Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“ KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP PERADABAN BARAT


DAN 3 KERAJAAN BESAR ISLAM“

Kelompok 4 :

1. LUVI PUSPITASARI
2. ARIF SOFIANDI
3. DANI YOGI
4. EVAN ZULKARNAIN
5. IRVAN FAUZI
6. AGUS SUPRAYITNO
7. ZULIA SARI PRATIKA
8. RIA PUTRI
9. PAINAH
10. SINTA BELLA

ISNTITUT AGAMA ISLAM AN NUR


LAMPUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui tentang Kontribusi Islam Terhadap Peradaban Barat dan 3 Kerajaan Besar
Islam dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah
ini memuat tentang “Kontribusi Islam Terhadap Peradaban Barat dan 3 Kerajaan Besar
Islam”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini masih memiliki kekurangan.

Pringsewu, Februari 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3


A. Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam ..................................... 3
B. Kontribusi Islam terhadap Pengembangan Peradaban Dunia ...................... 6
C. Tiga Kerajaan Besar Islam ........................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 21


A. Kesimpulan .................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern
menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu
pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensi dan poliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa gelap (Dark
Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di
Eropa.

Melalui dunia Islamlah mereka mendapat akses untuk mendalami dan


mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Barat
sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam,
perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan
kepada sumber- sumber Arab (Islam).

Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah. Akan tetapi, untuk
selanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia.
Dalam perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskan dari
perkembangannya sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam
banyak memberi kontribusi terhadap dunia.

Dari zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban yang ada di Jazirah Arab dan
sampai sekarang kita masih dapat merasakan nikmat dari perubahan peradaban yang
dibawa Islam. Ajaran Islam yang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia selama
berabad-abad tentunya meninggalkan tinta emas dan torehan positif berupa khasanah
keilmuan bagi peradaban dunia, meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam secara
mutlak.

Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan
beberapa aspek pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masa kenabian yang
ditutup dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban

4
Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian. Varian itu berupa metode,
visi, dan kerangka berpikir yang berbeda dari pemikiran yang satu dengan yang
lainnya. Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari
daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban
yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam?
2. Bagaimana kontribusi Islam dalam perkembangan peradaban barat?
3. Di negara mana sajakah letak 3 kerajaan besar Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam.
2. Untuk mengetahui kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia.
3. Untuk mengetahui letak negara 3 kerajaan besar Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam


Perkembangan agama Islam sejak 14 abad silam turut mewarnai sejarah peradaban
dunia. Bahkan pesatnya perkembangan Islam ke Barat dan Timur membuat peradaban
Islam dianggap sebagai peradaban yang paling besar pengaruhnya di dunia.

Berbagai bukti kemajuan peradaban Islam kala itu dapat dilihat dari beberapa
indikator antara lain:
1. Keberadaan perpustakaan Islam dan lembaga-lembaga keilmuan seperti Baitul
Hikmah, Masjid Al-Azhar, Masjid Qarawiyyin dan sebagainya, yang merupakan
pusat para intelektual muslim berkumpul untuk melakukan proses pengkajian dan
pengembangan ilmu dan sains.
2. Peninggalan karya intelektual muslim seperti Ibnu Sina, Ibnu haytam, imam Syafii,
Ar-Razi, Al-Kindy, Ibnu Rusyd, Ibnu khaldun, dan lain sebagainya.
3. Penemuan-penemuan intelektual yang dapat mengubah budaya dan tradisi umat
manusia, seperti penemuan kertas, karpet, klender islam, penyebutan hari-hari, seni
arsitektur, dan tata perkotaan.
4. Pengaruh keutamaan nilai-nilai kebudayaan asasi sebagai manifestasi dari konsep
islam, ima, ihsan, dan taqwa. Islam mendorong budaya yang di bangun atas dasar
silm (ketenangan dan kodusifitas), salam (kedamaian), salaamah (keselamatan),
Sedangkan iman melahirkan budaya yang dilandasi amn (rasa aman), dan amaanah
(tanggung jawab terhadap amanah). Akhirnya Ihsan mendorong budaya hasanah
(keindahan) dan husn (kebaikan).

Menurut Harun Nasution, islam terbagi menjadi tiga periode, yaitu periode klasik
(650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800 M-
sekarang). Pada masing-masing periode terdapat perbedaan dimensi yang khas yang
tampil dalam setiap perkembangannya. Periode Klasik terbagi menjadi 2, yaitu masa
kemajuan Islam I (650-1000M) dan masa disintegasi (1000-1250M). Masa ini bisa
disebut sebagai awal dari masa keemasan Islam.Sebelum Nabi Muhammad SAW

6
wafat, ekspansi Islam telah berhasil menguasai semenanjung Arabia (Arabian
Peninsula). Ekspansi ke luar wilayah Arab baru dimulai pada masa Khalifah pertama
Abu Bakar Ash Shiddiq.

Masa kemajuan Islam I (bagian dari periode klasik) ini ditandai oleh adanya sejarah
empat sahabat Nabi Muhammad yang dalam kajian Islam akrab disebut sebagai
Khulafā`ur Rāsyidīn, yaitu Abu Bakar (menjabat sebagai amīr al-mu‟minīn tahun 632-
634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Utsman bin Affan (644- 656 M), dan Ali bin
Abi Thalib (656-661 M).

