PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tentang sejarah peradaban Islam, tidak terlepas dari
keberadaan sebuah Dinasti yaitu Dinasti Bani Umaiyah yang berkuasa selama
lebih kurang 90 tahun (41- 132/661-750). Dinasti ini didirikan oleh Muawiyah
bin Abi Sufyan Ibn Harb Ibnu Umayyah melalui peristiwa tahkim ketika
pecahnya perang Sifin di Daumatul Jandal. Kehadiran Dinasti Umayyah telah
memberi warna baru dalam bebakan sejarah pemerintahan Islam dengan sistim
pemerintahan yang sangat berbeda dengan sistim yang diterapkan pada
pemerintahan Islam yang pada masa-masa sebelumnya, baik pada masa
Rasulallah SAW maupun pada masa Khulafaurrasyidin . sistim pemerintahan
yang baru ini banyak sorotan dan ketidak pauasan dikalangan masyarakat
Islam pada umumnya.
Terlepas dari persoalan sistim pemerintahan yang diterapkan,
sejarah telah mencatat bahwa Dinasti Umayyah adalah Dinasti Arab pertama
yang telah memainkan perang penting dalam perluasan wilayah, ketinggian
peeradaban dan menyebarkan agama Islam keseluruh penjuru dunia,
khususnya eropa, sampai akhirnya dinasti ini menjadi adikuasa.
Masa pemerintahan Muawiyah tergolong cemerlang. Ia berhasil
menciptakan keamanan dalam negeri dengan membasmi para pemberontak. Ia
juga berhasil mengantarkan negara dan rakyatnya mencapai kemakmuran dan
kekayaan yang melimpah. Pemerintahan Bani Umayyah dimulai dari
Muawiyah bin Abi Sufyan dan ditutup oleh Marwan bin Muhammad. Diantara
mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa dalam berbagai bidang
sesuai dengan kehendak zamannya, sebalaiknya ada khalifah yang tidak patut
dan lemah.
Melihat pentingnya pembelajaran mengenai corak pemerintahan
Bani Umayyah, maka pada seminar makalah kali ini penulis akan membahas
sekelumit tentang Dinasti Umayyah, dari awal berdirinya sampai kepada
BAB II
PEMBAHASAN
melawan Ali, dan melakukan tahkim dengan pihak Ali yang secara politik
sangat menguntungkan Muawiyah. Keberuntungan Muawiyah berikutnya
adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Jabatan khalifah setelah Ali wafat dipegang oleh putranya, yaitu Hasan bin Ali
selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang
kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah
melakukan perjanjian dengan Hasan bin Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa
penggantian pemimpin akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa
Muawiyah berakhir. Perjanjian ini dibuat pada tahun 661 M (41 H) dan tahun
tersebut disebut amul jamaat, karena perjanjian ini mempersatukan umat
Islam kembali menjadi satu. Namun, pada kenyataannya Muawiyah mulai
menginginkan kemonarkian Absolut. Karena menurutnya monarki absolut
adalah gaya paling efektif untuk memerintah kerajaan dengan basis ekonomi
jauh lebih memuaskan dari pada oligarki militer , yang para komandannya
biasanya saling bersaing memperebutkan kekuasaan dan dia pula menyadari
bahwa dia harus keluar dari tradisi Arab untuk mengamankan suksesi. Jadi dia
melanggar perjanjian dengan Hasan bin Ali dengan menunjuk Yazid bin
Muawiyah sebagai khalifah penggantinya . Dinasti Umayyah di Syiria
(Damaskus) berlangsung selama 91 tahun dengan jumlah khalifah 14 orang,
yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Yazid bin Muawiyah, Muawiyah bin Yazid,
Marwan al-Hakam, Abdul Malik Marwan, Al-Walid bin Abd Malik, Sulaiman
Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, Yazid bin Abdul Malik, Hisyam bin
Abdul Malik, Al-Walid bin Yazid, Yazid Al-Walid, Ibrahim Al-Walid, Marwan
bin Muhd. Khalifah yang dipandang memajukan umat Islam ad balah Abdul
Malik dan Umar bin Abdul Aziz, yang menurut sebagian riwayat termasuk
khulafa rosyidin.
