Anda di halaman 1dari 24

KERAJAAN MUGHAL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


Sejarah Asia Selatan
Dosen pengampu: Laeli Armiyati, M.Pd

Disusun oleh:
Lena Rivani 192171002
Gani Kurniawan 192171006
Ira Khoerunnisa 192171012
Melia Herawati 192171045
Maya Rahmayani 192171050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
yang berjudul “Kerajaan Mughal” ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Sejarah Asia Selatan.
Sesuai dengan judul di atas, makalah ini membahas mengenai suatu
kerajaan Islam yang pernah berjaya di India yakni Kerajaan Mughal. Kerajaan
Mughal didirikan oleh Zhahiruddin Babur pada tahun 1526 setelah ia berhasil
menglahkan kesultanan Delhi dalam pertempuran Panipat. Kerajaan Mughal
mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Jalaludin Akbar
hingga akhir pemerintahan Aungrazeb. Kerajaan Mughal pun berakhir pada tahun
1858.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut
berkontribusi dalam memberikan ide ide tulisan sehingga makalah ini dapat
disusun dengan baik. Makalah ini bukan merupakan karya tulis yang sempurna
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan baik dari segi isi
maupun bahasa yang digunakan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penulisan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Tasikmalaya, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Makalah............................................................................................2

D. Kegunaan Makalah.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal............................................................3

B. Masa Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Mughal................................3

C. Faktor Penyebab Keruntuhan Kerajaan Mughal.........................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kerajaan Mughal merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang
terbesar dan paling terkenal di dunia. Islam menjadi agama resmi Kerajaan
Mughal meskipun para penduduk mayoritas beragama Hindu. Akan tetapi, hal
tersebut dapat ditoleransi dengan sangat baik pada masa pemerintahan Rajan
Jalaludin Akbar sehingga hal inilah yang menjadi salah satu faktor Kerajaan
Mughal meraih kejayaannya.
Perkembangan Kerajaan Mughal terus meningkat dari waktu ke waktu.
Sejarah mencatat kerajaan Mughal mampu memperluas wilayah kekuasaannya
hingga ke Gujarat dan Benggala. Keagungan dan kemegahan Kerajaan Mughal
dapat dilihat dari salah satu bukti peninggalan sejarahnya yakni bangunan
(makam) Taj Mahal hingga bangunan itu dijadikan sebagai salah satu keajaiban
dunia.
Namun dari popularitas Kerajaan Mughal tersebut, tidak menutup
kemungkinan bahwa masih banyak orang yang tidak mengetahui sejarah panjang
kerajaan ini. sebagian besar orang hanya tahu bahwa Raja Jalaludin Akbar adalah
raja yang paling terkenal dengan kisah cintanya bersama Ratu Jodha dari kerajaan
Rajput, dan kisah Syah Jehan yang membangun Taj Mahal untuk mengenang
cintanya terhadap sang istri.
Sejarah beridrinya kerajaan, dan kemelut yang seringkali memicu
terjadinya perang saudara masih belum banyak diketahui. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini, penulis akan menjelaskan mengenai Kerajaan Mughal dari
mulai awal berdirinya, perkembangan dan kemajuan hingga akhir keruntuhan
Kerajaan Mughal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagi berikut.
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mughal?

1
2

2. Bagaimana masa perkembangan dan kemajuan Kerajaan Mughal?


3. Apa faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Mughal?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, makalah ini ditulis
dengan tujuan untuk mengetahui dan menjelaskan:
1. sejatah berdirinya Kerajaan Mughal
2. masa perkembangan dan kemajuan Kerajaan Mughal
3. faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Mughal

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan
bagi peserta didik dan menghindari kesalahan yang terjadi di masyarakat akibat
dari pengetahuan yang keliru.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan
menulis;
2. pembaca untuk menambah wawasan sejarah.
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal


Mughal merupakan sebuah dinasti yang dipimpin oleh raja-raja yang
berasal dari wilayah Asia Tengah, yang merupakan keturunan Timur Lenk
seorang Turki-Mughal yang lahir di Kesh, Transoksania pada tahun 1336 1.
Pemimpin dinasti Mughal ini dikenal sebagai seorang muslim fanatik, ia pertama
kali melakukan penyerangan ke wilayah India pada tahun 1398 dan ia mengangkat
Khizeer Khan sebagai gubernur di Multan sekaligus menjadi perwakilannya untuk
India. Timur Lenk kemudian meninggal dunia pada tahun 1405, takhtanya
diberikan kepada putranya yaitu Syah Rukh Mirza. Setelah itu, pada tahun 1503,
India akhirnya dapat ditaklukan oleh Zhahiruddin Babur, salah satu keturunan
Timur Lenk. Babur berpaling ke India karena tidak mungkin baginya untuk tetap
berkuasa di Asia Tengah yang telah jatuh ke tangan Ozbeg Syaybani.2
Sepeninggal Umar Mirza, Babur pun menggantikan kedudukannya sebagai
penguasa di Farghana. Ia pun mulai melakukan ekspansi wilayah dengan
menundukkan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodhi dengan bantuan dari Alam
Khan (Paman Lodhi) dan Gubernur Lahore. Pada 1504, Babur berhasil
menduduki Kabul yang kemudian dijadikan sebagai batu loncatan untuknya
berkuasa di India.
Kemudian pada tahun 1526, dia mendapat kesempatan untuk menyerbu
Kesultanan Delhi dikarenakan Raja Lodhi terakhir dikenal sebagai pemimpin
yang sangat buruk (Suwarno, 2012). Tentara raja Babur berhasil menaklukan
tentara Ibrahim Lodhi dalam pertempuran Panipat. Raja Lodhi berhasil terbunuh
dan ia pun menguasai wilayah Delhi dan Agra. Saat itulah ia mendirikan Kerajaan
Mughal dengan Agra sebagai ibu kota pemerintahan Mughal.