Pada masa ini Islam mulai tersebar di luar wilayah Semenanjung Arab. Terjadi
penaklukan-penaklukan Islam terhadap beberapa wilayah, seperti Damaskus, Mesir,
Irak, Palestina, Syiria, dan Persia. Pergerakan dari ‘kerajaan’ Kulafa’ur Rasyidin
selanjutnya diteruskan oleh Dinasti Umayyah (661-750M). Pada zaman ini penyebaran
Islam semakin luas. Daerah yang dikuasai pada zaman ini. Yaitu Syiria, palestina,
Afrika Utara, Irak, Semenanjung Arabia, Persia, Afganistan, dan Asia Tengah
(Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan). Pada masa ini ditandai dengan
berkembangnya kebudayaan Arab.

Peradaban islam semakin maju dengan perpindahan kekuasaan dari Dinasti bani
Umayyah ke Dinasti bani Abbasiyah. Pada Zaman ini, perekonomian Negara mulai
meningkat dengan berkembangnya bidang pertanian dan pertambangan. Perhatian
terhadap Ilmu pengetahuan mulai tumbuh, khususnya pada masa kepemimpinan harun
Al-Rasyid (785-809 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M). perhatian terhadap Ilmu
pengetahuan ini ditandai dengan penerjemahan buku-buku yang berbahasa Yunani dan
Bizantium ke dalam bahasa Arab. Khalifal Al-Ma’mun mendirikan Bait al-Hikmah.
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan dalam Bait al-Hikmah ini
diantaranya kedokteran, fisika, geografi, astronomi, optik, sejarah, dan filsafat.

Pada periode ini, ilmu-ilmu keagamaan dalam islam mulai disusun. Dalam bidang
penyusunan hadis dikenal nama Imam Bhukari dan Muslim. Dalam bidang fikih,
terkenal nama Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas dan sebagainya. Imam Ath-
Thabari terkenal dengan dalam bidang tafsir dan Ibnu Hisyam terkenal dalam bidang
sejarah. Dalam bidang tasawuf , terdapat nama Abu Yazid Al-Busthami, husainbin

7
Mansur Al-Hallaj, dan sebagainya. Periode ini merupakan peradaban islam yang
tertinggi dari periode-periode sebelumnya. Namun upaya diterjemahkannya buku-
buku ilmu pengetahuan dan filsafat karangan para ahli dan filsuf Islam ke dalam
bahasa Eropa pada abad ke-12 M, menandai berakhirnya fase kemajuan islam I (650-
1000 M). Periode ini ditandai dengan masa disintegrasi (1000-1250 M). Masa ini
ditandai dengan adanya kerajaan-kerajaan independen yang ingin memisahkan diri
dari kepemimpinan seorang khalifah. Disintegrasi politik tersebut yang menyebabkan
perpecahan di kalangan umat islam.

Selanjutnya adalah periode pertengahan (1250-1800 M). pada zaman ini tidak ada
perkembangan yang berarti bagi peradaban Islam, kecuali hanya sedikit. Pada zaman
ini terdapat 3 kerajaan besar yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Safawi di
Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Peperangan demi peperangan sering terjadi
pada masa tiga kerajaan besar ini untuk menguasai wilayah tertentu.

Disintegrasi politik pada masa ini terlihat semakin besar dibandingkan dengan masa
Bani abbasiyah dan sekaligus menandai berakhirnya perkembangan peradaban islam.
Di samping itu, di barat mulai tumbuh kesadaran untuk menaruh perhatian lebih
terhadap ilmu pengetahuan. Untuk itu, umat islam tidak hanya berdiam diri melihat
kegemilangan dunia Barat, tetapi membuat pola perubahan kiblat pengetahuan dari
yang sebelumnya berkiblat kepada peradaban Yunani, menjadi berkiblat kepada
peradaban Barat. Masa ini disebut dengan periode modern (1800 M– sekarang).

Pada masa ini bisa disebut juga sebagai masa kebangkitan dunia islam. Sejumlah
tokoh Ilsam melakukan pembaharuan pemikiran Islam atau modernisasi dalam
islam untuk mengembalikan kejayaan Islam. Beberapa tokoh pemaharu itu di
antaranya seperti di Mesir terkenal nama Muhammad Abduh, rasyid Ridha, dan
Jamaluddin Al-Afghani.

Di India pembaharuan dilakukan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan dan lainnya. Ide
pembaharuan itu sampai masuk ke Indonesia dan dikembangkan oleh K. H Ahmad
Dahlan dari organisasi Muhammadiyah dan oleh KH Hasyim Asy’ari dari Nadhatul
Ulama.

8
B. Kontribusi Islam terhadap Pengembangan Peradaban Dunia
Dunia Barat, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dianggap sebagai pusat kemajuan
peradaban dunia. Barat, kini telah menjadi kiblat peradaban dunia. Tak terkecuali di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, di balik kejayaan peradaban Barat
sekarang, ada sebuah realitas sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat dunia.
Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan tegas bahwa semua kejayaan peradaban
Barat tidak pernah luput dari jasa dan kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada
abad pertengahan.

