengalami perkembangan dan kemajuan,
khususnya tatkala pemerintahan Harun ar-Rasyid dan khalifah-khalifah besar sesudahnya.
Pada waktu itu sekolah-sekolah tinggi kedokteran didirikan sehingga banyak mencetak
sarjana kedokteran.
h. Matematika
Para tokohnya antara lain:
1. Al-Khawarizmi (194-266 H). Beliau telah menyusun buku Aljabar dan menemukan
angka nol (0). Angka 1-9 berasal dari Hindu, yang telah dikembangkan oleh umat
Islam (Arab).
2. Umar Khayam. Buku karyanya adalah Treatise On Algebra dan buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis.

4
i. Astronomi
Astronomi ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan, dan bintang-bintang
serta planet-planet yang lain. Tokoh-tokohnya antara lain:
1. Abu Mansur al-Falaqi
2. Jabir al-Batani, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama.
Ilmuwan/Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
a. Ahli Filsafat Islam antara lain:
 Al-Kindi (185-252 H/805-873 M), terkenal dengan sebutan ‘Filosof Arab’, beliau
menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Bermacam-macam ilmu telah
dikajinya, terutama filsafat. Al-Kindi bukan hanya filosof, tetapi juga ahli ilmu
matematika, astronomi, farmakologi, dan sebagainya.
 Al Farabi (180-260 H/780 – 863 M), beliau menerjemahkan buku-buku asing ke
dalam bahasa Arab. Al Farabi banyak menulis buku mengenai logika, matematika,
fisika, metafisika, kimia, etika, dan sebagainya. Filsafatnya mengenai logika antara lain
dalam bukunya “Syakh Kitab al Ibarah Li Aristo”, menjelaskan logika adalah ilmu
tentang pedoman yang dapat menegakkan pikiran dan dapat menunjukkannya kepada
kebenaran. Dia diberi gelar guru besar kedua, setelah Aristoteles yang menjadi guru
besar pertama. Buah karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.
 Ibnu Sina (Abdullah bin Sina) (370 - 480H/980 - 1060 M). Di Eropa dikenal dengan
nama Avicena. Sejak kecil ia telah belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika, teolog
Islam, ilmu-ilmu kedokteran dan Islam. Beliau seorang dokter di kota Hamazan,
Persia, yang aktif mengadakan penelitian tentang berbagai macam jenis penyakit.
Beliau juga terkenal dengan idenya mengenai faham serba wujud atau wahdatul wujud,
juga ahli fisika dan ahli jiwa. Pada usia 17 tahun ia sangat terkenal. Karangan Ibnu
Sina berjumlah lebih dari dua ratus buku, yang terkenal antara lain: 1. Asy Syifa, buku
ini adalah buku filsafat, terdiri atas empat bagian yaitu logika, fisika, matematika, dan
metafisika. 2. Al-Qanun atau Canon of Medicine. Menurut penyebutan orang-orang
barat, buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan pernah menjadi buku
standar untuk Universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ke-17.
 Ibnu Rusyd. Dilahirkan di Cardova pada tahun 250 H/1126 M dan meninggal dunia
tahun 675 H/1198 M. Dia dikenal di Eropa dengan nama Averoes. Dia adalah ahli
filsafat yang dikenal dengan sebutan bapak Rasionalisme. Dia juga ahli ilmu hayat,
ilmu fisika, ilmu falak, ilmu akhlak dan juga ilmu kedokteran, ilmu fikih. Karyanya
antara lain: a. Fasul Maqal fima Baina al Hikmati Wasyari’at Minal Ittisal. b. Bidayatul
Mujtahid c. Tahafutut Tahafud d. Fikih. Karangan beliau hingga kini masih banyak
dijumpai di perpustakaan Eropa dan Amerika.
b. Ahli Kedokteran Muslim
 Hunain Ibnu Iskak, lahir pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau
adalah dokter spesialis mata, karyanya adalah buku-buku tentang berbagai penyakit,
dan banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab.