1
Novita Utami.2014. Makalah Dinasti Mughal Di India, Sejarah Peradaban
Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Hlm 4.
2
Ibid.
5

E. Masa Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Mughal


Menurut Djamaluddin (2009), Kerajaan Mughal yang didirikan pada tahun
1526 ini memiliki 29 orang Raja. Adapun raja-rajanya yang terkenal diantaranya:

1. Zhahiruddin Babur ( 1526-1530 M)


Zhahiruddin Babur merupakan pendiri Kerajaan Mughal, beliau
merupakan keturunan Timur Lenk dari pihak ayah dan Jengis Khan dari pihak
ibunya. Dia merupakan putra dari Syah Rukh Mirza, seorang penguasa Farghana.
Babur lahir pada hari Jumat, 14 Februari 1483 di Farghana3. Pada masa
pemerintahan Raja Babur, istana Mughal menjadi pusat kegiatan kesusasteraan
dan kebudayaan khususnya dalam bahasa Persia. Hal ini dikarenakan, sebelum
datang ke India, Babur dipengaruhi oleh kebudayaaan Persia dan ia dapat
menguasai bahasa Persia dengan fasih.
Raja Babur memiliki empat orang putra, yaitu Humayyun, Kamran, Hindal
dan Aksari. Setelah beliau wafat pada tahun 1530, kemudian takhta Kerajaan
diberikan kepada Humayyun, karena hanya dia yang mampu melanjutkan
kekuasaan ayahnya.
2. Nashiruddin Humayyun (1530-1540 M dan 1555-1556 M)
Nashiruddin Humayyun lahir pada bulan Maret tahun 1508 di Kabul
(Afghanistan). Humayyun merupakan seorang Raja yang alim dan juga cerdas. Ia
paham ilmu pasti dan ilmu astronomi, serta fasih berbahasa Arab, Turki dan
Persia. Sehingga masa pemerintahan Humayyun menjadi tonggak dasar berdirinya
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Kerajaan Mughal.
Selama masa pemerintahannya, kondisi negara masih belum stabil, hal ini
dikarenakan banyaknya perlawanan yang datang dari musuh-musuhnya. Pada
1540, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan di Qanuj. Dalam
pertempuran itu, Humayyun kalah dan melarikan diri ke Qandahar dan kemudian
ke Persia. Ia pun mendapat perlindungan dari penguasan Persia dan di tempat
itulah istrinya melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Akbar.

3
Ibid.
6

Selama ia melarikan diri, Kerajaan Mughal berhasil dikuasai oleh Dinasti


Suri dari tahun 1540-1555. Pada akhir tahun 1554 Humayyun memiliki peluang
untuk merebut kembali kerajaannya, karena penguasa Dinasti Suri mulai lemah.
Dengan bantuan Iran, Humayyun berhasil mengalahkan Dinasti Suri dan merebut
kembali Kerajaannnya, tetapi ia hanya memerintah kurang dari dua tahun karena
ia meninggal dalam sebuah kecelakaan, yaitu jatuuh dari lantai dua perpustakaan
Sher Mandal di Delhi pada Januari 15564.
3. Jalaluddin Akbar (1556- 1605 M)
Setelah Humayyun wafat, takhta kerajaan diteruskan oleh putranya yaitu
Akbar Khan dengan gelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar. Akbar adalah
peletak dasar imperium Mughal yang sesungguhnya. Akbar naik takhta pada usia
15 tahun. Karena usianya yang masih sangat muda, pemerintahahn pun diserahkan
kepada pamannya yang mendidiknya sejak kecil yaitu Bairam Khan, seorang
penganut aliran Syi’ah.
Pada periode pertama pemerintahan Akbar, ia harus menghadapi
pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah, seperti di Punjab yang dipimpin
oleh Khan Syah. Kemudian Agra, pemberontakan kaum Hindu di bawah
pimpinan Hemu yang berhasil menguasai Agra dan Delhi. Di wilayah barat juga
muncul pemberontakan yang dipimpin oleh saudara seayah Akbar, yakni Mirza
Muhammad Hakim, Kashmir, Multan, Benggala, Sind, Gujarat dan wilayah
lainnya pun berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal5.
Setelah Akbar beranjak dewasa, ia menjadi semakin kuat sehingga mampu
mengembalikan wilayah-wilayah yang sempat melepaskan diri dan memperluas
wilayah kekuassaannya. Akbar memiliki cita-cita untuk menyatukan seluruh
wilayah India di bawah kekuasaan Mughal. Salah satu strategi untuk
mewujudkannya ialah dengan membuat kebijakan toleransi universal. Kebijakan
ini memberikan persamaan hak kepada setiap penduduknya, mereka tidak
dibedakan berdasarkan etnis maupun agama.