Umat Muslim telah lebih dulu mencapai puncak kejayaannya pada abad pertengahan.
Pada abad ke-13 M terjadilah invasi kejam bangsa Mongol yang berhasil memorak-
porandakan khazanah Islam buah karya para Ilmuwan Muslim terdahulu. Invasi ini
dimulai pada tahun 1206, dipimpin oleh Jengis Khan dan anak keturunannya.

Akibatnya, hampir tidak ada satu peradaban Islam pun yang tersisa di Asia Tenggara,
Timur Tengah, dan Eropa Timur. Seiring dengan itu, pada tahun 1258, pasukan
Mongol kembali mengincar pusat peradaban Islam di Baghdad. Semua bangunan kota
dihancurkan berkeping-keping, mushaf al-Qur’an diinjak-injak, masjid dijadikan
sebagai kandang kuda, perpustakaan dibakar, dan ribuan buku-buku serta manuskrip
tulisan para ulama terdahulu dihanyutkan di sungai Tigris. Kehancuran yang dialami
Muslim Baghdad ini dianggap sebagai era kemunduran peradaban Islam di abad
pertengahan.

Dan tidak berhenti di situ, bangsa Mongol melanjutkan invasinya ke arah Mesir dan
Mediterania. Beruntung, semua dapat dikendalikan oleh pasukan Islam dari Dinasti
Mamluk sehingga pasukan Mongol mundur. Seandainya pasukan Islam tidak berhasil
menghadapi mereka, maka yang ada kini tidak akan kita temui lagi wilayah-wilayah
bersejarah yang menyimpan sejuta peradaban Islam di masanya dulu.

Tidak seperti yang terjadi sekarang, di mana para ilmuwan yang terkenal hampir
keseluruhan berasal dari Barat. Dulu, para ilmuwan Muslim seperti al-Biruni, Ibnu
Sina, al-Battani, dan lainnya telah terlebih dulu mewarnai dunia ilmu pengetahuan.
Mereka banyak menguasai ilmu kedokteran, perbintangan, perhitungan, hadis, fikih,

9
dan masih banyak lagi. Sayangnya, prestasi gemilang tersebut tidak diakui lagi oleh
bangsa Barat atau mungkin sengaja mereka tutup-tutupi demi menjaga citra
kegemilangan mereka kini.

Transformasi ilmu pengetahuan Islam ke dunia Barat dikemukakan oleh Mehdi


Nakosteen, seorang penulis buku Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat:
Diskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terbangun melalui dua cara. Pertama,
melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa Barat yang menimba ilmu di sekolah-
sekolah tinggi ataupun universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui hasil karya
cendekiawan Muslim yang berhasil diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa mereka
sendiri.

Ilmu-ilmu yang diajarkan dalam agama Islam bagi umat manusia adalah sebuah harta
karun yang sangat menarik dan didambakan oleh semua pihak, tidak terkecuali pihak
non-Muslim. Pada tahun 1213 di Eropa berdirilah sebuah universitas pertama mereka
yaitu Universitas Paris dan pada akhir abad pertengahan disusullah pendirian 18
universitas lainnya di Eropa. Di universitas-universitas tersebut diajarkan pula ilmu-
ilmu dari ilmuwan Islam seperti, ilmu falak, filsafat, kedokteran, yang diadopsi dari
universitas Islam.

Pemuda Eropa dahulu memang banyak yang menuntut ilmu di universitas Islam di
Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada, dan Salamanca. Saat belajar,
mereka bukan hanya sekadar duduk dan mendengarkan, tetapi mereka juga aktif
menerjemahkan buku-buku buah karya para intelektual Muslim. Sepulangnya mereka
ke negerinya, mereka pun mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Berkat kerja
keras mereka mengadopsi dan menerapkan khazanah keilmuan Islam, akhirnya
muncullah tunas-tunas baru sarjana keilmuan Barat yang dibanggakan masyarakat
Eropa.

Petrus Alfonsi salah satunya. Ia adalah seorang sarjana Eropa yang dahulunya
menggeluti ilmu kedokteran pada salah satu fakultas kedokteran di Spanyol. Ketika
selesai belajar dan kembali ke negerinya, Inggris, ia dipercaya oleh Raja Henry I untuk
menjadi dokter pribadinya. Selain itu, bekerjasama dengan Walcher, ia juga dipercaya

10
untuk menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan ilmu yang didapatkannya di
Spanyol.
Sementara itu Mehdi Nakosteen dan Samsul Nizar, penulis buku Sejarah dan
Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam: Potret Timur Tengah Era Awal dan
Indonesia, menambahkan bahwa proses transformasi penyebaran pengetahuan Islam
terjadi melalui berbagai jalur. Jalur tersebut antara lain, pertama, jalur Andalusia,
yakni ketika Islam mulai masuk ke Andalusia yang dibawa oleh Thariq.Kedua,
melalui Pulau Sisilia yang berhasil ditaklukan kaum Muslimin melalui tangan Dinasti
Aghlabiyyah yang berkuasa di kawasan Tunis dan Aljazair saat itu. Ketiga, melalui
Perang Salib yang merupakan proses pertukaran peradaban antara dua bangsa di Laut
Tengah. Keempat, jalur perdaganganantara Barat dan Timur melewati Mesir sejak
Dinasti Fathimiyyah berkuasa di negeri tersebut. Kelima, jalur pendidikan seperti
pendirian sekolah dan universitas Islam, dan penerjemahan karya-karya ilmuwan
Muslim ke dalam bahasa Latin.

