MAKALAH
Disusun oleh:
Lena Rivani 192171002
Gani Kurniawan 192171006
Ira Khoerunnisa 192171012
Melia Herawati 192171045
Maya Rahmayani 192171050
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
yang berjudul “Kerajaan Mughal” ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Sejarah Asia Selatan.
Sesuai dengan judul di atas, makalah ini membahas mengenai suatu
kerajaan Islam yang pernah berjaya di India yakni Kerajaan Mughal. Kerajaan
Mughal didirikan oleh Zhahiruddin Babur pada tahun 1526 setelah ia berhasil
menglahkan kesultanan Delhi dalam pertempuran Panipat. Kerajaan Mughal
mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Jalaludin Akbar
hingga akhir pemerintahan Aungrazeb. Kerajaan Mughal pun berakhir pada tahun
1858.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut
berkontribusi dalam memberikan ide ide tulisan sehingga makalah ini dapat
disusun dengan baik. Makalah ini bukan merupakan karya tulis yang sempurna
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan baik dari segi isi
maupun bahasa yang digunakan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penulisan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
D. Kegunaan Makalah.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, makalah ini ditulis
dengan tujuan untuk mengetahui dan menjelaskan:
1. sejatah berdirinya Kerajaan Mughal
2. masa perkembangan dan kemajuan Kerajaan Mughal
3. faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Mughal
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan
bagi peserta didik dan menghindari kesalahan yang terjadi di masyarakat akibat
dari pengetahuan yang keliru.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan
menulis;
2. pembaca untuk menambah wawasan sejarah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Novita Utami.2014. Makalah Dinasti Mughal Di India, Sejarah Peradaban
Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Hlm 4.
2
Ibid.
5
3
Ibid.
6
4
Ibid, hlm 7.
5
Ibid.
7
orang India yang beragama Hindu. Mereka menduduki jabatan sebagai Wazir
(Perdana Menteri), sekretaris, kepala departemen keagamaan yang bertgas sebagi
penjaga hukum Islam, dan juga hakim tinggi yang mengawasi kerja para qadli dan
mufti dalam mengadili perkara-perkara sipil dan kriminal yang dilakukan oleh
komunitas Muslim dan Hindu. Sebagai bentuk gaji, mereka dibayar dengan jagirs
(land-grant) semacam tanha lungguh tapi sifatnya tidak turun temurun, hanya
pada saat mereka menjabat saja.
Sistem administrasi kenegaraan disusun dari sistem Kerajaan Persia.
Daerah Mughal dibagi dalam 15 provinsi yang diperintah oleh gubernur yaitu
Nawab, Mizan, Nizam atau Sughadar. Gubernur dibantu pejabat pengumpul pajak
yang disebut Diwan.
Keuangan kerajaan bergantung pada pajak tanah. Sistem pajak tanah yang
digunakan hampir mirip dengan sistem yang diberlakukan oleh Raffles di Jawa.
Pajak tanah ini dihitung berdasarkan luas dan kesuburan tanahnya. Tanah dibagi
beberapa kategori sesuai dengan banyaknya hasil, besar pajak tanah adalah 1/3
dari penghasilan tanah yang bersangkutan. Untuk mengurusi keuangan, Akbar
dibantu oleh Raja Todar Mali, seorang ahli keuangan Hindu yang bijaksana.
b. Sistem Keagamaan
Akbar merupakan seorang muslim ortodoks yang sangat taat tetapi
minatnya pada bidang agama telah membuat Akbar menjadi sangat toleran dan
berwawasan. Di Istananya, banyak para ahli dari berbagai agama antara lain,
Hindu, nasrani, Yahudi, Zoroaster, Budha dan Islam6. Mereka dikumpulkan untuk
saling berdialog dan bertukar pikiran mengenai ajaran agama masing-masing,
tujuannya bukanlah untuk mencari agama yang paling benar, tetapi untuk mencari
semangat kebersamaan dan menciptakan kerukunan. Perkumpulan dialog agama
ini dilakukan pada tahun 1576 M, kemudian Akbar membuat tempat yang disebut
Ibadat khana di kota Fatehpur Sikri.
