Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PERKEMBANGAN ILMU

PENGETAHUAN PADA MASA DAULAH


ABBASIYAH

Disusun Oleh :

1. Afriana Isri Zilfianti (02)


2. Audrey Maheswari Nurarifin (05)
3. Aulia Putri Nuswantari (06)
4. Dahayu Amira Widjajanto (08)
5. Nassya Esa Ayunda (24)

SMP NEGERI 2 PURWOKERTO

2023

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb, salam sejahtera untuk kita semua. Segala
puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa
Daulah Abbasiyah ini tepat pada waktunya.
Laporan ini membahas mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa daulah Abbasiyah, yang merupakan salah satu zaman keemasan dalam
sejarah dunia Islam. Ilmu pengetahuan pada masa itu berkembang pesat. Tidak
hanya pada pada bidang ilmu agama, namun juga ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya seperti, geografi, geometri, sejarah, ilmu filsafat, dan kedokteran.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Hamdiyah,
S.Pd. selaku guru mata pelajaran PAI (Pengetahuan Agama Islam) yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami sadar bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
kedepannya, laporan ini dapat menjadi referensi yang baik bagai
pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan.

Purwokerto, 18 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................5
1.3 TUJUAN........................................................................................................5
1.4 MANFAAT....................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
2.1 SEJARAH MASA DAULAH ABBASIYAH................................................7
2.1.1 Latar Belakang Masa Daulah Abbasiyah................................................8
2.1.2 Masa Keemasan Masa Daulah Abbasiyah...............................................8
2.1.3 Kemunduran Pada Masa Daulah Abbasiyah...........................................9
2.1.4 Khalifah Yang Menonjol di Masa Daulah Abbasiyah...........................10
2.2 KEMAJUAN DINASTI ABBASIYAH DALAM BIDANG ILMU
PENGETAHUAN..............................................................................................13
2.2.1 Ilmu Yang Berkembang Di Masa Daulah Abbasiyah...........................13
2.2.2 Peninggalan-Peninggalan Masa Daulah Abbasiyah..............................21
2.2.3 Pengaruh Peradaban Abbasiyah Terhadap Bangsa Barat......................24
2.2.4 Hikmah Mempelajari Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa
Abbasiyah.......................................................................................................25
BAB III PENUTUP...............................................................................................27
3.1 KESIMPULAN............................................................................................27
3.2 LAMPIRAN.................................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Pada saat Eropa atau peradaban barat tengah mengalami kegelapan atau
ketumpulan ilmu, di daerah Islam telah berada pada kemajuan ilmu
pengetahuan yang cukup pesat seperti pada masa pemerintahan Daulah Bani
Umayyah dan pemerintahan Abbasiyah. Terbentuknya Daulah Abbasiyah ini
adalah kelanjutan dari Daulah Bani Umaiyyah. Dinamakan Khilafah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Al-
Abbas, paman Nabi Muhammad SAW.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah menjadi
salah satu masa kejayaan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Baghdad
menjadi pusat perkembangan intelektual dan pengetahuan di dunia dengan
kualitas pendidikan dan pemikiran yang sangat tinggi. Selain itu,
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti faktor sosial, politik, dan ekonomi yang
mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan.
Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai berbagai macam disiplin ilmu
pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah, seperti
matematika, astronomi, fisika, kimia, kedokteran, dan filsafat. Selain itu, juga
akan dibahas mengenai para tokoh penting pada masa tersebut yang
memberikan kontribusi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik
sebagai peneliti maupun pengajar.
Melalui laporan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah dan
menjadikan hal tersebut sebagai bahan pembelajaran bagi kita semua, terutama
dalam meningkatkan pemahaman dan wawasan mengenai sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam maupun di seluruh dunia.

4
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berikut ini beberapa rumusan masalah dari laporan ini :
1. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Abbasiyah?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah?
3. Seperti apa kontribusi ilmuwan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
pada masa Daulah Abbasiyah?
4. Bagaimana peran politik dan ekonomi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah?
5. Apa saja penemuan dan inovasi ilmiah yang dihasilkan pada masa Daulah
Abbasiyah dan bagaimana dampaknya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan modern?

I.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan laporan perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa Daulah Abbasiyah adalah :
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kami tentang berbagai ilmu
pengetahuan yang ada pada masa Daulah Abbasiyah.
2. Memahami keunggulan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Abbasiyah dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
3. Memberikan informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa Daulah Abbasiyah kepada pembaca agar terus mempertahankan ilmu
pengetahuan.
4. Memperlihatkan bahwa ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah
tidak hanya berkutat pada ilmu agama Islam tetapi juga mencakup ilmu
pengetahuan lain seperti geometri, geografis, kedokteran, filsafat, dan
sebagainya.

5
5. Meningkatkan kebanggaan atas kemajuan ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Abbasiyah yang memperlihatkan sisi kebesaran Islam pada masa
tersebut.

I.4 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan laporan perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa Daulah Abbasiyah :
1. Meningkatkan kemampuan menulis siswa, sebab laporan harus ditulis
dengan terstruktur dan memiliki deskripsi yang memuat topik secara jelas.
2. Mempererat hubungan solidaritas antar siswa.
3. Menambah pengetahuan kami dan para pembaca mengenai perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah.