Berikut beberapa kontribusi intelektual Muslim dalam peradaban dunia di berbagai


bidang:
1. Astronomi
Astronomi atau ilmu falak adalah salah satu bidang ilmu yang paling digemari oleh
para ilmuwan Muslim selain matematika. Hal ini disebabkan karena kedua bidang
ilmu tersebut sangat mendukung peribadatan Islam, seperti dalam menentukan
awal dan akhir bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, dan
sebagainya. Di antara para ahli astronomi Muslim yang tersohor adalah: al-Biruni,
al-Battani (ia termasuk dalam 20 besar ahli astronomi penting dunia), Abul Wafa
(penemu kemiringan bulan), Hassan Ibn Haitam (penemu optik yang menjadi
dasar teropong Roger Bacon dan Kepler), dan lainnya.

2. Matematika
Ilmu matematika dalam bahasa Arab disebut aljabar (perhitungan), sedangkan
istilah algoritme adalah berasal dari nama penemunya yaitu al-Khawarizmi, yang
memiliki nama lengkap Muhammad bin Musa bin Khawarizmi. Ia merupakan
salah satu ahli matematika Muslim terkenal di masa khalifah al-Ma’mun. Ia
menulis buku aljabar.

11
3. Fisika
Ilmu fisika juga berhubungan erat dengan ilmu astronomi. Sehingga karya-karya
tentang optik yang ditemukan oleh Hassan Ibn Haitam (965-1039 M) dijadikan
dasar bagi bangunan ilmu fisika, yakni dasar bagi Bacon dan Kepler dalam
penemuan teropong, teleskop maupun mikroskop dan dasar dari fotografi.

4. Kimia
Meskipun bangsa Yunani telah mengenal sejumlah zat kimia, namun mereka tidak
tahu apa-apa mengenai subtansi unsur-unsur zat kimia, seperti: alkohol, asam
sulfur, maupun asam nitrat. Orang Arablah yang menemukan itu semua, yang
bersamaan dengan penemuan potasium, asam amoniak, nitrat perak, dan merkuri.
Maka, tidak heran jika berbagai istilah penting dalam kimia juga berasal dari
bahasa Arab, seperti; alkohol, alembrik, alkali, dan kimia itu sendiri. Salah satu
ilmuwan Muslim yang membidangi kimia adalah Abu Musa Jakfar al-Kufi.

5. Ilmu Hayat
Dalam bidang ilmu hayat, bangsa Arab tidak berpuas diri dengan hasil dari
penerjemahan karya-karya bangsa Yunani. Bangsa Arab pun melakukan kajian dan
observasi sendiri secara intensif. Sehingga tidak heran jika mereka berhasil
memperkaya daftar macam-macam tumbuhan yang tercantum dalam “Daftar
Dioscorides” yang berisi sekitar 2000 spesies. Farmapodia atau sejenis
ensiklopedia tetumbuhan obat yang disusun bangsa Arab Muslim berisi berbagai
macam tumbuhan dan bahan-bahan obat yang belum dikenal bangsa Yunani,
seperti: kaper, daun senna, tamarin, kasia, dan mauna.

6. Ilmu Kedokteran
Salah seorang ahli kedokteran Muslim yang sangat terkenal di dunia Barat adalah
Abu Ali al-Hussein bin Abdallah ibn Sina, yang lebih dikenal sebagai Ibnu Sina
atau Avicenna. Bukunya yang berjudul al-Qanun fi at-Tib atau petunjuk tentang
kedokteran. Buku tersebut berisi tentang lima hal, yaitu fisiologi, kebersihan,
patologi, pengambilan terapi, dan materi pengobatan. Selain itu Ibn Zohr juga
merupakan salah seorang ahli kedokteran yang terkenal karena dialah yang telah

12
memperkenalkan aspek hukum dalam observasi bidang kedokteran. Ia juga
menemukan kekuatan dari jenis penyakit tertentu. Kemudian Ibn Nafis dari Siria
yang pada tahun 1289 telah berhasil mempertontonkan sistem sirkulasi darah
secara akurat, tiga ratus tahun sebelum Servert, seorang dokter kebangsaan
Portugis yang selama ini dianggap sebagai penemu pertama.