5
 Ibnu Sina, di samping filosof juga sebagai tokoh kedokteran, bukunya yang sangat
terkenal di bidang kedokteran adalah Al-Qanun Fi Al-tib dijadikan buku pedoman
kedokteran di Universitas-universitas Eropa maupun negara-negara Islam.
c. Ahli Sejarah
 Ibnu Qutaibah (828 M – 889 M) dengan hasil karyanya Uyun Al Akhbar yang berisi
sejarah politik negeri-negeri Islam. At-Thabari (839 M – 923 M) menulis tentang
sejarah para rasul dan raja-raja. Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M) hasil karyanya Al
Ihbar banyaknya 7 jilid dan setiap jilidnya berisi 500 halaman.
d. Ahli Fikih
 Imam Abu Hanifah (80 – 150 H/700 – 767 M) beliau menyusun madzhabnya yaitu
madzhab Hanafi.
 Imam Malik Bin Anas, lahir di Madinah tahun 93 H/788 M dan meninggal di Hijaz
pada tahun 170 H/788 M, beliau menyusun madzhab Maliki.
 Imam Syafii nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin Syafi’i (150 – 204 H/767 –
802 M), sewaktu berumur 7 tahun sudah hafal Al Quran dan menyusun madzhabnya
yaitu madzhab Syafi’i.
 Imam Hambali (164 – 241 H/780 – 855 M), beliau menyusun madzhabnya, yaitu
madzhab Hambali.
e. Ahli Tasawuf
 Rabi’ah Adawiyah (lahir di Baghdad tahun 714 M ajaran tasawufnya dinamakan
‘Mahabbah’.
 Abu Hamid bin Muhammad bin ahmad Ghozali (1059– 111 M) - hasil karyanya
yang terkenal adalah ‘Ihya Ulumuddin’.
 Abdul Farid Zunnun Al Misri, lahir tahun 156 H/773 M – 245 H/860 M), beliau
dapat membaca Hieroglif yang ditinggalkan di zaman Firaun (Mesir).

B. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasyiah


Daulah ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali bin Abdullah al-Abbas.
Pola pemerintahan yang diterapkan oleh dinasti Abbasiyah selama berkuasa bervariasi
menyesuaikan dengan kondisi politik, sosial dan budaya yang terjadi selama masa
pemerintahan. Periodesasi di masa Abbasiyah dibagi menjadi lima, yaitu:
 Periode I (132H-232H / 750M-847M), Persia I.
 Periode II (232H-334H / 847M-945M), Turki I.
 Periode III (334H-447H / 945M-1055M), pemerintahan Dinasti Buwaih.
 Periode IV (447H-590H / 1055M-1194M), periode Bani Seljuk (Turki II).
 Periode V (590H-656H / 1194M-1250M), periode yang terbebas dari pengaruh
Dinasti lainnya.
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada periode I. Khalifah periode pertama
dikenal sebagai yang terkuat dan kemakmuran pada saat itu mencapai level yang tinggi.
Kejayaan dinasti ini terjadi pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rashid (786M-809M) dan
putranya Al-Ma'mun (813M-833M). Aset yang dimiliki oleh Harun Ar-Rashid dan putranya
Al-Ma'mun dialokasikan untuk dalam bidang sosial, kesehatan, pendidikan serta budaya dan
6
sastra. Khalifah Harun Ar-Rashid adalah seorang khalifah yang mencintai sains dan
mendirikan banyak sekolah. Selama masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rashid, Baghdad
menjadi kota yang tidak tertandingi pada abad pertengahan. Pada masa kepemimpinan
Khalifah Harun Ar-Rashid, hiduplah seorang cendekiawan populer yang sering memberi
nasihat kepada Khalifah dengan caranya yang khas, yaitu Abu Nawas. Nasihat baik dari Abu
Nawas yang disertai dengan gaya
humornya menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun ArRasyid.
Masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rashid juga sangat aktif dalam menerjemahkan
berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Lembaga khusus terjemah didirikan
guna keperluan penerjemahan akan berbagai informasi dan keilmuan yang terkandung di
dalam buku asing. Lembaga terjemahan dipimpin oleh seorang ahli yaitu Yuhana bin
Musawih. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan sebagai bahasa
pengantar di sekolah, perguruan tinggi, serta menjadi alat atau sarana komunikasi umum.
Selain Khalifah Harun Ar-Rashid, khalifah yang memberikan kontribusi besar
terhadap kemajuan peradaban Abbasiyah adalah putranya, yakni Khalifah AlMa'mun. Dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, Khalifah Al-Ma'mun melakukan perluasan terhadap
perpustakaan terbesar dan terlengkap kala itu (Baital-Hikmah) yang didirikan oleh ayahnya.
Baitul Hikmah dikonstruksi menjadi lembaga pendidikan (perguruan tinggi), perpustakaan dan
tempat penelitian Lembaga pendidikan lainnya yang didirikan oleh Khalifah Al-Ma'mun
adalah Majalis Al-Munazharah yakni tempat untuk studi keagamaan. Institusi ini menjadi
tanda kekuatan penuh kebangkitan Timur, di mana Baghdad mulai menjadi pusat budaya sains
dan puncak keemasan Islam. Selain itu, Khalifah ini menunjukkan ketertarikan yang sangat
tinggi terhadap sains dan filsafat Yunani. Hal ini dibuktikan dengan adanya gerakan
penerjemahan karya-karya kuno berbahasa asing ke bahasa Arab yang umumnya pada bidang
sains dan filsafat. Upaya Khalifah Al-Ma'mun untuk melanjutkan tradisi keilmuan yang
diwarisi dari pendahulunya, maka Al-Ma'mun mengambil kebijakan untuk lebih memperbesar
anggaran pendidikan dan berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). Di
samping itu, khalifah juga cukup terbuka terhadap pluralitas masyarakat, terutama kepada
bangsa Persia, dalam rangka pengembangan pendidikan, sains dan peradaban selama masa
pemerintahannya. Pengembangan dalam bidang pendidikan dan sains melalui gerakan
penerjemahan naskah bahasa asing ke dalam bahasa Arab, diberikan alokasi dana yang cukup
besar. Pakar penerjemah yang ditugaskan oleh Khalifah Al-Ma'mun ialah Yahya bin Abi
Mansur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Thabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq (Abu Zaid Al-
Ibadi). Hal ini merupakan prioritas utama pada masa pemerintahan Khalifah Al-Ma'mun di
bidang pendidikan dan budaya. Di samping itu, diskusi dan debat seringkali diadakan di
berbagai tempat atau lembaga, seperti istana, masjid, Bait al-Hikmah dan lembaga pendidikan
lainnya. Output dari gerakan intelektual di era Abbasiyah membawa mereka pada puncak
kemajuan ilmiah. Terjemahan mendorong mereka untuk menguasai warisan intelektual dari
tiga budaya, Yunani, Persia, dan India, baik di bidang agama maupun sains. Kemajuan dalam
bidang agama di era Abbasiyah melahirkan ulama besar beserta karyanya, termasuk Ibn Majah
dan al-Nasai dengan Kuttub al-Sittah. Selain itu terdapat berbagai macam pemikiran teologis
pada periode Abbasiyah.