6
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 SEJARAH MASA DAULAH ABBASIYAH


Pemerintah Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan
sebelumnya dari Bani Umayyah. Pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah
Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas. Pola
pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung
dalam rentang waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656
H (1258 M). Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah
Abbas menjadi lima periode:
a. Periode pertama (750-847 M) yang dinamakan periode pengaruh Arab dan
Persia pertama.
b. Periode kedua (847-945 M) yang dinamakan periode pengaruh Turki
pertama.
c. Periode ketiga (945-1055 M) yang dinamakan periode pengaruh Persia ke
dua atau disebut juga Dinasti Buwaih. Masa kekuasaan Dinasti buwaih
dalam pemerinatahan Khalifah Abbasiyah.
d. Periode keempat (1055-1194 M) yang dinamakan periode pengaruh Turki
kedua. Masa kekuasaan Bani Seljuk dalam pemerintahan Khalifah
Abbasiyah.
e. Periode kelima (1194-1258 M) yang dinamakan periode kekuasaan penuh
Bani Abbasiyah. Tetapi, kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota
Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Pemerintahan Abbasiyah didirikan oleh Abu Al Abbas (750 – 754 M),
namun sebernarnya yang sesungguhnya membina adalah Abu Ja’far Al
Mansyur (754 – 775 M). Al Mansyur dengan keras menghadapi perlawanan
dari kaum Syi’ah dan Khawarij yang merasa dikucilkan dari kekuasaan.
Karena merasa tidak aman, Al mansyur memindahkan ibu kota

7
pemerintahannya dari Al Hasyimiah ke kota lain yang baru didirikan, yaitu
Baghdad (762 M).

II.1.1 Latar Belakang Masa Daulah Abbasiyah


Latar belakang Masa Daulah Abbasiyah salah satunya adalah
dimulai dengan adanya masalah pemerintahan dalam Bani Umayyah dan
krisis pada pemerintahan Bani Umayyah. Sejak awal berdirinya Dinasti
Umayyah (Sunni), kelompok Muslim Syiah telah memberontak karena
merasa hak mereka terhadap kekuasaan dirampok oleh Muawiyah (pendiri
Bani Umayyah) dan keturunannya. Begitu pula dengan kelompok
Khawarij, yang juga merasa bahwa hak politik tidak dapat dimonopoli
oleh keturunan tertentu, tetapi hak setiap Muslim.
Masalah itu terus memburuk hingga pada pertengahan abad ke-8,
banyak umat yang tidak lagi mendukung Bani Umayyah, yang dinilai
korup, sekuler, dan memihak sebagian kelompok. Kelompok lain yang
sangat membenci kekuasaan Dinasti Umayyah adalah Mawalli, yaitu
orang-orang Muslim non-Arab. Mereka yang kebanyakan dari Persia ini
merasa tidak diperlakukan setara dengan orang Arab karena diberi beban
pajak lebih tinggi. Keadaan pun semakin diperburuk oleh perang saudara
antara sesama Bani Umayyah, yang oleh masyarakat telah dicap bermoral
buruk.

II.1.2 Masa Keemasan Masa Daulah Abbasiyah


Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah
menerapkan pola pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan
politik, sosial, dan budaya. Sementara itu, beberapa pemimpin yang
berhasil membawa Kekhalifahan Abbasiyah pada masa keemasannya
adalah sebagai berikut :
a. Al-Mahdi (775-785 M)
b. Al-Hadi (775- 786 M)
c. Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
d. Al-Ma'mun (813-833 M)

8
e. Al-Mu'tashim (833-842 M)
f. Al-Watsiq (842-847 M)
g. Al-Mutawakkil (847-861 M)
h. Al Mu’tasim (1242 – 1258 M)

Pada masa kepemimpinan Al-Mahdi, perekonomian mulai


meningkat. Utamanya peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan
peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi.
Selain itu, para pedagang yang transit dari Timur dan Barat juga banyak
membawa kekayaan. Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya,
Al-Ma'mun, kekayaan negara banyak dimanfaatkan untuk keperluan
sosial.
Faktor utama penyebab tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan
pada masa Dinasti Abbasiyah adalah didirikannya tempat-tempat
pendidikan, seperti akademi dan perpustakaan. Selain itu juga karena
terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang
lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan,
kemajemukan dalam pemerintahan dan politik yang berguna untuk
mengokohkan dinastinya, dan gerakan penerjemahan manuskrip kuno
seperti hasil karya cendekiawan Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain itu
masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa tersebut sehingga
zaman ini disebut sebagai “The Golden Age of Islam”.

II.1.3 Kemunduran Pada Masa Daulah Abbasiyah


Kekhalifahan ini mampu mencapai masa keemasan pada abad ke-9
hingga abad ke-10, dan sangat terkenal jasanya dalam memajukan ilmu
pengetahuan. Namun, setelah 5 abad berkuasa, kekuasaan Daulah
Abbasiyah akhirnya mengalami kemunduran dan runtuh karena berbagai
faktor. Berikut ini beberapa faktor dari kemunduran masa Daulah
Abbasiyah :
a) Perebutan Kekuasaan

9
Hal ini disebabkan oleh pemimpin Abbasiyah yang kurang
tegas, sehingga membuka jalan bagi Mamluk dan Bani Buwaih untuk
mengambil inisiatif merebut kekuasaan. Terlebih lagi, luasnya
kekuasaan Abbasiyah membuat komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan, sehingga semakin mudah untuk memisahkan diri.
b) Persaingan Antarbangsa
Ketika mendirikan Khilafah Abbasiyah, Bani Abbas bersekutu dengan
orang-orang Persia yang tidak senang dengan pemerintahan Bani
Umayyah. Namun dalam prosesnya, orang-orang Persia juga tidak
merasa puas dengan pemerintahan Abbasiyah dan menginginkan
sebuah dinasti dengan pejabat dari bangsanya sendiri.
c) Kemeresoton Ekonomi
Meski sempat bergelimang kekayaan, Kekhalifahan Abbasiyah mulai
mengalami kemunduran di bidang ekonomi karena pendapatan terus
menurun sementara pengeluaran mereka terus meningkat. Selain
itu, Perang Salib yang berlangsung selama beberapa periode tidak
hanya menelan banyak korban, tetapi juga menimbulkan kerugian
materi yang besar bagi Bani Abbasiyah.
d) Perang Salib dan Serangan Tentara Mongol
Serangan yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap kekuatan
Muslim dalam periode 1095-1291 M yang dikenal dengan perang Salib.
Hal ini dikarenakan adanya dugaan bahwa pihak Kristen melancarkan
serangan yang didorong oleh motivasi keagamaan, Dengan peristiwa ini
menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen
terhadap umat Islam.