7. Filsafat
Ibn Sina atau Avicenna juga merupakan seorang ahli filsafat. Ia telah membentuk
sistem keilmuan dan pandangan filsafat skolastiknya secara gamblang. Adapun
karya-karya utamanya antara lain Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan), dan Kitab
al-Isharat wa’l Tanbihat (Pegangan Bagi Pengajaran dan Peringatan). Upaya
penerjemahan karya-karyanya dimulai sejak abad XII dan semenjak itu para
pemikir Arab mulai mewarnai pikirannya sesuai apa yang diterapkan oleh Ibnu
Sina. Sementara itu Abdul Wahid Muhammad Ibn Rushd atau Averroes dalam
banyak hal lebih berpengaruh ketimbang Avicenna, berkat bukunya yang
mengomentari karya filsafat Aristoteles.

8. Sastra
Para ilmuwan Muslim juga memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia
Barat di bidang sastra. Hal ini terbukti dari hasil kajian Asian Palacios atas karya-
karya surealism dalam Islam dan atas buku La Devina Comedia karya Dante
Aleghery yang menyimpulkan bahwa Dante telah mendapat pengaruh yang besar
dari karya mistik Muhyidin ibn Arabi maupun penyair buta Abul Ala al-Maari.
Sedangkan novel bernilai filsafat dari Ibn Tufail, Hayy ibn Yaqzan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Edward Pococke pada tahun 1671 dan
buku inilah yang mengilhami Daniel Defoe dengan kisahnya Robinson Crusoe.

9. Geografi dan Sejarah


Masyarakat Arab dikenal gemar mengarungi pulau maupun benua untuk
berdagang. Karena itu mereka harus menguasai geografi maupun sejarah setiap
kawasan yang akan dijelajahi. Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk
menekuni ilmu-ilmu geografis maupun sejarah. Dalam bukunya yang berbahasa
Inggris berjudul Golden Pastures, Hasan Ali al-Masudi memaparkan gambaran
lengkap tentang setiap negeri yang pernah dikunjunginya pada pertengahan abad

13
ke-10. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa selama lebih dari tiga abad para ahli
kartografi Eropa senantiasa mengutip karya-karya geografi Muslim, seperti karya
Nasrudin Tusi maupun hasil observasi al-Koshaji yang telah berhasil menuyusun
hasil petualangannya di Cina dan mengoreksi perhitungan garis lintang bumi
maupun ukuran bumi. Sedangkan di bidang sejarah, Ibn Miskawaih merupakan
seorang sejarawan Muslim terkenal yang meninggal pada tahun 1030. Dalam
bukunya yang berjudul Tajarib al-Umam (Pengalaman Bangsa), ia memaparkan
kisah sejarah tentangPersia dan Arab sampai dengan masa hidupnya dan
menyatakan bahwa penyerbuan Arab atas Persia telah terjadi sejak jauh sebelum
Islam lahir.

10. Sosiologi dan Ilmu Politik


Ibn Khaldun (1332-1406 M) merupakan pemikir filsafat sosiologi dan sejarah yang
terkenal dalam peradaban Islam. Salah satu bukunya yang disebut sebagai
Prolegomena membahas refleksi umum sejarah manusia dan berbagai macam
peradaban manusia sebagai hasil dari perbedaan iklim, kehidupan kaum
pengembara maupun yang telah menetap dan istiadat atau latar belakang
peradaban yang berbeda, termasuk kelembagaan sosial, ilmu pengetahuan dan seni
yang mereka kembangkan. Sementara, al-Farabi menulis buku yang sangat
terkenal tentang filsafat politik yang berjudul al-Madinatul Fadhilah. Dalam buku
tersebut, ia menyatakan bahwa pemimpin suatu negara harus mampu memberikan
jaminan agar penduduknya mencapai kehidupan yang sejahtera baik di dunia
maupun di akhirat. Untuk itu negara harus dipimpin oleh seorang kepala negara
yang memiliki kualitas sempurna, yakni: 1) tinggi kecerdasannya; 2) kuat ingatan;
3) fasih berbicara; 4) rajin bekerja; 5) sederhana; 6) luhur budi; 7) adil; 8) teguh
pendirian, dan 9) konsisten.

11. Arsitektur dan Seni Rupa


Arsitektur Muslim tampak dalam bentuk istana maupun masjid yang gemerlapan
yang di kemudian hari berpengaruh pada seni bangunan gereja pada abad
pertengahan di Eropa. Seperti pengaruh arsitektur masjid di Cordova terhadap
gereja katedral Notre Dane du Puy dalam wujud lengkungan susun tiga, cuping
ganda, lengkungan sepatu kuda maupun unsur dua warna yang merupakan ciri
masjid di Cordova.

14
12. Musik
Seorang musikus Muslim bernama Abul Hasan Ali Ibn Nafis atau sering dipanggil
Ziriyab telah mendirikan konservatorium musik-musik Andalusia. Sejak itu teori
musik mulai dikembangkan oleh al-Farabi, yang menulis Kitab al-Musiki
(Pegangan Musik). Dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmu matematika dan
fisika para penulis musik mampu memberi penjelasan secara ilmiah tentang suara
dan bagaimana mendorong pembuatan instrumen musik lebih lanjut, seperti gitar,
seruling, tambur, prototipe piano, organ dan sebagainya

C. Tiga Kerajaan Besar Islam


1. Kerajaan Utsmani di Turki
a. Asal-usul Kerajaan Utsmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami
daerah mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira 3
abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk
Islam sekitar abad ke 9/10 M ketika mereka menetap di Asia Tengah.

Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol,
akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara
saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia
kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrol, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan
mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin
memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak
itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai
ibukota.

Ertoghrol meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh


putranya, yaitu Utsman. Utsman memerintah antara tahun 1290 – 1326 M.
Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alaudin II dengan
keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan
dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan

15
Saljuk dan sultan Alaudin ll terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian
terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Utsman-pun mengantikan
Sultan Alaudin ll dan menyatakan kemerdekannya dan berkuasa penuh atas
daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut Utsman I.

b. Perkembangan Kerajaan Utsmani


Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usmani (Raja
besar keluarga Usman) pada tahun 699 H (1300 M), wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan
Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu
kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Turki Utsmani ini
dapat menaklukkan Azmir, Thawasyanli, Uskandar, Ankara dan Gallipoli.
Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah
ke benua Eropa.

Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan


semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk
memukul mundur Turki Utsmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M),
dapat menghancurkan pasukan sekutu Eropa tersebut.Ekspansi Bayazid I
sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk
ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan
Turki mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut membawa dampak yang
buruk bagi Kerajaan Utsmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di
Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia,
tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha
beliau yang pertama yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan perbaikan-
perbaikan dalam negeri.

Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).Turki


Utsmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484
M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan
menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan
terakhir Imperium Romawi Timur. putra Sultan Salim I, yaitu Sulaiman I

16
(1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes,
Tunis dan Yaman. Masa beliau ini merupakan puncak keemasan dari kerajaan
Turki Utsmani. Sebab, setelah Sultan Sulaiman I meninggal dunia, terjadilah
perebutan kekuasaan antara putera-puteranya dan itu menyebabkan kerajaan
Utsmani mulai mengalami kemunduran. Akan tetapi, meskipun terus
mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih
dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer.

c. Kemajuan Kerajaan Utsmani


Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Utsmani yang demikian luas
dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam
bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Bidang Militer dan Pemerintahan
Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur
pada masa pemerintahan Sultan Murad l. Tahap selanjutnya Orkhan
mengadakan perombakan dalam tubuh organisai militer dalam bentuk
mutasi personil pimpinan dan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-
bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota. Progam ini ternyata
berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut jenissari
dan inkisyariyah. Pasukan ini yang dapat mengubah Negara Utsmani
menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang
amat besar dalam penakhlukan negeri non muslim. Factor utama yang
mendorong kemajuan ini ialah tabiat bangsa turki itu sendiri yang bersifat
militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Keberhasilan ekspansi
tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemeritahan yang
teratur. Untuk mengatur pemerintahan Negara, dimasa Sultan Sulaiman l.
disusun sebuah kitab undang-undang(qanun). Kitab tersebut diberi nama
Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki
Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad 19.
2) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Turki Utsmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang
militer, sementara dalam ilmu pengetahuan mereka tidak begitu kelihatan
menonjol. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam

17
pembangunan yang indah seperti Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih.
Ada juga Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari. Dan
Aya Sophia merupakan masjid yang terkenal karena keindahan kaligrafinya
yang asalnya adalah gereja kristen Pada masa Sulaiman di kota-kota
lainnya juga banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, makam
jembatan, saluran air, vila dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235
buah bangunan itu dibangun dibawah coordinator Sinan, seorang arsitek
asal Anatolia.
3) Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar dalam
sosial politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan
sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum
yang berlaku.

2. Kerajaan Safawi Di Persia


a. Asal-usul Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi ini berasal dari gerakan Tarekat di Ardabil sebuah kota di
Azerbeijan (wilayah Rusia) yang berdiri hampir bersamaan dengan berdirinya
kerajaan Utsmani di Turki. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi
Al-Din (1252-1334M). Kerajaan Safawiyah menganut aliran syi’ah dan
ditetapkan sebagai madzhab negaranya. Safi al-Din keturunan dari imam syi’ah
yang keenam Musa al-Kazhim. Dalam waktu yang tidak lama tarekat ini
berkembang pesat di Persia, Syiria, dan Asia kecil.

Kecenderungan memasuki dunia politik, hal itu mendapat wujud konkritnya


pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460). Dinasti Syafawi memperluas
gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik selain kegiatan keagamaan.
Perluasan kegiatan keagamaan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan
penguasa Kara Koyunlu (Domba Hitam), salah satu suku bangsa Turki yang
berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan
ke suatu tempat. Dari tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa
Diyar Baki, Ak-Koyunlu, juga salah satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di
istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Pada

18
tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan pimpinannya
dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Ketika itu anak Juneid, Haidar masih kecil dan dalam pengasuhan Uzun Hasan.
Ketika itu kepemimpinan gerakan Syafawi baru bisa diserahkan kepadanya
secara resmi. Pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun hasan
semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Dari
perkawinan ini lahirlah Ismail yang di kemudian hari menjadi pendiri kerajaan
Syafawi di Persia.

b. Perkembangan Kerajaan Safawi


Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash (Baret
Merah) menyerang dan mengalahkan Ak-Koyunlu di Sharur, dekat
Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menakhlukkan Tabriz,
Ibu Kota Ak-Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini
Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Syafawi. Ia
disebut juga Ismail I.