Umat Islam ketika itu telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan
Bizantium. Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru cara suksesi
kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium, yaitu monarki (kerajaan).
Akan tetapi, gelar pemimpin pusat tidak disebut raja (malik), mereka tetap
menggunakan gelar khalifah dengan makna konotatif yang diperbaharui. Pada
Negara
bagian
Kelima
dengan
kairawan
sebagi
Pusat
Pemerintahannya.
Tiap-tiap provinsi tetap dikepalai oleh gubernur yang betanggung jawab
lansung kepada khalifah. Gubernur berhak menunjuk wakilnya di daerah
yang lebih kecil dan mereka dinamakan amil. Sisa dari keuangan daerah
dikirim ke ibu kota untuk mengisi bas atau Bait al-mal negara.
3) Bidang Administrasi Pemerintahan
Pemerintah pada masa Dinasti Umayah memiliki tiga tugas utama yang
meliputi pengaturan administrasi publik, pengumpulan pajak, dan
pengaturan urusan-urusan keagamaan. Ketiga tugas itu secara teoritis
dikendalikan oleh tiga orang pejabat berbeda . Wakil Khalifah (amir,
shahib) mengangkat langsung amil (agen, petugas administrasi ) untuk
sebuah distrik tertentu dan menyampaikan nama mereka kepada khalifah.
Pada masa ini, terdapat banyak pembenahan-pembenahan khususnya
dalam bidang administrasi pemerintahan. Pada masa ini mulai dibentuk
kantor-kantor pos dengan tujuan agar lebih memudahkan para gubernur
khususnya untuk mengirim surat-surat kepada khalifah mengenai daerah
pemerintahannya. Pada masa daulah umayah ini pula dimulainya Arabisasi
yaitu perubahan bahasa kepemerintahan dan bahasa yang digunakan dalam
catatan administrasi pemerintahan menjadi bahasa Arab dan juga mulai
dibuatnya uang Logam khas bangsa Arab dengan menggunakan tulisan
bertuliskan Arab.
Pemerintah bani Umayyah dibentuk beberapa dewan (Departemen) yaitu :
a. Dewan al-Rasail (Sekretaris Jendral)
Dewan ini berfungsi untuk mengurus surat-surat negara yang ditujukan
kepada para gubernur atau menerima surat-surat dari mereka. Dua
macam sekretaris pada masa Umayyah: (1) Sekretaris Negara
(dipusat), (2) Sekretaris Provinsi yang menggunakan bahasa Yunani
(greek) dan parsi sebagai bahasa pengantarnya.
b. Dewan al-Kharraj
Dewan ini bertugas untuk mengurus masalah pajak dewan ini dibentuk
ditiap-tiap provinsi yang dikepalai oleh Shahib al-Kharraj. Departemen
pajak ini bertugas mengelola pajak tanah di daerah-daerah yang
menjadi kekuasaan dinasti Bani Umayyah.
c. Diwan al-Barid
Dewan ini merupakan intelijen negara yang berfungsi sebagai
penyampai berita-berita rahasia daerah kepada pemerintah pusat.
d. Dewan al-Khatam (Departemen Pencatatan)
Dewan ini dibentuk karena banyaknya usaha untuk memalsukan tanda
tangan dari Muawiyah. Dewan ini bertugas untuk membuat dan
menyimpan salinan setiap dokumen resmi sebelum distempel, dan
mengirimkan lembaran aslinya.
4) Politik Arabisasi
Arabisasi artinya usaha-usaha pengaraban oleh Bani Umayyah di wilayahwilayah yang dikuasai oleh Islam.