4
Ibid, hlm 7.
5
Ibid.
7

Setelah Akbar berhasil menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu


memaksakan paham Syi’ah, ia pun memperkuat kekuatan militernya dengan
mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan militer. Setelah itu, ia pun
melancarkan serangan kepada para penguasa yang telah menyatakan diri merdeka.
Bangsa yang pertama kali ditaklukan ialah Bangsa Rajput yaitu kelompok
Bangsa yang tangguh dan kuat yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan Mughal.
Menurut berita yang dipercaya Sekitar 30.000 orang Bangsa Rajput terbunuh
(Suwarno, 2012: 91). Untuk menjalin hubungan yang baik dengan Bangsa Rajput
yang mayoritas beragama Hindu, Akbar pun menikahi putri raja Rajput sebagai
bentuk perkawinan politik.
Pada tahun 1573, Akbar berhasil menaklukan Gujarat, sebuah negara yang
makmur. Kekuasaan Mughal pun memiliki pelabuhan yang penting untuk
kegiatan perdagangan. Pelabuhan itu bernama Pelabuhan Surat di wilayah
Gujarat. Tiga tahuyn kemudian, menyusul Benggala yang berhasil ditaklukan,
yaitu pada tahun 1576. Setekah menguasai Benggala, Akbar memperluas wilayah
kekuasaannya ke wilayah Deccan (pegunungan Vindhya), ia pun berhasil
menguasai Ahmadnagar, Khandesh dan Berar. Selama berperang kira-kira 30
tahun Akbar mampu menguasai wilayah seluruh India utara dan sebagian India
tengah (Suwarno, 2012: 91).
a. Sistem politik dan administrasi Mughal
Menurut Suwarno (2012), sistem politik dan administrasi Mughal diadopsi
dari sistem Arab dan Persia yang disesuaikan dengan kondisi india. Sistem politik
Imperium Mughal disususn dengan pola kekhalifahan Dinasti Abbasiyah yang
sebenernya menganut pola Greco-Roman, yaitu Raja sebagai Kepala Negara dan
sekaligus pemimpin agama atau disebut juga Cae Ropapisme. Akbar menjadi
Maharaja yang berperan sebagai kepala pemerintahan sekaligus pemimpin agama.
Suwarno juga menjelaskan bahwa sistem politik Mughal sebenarnya
merupakan istem kekaisaran. Hal ini berawal dari gelar Akbar sebagai Maharaja.
Kemudian kemampuan Akbar dalam menyatukan berbagai etnis ke dalam suatu
kelas elit penguasa yang disebut dengan Manshabdaris, yaitu pemegang jabatan
resmi. Kelas elit penguasa itu terdiri dari orang Turki, Afghan, Persia, dan orang-
8

orang India yang beragama Hindu. Mereka menduduki jabatan sebagai Wazir
(Perdana Menteri), sekretaris, kepala departemen keagamaan yang bertgas sebagi
penjaga hukum Islam, dan juga hakim tinggi yang mengawasi kerja para qadli dan
mufti dalam mengadili perkara-perkara sipil dan kriminal yang dilakukan oleh
komunitas Muslim dan Hindu. Sebagai bentuk gaji, mereka dibayar dengan jagirs
(land-grant) semacam tanha lungguh tapi sifatnya tidak turun temurun, hanya
pada saat mereka menjabat saja.
Sistem administrasi kenegaraan disusun dari sistem Kerajaan Persia.
Daerah Mughal dibagi dalam 15 provinsi yang diperintah oleh gubernur yaitu
Nawab, Mizan, Nizam atau Sughadar. Gubernur dibantu pejabat pengumpul pajak
yang disebut Diwan.
Keuangan kerajaan bergantung pada pajak tanah. Sistem pajak tanah yang
digunakan hampir mirip dengan sistem yang diberlakukan oleh Raffles di Jawa.
Pajak tanah ini dihitung berdasarkan luas dan kesuburan tanahnya. Tanah dibagi
beberapa kategori sesuai dengan banyaknya hasil, besar pajak tanah adalah 1/3
dari penghasilan tanah yang bersangkutan. Untuk mengurusi keuangan, Akbar
dibantu oleh Raja Todar Mali, seorang ahli keuangan Hindu yang bijaksana.
b. Sistem Keagamaan
Akbar merupakan seorang muslim ortodoks yang sangat taat tetapi
minatnya pada bidang agama telah membuat Akbar menjadi sangat toleran dan
berwawasan. Di Istananya, banyak para ahli dari berbagai agama antara lain,
Hindu, nasrani, Yahudi, Zoroaster, Budha dan Islam6. Mereka dikumpulkan untuk
saling berdialog dan bertukar pikiran mengenai ajaran agama masing-masing,
tujuannya bukanlah untuk mencari agama yang paling benar, tetapi untuk mencari
semangat kebersamaan dan menciptakan kerukunan. Perkumpulan dialog agama
ini dilakukan pada tahun 1576 M, kemudian Akbar membuat tempat yang disebut
Ibadat khana di kota Fatehpur Sikri.
Dalam hal agama, Akbar terus melakukan lebih jauh. Ia pun memiliki
pemikiran untuk mendirikan agama baru yang kemudian disebut Din-i-ilahi. Pada
awalnya, agama ini dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan agama. Akan