Ismail I berkuasa sekitar 23 tahun (1501-1524 M). Pada sepuluh tahun pertama
ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia dapat menghancurkan sisa-
sisa kekuasaan Ak-Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi kaspia
si Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1505-1507 M) Baghdad dan daerah barat
daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M), dan Khurasan (1510 M). Hanya
dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh
Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).

Peperangan dengan Turki Utsmani terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran,


dekat Tabriz. Karena keunggulan organisasi militer kerajaan Utsmani, dalam
peperangan ini Ismail l mengalami kekalahan, malah Turki Utsmani di bawah
pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Syafawi
terselamatkan dengan pulangnya Sultan Utsmani ke Turki karena terjadi
perpecahan dikalangan militer Turki di negerinya.

Rasa permusuhan dengan kerajaan Utsmani terus berlangsung sepeninggal


Ismail. Peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali

19
pada zaman pemerintahan Tahmasp I (1524 - 1576 M), Ismail II (1576 - 1577
M) dan Muhammad Khudabanda (1577 - 15873 M). Pada masa tiga raja
tersebut, kerajaan Syafawi dalam keadaan lemah. Disamping karena sering
terjadi peperangan melawan kerajaan Utsmani yang lebih kuat, juga karena
sering terjasi pertentangan antara kelompok-kelompok di dalam negeri.

Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja Syafawi kelima, yaitu
Abbas I naik tahta (1588 - 1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh
Abbas I untuk memulihkan politik kerajaan Syafawi adalah sebagai berikut:
Pertama, mengurangi dominasi pasukan Qizilbash denan cara membentuk
pasukan baru yan direkrut dari budak tawanan peran bangsa Georgia, Armenia,
Sircassia. Kedua, mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani, yaitu
ia rela melepaskan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan sebagian wilayah lainnya.
Dia juga berjanji tidak akan menghina Abu Bakar, Umar, Utsman. Sebagai
jaminan atas perjanjian itu, ia menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza
sebagai sandera di Istanbul.

Langkah-langkah yang dilakukan Abbas l tersebut berhasil membuat kerajaan


Safawi menjadi kuat kembali. Ia kembali melirik wilayah-wilayahya dulu yang
sempat lepas. Kemudian Abbas l menyusun kembali kekuatan militer yang
kuat. Setelah kekuatan militer terbina dengan baik, ia berusaha merebut
kembali wilayah kekuasaannya dari Turki Utsmani. Pada tahun 1602 M, disaat
Tuki Utsmani berada dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad ll, Abbas l
menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan
kota-kota Nakchivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606
M. Selanjutnya pada tahun 1622 M pasukan Abbas l berhasil merebut
kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan
Bandar Abbas.

c. Kemajuan Kerajaan Safawi


Masa kekuasaan Abbas l merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara
politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang
mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut kembali beberapa wilayah
kekuasaannya yang sebelumnya lepas tersebut oleh kerajaan Utsmani.

20
Selain itu kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan dalam beberapa bidang,
antara lain:
1) Kemajuan bidang ekonomi
Bukti nyata perkembangan perekonomian Safawi adalah dikuasainya
kepulauan hurmuz dan pelabuhan Gumrun kemudian diubah menjadi
Bandar Abbas pada masa Abbas l. Maka salah satu jalur dagang yang
menghubungkan antara timur dan berat sepeenuhnya menjadi milik
kerajaan Safawi. Selain itu kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di
sector pertanian terutama di daerah Buan Sabit Subur (fortile crescent).
2) Kemajuan bidang ilmu pengetahuan
Bangsa Persia dalam sejarah Islam dianggap berjasa besar dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Maka tidaklah heran apabila kondisi
tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuan seperti Baha al-Din asy-
Syaerozi, Sadar al-Din asy-Syaerozi, Muhammad al-baqir al-Din ibn
Muhammad damad, masing-masing ilmuan dibidang filsafat sejarah,
teologi dan ilmu umum.
3) Kemajuan bidang seni dan pembangunan fisik
Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan
megah yang memperindah ibukota kerajaan ini. Sejumlah sekolah, masjid,
rumah sakit, jembatanyang memanjang diatas Zenderud dan istana
Chihisutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata.

3. Kerajaan Mughal Di India


a. Asal-usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughol berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi.
Kerajaan ini termasuk dari tiga kerajaan besar Islam dan kerajaan inilah yang
termuda. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa khalifah Al-walid
dari Dinasti Bani Umayah, di bawah pimpinan Muhammad Ibnu Qosim.