Dalam hal agama, Akbar terus melakukan lebih jauh. Ia pun memiliki
pemikiran untuk mendirikan agama baru yang kemudian disebut Din-i-ilahi. Pada
awalnya, agama ini dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan agama. Akan
6
Ibid, hlm 10.
9
tetapi agama baru ini justru terbentuk dari proses campuran (Sinkretisme)
berbagai agama khususnya Islam, Nasrani atau Kristen dan Hindu. Dengan
adanya penyatuan agama ini, diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk
agama. Pembentukan agama baru ini mendapat dukungan yang sangat kuat dari
dua orang pujangga Akbar, yaitu Faizi dan Abu’l- Fazl (Suwarno, 2012).
Ajaran agama tersebut jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam. Hal
ini dapat dibuktikan dari beberapa butir pokok ajarannya yaitu diantaranya, setiap
pengikutnya diwajibkan untuk bersujud dan tunduk menyembah Akbar, larangan
untuk berkhitan, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, mengharamkan
untuk menyembelih dan memakan daging sapi, tidak dianjurkan memelihara
jenggot, dan larangan untuk menulis dengan huruf Arab7.
Akan tetapi, agama baru ini tidak menarik perhatian rakyat dan hanya
beberapa orang saja yang mau jadi pengikutnya. Setelah Akbar meninggal, agama
ini tenggelam dan lenyap. Bila disimak dengan jelas, banyak kebijakan Akbar
yang condong menuntunkan agama Hindu dan orang-orang agama Islam merasa
terpojokan.
c. Bidang Kebudayaan
Dalam pemerintahan Akbar, bidang ini sangat mengagumkan salasatu
menteri akbar, dari agama Hindu yakni Raja Birbal mengumpulkan naskah-
naskah tentang pemikiran agama dan filsafat ajaran Hindu. Sastrawan muslim
bernama Abdurahim Khan I-Khana telah menerjemahkan Bhagavadgita dalam
bahasa Persia, kemudian pujangga bersaudara Abu’l Fazl juga menghasilkan
karya tulis bermutu dan telah menyalin dua besar epik besar kitab Mahabharata
dan Ramayana.
4. Nuruddin Jahangir (1605-1627 M)
Setelah Sultan Akbar wafat tahta kerajaan dinobatkan kepada putranya
yang bernama Salim dengan gelar Nuruddin Jahangir. Poltik yang dilakukan
jahangir berbeda dengan politik yang dilakukan ayahnya. Jika sang ayah bersikap
elektik dan toleran, karena mendapat tekanan paqra ulama Jahangir berjanji untuk
7
Suwarno. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm 93-
94.
10
lebih melindungi agama islam. Sehingga agama Din i-ilahi yang dibentuk
ayahnya pun menjadi hilang pengaruhnya.
Menurut Suwarno (2012: 95-96), kebijakan Jahangir yang mencerminkan
upaya melindungi agama islam sekaligus mencapai keadilan dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Tidak ada paksaan dalam memeluk agama islam
b. Dilarang memproduksi dan memperdagangkian barang yaang memabukkan
c. Pejabat negara tidak dapat memperoleh rumah dari masyarakat
d. Pejabat negara tidak boleh mencampuri perkara pribadi dan masyarakat
e. Membebaskan tanpa syarat para tahanan yang sudah tua
f. Mendirikan masjid dan kafilah di tempat-tempat yang jauh dari penduduk
untuk keperluan para musafir.
Menurut catatan Sir Thomas Roe seorang utusan Inggris yang menghadap
sultan Jahangir, putra sulung Jahangir yang bernama Khusru adalah seorang putra
mahkota yang bijak dan disenangi oleh rakyatnya. Akan tetapi Khusru justru
melakukan pemberontakan kepada ayahnya sehingga dia ditangkap, ditawan dan
kemudian dicukil matanya sebagai hukuman.