6
Ibid, hlm 10.
9

tetapi agama baru ini justru terbentuk dari proses campuran (Sinkretisme)
berbagai agama khususnya Islam, Nasrani atau Kristen dan Hindu. Dengan
adanya penyatuan agama ini, diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk
agama. Pembentukan agama baru ini mendapat dukungan yang sangat kuat dari
dua orang pujangga Akbar, yaitu Faizi dan Abu’l- Fazl (Suwarno, 2012).
Ajaran agama tersebut jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam. Hal
ini dapat dibuktikan dari beberapa butir pokok ajarannya yaitu diantaranya, setiap
pengikutnya diwajibkan untuk bersujud dan tunduk menyembah Akbar, larangan
untuk berkhitan, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, mengharamkan
untuk menyembelih dan memakan daging sapi, tidak dianjurkan memelihara
jenggot, dan larangan untuk menulis dengan huruf Arab7.
Akan tetapi, agama baru ini tidak menarik perhatian rakyat dan hanya
beberapa orang saja yang mau jadi pengikutnya. Setelah Akbar meninggal, agama
ini tenggelam dan lenyap. Bila disimak dengan jelas, banyak kebijakan Akbar
yang condong menuntunkan agama Hindu dan orang-orang agama Islam merasa
terpojokan.
c. Bidang Kebudayaan
Dalam pemerintahan Akbar, bidang ini sangat mengagumkan salasatu
menteri akbar, dari agama Hindu yakni Raja Birbal mengumpulkan naskah-
naskah tentang pemikiran agama dan filsafat ajaran Hindu. Sastrawan muslim
bernama Abdurahim Khan I-Khana telah menerjemahkan Bhagavadgita dalam
bahasa Persia, kemudian pujangga bersaudara Abu’l Fazl juga menghasilkan
karya tulis bermutu dan telah menyalin dua besar epik besar kitab Mahabharata
dan Ramayana.
4. Nuruddin Jahangir (1605-1627 M)
Setelah Sultan Akbar wafat tahta kerajaan dinobatkan kepada putranya
yang bernama Salim dengan gelar Nuruddin Jahangir. Poltik yang dilakukan
jahangir berbeda dengan politik yang dilakukan ayahnya. Jika sang ayah bersikap
elektik dan toleran, karena mendapat tekanan paqra ulama Jahangir berjanji untuk

7
Suwarno. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm 93-
94.
10

lebih melindungi agama islam. Sehingga agama Din i-ilahi yang dibentuk
ayahnya pun menjadi hilang pengaruhnya.
Menurut Suwarno (2012: 95-96), kebijakan Jahangir yang mencerminkan
upaya melindungi agama islam sekaligus mencapai keadilan dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Tidak ada paksaan dalam memeluk agama islam
b. Dilarang memproduksi dan memperdagangkian barang yaang memabukkan
c. Pejabat negara tidak dapat memperoleh rumah dari masyarakat
d. Pejabat negara tidak boleh mencampuri perkara pribadi dan masyarakat
e. Membebaskan tanpa syarat para tahanan yang sudah tua
f. Mendirikan masjid dan kafilah di tempat-tempat yang jauh dari penduduk
untuk keperluan para musafir.
Menurut catatan Sir Thomas Roe seorang utusan Inggris yang menghadap
sultan Jahangir, putra sulung Jahangir yang bernama Khusru adalah seorang putra
mahkota yang bijak dan disenangi oleh rakyatnya. Akan tetapi Khusru justru
melakukan pemberontakan kepada ayahnya sehingga dia ditangkap, ditawan dan
kemudian dicukil matanya sebagai hukuman.
Selama pemerintahannya Jahangir sangat dipengaruhi oleh permaisurinya
yang bernama Nur Jahan, yang merupakan bekas istri raja Dinasti Suri yang
terakhir, wali raja di Benggala. Nur jahan diduga menghasut Jahangir untuk
memberikan hukuman mati kepada Khusru. Selain itu pengaruh Nur Jahan yang
besar terlihat pada mata uang yang beredar saat itu, di mana tertera gambar Nur
Jahan pada mata uang tersebut (Suwarno, 2012: 96)
Hal yang membuat jahangir mudah dipengaruhi oleh permaisurinya ialah
karena tabiatnya yang tidak tetap, kadang ia bisa bengis tetapi terkadang bisa
sangat halus perasaannya. Sultan Jahangir tidak secakap ayahnya, hanya saja dia
mewarisi pemerintahan yang sudah mapan dan teratur hasil kerja sang ayah.
Pemerintahannya diwarnai dengan berbagai pemberontakan, seperti
pemberontakan yang terjadi di Ambar yang tidak dapat dipadamkannya.
Pemberontakan juga terjadi di dalam istana yang dipimipin oleh Khurram,
putra hasil pernikahannya dengan Nur Jahan. Dengan bantuan panglima
11