II.1.4 Khalifah Yang Menonjol di Masa Daulah Abbasiyah


Berikut ini beberapa Khalifah dari masa Daulah Abbasiyah :
a. Al Mansur (754 – 775 M)
Abu Jafar Al-Mansur adalah khalifah kedua Bani Abbasiyah yang
berkuasa antara tahun 754-775. Abu Jafar Al-Mansur lahir di Humeima

10
(Yordania) pada tahun 714 dan wafat pada tahun 775 H dalam
perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ia adalah putra
Muhammad bin Ali, cucu dari Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi
Muhammad. Selama berkuasa, khalifah memberi perhatian besar pada
perkembangan ilmu pengetahuan, hingga banyak memberikan
beasiswa. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai sosok yang tegas dan
terkadang cukup kejam.
b. Al Mahdi (775 – 785 M)
Al-Mahdi dikenal sebagai sosok dermawan, pemurah, terpuji, disukai
rakyat serta banyak memberikan hadiah-hadiah. Ia lahir pada 129 H dan
wafat pada tahun 166 H karena terinfeksi oleh racun. Dibawah
kepemimpinannya, keadaan perekonomian meningkat. Hasil pertanian
diantaranya adalah gandum, beras, korma, dan zaitun. Sedangkan hasil
tambang diantaranya adalaah perak, emas, tembaga, dan besi. Keadaan
ini terus berlanjut hingga kedudukannya digantikan oleh Harun Al-
Rasyid.
c. Harun Ar Rasyid (785 – 809 M)
Khalifah Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada
tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan dan merupakan khalifah
kelima dari Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 809 M.
Beliau adalah raja agung dan besar yang terkenal baik. Pada
pemerintahan ini, kehidupan yang sejahtera dapat dirasakan oleh
penduduk seluruh negeri. Fasilitas yang dibangun antara lain adalah
mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dan membangun majelis Al-
Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan.
Harun al-Rasyid wafat dalam usia 45 tahun atau 46 tahun dalam
perangnya di Khurasan tahun 809 M.
d. Al Ma’mun (813 – 833 M)
Al-Ma’mun adalah salah seorang Khalifah Bani Abbas, beliau anak
kedua Khalifah Harun Al-Rasyid. Beliau dilahirkan pada tanggal 14

11
September 786 M dan wafat pada tanggal 9 Agustus 833 M. Perhatian
Khalifah Al Ma’mun banyak tertuju pada ilmu pengetahuan seperti
diadakannya penerjemahan buku-buku filsafat Yunani ke dalam Bahasa
Arab. Untuk kepentingan ini, beliau telah membuat Al Hikmah. Oleh
karena itu saat berada di bawah pimpinan beliau, Baghdad menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
e. Abu Ishaq Al Mu’tasim (833 – 842 M)
Khalifah Abu Ishaq Al Mu’tasim merupakan Khalifah ke-8 dari Daulah
Abbasiyah yang berkuasa dari 833 – 843 M. Beliau lahir pada tahun
794 M dan wafat pada tahun 842 M. Dalam pemerintahannya, beliau
banyak mengangkat orang-orang Turki untuk duduk dalam
pemerintahannya. Pasalnya, adalah karena dirinya berasal dari ibu yang
berkebangsaan Turki, sehingga para Khalifah Abbasiyah akhirnya
menjadi boneka dalam tangan orang Turki. Yang memerintah
hakekatnya bukan lagi Khalifah tetai perwira-perwira dan tentara
pengawal turki.
f. Al Wathiq (842 – 847 M)
Harun bin Muhammad Abu Ja'far, disebut juga Abu Al-Qasim Al-
Mu'tashim bin Ar-Rasyid. Ibunya mantan budak bernama Qarathis. Al-
Wathiq dilahirkan pada 20 Sya'ban 190 H dan wafat pada Rabu 24
Dzulhijjah 232 H, di Samarra. Ia menjadi khalifah berdasarkan wasiat
ayahnya, dan dilantik pada 19 Rabiul Awwal 227 H. Beliau menyadari
bahwa keadaan semakin parah dan berusaha keras untuk melepaskan diri
dari cengkeraman para perwira Turki. Dalam usahanya, Khalifah Wathiq
memindahkan ibu kota ke Samarra. Tetapi usahanya gagal, sehingga
khalifah-khalifah tersebut tetap berada di bawah kekuasaan perwira-
perwira Turki.
g. Al Mutawakkil (847 – 861 M)
Memiliki nama lengkap Ja’far bin Al-Mus’tahsim bin Ar-Rasyid bin
Muhammad al-Mahdi bin A-Manshur al-‘Abbasi dan dijuluki Al-
Mutawakkil Alallah. Khalifah Al Mutawakkil menjadi khalifah

12
berdasarkan wasiat ayahnya, dan dilantik pada Jumadil Ula 763 H (1364-
1409 M). Dia berkuasa sebagai khalifah dalam waktu yang sangat lama,
yaitu 45 tahun, dikenal sebagai sosok khalifah yang sangat dermawan,
terutama terhadap para penyair. Khalifah Al Mutawakkil merupakan
khalifah besar terkahir dari dinasti Abbasiyah. Para khalifah sesudah
beliau, umumnya memiliki sifat yang lemah dan tidak mampu melawan
kehendak kepada para sultan dan pengawal yang ingin menguasai ibu
kota. Akhirnya ibu kota dipindahkan Kembali ke Baghdad oleh Al
Mu’tadid (872 – 892 M).
h. Al Musta’shim Billah (1242 – 1258 M)
Memiliki nama lengkap Ishaq al-Mu’tasim ibn Harun. Julukan yang
disematkan kepada beliau, yaitu Al Mu’tashim Billah berarti ‘Yang
berlindung kepada Allah’. Al-Musta'shim Billah merupakan khalifah
bani Abbasiyah pertama yang meminta bantuan kepada bangsa Turki
dan melimpahkan tugas-tugas serta jabatan yang penting kenegaraan
kepada mereka, bahkan memberikan beberapa bidang tanah dan
wilayah pemerintahan umat Islam kepada mereka. Pada akhirnya,
Khalifah Al-Musta'shim Billah dieksekusi mati oleh Hulagu Khan pada
tanggal 20 Muharram 656 H/27 Januari 1258 M. Terbunuhnya Khalifah
Al-Musta'shim Billah ini menandai berakhirnya kekhalifahan Daulah
Abbasiyah.