7
Tokoh-tokoh pembentuk pemikiran Mu'tazilah adalah Abu al-Huzail al-Allaf dan
alNazzam. Asy'ariyah didirikan oleh Abu Hasan al-Asy'ari. Ulama ulama lainnya baik
mu'tazilah dan sunnah wal jama'ah termasuk al-Juba'I (Mu'tazilah); Al-Asy'ari, AlBaqilani,
Al-Juwaini, Al-Ghozali, dan Al-Maturidi. Pada bidang fikih, ulama fikih
terkenal dari periode Abbasiyah adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Para sarjana Muslim di bidang sains dan teknologi pada zaman Daulah Abbasiyah, di
antaranya Al-Razi dan Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al-Farazi (astronomi), Muhammad
Ibnu Musa al-Khawarizmi (matematika), Ibn Rushd, AlFarabi dan Ibn Sina (filsafat), dan di
bidang geografi ada Ibnu Khardazabah sebagai seorang ahli geografi pada masanya (Alimni,
2014). Pada masa dinasti Abbasiyah, semangat penelitian sangat tinggi di kalangan
masyarakat. Anak-anak dan orang dewasa berlomba meninggalkan negara mereka untuk
menimba ilmu. Salah satu indikator perkembangan pendidikan pada saat itu adalah munculnya
institusi pendidikan Islam secara luas. Pada zaman Abbasiyah, masjid bukanlah satu-satunya
institusi pendidikan, tetapi ada banyak lembaga pendidikan formal dan nonformal yang sedang
berkembang. Di antara lembaga pendidikan Islam adalah:
a. Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar yang berfokus pada kemampuan membaca dan
menulis peserta didik. Kemahiran membaca dan menulis diperlukan dan diajarkan sejak
awal pengajaran Al Qur'an;
b. Pendidikan rendah di istana. Pembentukan pendidikan rendah di istana didasarkan pada
gagasan bahwa pendidikan harus mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengenali
lingkungan dan melaksanakan tugas mereka nanti ketika ia dewasa;
c. Toko buku. Pesatnya perkembangan sains dan budaya Islam diikuti oleh penulisan dan
penerjemahan buku di berbagai bidang ilmu. Sejak itu berdiri toko buku yang digunakan
sebagai sarana jual beli buku di berbagai bidang ilmu;
d. Rumah para ulama. Rumah yang sering digunakan sebagai tempat kegiatan ilmiah selama
periode Abbasiyah adalah rumah al-Rais Ibn Sina. Di situlah banyak siswa membaca
buku-buku al-Qanun dan al-Syifa.
e. Majelis sastra. Majelis ini digunakan untuk membahas berbagai ilmu. Pada masa
Khalifah Harun ar-Rashid majelis sastra berkembang pesat, kompetisi sastra dan
debat fukaha sering diadakan pada waktu itu (Suwito, 2008);
f. Badiah. Tempat ini adalah rumah bagi orang-orang Arab yang masih mempertahankan
keaslian dan kemurnian bahasa Arab. Para ulama pergi ke badiah-badiah untuk
mempelajari bahasa Arab dan sastra murni. Selain itu, khalifah umumnya mengirim anak-
anak mereka untuk belajar di Badiah;
g. Rumah Sakit. Selain sebagai tempat untuk merawat orang sakit, rumah sakit pada masa
Abbasiyah berfungsi sebagai lembaga pendidikan. Rumah sakit ini berfungsi untuk
berbagai penelitian dan percobaan di bidang kedokteran dan farmasi serta pendidikan bagi
pekerja kesehatan;
h. Perpustakaan dan observatorium. Pada masanya, Abbasiyah mendirikan perpustakaan dan
observatorium sebagai pusat studi ilmiah untuk mengembangkan berbagai ilmu;