Muhabbat Khan, ia berhasil menangkap dan menyekap Jahangir8. Melalui usaha


permaisuri, permusuhan antara ayah dan anak itu pun dapat diatasi dengan baik.
Akhirnya, setelah Jahangir wafat, takhta kerajaan kemudian diberikan
kepada Khurram dengan gelar Abu Muzaffar Syihabuddin Muhammad Syah
Jehan Padsah Ghazi, yang kelak dikenal dengan nama Syah Jehan. Sayangnya
Khuram berhasil naik takhta dengan jalan memberontak terhadap Jahangir pada
tahun 1627 saat Jahangir sibuk berperang dengan Raja Iran memperebutkan
Kandahar.
5. Syihabuddin Syah Jehan (1628-1658)
Sultan Jahangir wafat dengan meninggalkan dua orang putra dari
permaisuri Nur Jahan, yakni Syah Jehan dan Syah Ryar. Syah Ryar adalah
seorang yang glamour, pemboros dan suka pelesir sehingga ia tidak memiliki
potensi untuk membahayakan tahta Syah Jehan.
Syah Jehan memerintah dengan cara yang sangat kejam, ia membunuh
hampir seluruh keluarganya, termasuk adiknya, Syah Ryar. Pada tahun pertama
pemerintahannya, Syah Jehan harus menghadapi Khan Jahan Lodi, seorang
penguasa Afghanistan yang menyerbu India Utara. Pada tahun kedua, Syah Jehan
harus bertempur dengan bangsa Rajput yang akhirnya kedua musuh tersebut dapat
ditaklukan.
Syah Jehan menikahi seorang putri yang bernama Mumtaz Mahal, anak
Azaf Khan. Ia sangat mencintai istrinya itu sehingga pada tahun 1631, ketika
istrinya meninggal ia membangun Taj Mahal untuk mengenang istrinya itu.
Banguna Taj Mahal adalah puncak dari arsitektur kerajaaan Mughal, semua bahan
bangunannya terbuat dari batu marmer yang sangat indah dan menciptakan kesan
monumental. Bangunan yang terletak di kota Agra ini berfungsi secara simbolik
sebagai makam.
Dalam pemerintahan Syah Jehan, Inggris mulai melakukan aktivitas di
wilayah imperium kerajaan Mughal. Pada saat itu aktivitas Inggris bisa dikatakan
masih murni perdagangan sehingga para penguasa Mughal menerima kedatangan

8
Mohamad Zulfadzdlee, Moh Roslan. “Kemelut Politik Mughal pada Penghujung
Era Pemerintahan Shah Jahan” Jurnal Usuluddin, vol. 45, no. 1. 2017: 35.
12

mereka dengan baik. Kunjungan yang dilakukan oleh Sir Thomas Roe pada Sultan
Jahangir pada tahun 1616 membuat Inggris diizinkan mendirikan “factory”
(kantor dagang) di Masulipatam. Pada tahun 1639, Syah Jehan dengan kerelaan
dari pangeran Chandragiri menghadiahkan sebidang tanah di kota Madras kepada
bangsa Inggris/EIC yang kemudian diatasnya dibangun factory dan benteng
St.George. Sultan Syah Jehan juga mengizinkan EIC untuk mendirikan factory
dikota Hugli dan Qasimbazar serta memberi beberapa konsensi dagang antara
tahun 1650-1651 (Suwarno, 2012: 98).
Sifat Syah Jehan yang dikenal sebagai pribadi yang pemboros dapat dilihat
dari gaya hidupnya yang mewah, kesukaannya mengumpulkan barang-barang dari
permata, mendirikan gedung, istana dan bangunan megah lainnya yang dihias
dengan sangat indah. Contohnya yaitu bangunan Taj Mahal yang selesai dibangun
dalam waktu 16 tahun, yang sekarang menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia.
Selain bangunan Taj Mahal, Syah Jehan juga pernah memerintahkan untuk
membuat singgasana yang disebut dengan Kursi Merak. Takhta ini diselesaikan
dalam waktu 7 tahun dan menghabiskan dana lebih dari 10 juta rupee. Namun
sayang, tahta ini direbut oleh Sultan Nadhir Syah dari Iran yang menyerbu India
pada 1729 saat Kerajaaan Mughal telah mengalami disintegrasi9.
Dalam kurun waktu antara 1630-1636, Syah Jehan terus disibukkan
dengan berbagai peperangan. Misalnya, penaklukannya atas Deccan , wilayah
Ahmadnagar dan Biyapur. Akan tetapi, upayanya untuk menguasai Afghanistan
dan merebut Kandahar selalu digagalkan oleh penguasa Iran.
Dari pernikahannnya dengan Mumtaz Mahal, Syah Jehan dikaruniai 4
orang putra yang kelak saling bersaing untuk memperebutkan tahta Mughal.
Mereka semua telah diangkat menjadi Gubernur di empat wilayah, yaitu:
1) Dara Syikoh, putra sulung yang sangat disenangi rakyat karena pribadinya
sangat elektik dan toleran, pernah mengarang buku Majma I Bahrein
(Pertemuan dua samudra: Sufiseme dan Vedanta) dan menjadi Gubernur di
Delhi untuk daerah Punjab.