II.2 KEMAJUAN DINASTI ABBASIYAH DALAM BIDANG


ILMU PENGETAHUAN
Pada masa Daulah Abbasiyah adalah masa pembentukan dan
perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Di masa inilah perhatian
kepada ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani meningkat pesat. Pada tahun
762 M, Khalifah Al Mansur telah meletekkan batu pertama bagi ibukota
barunya, yaitu Baghdad yang telah menghimpun berbagai golongan cerdik
pandai di berbagai lapangan serta menggalakkan penerjemahan buku-buku

13
ilmu pengetahuan dan sastra dari Bahasa lain ke Bahasa Arab. Seperti Bahasa
Sanskerta dan Suriani.

II.2.1 Ilmu Yang Berkembang Di Masa Daulah Abbasiyah


1. Ilmu Sejarah
a. Pengertian Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab "sajaroh" Yang artinya pohon,
keturunan, asal-usul, silsilah, dan riwayat. Sejarah (tarikh) adalah ilmu
yang membahas tentang berbagai peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lalu ditinjau dari berbagai segi, misalnya tempat terjadi,
waktu terjadi, pelaku, dan sebab terjadinya.
b. Manfaat Mempelajari Ilmu Sejarah ;
1) Sebagai pelajaran bagi umat manusia yang hidup pada masa kini.
2) Mendorong umat manusia untuk bertoleransi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
3) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat islam.
c. Tokoh-Tokoh Sejarawan Muslim dalam Ilmu Sejarah
1) Muhammad Ibnu Ishaq Ibnu Yasar (85-151 H)
Beliau lahir di Madinah tahun 85 H (704 M). Pada tahun 115,
beliau mengembara ke Iskandariyah (Mesir) dan berbagai
Kawasan timur lainnya, seperti Rayy, Kufah, Jazirah, Iran, dan
menetap di Irak. Hasil karyanya berjudul As-Siyar Wal Magazi
(Biografi dan Ekspedisi) yang membahas tentang biografi Nabi
Muhammad SAW. Beliau wafat di Baghdad tahun 153 H dan
jenazahnya dimakamkan di sisi timur kompleks Pemakaman
Khayzuran Baghdad.
2) Ibnu Qutaibah (213-276 H)
Nama lengkapnya ialah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Muslim
Ibnu Qutaibah Ad Dainuri. Beliau lahir di Kufah tahun 213 H dan
wafat tahun 2726 H dalam usia 63 tahun. Selain sejarawan, beliau
juga merupakan seorang sastrawan dan ahli hadits. Karyanya

14
berjudul Uyun Al-Akhbar (kabar-kabar penting) membicarakan
tentang kekuasaaan dan peperangan, masalah akhlak, ilmu
pengetahuan dan pidato terkenal dalam sejarah.
3) Ibnu Khaldun (1322 1406)
Nama lengkapnya adalah Abu Zaid Abdurrahman bin
Muhammad bin Khaldun. Beiau lahir di Tunis tahun 1322 M dan
wafat di Kairo 1406 M. Beliau telah hafal Al’Quran sejak kecil
dan mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti
tafsir, hadist, Fiqih, Usul Fiqih, tauhid, matematika, fisika, dan
ilmu Bahasa. Beliau terkenal sebagai seorang sejarawan dan ahli
sosiologi Islam yang aktif dalam politik. Karya yang terkenal
adalah Al-Ibar (sejarah umum), yang berisi Mukkadimah,
Akhbarul Arabi, dan Akhbarul Barbar.
2. Geografi
a. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk,
flora, fauna, serta hasil yang di peroleh di bumi dan telah mampu
membuat peta dunia yang sangat bermanfaat bagi manusia.
b. Manfaat Mempelajari Geografi :
1) Memperkuat iman dan taqwa kepada Allah SWT
2) Membantu manusia dalam berbagai jenis dan bidang usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya dalam bidang
pertanian, perikanan, perdagangan, pertambangan, dan industri.
3) Membantu umat islam dalam beribadah. Misalnya, menentukan
arah kiblat ketika shalat dan dalam melaksanakan ibadah haji.
c. Tokoh-Tokoh Muslim dalam Ilmu Geografi :
1) Ibnu Batuta (703 – 770 H)
Beliau lahir di Tangler (Tanjah) tahun 703 (1304 M) dan wafat di
Marakisy tahun 770 H (1378 M). Beliau seorang pengembara
yang telah pergi ke berbagai wilayah di antaranya adalah Mekkah,

15
Madinah, Baghdad, Afrika Utara, Afrika Timur, Mesir, Somalia,
Yaman, Aden, Siria, Irak, Afghanistan, India, Cina, dan Asia.
Berbagai pengamatan dan catatan telsh dibukukan oleh seseorang
yang hidup semasa dengan beliau, yaiu Ibnu Juza’I dengan judul
Tihfat Annajar Fi Garra’aib Al-Amsar Wa FA’ib Al-Asfar
(Hadiah Pengamat Tentang Keunikan Negeri-Negeri dan
Keanekaan Peradaban).