Selama pemerintahannya Jahangir sangat dipengaruhi oleh permaisurinya
yang bernama Nur Jahan, yang merupakan bekas istri raja Dinasti Suri yang
terakhir, wali raja di Benggala. Nur jahan diduga menghasut Jahangir untuk
memberikan hukuman mati kepada Khusru. Selain itu pengaruh Nur Jahan yang
besar terlihat pada mata uang yang beredar saat itu, di mana tertera gambar Nur
Jahan pada mata uang tersebut (Suwarno, 2012: 96)
Hal yang membuat jahangir mudah dipengaruhi oleh permaisurinya ialah
karena tabiatnya yang tidak tetap, kadang ia bisa bengis tetapi terkadang bisa
sangat halus perasaannya. Sultan Jahangir tidak secakap ayahnya, hanya saja dia
mewarisi pemerintahan yang sudah mapan dan teratur hasil kerja sang ayah.
Pemerintahannya diwarnai dengan berbagai pemberontakan, seperti
pemberontakan yang terjadi di Ambar yang tidak dapat dipadamkannya.
Pemberontakan juga terjadi di dalam istana yang dipimipin oleh Khurram,
putra hasil pernikahannya dengan Nur Jahan. Dengan bantuan panglima
11
8
Mohamad Zulfadzdlee, Moh Roslan. “Kemelut Politik Mughal pada Penghujung
Era Pemerintahan Shah Jahan” Jurnal Usuluddin, vol. 45, no. 1. 2017: 35.
12
mereka dengan baik. Kunjungan yang dilakukan oleh Sir Thomas Roe pada Sultan
Jahangir pada tahun 1616 membuat Inggris diizinkan mendirikan “factory”
(kantor dagang) di Masulipatam. Pada tahun 1639, Syah Jehan dengan kerelaan
dari pangeran Chandragiri menghadiahkan sebidang tanah di kota Madras kepada
bangsa Inggris/EIC yang kemudian diatasnya dibangun factory dan benteng
St.George. Sultan Syah Jehan juga mengizinkan EIC untuk mendirikan factory
dikota Hugli dan Qasimbazar serta memberi beberapa konsensi dagang antara
tahun 1650-1651 (Suwarno, 2012: 98).
Sifat Syah Jehan yang dikenal sebagai pribadi yang pemboros dapat dilihat
dari gaya hidupnya yang mewah, kesukaannya mengumpulkan barang-barang dari
permata, mendirikan gedung, istana dan bangunan megah lainnya yang dihias
dengan sangat indah. Contohnya yaitu bangunan Taj Mahal yang selesai dibangun
dalam waktu 16 tahun, yang sekarang menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia.
Selain bangunan Taj Mahal, Syah Jehan juga pernah memerintahkan untuk
membuat singgasana yang disebut dengan Kursi Merak. Takhta ini diselesaikan
dalam waktu 7 tahun dan menghabiskan dana lebih dari 10 juta rupee. Namun
sayang, tahta ini direbut oleh Sultan Nadhir Syah dari Iran yang menyerbu India
pada 1729 saat Kerajaaan Mughal telah mengalami disintegrasi9.
Dalam kurun waktu antara 1630-1636, Syah Jehan terus disibukkan
dengan berbagai peperangan. Misalnya, penaklukannya atas Deccan , wilayah
Ahmadnagar dan Biyapur. Akan tetapi, upayanya untuk menguasai Afghanistan
dan merebut Kandahar selalu digagalkan oleh penguasa Iran.
Dari pernikahannnya dengan Mumtaz Mahal, Syah Jehan dikaruniai 4
orang putra yang kelak saling bersaing untuk memperebutkan tahta Mughal.
Mereka semua telah diangkat menjadi Gubernur di empat wilayah, yaitu:
1) Dara Syikoh, putra sulung yang sangat disenangi rakyat karena pribadinya
sangat elektik dan toleran, pernah mengarang buku Majma I Bahrein
(Pertemuan dua samudra: Sufiseme dan Vedanta) dan menjadi Gubernur di
Delhi untuk daerah Punjab.
9
Suwarno. Op. Cit. hlm 98.
13
2) Syah Syuja, putra kedua yang ambisionis dan menjadi Gubernur di Benggala
dan Orissa.