8
i. Madrasah. Untuk mengawal pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, dinasti
Abbasiyah membutuhkan lebih banyak pendidik, infrastruktur yang lebih lengkap dan
administrasi yang lebih teratur. Dengan demikian, madrasah sebagai lembaga formal
didirikan untuk meresponnya.

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Usmani


Daulah Turki Usmani didirikan oleh suku Kayi, bernama Sulaiman Syah. Sulaiman Syah
mempunyai anak bernama Erthogrol dan Erthogrol mewariskan kepada anaknya yang
bernama Usman dan Usman inilah dinisbahkan nama daulah ini. Daulah Turki Usmani
penguasanya bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi
dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual. Daulah ini juga digelar dengan gelar
kerajaan karena pemimpinnya memperoleh kekuasaan dengan cara warisan turun temurun.
Dari awal kehadiran Daulah Turki Usmani dalam pentas sejarah dunia yang mewakili dunia
Islam terlihat kokoh dan gigih dalam mengemban dan mengawal wilayah kekuasaannya.
Perjuangannya yang gigih itu menghasilkan suatu perjuangan yang sangat sukses dan
gemilang. Hal tersebut dapat terwujud disebabkan oleh kepribadian para Sultan yang tangguh,
berwibawah kemudian didukung oleh rakyatnya yang setia terhadap daulah serta ditopang
oleh sarana dan pra sarana dalam melakukan perjuangan.
Daulah Turki Usmani sejak awal kehadirannya telah bangkit dan berkembang sekitar abad
XIV dan terus menanjak hingga abad XVI, dengan wilayah kekuasaannya yang sangat luas,
meliputi wilayah kekuasaan pada kerajaan Bizantium, daerah Eropa hingga Austria, Mesir dan
Afrika Utara hingga Al Jazair dan Asia. Sultan yang terkenal mengantarkan daulah ini
kepuncak kejayaan pada abad XVI adalah Sultan Sulaiman I Qanuni. Pada abad XVII, daulah
Turki Usmani telah memulai menurun pamornya, tidak lagi dapat memperluas daerah
kekuasaannya tinggal mempertahankannya. Seterusnya, abad-abad berikutnya mulai satu demi
satu daerahnya dicaplok oleh negara-negara baru. Pada awal abad XIX, Sultan Mahmud II
(putra Abdul Hamid I) yang berkuasa dari tahun 1808-1839 mulai memikirkan secara serius
factor-faktor penyebab kemunduran Turki Usmani dan mengapa Barat bisa maju dengan
pesatnya, Barat menjadi saingan yang sangat kuat.
Usaha perbaikan dan pembaharuan berjalan agak lambat, sementara Barat berkembang
pesat, daulah Usmani tidak dapat menyaingi perkembangan yang terjadi di Barat, walau Sultan
telah berupaya kearah kemajuan, seperti usaha yang dilakukan oleh sultan Mahmud II lewat
program pendidikan. Kemudian pada awal abad XX Mustafa Kemal membangun strategi,
kekuatan untuk menjadikan Turki sebagai negara maju modern dengan konsep nasionalisme
sekuler Turki Modern dan Mustafa Kemal berhasil mengambil Daulah Turki Usmani dan
menjadikan negara Turki sebagai negara republik Turki yang berhaluan nasionalis sekuler.
Usaha-Usaha Pendidikan yang Dilakukan oleh Daulah Turki Usmani
Secara praktis daulah Turki Usmani menjadi stagnan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan di bidang militer daulah Turki Usmani tidak diimbangi dengan kemajuan
di bidang teknologi dan sains. Ketika bangsa Barat berhasil mengembangkan teknologi
persenjataan, pihak daulah Turki Usmani mengalami kekalahan ketika kontak senjata dengan
Barat.Sultan Mahmud II dikenal sebagai pelopor pembaharuan pada awal abad XIX pada