9
Suwarno. Op. Cit. hlm 98.
13

2) Syah Syuja, putra kedua yang ambisionis dan menjadi Gubernur di Benggala
dan Orissa.
3) Aurangzeb, putra ketiga yang sangat alim dan saleh, menjadi Gubernur di
wilayah Deccan.
4) Murad Bakhsy, putra bungsu yang menjadi Gubernur di Gujarat.
Pada 1656 Aurangzeb berhasil mengalahkan saudra-saudaranya, ia bahkan
menawan ayahnya di Benteng Agra hingga Syah Jehan wafat.
6. Muhyidin Aurangzeb Alamgir (1659-1707).
Pada 1659 Aurangzeb dinobatkan sebagai Sultan Mughal dengan gelar
Sultan Muhyidin Aurangzeb Alamgir yang artinya Aurangzeb yang
menghidupkan Agama dan menaklukan Dunia. Gelar ini terlihat pada
kepribadiannya yang alim dan soleh, sehingga Aurangzeb telah menyenangkan
hati rakyatnya dengan menurunkan pajak pada awal pemerintahannya. Aurangzeb
dalam kebijakan pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran keagamaan
yang dilontarkan Syaikh Ahmad dari Sirhind. Contohnya, Aurangzeb
memerintahkan diadakannya kodifikasi (penyusunan Kitab Undang-Undang)
hukum Islam yang bahan-bahannya dikumpulkan dari mazhab Hanafi.
Selain itu, Sultan Aurangzeb menerapkan sistem politik Islamisasi dalam
pemerintahannya. Politik Islamisasi merupakan sebuah kebijakan untuk merebut
tiap jengkal tanah orang-orang Hindu untuk dimasukkan kedalam kekuasaaan
daulat Islam. Hampir seluruh masa Pemerintahan Aurangzeb dihabiskan untuk
melakukukan peperangan, terutama untuk menaklukan India Tengah. Kerajaaan
Biyapur dan Golkonda, di India Tengah sulit untuk ditaklukan. Hal ini
dikarenakan keduanya bersekutu dengan kerajaan Hindu Maratha yang kuat
dibawah pimpinan Raja Sivaji yang sangat ambisius karena ingin menaklukan
seluruh India.
Selain itu, Aurangzeb juga harus menghadapi pemberontakan yang
dilakukan oleh orang-orang Sikh dibawah pimpinan guru spiritual Tegh Bahadur
dan kemudian dilanjutkan oleh Gobind Singh. Pada tahun 1680 Raja Sivaji wafat
dn digantikan oleh putranya yang lemah yang bernma Sambhaji10. Hal itu menjadi

10
Ibid, hlm 101.
14

sebuah kesempatan untuk Aurangzeb menaklukan Deccan, Biyapur dan


Golkonda.
Setelah Raja Sambhaji berhasil dikalahkan, ia kemudian ditawan dan
selanjutnya dihukum mati pada tahun 1689. Dua tahun setelahnya, giliran wilayah
Tanjore dan Trichinoply yang berada di wilayah India Selatan yang dipaksa untuk
mengakui Kerajaan Mughal.
Sejak saat itu, kekuasaan Aurangzeb menjangkau kawasan yang sangat
luas, yakni meliputi India utara, sebagian besar India tengah, dan sebagian India
selatan. Hanya saja Bangsa Maratha kembali mengangkat senjata untuk melawan
Aurangzeb pada 1986. Kemudian pada tahun 1707 Sultan Aurangzeb wafat
karena faktor kesehatannnya yang terus memburuk.
7. Periode Disintegrasi Imperium Mughal
Setelah Aurangzeb wafat, Kerajaan Mughal mulai mengalami disintegrasi.
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak
mampu mengatasi kemerosotan politi dalam negeri. Mereka mengawali
kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Aurangzeb mempunyai tiga orang putra yakni :
1) Mu’azam, putra sulung yang tinggal di kabul.
2) Azam dan putra bungsunya.
3) Kambakhs, berada di deccan besarma Aurangzeb.
Dari ketiga putranya hanya, hanya Mu’azam yang paling cakap. Pada saat
Aurangzeb wafat Mu’azam langsung membawa pasukan besar untuk membawa
kota Agra yang sudah dikuasai oleh Azam. Lalu Mu’azam dinobatkan sebagai
Sultan Bahadur Syah. Setelah sultan Bahadur Syah mengalahkan saudaranya,
Kambakhs yang menguasai Deccan. Dalam rangka mengalahkan Kambakhs,
Bahadur Syah mengadakan persekutuan dengan bangsa Rajput dan Maratha,
yakni dengan melepaskan cucu Sivaji yang ditawan di Delhi.
Tantangan paling berat yang dihadapi oleh sultan Bahadur Syah adalah
pemberontakan kaum Sikh yang dipimpin guru spiritual kesepuluh, Gobind Singh,
dan penerusnya, Banda Singh Bahadur. Pemberontakan pun berhasil dipadamkan,
tetapi akibatnya Kerajaan Mughal semakin lemah.
15