3. Geometri
a. Pengertian Geometri
Geometri diartikan ilmu ukur (pengukur bumi), cabang matematika
yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang dan ruang.
b. Manfaat Mempelajari Ilmu Geometri :
1) Berguna untuk meningkatkan berpikir logik dan membuat
generalisasi secara benar.
2) Bermanfaat untuk kepentingan para perancang bangunan
3) Geometri mampu memberikan pengetahuan yang lebih lengkap
mengenai dunia
c. Tokoh-Tokoh Muslim dalam Ilmu Geometri :
1) Al Khawarizmi (194 – 266 H)
Nama Lengkapnya adalah Muhammad Ibnu Musa Al-
Khawarizmi. Beliau lahir di Khawarijm Uzbekistan tahun194 H
(780 M) dan wafat di Baghdad tahun 266 H (850 M). Beliau
menemukan angka nol (0), sedang angka 1 – 9 dari India yang
dikembangkan oleh Islam. Oleh karena itu 1, 2, 3, 4, 5, 6. 7, 8, 9,
dan 0 disebut bilangan 9 (angka Arab). Selain itu, beliau juga
merupakan ahli matematika dan mengarang Ilmu Al-Jabar.
2) Umar Khayam
Ia memiliki nama lengkap Abu al-Fath Ghiyat al-Din Umar ibn
Ibrahim al-Khayyam al-Nishapuri. Ia lahir di Nishapur, Persia (Iran)
pada 10 Mei 1048 M. Nama Khayyam diambil dari pekerjaan

16
ayahnya, Ibrahim, yaitu pembuat tenda (al-Khayyam). Buku
karyanya tentang Al-Jabar berjudul Treatles on Al-Gebra, telah
diterjemahkan ke Bahasa Perancis oleh F. Woepoke (Paris 1857).
4. Filsafat
a. Pengertian Filsafat
Kata “Filsafat” berasal dari Bahsa Yunani, yaitu dari kata “Philo” yang
berarti suka atau cinta, dan “Shopia” yang artinya kebijaksanaan.
Seorang pecinta kebijaksanaan, hikmat, dan ilmu pengetahuan disebut
sebagai filsuf. Dalam KBBI, kata “Filsafat” diartikan sebagai
pengetahuan dan penyelidikan akal budi mengenai hakekat segala yang
ada, sebab, asal, dan hukumnya.
b. Manfaat Filsafat islam antara lain :
1) Membimbing seorang muslim agar mapu berpikir secara sistematis
dan Islami terhadap suatu persoalan.
2) Memperkuat keyakinan umat islam terhadap kebenaran agamanya.
3) Dapat dijadikan sebagai senjata untuk mempertahankan kebenaran
dan kesucian Islam dari tuduhan-tuduhan yang dilontarkan musuh-
musuhnya dengan maksud merendahkan Islam.
c. Pengaruh Filsafat island terhadap Ilmu Pengetahuan :
1) Ilmu Kalam, yaitu ilmu yang mempelajari kalamullah (Firman
Allah SWT) yang berkaitan dengan aqidah islam. Pengaruhnya
yaitu adanya dalil-dalil akli (alasan yang bersumber pada akal
sehat).
2) Ilmu Fiqih, yaitu ilmu tentang hukum atau perundangan tentang
Islam. Pengaruhnya terhadap ilmu yaitu dengan adanya filsafat
hukum islam.
3) Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang mempelajari tentang interpretasi,
Analisa, dan penjelasan makna ayat-ayat Al-Qur’an. Pengaruhnya
yaitu dengan adanya penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara
sistematis, analisis, universal, dan berwawasan luas.
d. Tokoh-Tokoh Filsuf Islam :

17
1) Al-Kindi (805 – 873 M)
Nama asli beliau adalah Ya’kub bin Ishak Al-Kindi. Beliau lahir di
Kufah pada tahun 805 M dan wafat di Baghdad pada tahun 873 M.
Al-Kindi filsuf Islam berkebangsaan Arab dan keturunan kaum
bangsawan. Karya beliau diantaranya adalah Filsafat, Logika,
Astronomi, Kedokteran, Ilmu Jiwa, Politik, Musik, dan Matematika.
Menurut Al-Kindi, Filsafat tidak bertentangan dengan agama Islam,
karena sama-sama membicarakan tentang kebenaran.
2) Al-Farabi (872 – 950 M)
Nama aslinya adalah Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu
Uzlaq Al-Farabi. Beliau lahir di farah Tranxonia pada tahun 872 M
dan wafat di Damsyik pada tahun 950 M. Al-Farabi adalah seorang
filsuf keturunan Turki, ayahnya seorang panglima perang Dinasti
Semani. Kara ilmiahnya yang terkenal adalah Arro’yu Ahlul
Madinah Al-Fadilah (Pemikian tentang Penduduk Negara).
Menurut beliau, negara yang baik dipimpin oleh Rasul kemudian
Filsuf.
3) Ibnu Sina (980 – 1036 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu
Sina. Beliau lahir di Afsyana dekat Bu khara dan wafat serta
dimakamkan di Hamazan. Beliau hafal Al-Qur’an dan mendalami
ilmu-ilmu Islam, Sastra Arab, Matematika, Filsafat Astronomi,
Logika, dan Isfahan selama 23 tahun. Karyanya yang terkenal
diantara lain adalah Asy-Syifa dan Al-Qur’an fi Al-Tib. Di dunia
barat, Ibnu Sina dikenal sebagai Avicena. Beliau berpendapat
bahwa Nabi itu lebih tinggi dari pada filsuf, oleh karenanya ajaran
Nabi itu harus dijadikan pedoman hidup.
4) Al-Ghazali (450 -505 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Al-Ghazali. Beliau lahir di
Gazalah (Iran Utara) pada tahun 450 H dan wafat di Tus tahun 505
H dalam usia 55 tahun. Pada waktu kecilnya, beliau dididik dalam