Arabisasi yang terkenal pada masa ini adalah pada masa Abd Al-Malik
dan Al-Walid, yang dinilai oleh sebagian sejarawan adalah masa dimana
Dinasti Umayah mencapai puncak kejayaannya. Hal ini dimulai ketika
Abdul Malik mewajibkan bahasa pemerintahan yang dipakai dalam
wilayah kekuasaannya adalah bahasa Arab. Maka otomatis bahasa dalam
Administrasi Publik pun diubah menjadi bahasa Arab. Contohnya,
perubahan bahasa pemerintahan di Damaskus dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab dan perubahan bahasa pemerintahan di Irak dan provinsi
bagian Timur dari bahasa Parsi ke bahasa Arab. Dilain bidang, Abd. Malik
mulai mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya
orang Arab. Hal ini menandakan bahwa dalam kepemerintahan Daulah
Umayah, bangsa Arab haruslah menjadi bangsa unggulan dari bangsabangsa lainnya.
Orang Arab mengangap bahwa mereka lebih mulia dari kaum muslimin buka
orang Arab sendiri. Kaum muslimin bukan Arab (non-Arab) digelar dengan
nama al-Mawadi (asal mula Miwali), yaitu budak-budak tawanan perang yang
telah dimerdekakan. Kemudian disebutnya Mawali semua orang Islam yang
bukan Arab.
Orang Arab memandang dirinya Sayid (tuan) atas bangsa bukan Arab,
seakan-akan mereka dijadikan tua untuk memerintah. Oleh sebab itu, orang
Arab dalam zaman ini hanya bekerja dalam bidang politik dan pemerintahan
saja, sedangkan bidang-bidang usaha lain diserahkan kepada Mawali, seperti
pertukangan dan kerajinan. Orang mawali ini dipandang sebagai penghuni
kasta terendah dalam strata sosial bangsa Arab.
Akibat dari politik kasta yang dijalankan Dinasti Umayyah ini, maka banyak
kaum Mawali yang bersikap membantu gerakkan Bani Hasyim turunan
Awaliyah, bahkan juga memiki kaum Khawarij. Dikalangan kaum Mawali
lahirlah satu gerakkan rahasia yang dikenal dengan nama Asy-Syuubiyah
yang bertujuan melawan paham yang membedakan derajat kaum muslim yang
sebetulnya mereka adalah bersaudara. Barulah kemudian pada zaman khaifah
Harun Ar-Rasyid mulai terjadi diplomasi dengan kaum mawali. Komunikasi
berjalan lancar antara kedua belah pihak karena pada masa ini kedudukan
diantara keduanya disetarakan. Namun, sebagian dari mereka secara
keagamaan lebih unggul dari khalifah sekalipun. Dan dalam hal kebudayaan,
para mawali ini biasanya menjadi kalangan pertama yang mencurahkan hidup
mereka untuk mempelajari seni, karena mereka adalah pewaris budaya yang
lebih tua.
F. Sistem Militer
Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti
Bani Umayyah adalah kemajuan dalam sistem militer. Selama peperangan
melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari
cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system
dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan
system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani
Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan
kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani
Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.
Dalam bidang organisasi militer, tentara Umayah secara umum dirancang
mengikuti struktur organisasi tentara Byzantium . Kesatuannya dibagi menjadi
lima kelompok : tengah, dua sayap, depan dan belakang sedangkan formasi
pasukan mengunakan formasi sebelumnya. Formasi seperti itu, terus dipakai
hingga masa kekhalifahan terakhir, Marwan II (744-750), yang meninggalkan
pola lama dan memperkenalkan satu unit pasukan baru yang disebut kurdus
(legion) . Penampilan dan perlengkapan perang pasukan Arab sulit dibedakan
dengan pasukan Yunani. Pada dasarnya, senjata yang digunakan sama.