Pada 1712, Sultan Bahadur Syah wafat dan meninggalkan 4 orang


putranya yang saling memperebutkan takhta. Putra sulung, Jahandarsyah yang
kejam, menggantikan Bahadur Syah. Ia hanya berkuasa selama 11 bulan lalu
diganti oleh saudaranya, Farukhsiyar yang kurang disukai rakyatnya karena
kejam. Setelah Farukhsiyar meninggal, imperium Mughal mengalami perpecahan.
Perpecahan itu berlangsung sejak tahun 1722, dimana beberapa gubernur Mughal
melepaskan diri dari kekuasaan pmerintas pusat Delhi. Misalnya:
1) Azaf khan mendirikan kerajaan di Hyderabad (Deccan)
2) Shahadat Khan menguasai wilayah Oudh kemudian diganti oleh Safdar Jang.
3) Allahwardi Khan mengangkat diri menjadi Raja di Benggala.
Pemerintahan sultan Mughal dijalankan oleh para emir yang berasal dari
Afghanistan. Akhirnya kekuasaan para Emir bertambah besar dan sultan Mughal
hanya menjadi boneka daripada emir. Setelah Inggris berkuasa di India, para
sultan juga hanya menjadi boneka Inggris hingga Imperium Mughal di hapus pada
1858 karena keterlibatannya dalam pemberontakan sepoy pada 1857 (Suwarno,
2012: 103).
Kemajuan yang telah dicapai pada masa Dinasti Mughal menjadi salah
satu hal besar dalam membangun peradaban Islam di India.
a. Bidang politik dan Militer
Dalam sistem politik, hal yang paling menonjol ialah adanya toleransi
universal yang dianggap sangat cocok karena mayoritas penduduknya yang
beragama Hindu dan Mughal ynag menggunakan sistem Islam. Sehingga
terbentuklah Din i-ilahi dan Mansabdhari. Dalam bidang militer, pasukan Mughal
dikenal sebagai pasukan yang sangat tangguh, mereka terdiri dari pasukan gajah,
berkuda dan meriam.
b. Bidang Ekonmi
Kondisi ekonomi Kerajaan Mughal terutama berada pada sektor pertanian
dan perkebunan, seperti padi, kacang, tebu, rempah-rempah, temabakaudan kapas.
Selain pertanian, pemerintah Mughal juga mengembangkan industri tenun. Hasil
industri ini kemudian diekspor ke luar negeri seperti Eropa, Arab, Asia Tenggara
dan lainnya.
16

c. Bidang Seni dan Arsitektur


Hasil karya seni dan arsitektur Kerajaan Mughal bisa disaksikan hingga
saat ini. Ciri yang paling menonjol dari arsitektur Mughal ialah pemakaian ukiran
dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Seperti Benteng Merah,
istana-istana dan bangunan Taj Mahal.
Selain itu hal menonjol lainnya ialah dalam bidang sastra. Banyak hasil
karya sastra yang diubah dari bahasa Persia ke dalam bahass India. Pada masa
Raja Akbar, berkembang bahasa Urdu yang merupakan perpaduan dari berbagai
bahassa yang ada di India. Kemudian banyak sastrawan yang muncul dengan
berbagai karyanya yang luar biasa seperti Malik Muhammad Jayashi dan abu
Fadhl yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
d. Bidang ilmu pengetahuan
Pada masa pemerintahan Nashiruddin Humayyun, Mughal mulai
mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Bahkan sejak berdiri pun,
kerajaan Mughal telah menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Terlebih lagi dengan
adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta para ulama.

F. Faktor Penyebab Keruntuhan Kerajaan Mughal


Disintegrasi yang mulai terjadi setelah wafatnya Sultan Aungrazeb
mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal. Terdapat dua faktor
yang menyebabkan Kerajaan Mughal mengalami kemunduran, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
a. Tidak adanya kejelasan lajur suksesi
Ketidakjelasan suksesi yang terjadi di istana memicu konflik yang
berkepanjangan di antara anggota keluarga kerajaan. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya perebutan kekuasaan yang dilakukan dengan jalan kekerasan dan
bahkan perang saudara. Sama seperti Aurangzeb yang mendapatkan kekuasaan
setelah melakukan perang saudara, ketiga putra Aurangzeb pun melakukan hal
yang sama. Mereka saling berperang untuk mendapatkan takhta kerajaan.
Demikian seterusnya, pergantian kekuasaan selalu diwarnai dengan peperangan.
17