18
lingkungan keluarga dan guru yag Zahid atau zuhud (hidup
sederhana dan tidak tamak terhadap duniawi). Al-Ghazali
memuntut ilmu di Nizamiyah (Tus), Jurjan, dan Nisyafur.
Pada usia 20 – 28 tahun, beliau berguru dan bergaul dengan seorang
ulama besar yang bernama Imam Al-Juwaeni. Karya beliau yang
terkenal diantaranya adalah Ihya Ulumuddin, Minhaj Al-A’bidin,
dan Maqasid al Falasifa. Jasa-jasanya terhadap Islam adalah
Memmpin Madrasah Nizamiyah di Baghdad, mendirikan madrasah
untuk calon ahli fiqih di Tus, dan menulis berbagai macam buku
atau risalah yang jumlahnya mencapai 228 buku yang mengenai
fiqih dan filsafat.
5) Ibnu Rusyd (520 – 595 H)
Nama lengkapnya Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd. Beliau
lahir di Kordova (Spanyol) tahun 520 H anak seorang hakim dan
wafat di Marakesy (Maroko) tahun 595 H. Beliau pernah menjabat
sebagi hakim di Seville dan di Kordova serta menjadi dokter di
Istana Sultan Abu Ya’kub Yusuf. Karya-kaya beliau yang terkenal
adalah Bidayat Al-Mujtahid (fiqih), Kulliyat fi At-Tib
(Kedokteran), dan Fasi Al maqal fi Ma Bain wa Asysyari’at (Kata
Putus Tentang Kaitan Antara Filsafat dan Syari’at atau Agama).
5. Kedokteran
a. Pengertian Kedokteran
Ilmu Kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
memelihara kesehatan, mencegah suatu penyakit, dan menyembuhkan
penyakit. Bagi umat Islam mempelajari ilmu kedokteran hingga
menguasai dan menjadi dokter adalah Fardu Kifayah. Pada masa
Daulah Abbasiyah, ilmu kedokteran mengalami perkembangan dan
kemajuan, khususnya saat pemerintahan Harun ar-Rasyid dan khalifah-
khalifah besar sesudahnya. Pada waktu itu sekolah-sekolah tinggi
kedokteran didirikan sehingga banyak mencetak sarjana kedokteran.
b. Manfaat Ilmu Kedokteran antara lain :

19
1) Memberi petunjuk kepada umat manusia tentang cara memelihara
Kesehatan dan usaha pencegahan terhadap berbagai penyakit
2) Memberi pertolongan kepada orang yang menderita sakit agar
sembuh
3) Memperoleh kebaikan bagi kehidupan di dunia dan akhirat
4) Memperoleh tambahan bukti tentang adanya Allah SWT dengan
segala sifat-Nya yang Maha Sempurna sehinggan keimanan dan
ketaqwaan meningkat
c. Tokoh-Tokoh Muslim Dalam ilmu Kedokteran :
1) Hunain Ibnu Ishak (804 – 874 M)
Terkenal sebagai dokter ahli mata dan juga menerjemahkan buku-
buku ilmu pengetahuan ke dalam Bahasa Arab.
2) Ibnu Sina (980 – 1036 M)
Ibnu Sina bernama lengkap Ali al-Husein bin Abdullah bin Hasan
Ali bin Sina. Dalam dunia barat, ia lebih dikenal dengan nama
Avicenna yang lahir pada tahun 980 M di daerah Afsyahna, dekat
daerah Bukhara. Ibnu Sina merupakan ilmuwan kedokteran
muslim yang dijuluki oleh banyak ilmuwan sebagai bapak
kedokteran modern. Terlebih buku karangannya berjudul Al
Qanun fi Ath Thibb yang dijadikan buku rujukan wajib bagi para
dokter dunia selama berabad-abad.
3) Ibnu Nafis (1213 – 1288 M)
Memiliki nama lengkap Alaudin Abu al-Ala Ali bin Abi al-
Haram al-Kuraisyi ad-Dimasyqi bin Nafis. Ibnu Nafis juga
dikenal di dunia barat sebagai The Second Avicenna atau Ibnu
Sina kedua dan ahli peredaran darah. Bahkan, berbagai
penemuannya dipakai sebagai bahan penelitian oleh para dokter
ternama dunia. Beliau memiliki karya tulis dalam bidang
kedokteran, yaitu Kitab asy-Syamil fi ath-Thibb (ensiklopedia
kedokteran). Kitab al-Muhadzdzab fi al-Kuhl (membahas seluruh
ilmu kedokteran), Mujiz al-Qanun yang merupakan inti sari

20
lengkap dari karya Ibnu Sina yang berjudul Al Qanun Fith Ath
Thibb
4) Ar-Razi (809 – 873 M)
Memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakariyya
ar-Razi. Ilmuwan yang lahir pada 865 M. Dalam penemuannya,
Ar-Razi merupakan ilmuwan muslim pertama yang menemukan
perbedaan antara penyakit cacar air dengan cacar merah dan
menemukan diagnosa khas dengan pemanasan saraf untuk
mengukur tekanan darah, serta memperkenalkan penggunaan
bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan. Beliau membuat buku
yang judulnya Al-Hawi. Selain itu ia juga menulis sembilan
ensiklopedia kedokteran yang pada jilid sembilan ditulis bersama
Ibnu Sina.
5) Abi Mahasin (1874 – 1923 M)
Abi Mahasin merupakan seorang dokter ahli mata yang lahir di
Kota Aleppo. Ia memiliki nama lengkap Khalifah bin Abi al-
Mahasin al-Halabi. Sebagai seorang dokter ahli mata, ia berhasil
menemukan berbagai penyakit mata disertai dengan
pengobatannya. Selain itu, beliau juga memiliki karya yang
terkenal mengenai ilmu kedokteran mata atau oftalmologi, yang
berjudul Al-Kafi fi al-Kuhl fi ath-Thibb. Dengan penemuannya,
lima ilmuwan kedokteran muslim dimasa Dinasti Abbasiyah di
atas telah memasang titik perkembangan dalam dunia ilmu
kedokteran.