Pasukan kuda menggunakan pelana kuda yang datar dan bundar. Perlengkapan
dan
Masarkand.
Kemudian
menerapkan
kedudukannya
di
Umayyah ini meliputi Spanyol. Afrika utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab,
Irak, Sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut
dengan Pakistan, Uzbekistan, Kilgis di Asia Tengah. Kemenangankemenangan yang dicapai umat Islam secara luas itu menjadikan orang-orang
Arab bertempat tinggal di daerah-daerah yang telah dikuasai itu. Prinsip
keuangan Negara yang diberlakukan mengikuti apa yang pernah ada pada
masa khulafa al-Rasyidun, yaitu penetapan pajak tanah dan pajak perorangan
untuk setiap individu penghuni daerah-daerah taklukkan yang itu menjadi
income bagi pemerintah Umayyah.
Namun pada zaman Dinasti Umayyah ini juga masuknya tentara dan
terbentuknya angkatan militer kebanyakan dengan dipaksa atau setengah
paksa. Untuk menjalankan kewajiban ini dikeluarkan semacam undangundang wajib militer yang dinamakan Nadhamut Tajnidil Ijbary. Politik
ketentaraan dari Bani Umayyah, yaitu politik Arab, dimana anggota tentara
haruslah terdiri dari orang-orang Arab atau unsur Arab. Maka dari itu tak
heran perlawanan mulai muncul dari bangsa Mawali (orang bukan arab) yang
merasa selalu dikesampingkan dan di nomor dua kan oleh Bani Umayah ini.
Kecuali pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, dimana orang Arab
dan orang mawali mulai dipandang sama pada masa pemerintahannnya.
Adapun perluasan wilayah-wilayah Islam yang dilakukan oleh kebijakkan
militer Bani Umayyah ini. Ialah:
1. Perluasan ke Asia kecil
2. Perluasan ke Timur
3. Perluasn ke Afrika Utara
4. Perluasan ke Barat
Islam
Pada masa Umayyah, khalifah menyediakan Fond khusus untuk dinas rahasia,
sedangkan gaji tentara ditingkatkan untuk menjalankan politik tangan
besinya . Pada masa Umayyah ini (khalifah Abdul Malik bin Marwan) dicetak
mata uang kaum muslim secara teratur. Pembayaran diatur dengan
menggunakan mata uang ini, walaupun pada masa Umar bin Khataab sudah
dicetak mata uang kaum muslim, namun belum begitu teratur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam literatur sejarah, Dinasti Umayyah selalu dibedakan menjadi dua:
pertama, Dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh Muawiyah bin
Abu Sufyan yang berpusat di Damaskus (Syiria). Fase ini berlangsung sekitar
satu abad dan mengubah sistem pemerintahan dari sistem khilafah menjadi
sistem monarki. Dan kedua, Dinasti Umayyah di Andalusia yang pada
awalnya merupakan daerah taklukan Umayyah yang dipimipin oleh seorang
gubernur pada zaman Walid bin Abdul Malik. Kemudian diubah menjadi
kerajaan yang terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas yang berhasil
menaklukkan Dinasti Umayyah di Damaskus.
Perintisan pendirian Dinasti Umayyah dilakukan oleh Muawiyah dengan cara
menolak membaiat Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan tahkim
dengan pihak Ali yang secara politik sangat menguntungkan Muawiyah.
Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij
membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib. Jabatan khalifah setelah Ali wafat
dipegang oleh putranya, yaitu Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Akan
tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak
Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan
Hasan bin Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa penggantian pemimpin akan
diserahkan kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian ini
dibuat pada tahun 661 M (41 H) dan tahun tersebut disebut amul jamaat,
karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam kembali menjadi satu
kepemimpinan politik, yaitu Muawiyah, dan Muawiyah mengubah sistem
khilafah menjadi kerajaan.
berjasa
kepada
peradaban
Islam.
Diantaranya
adalah
DAFTAR PUSTAKA