9
daulah Turki Usmani yang dikenal sebagai sultan yang tidak mau terikat dengan tradisi dan
tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama, ia mulai keluar dari tradisi aristokrasi
dalam membangun relasi dengan rakyatnya.
Menurut Harun Nasution bahwa sultan-sultan sebelum Sultan Mahmud II menganggap
diri mereka tinggi dan tidak pantas bergaul dengan rakyat. Itulah sebabnya mereka selalu
mengasingkan diri dan menyerahkan kepada bawahannya mengenai urusan rakyatnya. Tradisi
seperti itu dilanggar oleh Sultan Mahmud II. Ia mengambil sikap demokrasi dan selalu muncul
dimuka umum untuk berbicara dan para pejabat lainnya juga dibiasakan bersikap demikian.
Perubahan penting dan sangat mendasar yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dan kemudian
mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di daulah Turki Usmani adalah
dalam bidang pendidikan.Menyadari akan kekalahan yang terjadi pada daulah Turki Usmnai,
Sultan Mahmud II hal yang pertama yang keterampilan yang dirancang untuk mempersiapkan
siswa-siswa terjun ke dunia kerja pada lapangan yang luas, termasuk jabatan tinggi pada
pemerintahan daulah Turki Usmani.
Pada tahun 1869 suatu usaha inovasi pendidikan yang cukup penting yakni pembenahan
secara total dan keterpaduan sekolah-sekolah yang ada serta penyebarluasannya, yaitu:
1. Sekolah dasar (Rusdiya) dan sekolah menengah persiapan (Idadiya), dibuka pada setiap
desa dan seluruh penjuru kota. Dan siswa yang belajar tidak dibebani pembayaran
sekolah.
2. Sekolah dasar (Rusdiya) dibangun di kota yang berpenduduk 500 keluarga 3. Sekolah
menengah persiapan (idadiya) dibangun di kota yang berpenduduk 1000 kepala keluarga
3. Sekolah pendidikan guru diadakan untuk memenuhi kebutuhan guru pada sekolah-sekolah
yang ada.
Pada tahun 1876 sebuah perundang-undangan dibentuk yang memuat tentang aturan-
aturan mengenai pendidikan, diantara isi undang-undang itu adalah:
1. Pendidikan dasar adalah wajib bagi semua anak kekhalifahan
2. Biaya pendidikan bebas (gratis)
3. Sistem pendidikan terpusat, terpadu dan sekuler
4. Negara yang mengawasi, mengeloa dan mengatur seluruh institusi pendidikan
5. Siswa yang mengikuti pendidikan, tidak dibedakan oleh agama dan jenis kelamin.
Dalam undang-undang ini tidak diatur mengenai pendidikan, agama, dengan demikian
pendidikan agama adalah tanggung jawab para ulama. Dalam periode ini sekolah yang paling
terkenal yang diadakan oleh sultan adalah Galatasaray. Institusi ini banyak menghasilkan
tokoh yang memberi pengaruh besar terhadap nasib bangsa Turki. Kurikulumnya terdiri dari
bahasa Latin, sejarah geografi, matematika, sains, menggambar, dan kaligrafi serta bahasa
Turki, Persia dan Arab. Pimpinan sekolah dan hampir semua gurunya adalah orang Prancis,
dan bahasa pengantar dalam proses belajar mengajarnya sebagian besar adalah bahasa Prancis.
Pada sekolah ini juga diberikan bea siswa.21 Pada masa Sultan Abdul Hamid (sultan
XXXVII) dibidang pendidikan ia mendirikan Perguruan Tinggi, Sekolah Tinggi Hukum
(1878), Sekolah Tinggi Keuangan (1878), Sekolah Tinggi Kesenian (1879), Sekolah Tinggi
Dagang (1882), Sekolah Tinggi Teknik (1888), Sekolah Dokter Hewan (1889), Sekolah
Tinggi Polisi (1891) dan Universitas Istambul (1900).22 Pada fase ini telah berlangsung

10
pembaharuan di bidang pendidikan yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh pembaharu dalam
tubuh daulah Turki Usmani, seperti gerakan pembaharuan yang disebut Tanzimat (Tanzimat-i
Khairiye).

D. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Usmani


Orang-orang Utsmani berasal dari keturunan kabilah Turkeministan. Pada permulaan
abad ke-7 H bertepatan abad ke 13 M mereka hidup di Kurdistan. Mereka berprofesi sebagai
pengembala. Akibat serangan orang-orang Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan ke Irak
dan wilayah timur Asia Kecil, maka pada abad 617 H (1220M) Sulaiaman, kakek dari
Utsman, melakkan hijrah bersama kabilahnya dari Kurdistan ke Anatolia. Mereka lalu
berdomisili di Kota Akhlath (Kota di sebelah timur Turki).
Setelah meninggalnya Sulaiman, putranya yang bernama Erthughrul menggantikan
posisinya sebagai pemimpin kabilah. Dia terus bergerak hingga mencapai barat lau Anatolia.
Di perjalanan, dia melihat pertempuran sengit antara kaum muslimin Saljuk dan orang-orang
Kristen Romawi. Bersama Kabilahnya, dia lalu bergabung dengan kaum muslimin.
Tindikannya ini dilakukan pada waktu yang tepat sehingga menjadi sebab kemenangan orang-
orang Saljuk.
Atas keberaniannya, Komandan pasukan Islam Saljuk memberi Erthugrul dan
rombongannya sebidang tanah di wilayah barat Anatolia, dekat dengan perbatasan Romawi.
Dia juga memberikan wewenang kepada mereka untuk memperluas wilayahnya hingga ke
wilayah kekuasaan Romawi. Orang-orang Saljuk pun mendapat sekutu kuat dalam berjihad
melawan Romawi. Maka, terjalinlah persahabatan erat antara negara yang baru tumbuh ini
dengan orang-orang Saljuk akibat adanya musuh bersama dalam akidah dan agama.
Persahabatan ini terus berlangsung selama masa hidup Erthugrul yang wafat pada 699 H (1299
M).
Sepeninggalnya, putranya yang bernama Utsman menggantikan posisinya sebagai
pemimpin. Dia menempuh kebijakan politik yang telah dilakukan ayahnya dalam memperluas
wilayah hingga ke wilayah kekuasaan Romawi.

UTSMAN, PENDIRI DAULAH UTSMANI

Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)

Utsman I mempunyai sifat-sifat mulia. Diantaranya adalah pemberani, bijaksana, iklhas,


sabar, mempunyai daya tarik keimanan, adil, menepati janji, melakukan penaklukan hanya
karena Allah SWT semata, serta mencintai ilmu dan para ulama. Atas dasar inilah Usman
diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang
dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Kehidupan Utsman I, adalah jihad dan dakwah dan fi
sabillah. Para ulama selalu berada di sekelilingnya. Mereka memberikan nasihat dan arahan
mengenai penataan administrasi dan pelaksanaan peraturan dalam kekuasaan. Dan yang paling
utama Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil
dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu masuk Islam, membayar
Jizyah (pajak) atau berperang. Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan,
yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman. Sejarah menyebutkan kepada kita

11
mengenai wasiat Utsman kepada putranya, Orkhan saat berada di ranjang kematian. Wasiat ini
mengandung makna peradaban dan manhaj syariah yang menjadi panduan dalam
pemerintahan Utsmani sepeninggalnya.

Sultan Orkhan Bin Utsman (726-761 H/ 1327-1360 M)

Orkhan diangkat menjadi pemimpin sepeninggal ayahnya, dia menempuh kebijakan


seperti yang ditempuh oleh ayahnya dalam memerintah dan melakukan penaklukan-
penaklukan negeri. Dia sangat peduli untuk merealisasikan kabar gembira dari Rasulullah saw,
mengenai akan ditaklukanya Konstatinopel. Dia meletakkan langkah strategis untuk
mengepung ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur dalam satu waktu.

Salah satu aktivitas terpenting yang berkaitan erat dengan kehidupan Sulthan Orkhan
adalah pengoporasian tentara Islam dan semangatnya untuk membentuk sistem kemiliteraan
Islam yang istimewa. Orkhan membagi tentara ke dalam beberapa unit terdiri dari sepuluh,
ratusan orang bahkan ribuan orang, Tentara baru yang dibentuk oleh Orkhan diberi
nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman
inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam. Orkhan mengkhususkan seperlima dari harta
rampasan peran untuk biaya tentara itu. Orkhan menjdikan unit itu sebagai tentara reguler.
Sebelum pembentuka unit itu, tentara hanya berkumpul pada waktu perang. Orkhan kemudian
mendirikian pangkalan tersendiri agar tentara bisa berlatih dengan sempurna.