II.2.2 Peninggalan-Peninggalan Masa Daulah Abbasiyah


Peninggalan Dinasti Abbasiyah – Berawal dari tumbangnya Dinasti
Umayyah pada 750 M, berdirilah kekhalifahan baru dari Dinasti
Abbasiyah. Dinasti Umayyah disingkirkan lewat revolusi yang dipimpin
Bani Abbas yang masih kerabat Bani Umayyah dan keturunan dari
paman Nabi, Abbas.

21
1) Istana Ukhaidir
Istana Ukhaidir dibangun pada tahun 775 di dekat Kufa, sebuah
wilayah yang berjarak 200 km selatan Baghdad, istana ini sedikit
banyak memberi gambaran mengenai bentuk kota melingkar.
Kompleks luas ini dikelilingi tembok setinggi 19 meter dan berbentuk
persegi agak memanjang, tepatnya berukuran 175 m x 169 m. Di
dalamnya, terdapat sejumlah pekarangan, aula, sebuah masjid, dan
permandian.
Mengelilingi bangunan dengan tembok tinggi mirip benteng
merupakan salah satu ciri khas Abbasiyah. Dengan tembok tinggi itu,
mereka berharap bisa lebih aman tatkala melaksanakan berbagai
aktivitas, termasuk upacara-upacara megah di dalam istana.
2) Makam Zumurrud Khatun
Di Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah ini pernah dibangun
makam Zumurrud Khatun yang tak kalah indah. Dibangun sekitar
1193, kompleks makam ini tersohor karena kubah muqarnas-nya
yang tinggi dan berbentuk kerucut. Berlokasi di pusat kota Baghdad,
bangunan ini sangat dekat dengan Madrasah Mustansiriya yang
tersohor itu. Sesuai dengan namanya, bangunan ini didirikan oleh
Zumurrud Khatun, ibunda Khalifah An-Nashir Lidinillah. Ia adalah
khalifah Bani Abbasiyah ke-34 (1180-1225). Kompleks makam ini
pernah beberapa kali dipugar, antara lain, pada 1590 oleh negarawan
Turki Utsmani, Cigalazade Sinan Pasha, dan 1969 oleh Badan
Wakaf Irak.
3) Masjid Agung Samarra
Pada abad ke-9, Khalifah al-Mu’tashim memindahkan ibu kota
kekhalifahan ke Samarra. Di kota baru ini, terdapat sejumlah istana
megah, jalan raya, barak besar, taman rindang, juga masjid raya.
Masjid itu adalah Masjid Agung Samarra yang kala itu merupakan
masjid terbesar di dunia. Masjid yang terkenal dengan menara
berbentuk spiral ini dibangun pada 848-852 oleh putra sekaligus

22
pewaris al-Mu’tasim, al-Mutawakkil. Berukuran 239 m x 156 m,
masjid ini dilindungi oleh tembok-tembok tinggi yang disokong oleh
44 menara semimelingkar. Keseluruhan bangunan berdiri di dalam
daerah berpagar seluas 444 m x 376 m.
Berabad-abad berlalu, hanya sedikit yang tersisa dari bagian interior
masjid ini kecuali menara spiral yang dikenal sebagai al-Malwiya.
Menara melingkar ini berdiri di atas landasan persegi dan menjulang
setinggi 55 m di atas permukaan tanah. Terdapat sebuah tangga
spiral memutar berlawanan arah jarum jam di sekeliling bagian luar
menara sampai ke paviliun di puncak.
4) Baitul Hikmah
Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) adalah pusat penelitian dan
ilmu pengetahuan yang didirikan oleh pemerintahan Dinasti
Abbasiyah dan meiliki fungsi yang sangat banyak. Pasalnya, Baitul
Hikmah digunakan sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan teks-
teks kuno dari Yunani, dan pusat keilmuan pada masa kejayaan
Islam. Baitul Hikmah didirikan pada masa pemerintahan Khalifah
Harun Ar-Rasyid (786-809). Dari sinilah muncul ilmuwan-ilmuwan
Islam era Abbasiyah yang terkenal, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-
Ghazali, Al-Khawarizmi, dan Al-Battani.
Pembangunan Baitul Hikmah merupakan misi panjang Dinasti
Umayyah di bidang ilmu pengetahuan yang diteruskan oleh Dinasti
Abbasiyah. Sejak era pemerintahan Muawiyah I (661-680), Dinasti
Umayyah telah melakukan pengumpulan teks-teks kuno untuk
diterjemahkan. Di Baghdad, Khalifah Al-Mansur melakukan
kegiatan penerjemahan teks-teks kuno untuk diaplikasikan di
Abbasiyah. Pada akhirnya, ketika Dinasti Abbasiyah runtuh akibat
serangan bangsa Mongol pada 1258, pusat ilmu pengetahuan di
Bagdad juga ikut hancur dan serangan bangsa Mongol
menghancurkan Baitul Hikmah beserta catatan ilmu pengetahuan
yang telah dibangun. Mulai saat itu, perkembangan Islam mulai

23
menurun karena Dinasti Abbasiyah yang menjadi simbol kemajuan
peradaban Islam hancur oleh bangsa Mongol.
5) Masjid Ibnu Tulun
Dinasti Abbasiyah juga meninggalkan jejaknya di kota Kairo, Mesir
yaitu Masjid Ibnu Tulun yang dibangun Khalifah Ibnu Tulun selama
3 tahun dimulai sejak 876 sampai 879. Masjid ini berada di tengah
kota Al-Qatai dengan total luas 2,6 hektar dengan arsitektur
bangunan yang mirip dengan masjid di Samarra bahkan menara
pertamaya berbentuk spiral namun telah diubah oleh khalifah-
khalifah selanjutnya. Khalifah Ibnu Tulun mendirikan masjid ini
karena masjid sebelumnya yakni Masjid Amr tidak dapat
menampung jamaah yang semakin berkembang pesat sehingga
dibuatlah masjid yang lebih besar lagi. Masjid Ibnu Tulun ini
menjadi masjid tertua kedua di Mesir setelah Masjid Amr.