3) Aurangzeb, putra ketiga yang sangat alim dan saleh, menjadi Gubernur di
wilayah Deccan.
4) Murad Bakhsy, putra bungsu yang menjadi Gubernur di Gujarat.
Pada 1656 Aurangzeb berhasil mengalahkan saudra-saudaranya, ia bahkan
menawan ayahnya di Benteng Agra hingga Syah Jehan wafat.
6. Muhyidin Aurangzeb Alamgir (1659-1707).
Pada 1659 Aurangzeb dinobatkan sebagai Sultan Mughal dengan gelar
Sultan Muhyidin Aurangzeb Alamgir yang artinya Aurangzeb yang
menghidupkan Agama dan menaklukan Dunia. Gelar ini terlihat pada
kepribadiannya yang alim dan soleh, sehingga Aurangzeb telah menyenangkan
hati rakyatnya dengan menurunkan pajak pada awal pemerintahannya. Aurangzeb
dalam kebijakan pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran keagamaan
yang dilontarkan Syaikh Ahmad dari Sirhind. Contohnya, Aurangzeb
memerintahkan diadakannya kodifikasi (penyusunan Kitab Undang-Undang)
hukum Islam yang bahan-bahannya dikumpulkan dari mazhab Hanafi.
Selain itu, Sultan Aurangzeb menerapkan sistem politik Islamisasi dalam
pemerintahannya. Politik Islamisasi merupakan sebuah kebijakan untuk merebut
tiap jengkal tanah orang-orang Hindu untuk dimasukkan kedalam kekuasaaan
daulat Islam. Hampir seluruh masa Pemerintahan Aurangzeb dihabiskan untuk
melakukukan peperangan, terutama untuk menaklukan India Tengah. Kerajaaan
Biyapur dan Golkonda, di India Tengah sulit untuk ditaklukan. Hal ini
dikarenakan keduanya bersekutu dengan kerajaan Hindu Maratha yang kuat
dibawah pimpinan Raja Sivaji yang sangat ambisius karena ingin menaklukan
seluruh India.
Selain itu, Aurangzeb juga harus menghadapi pemberontakan yang
dilakukan oleh orang-orang Sikh dibawah pimpinan guru spiritual Tegh Bahadur
dan kemudian dilanjutkan oleh Gobind Singh. Pada tahun 1680 Raja Sivaji wafat
dn digantikan oleh putranya yang lemah yang bernma Sambhaji10. Hal itu menjadi
10
Ibid, hlm 101.
14
2. Faktor Eksternal
18
11
Djamaluddin Miri. 2009. “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal”. El-Harakah, Vol.11,
no. 3. Hlm.217.
19
A. Kesimpulan
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam terbesar yang pernah ada di
India. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zhahiruddin Babur pada tahun 1526 M.
Meskipun Babur yang menjadi pendiri kerajaan, akan tetapi peletak dasar yang
sebenarnya ialah Jalaluddin Akbar. Akbar memiliki peran yang sangat penting
bagi Kerajaan Mughal. Ia mampu membawa Mughal menuju kejayaannya.
Dengan kebijakan-kebijakan dan strategi politik yang dilakukannya ia hampir
berhasil menyatukan seluruh wilayah India di bawah kekuasaannya. Selain itu,
kerajaan Mughal pernah menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hasil karya seni
mereka dapat dilihat dari arsitektur bangunan yang sangat megah nan indah, juga
dari beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh para pujangga Mughal.
Kerajaan Mughal mulai mengalami kemunduran setelah wafatnya Sultan
Aurangzeb. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor internal
maupun eksternal. Jatuhnya kerajaan Mughal terutama disebabkan oleh
banyaknya pemberontakan dan juga perang saudara yang terjadi di antara anggota
keluarga kerajaan. Kemudian datangnya bangsa Inggris menjadi puncak
kemunduran Kerajaan Mughal. Kerajaan Mughal pun akhirnya dapat ditaklukan
oleh Inggris pada tahun 1757 M.
DAFTAR PUSTAKA