Orkhan berusaha menguatkan pilar-pilar negaranya. Dia banyak melakukan karya


perbaikan dan pembangunan, menertibkan urusan admnistrasi, memperkuat militer,
membangun masjid-masjid, dan mendirikan lembaga-lembaga ilmiah. Lembaga-lembaga itu
dipimpin oleh para ulama dan pengajar terbaik. Mereka sangat dihormati oleh pemerintah.

SULTAN MURAD I BIN ORKHAN (761-791 H/ 1360-1389 M)

Sultan Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad, dermawan, dan
tekun menjalankan agama, dia mencintai peraturan dan selalu memegangnya dengan teguh,
berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya, mencintai jihad, dan sering membangun masjid-
masjid, sekolah-sekolah dan tempat-tempat berlindung.

Di sekelilingnya terdapat sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman


dalam bidang militer. Dia selalu mengajak mereka untuk bermusyawarah. Dia juga berhasil
meluaskan wilayahnya dia Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan.

Ia menaklukkan Adrianopel (yang kemudian berubaha nama menjadi Edirne setelah


ditaklukan dan dijadikan ibukota), yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang
baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan
menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa
mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk
mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan
Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad
I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus
menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki

12
Setelah kemenangan di Kosovo, Sulthan Murad I melakukan inspeksi di medan perang.
Dia berkeliling di antara deretan korban kaum muslimin yang terbunuhdan berdoa untuk
kebaikan mereka. Pada saat itulah seorang tentara Serbia yang berpura-pura mati segera
berlari ke arah Sultahn Murad I. para pengawal berhasil menagkapnya, akan tetapi tentara ini
berpura berbicara kepada Sulthan. Mendengar demikian, Sulthan memberikan isyarat kepada
para pengawalnya untuk melepaskannya. Tentara serbia itu lalu mencium tangan sultan dan
dengan cepat ia mengeluarkan pisau beracun dan menikam sultan. Akhirnya Sultan Murad I
mati syahid pada 15 Syaban 791 H.

SULTAN BAYAZID I BIN MURAD ( 791-805 H/ 1389-1402 M)

Sultan Bayazid diangkat menjadi pemimpn setelah kematian ayahnya pada tahun 791 H.
dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan bersemangat untuk
melakukan ekspansi memperluas wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan
masalah-masalah kemiliteran, mengarahkan ekspansinya ke negara-negara Kristen Anatolia.
Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah
Utsmaniyah. Bayazid bagaikan kilat yang bergerak di antara dua front Balkan dan Anatolia.
Oleh karenai tu dia diberi gelar “Sang Kilat”.

Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus


Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang
merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib. Atas kegemilangannya itu pengambil alihan
Konstatinopel menjadi target utamanya dalam jihadnya, oleh karena itu dia bergerak bersama
pasukannya dengan sangat rapi untuk melakukan Pengepungan Konstatinopel. Hal ini terus
berlangsung hingga kota ini hampir saja runtuh. Tatkala negara-negara Eropa sedang menanti
hari-hari kejatuhan Byazantium, tiba-tiba Sulthan memalingkan perhatinnya dari penaklukan
Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah Utsmaniyah.

Bahaya baru yang muncul itu ketika adanya peperangan melawan Timur Lenk di Ankara.
Timur Lenk berasal dari keturunan keluarga terhormat di Turkistan. Pada 1369, dia berkuasa
di di Khurasan dengan pemerintahannya di Samarkand. Dengan pasaukannya yang
menakutkan dia mampu memperluas wilayah kekuasaannya dan mengontrol sebagian besar
Dunia Islam. Kekuasaanya yang membentang di Asia dari New Dehli hingga Damaskus dan
dari Laut Aral hingga Teluk Arab. Dia berhasil menduduki Persia, Armenia, Eufrat dan Trigis.
Bentrokan antara Timur Lenk dan Bayazid I sebenarnya terjadi karena adanya provokasi dari
para penguasa Irak, orang Kristen kepada Timur Lenk untuk menghancurkan Bayazid, dan
juga adanya surat menyurat antara keduanya.

Pada peperangan melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga
mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat
dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M. Bayazid kalah dalam menghadapi Timur Lenk
disebabkan karena ketergesa-gesaan Bayazid, dia juga tidak memilih tempat untuk memilih
pasukannya dengan baik.

Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga
penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki
Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.