Kerajaan Mughol di India dengan Delhi sebagai ibu kotanya, di dirikan oleh
Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari cucu Timur lenk. Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babaur mewarisi daerah Ferghana
dari orang tuanya pada Usia 11 tahun. Karena dari kecil di didik sebagai

21
seorang panglima, ia bertekad dan berambisi akan menaklukan kota terpenting
di Asia Tengah yaitu Samarkand. Pada mulanya Babur mengalami kekalahan,
tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi kala itu yaitu Ismail I,
akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M). Pada tahun 1504 M, ia
menduduki Kabul (Afganistan). Babur juga mampu menguasai Punjab (1525
M), kemudian menguasai Delhi setelah bertempur di Panipat sebagai
pemenang. Dengan demikian, Babur dapat menegakkan pemerintahannya di
sana, maka berdirilah kerajaan Mughol di India(1525M).

b. Perkembangan Kerajaan Mughal


Sepeninggalan babur tahun 1530 M, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh
anaknya yang bernama Humayun. Walaupun Babur telah berhasil menegakkan
Mughal dari serangan musuh, namun Humayun tetap saja menghadapi
tantangan. Selama roda kepemimpinannya, kondisi pemerintahan tidak pernah
stabil. Selain banyak menghadapi peperangan, ia harus menghadapi gerakan
pemberontakan Bahadur Syah penguasa Gujarat dan pertempuran besar
dengan Sher Khan di Kanauj pada tahun 1540 M. dan pada tahun 1556 M,
Humayun meninggal dunia.

Selanjutnya Humayun digantikan anaknya yaitu Akbar yang berusia 14 tahun,


karena ia masih muda maka urusan kekeuasaan diserahkan pada Bairam Khan,
seorang Syi’i. Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai
keemasannya.

Setelah Akbar dewasa, Akbar berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang


sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan aliran
Syi’ah. Dan bairam mengarakan pemberontakan pada tahun 1561 M, tetapi
tetap bisa dikalahkan oleh Akbar.

Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai


kerajaan yang besar, karena dua gerbang India yaitu Abul dan kota kandahar
dikuasai oleh Akbar. Kemajuan yang telah dicapai oleh Akbar dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jhangir (1605-1628 M), Syah

22
Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1658-1707 M). Ketiganya merupakan
raja-raja besar Mughal yang didukung oleh kekuatan militer yang sangat besar.
c. Kemajuan Kerajaan Mughal
1) Bidang Ekonomi
Kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan,
dan perdagangan. Di sektor pertanian, komunikasi antara pemerintah dan
petani diatur dengan baik. Hasil pertanian yang terpenting adalah biji-bijian,
padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila,
dan bahan-bahan celupan.
2) Bidang Seni
 Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana,
baik yang berbahasa Persia maupun India. Penyair yang terkenal adalah
Malik Muhammad Jayazi.
 Karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan antara lain:
 Istana Fatpur Sikri di Sikri, Cila dan Masjid-masjid yang indah pada
masa Akbar
 Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore
pada masa Syah Jehan.
3) Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah
ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb.
Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal
dengan sebutan Fatawa –i-Alamgiri.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dunia Barat, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dianggap sebagai pusat kemajuan
peradaban dunia. Barat, kini telah menjadi kiblat peradaban dunia. Tak terkecuali di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, di balik kejayaan peradaban Barat
sekarang, ada sebuah realitas sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat dunia.
Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan tegas bahwa semua kejayaan peradaban
Barat tidak pernah luput dari jasa dan kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada
abad pertengahan.

Peradaban islam semakin maju dengan perpindahan kekuasaan dari Dinasti bani
Umayyah ke Dinasti bani Abbasiyah. Pada Zaman ini, perekonomian Negara mulai
meningkat dengan berkembangnya bidang pertanian dan pertambangan. Selanjutnya
pada periode pertengahan (1250-1800 M), pada zaman ini tidak ada perkembangan
yang berarti bagi peradaban Islam, kecuali hanya sedikit. Pada zaman ini terdapat 3
kerajaan besar yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan
Kerajaan Mughal di India. Peperangan demi peperangan sering terjadi pada masa tiga
kerajaan besar ini untuk menguasai wilayah tertentu.

Disintegrasi politik pada masa ini terlihat semakin besar dibandingkan dengan masa
Bani abbasiyah dan sekaligus menandai berakhirnya perkembangan peradaban islam.
Di samping itu, di barat mulai tumbuh kesadaran untuk menaruh perhatian lebih
terhadap ilmu pengetahuan. Untuk itu, umat islam tidak hanya berdiam diri melihat
kegemilangan dunia Barat, tetapi membuat pola perubahan kiblat pengetahuan dari
yang sebelumnya berkiblat kepada peradaban Yunani, menjadi berkiblat kepada
peradaban Barat. Masa ini disebut dengan periode modern (1800 M– sekarang).

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34997510/Makalah_kelompok_8_Kontribusi_Islam_terhadap_
peradaban_dunia

https://www.kompasiana.com/mamattew/5529acaa6ea8343c4f552cf7/kontribusi-islam-
dalam-sejarah-peradaban-barat

https://www.academia.edu/5853973/Kontribusi_islam_terhadap_peradaban_barat

https://www.academia.edu/19724970/Makalah_3_Kerajaan_Besar_Islam

https://www.academia.edu/11378623/Makalah_Sejarah_Peradaban_Islam_3_Kerajaan_Be
sar

25

Anda mungkin juga menyukai