II.2.3 Pengaruh Peradaban Abbasiyah Terhadap Bangsa


Barat
Peradaban Abasiyah adalah periode penting dalam sejarah dunia
Islam, dan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bangsa Barat.
Beberapa pengaruh penting dari peradaban Abasiyah terhadap bangsa
Barat adalah :
1) Pendidikan dan ilmu pengetahuan: Selama periode peradaban
Abasiyah, fokus pada ilmu pengetahuan dan pendidikan sangat
diapresiasi. Ini menyebabkan para ilmuwan Muslim menjadi penjaga
pengetahuan dunia, dan banyak dari karya mereka yang diterjemahkan
ke bahasa Latin dan menjadi inspirasi dalam dunia Barat.
2) Teknologi: Para ilmuwan Muslim melakukan penelitian dalam bidang
matematika, astronomi, kimiawi, dan kedokteran, yang memiliki
pengaruh yang signifikan pada pengembangan teknologi di masa
depan. Contohnya, penciptaan sistem angka Arab dan pengetahuan
tentang kedokteran dan farmakologi.

24
3) Perpindahan Pengetahuan: Selama Periode Abasiyah, banyak orang
dari seluruh dunia datang ke pusat pengetahuan di Baghdad. Ini
membawa keanekaragaman pengetahuan dan budaya berbeda ke
tempat yang sama, dan banyak orang berasimilasi dan belajar satu
sama lain.
4) Sastra, seni, dan arsitektur: Peradaban Abasiyah juga menghasilkan
banyak karya sastra, seni, dan arsitektur yang sangat indah. Ini
termasuk pembuatan buku-buku yang indah, lukisan dan kaligrafi, dan
bangunan seperti Masjid Agung di Samarra.
Singkatnya, pengaruh peradaban Abasiyah terhadap bangsa Barat
sangat besar dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan arsitektur. Peradaban ini telah memberikan kontribusi besar
terhadap pengembangan dunia Barat dan telah menjadi dalam
pengiriman pengetahuan antar negara, budaya, dan bahasa.

II.2.4 Hikmah Mempelajari Sejarah Pertumbuhan Ilmu


Pengetahuan Masa Abbasiyah
Hikmah dari mempelajari pertumbuhan ilmu pengetahuan masa
Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan Pengetahuan: Mempelajari pertumbuhan ilmu
pengetahuan masa Abbasiyah dapat meningkatkan pengetahuan kita
tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masa itu. Hal ini dapat membuat kita menghargai dan memahami
kontribusi yang diberikan oleh para ahli pada waktu itu.
2) Menjadikan Pemacu Kreativitas: Memperdalam pengetahuan tentang
pertumbuhan Ilmu pengetahuan masa Abbasiyah dapat menjadi pemacu
untuk meningkatkan kreativitas terhadap berbagai perkembangan ilmu
pengetahuan di masa sekarang.
3) Memperkuat Toleransi: Masa Abbasiyah merupakan masa dimana
banyak ilmuwan dari berbagai agama dan ras bekerja bersama untuk
kemajuan umat manusia. Mempelajari masa ini dapat memperkuat

25
toleransi antar umat manusia, terutama dalam hal saling menghargai
perbedaan agama, budaya, dan ras.
4) Memberi Inspirasi Pada Generasi Muda: Mempelajari pertumbuhan
ilmu pengetahuan masa Abbasiyah juga dapat memberi inspirasi pada
generasi muda agar lebih bersemangat untuk mencari ilmu dan
melakukan pengembangan bidang yang dipelajari.
5) Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT: Dengan melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu,
Menumbuhkan semangat menuntut ilmu dan mengembangkan nilai-
nilai kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Singkatnya, pengaruh peradaban Abasiyah terhadap Barat sangat besar
dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
arsitektur. Peradaban ini telah memberikan kontribusi besar terhadap
pengembangan dunia Barat dan telah menjadi tali penghubung dalam
pengiriman pengetahuan antar negara, budaya, dan bahasa.

26
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Dari laporan di atas, dapat disimpulkan bahwa masa Daulah Abbasiyah
telah menjadi era kejayaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
ditunjukkan oleh adanya berbagai kemajuan dalam bidang matematika,
astronomi, kedokteran, dan filsafat pada saat itu. Para ilmuwan Abbasiyah,
termasuk Al-Khwarizmi dan Al-Farabi, telah memberikan kontribusi besar
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya pada masa itu, tetapi juga
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa depan.
Selain itu, pemerintahan Daulah Abbasiyah memiliki peran penting
dalam mempromosikan perkembangan ilmu pengetahuan melalui pendirian
akademi dan perpustakaan. Hal ini memungkinkan penyebaran pengetahuan
dan penelitian yang lebih baik di antara para ilmuwan dan akademisi di
seluruh dunia Islam pada saat itu.
Namun, kejayaan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial dan politik pada saat itu, seperti hubungan
erat antara pemimpin politik dan komunitas ilmuwan, dukungan meriah dari
masyarakat dan pandangan terbuka pada ilmuwan dan ide-ide mereka. Oleh
karena itu, di masa yang akan datang, kita perlu mempertahankan nilai-nilai

27
ini dan mengapresiasi kontribusi para ilmuwan dalam upaya untuk terus
memajukan ilmu pengetahuan dalam masyarakat.

III.2 LAMPIRAN

Gambar 1. Khalifah-Khalifah yang berkuasa pada masa daulah Abbasiyah.

28

Anda mungkin juga menyukai