13
Daulah Utsmaniyah menghadapi ancaman internal berupa munculnya perang saudara di
antara anak-anak Bayazid yang memperbutkan tahta. Perang ini berlangsung selama sepuluh
tahun. Dalam sejarah Daulah Utsmaniyah, periode ini merupakan periode ujian yang
mendahului kejayaan sebenarnya yang akan terealisasi dalam penaklukan Konstatinopel.

SULTAN MUHAMMAD I BIN BAYAZID (816-824 H/ 1403-1421 M)

Sulthan Muhammad Jalabi mampu menghentikan perang saudara karena ketegaran,


kecerdasan, dan pandangan yang jauh yang dia miliki. Dia berhasil mengalahkan saudara-
sudaranya satu demi satu hingga akhirnya tampil secara tunggal sebagai penguasa. Selama
delapan tahun masa pemerintahannya, dia membangun kembali Daulah Utsmaniyah.

Sulthan Muhammad Jalabi mampu menumpas gerakan Syaikh Badruddin yang


menyerukan persamaan dalam harta benda dan agamaserta tidak membedakan antara seorang
muslim dan non muslim dalam akidah.

Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra
Daulah Utsmaniyah sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan,
memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang
m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M)
Sultan Muhammad I meninggal.

SULTAN MURAD II BIN MUHAMMAD ( 824-855 H/ 1421-1452 M)

Sulthan Murad II diangkat menjadi pemimpin setelah kematian ayahnya, dia sangat
mencintai jihad dan dakwah, dia juga dikenal sebagai penyair dan orang yang mencintai ulama
dan penyair.

Cita-cita Sultan Murad II adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan


yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari
kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil,
Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.

Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius
VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam
perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan
Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan
menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan
Muhammad Al-Fatih.

SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH (855-886 H/ 1451-1481 M)

Sultan Muhammad Al Fatih diangkat menjadi penguasa setelah kematian ayahnya ketika
itu umurnya 22 tahun, dia mempunyai kepribadian yang unik dan menawan, mampu
menggabungkan antara kekuatan dan keadilan. Semenjak muda, dia mampu mengungguli
teman-temannya dalam banyak ilmu yang ia pelajari di sekolah istina, menguasai banyak
bahasa yang berlaku pada masnya dan sangat tertarik untuk mengkaji buku-buku sejarah.

14
Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih
berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan
Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting
dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.

Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap
sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin
Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:

1. Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi
Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
2. Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
3. Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau
perjuangan.

PENAKLUKAN KONSTATINOPEL

Konstantinopel dipandang sebagai salah satu kota paling penting di dunia, didirikan pada
tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium, Constantine I. Kota itu menjadi tempat unik dan
menawan di dunia. Sampai ada yang mengatakan, “seandainya dunia ini satu kerajaan,
tentulah Konstantinopel adalah kota yang paling layak sebagai ibukotanya”.

Ketika kaum muslimin mulai berjihad melawan Kekaisaran Byzantium, Kota


Konstantinopel mempunyai aspek khusus dalam pertsarungan itu. oleh karena itu, Rasulullah
saw menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya mengenai akan ditaklukannya
Konstantinopel. Diantaranya ketika berlangsung perang Khandaq, beliau bersabda :
Sesungguhnya kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh seseorang. Pemimpin yang
menaklukannya adalaha sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya
pasukan.

Oleh sebab itu, pasukan kaum Muslimin selalu berusaha memperluas wilayah
kekuasannya ke Konstantinopel semenjak masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Serangan pertama dilakukan pada tahun 44 H namun belum berhasil. Serangan lain dilakukan
berulang-ulang kali pada masnya, tetapi memperoleh hasil yang sama.

Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara
mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan
Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).

Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan
sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala
sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota
Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas
bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah
gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.

Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai
ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota
Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-
15
negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan
Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:

1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)


2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani
sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak
sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-
senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki
Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga
kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya
memisahkan diri,diantaranya adalah:.

1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.

16
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Daulah Abbasyiah dan Umayyah, ilmu pengetahuan dipandang sebagai
sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang
sebesar-besarnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dari masa kemasa.
Peradaban yang terjadipun mengalami peningkatan yang begitu pesat dan gemilang.
B. Saran
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengawasan dan
pengetahuan kita mengenai kehidupan masa pemerintahan daulah Abbasiyah dan daulah
Usmani.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://alfathour.com/3/Perkembangan-Ilmu-Pengetahuan-pada-masa-Dinasti-Abbasiyah

http://zriefmaronie.blogspot.com/2012/08/peradaban-islam-masa-daulah-utsmani.html

18

Anda mungkin juga menyukai