b. Lemahnya para penerus takhta kerajaan


Penerus takhta kerajaan setelah Aurangzeb merupakan orang-orang yang
tidak cakap dan lemah dalam kepemimpinan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
melihat fakta sejarah bahwa dari 29 orang raja yang pernah berkuasa hanya
beberapa orang yang dapat mempertahankan kekuasaannya lebih dari 20 tahun.
c. Pola kehidupan mewah dan boros
Gaya hidup mewah yang banyak dilakukan oleh elite pejabat membebani
anggaran belanja negara sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan pajak
terhadap para petani di pedesaan dan masyarakat perkotaan. Selain itu, banyaknya
bangunan megah dan mewah menjadi ciri khas istana Mughal terutama pada masa
pemerintahan Syah Jehan.
d. Kebijakan Puritanisme
Kebijakan puritanisme dilakukan oleh Aurangzeb dan proses islamisasi
politik yang memaksakan orang-orang Hindu memeluk agama Islam demi
menjadikan tanah India sebagai negara Islam. Penyerangan yang dilakukan
terhadap berbagai praktek sosial keagamaan yang telah dikembangkan oleh
masyarakat Hindu dan kuil-kuil tempat mereka beribadah telah menyebabkan
kalangan Hindu memusuhi Mughal. Kemudian mereka bekerja sama dengan
musuh-musuh Mughal yang lainnya untuk meruntuhkan kerajaan. Sehingga
terjadilah berbagai pemberontakan.
e. Pemaksaan Ajaran syi’ah
Pemaksaan Ajaran Syi’ah ini terjadi pada masa pemerintahan Muazzam,
putra sulung Aurangzeb yang sebelumnya berkuasa di Kabul, dan menjadi
penerus Aurangzeb dengan gelar Bahadur Syah. Hal tersebut jelas bertentangan
dengan kebijakan pemimpin Mughal sebelumnya yang berkeinginan untuk
menyatukan wilayah Asia Tengah dan India dalam sebuah kekaisaran Sunni.
(Djamaluddin, 2009) Akibatnya, terjadilah perlawanan dari para penduduk Lahore
dan juga penduduk Sikh sebagai bentuk perlawanan dari pemimpin yang
sebelumnya.

2. Faktor Eksternal
18

a. Adanya pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah.


b. Adanya serangan serangan dari luar, seperti yang dilakukan oleh Nadir Syah
pada 1739 M, karena kerajaan Mughal dianggap telah memberikan banyak
bantuan kepada para pemberontak Afghan di daerah Persia.
c. Datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya. Akrivitas
perdagangan yang dilakukan oleh Inggris semakin lama semakin
menyulitkan perekonomian rakyat. Perusahaan dagang Inggris melakukan
pungutan pajak yang sangat tinggi terhadap rakyat11.
d. Disintegrasi yang semakin kuat di Kerajaan Mughal.
Menurut suwarno, faktor penyebab terjadinya disintegrasi Kerajaan Mughal
diantaranya:
1) Bidang politik
a) Beberapa kebijakan politik Aurangzeb yang dianggap represif bagi
komunitas Hindu dan Sikh.
b) Tidak adanya figur yang kuat setelah Aurangzeb
c) Keamanan negara yang mulai tidak stabil
d) Munculnya perang saudara untuk memperebutkan takhta kerajaan
2) Bidang Ekonomi
a) Melemahnya sistem perekonomian negara, terutama dalam
pemasukan keuangan karena hasil dari pajak dan perdagangan terus
mengalami kemerosotan.
b) Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk mebiayai peperangan.
3) Bidang Agama
a) Adanya politik islamisasi yang menyebabkan berkurangnya sikap
toleransi dan elektik khususnya terhadap komunitas Hindu dan
Sikh. Sehingga kedua komunitas tersebut merasa terancam
keberadaannya.
b) Adanya tindakan religious persecution (penganiyaan karena faktor
agama) dari sultan Aurangzeb

11
Djamaluddin Miri. 2009. “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal”. El-Harakah, Vol.11,
no. 3. Hlm.217.
19

c) Kebijakan penghancuran kuil-kuil agama Hindu pada masa


Aurangzeb.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam terbesar yang pernah ada di
India. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zhahiruddin Babur pada tahun 1526 M.
Meskipun Babur yang menjadi pendiri kerajaan, akan tetapi peletak dasar yang
sebenarnya ialah Jalaluddin Akbar. Akbar memiliki peran yang sangat penting
bagi Kerajaan Mughal. Ia mampu membawa Mughal menuju kejayaannya.
Dengan kebijakan-kebijakan dan strategi politik yang dilakukannya ia hampir
berhasil menyatukan seluruh wilayah India di bawah kekuasaannya. Selain itu,
kerajaan Mughal pernah menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hasil karya seni
mereka dapat dilihat dari arsitektur bangunan yang sangat megah nan indah, juga
dari beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh para pujangga Mughal.
Kerajaan Mughal mulai mengalami kemunduran setelah wafatnya Sultan
Aurangzeb. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor internal
maupun eksternal. Jatuhnya kerajaan Mughal terutama disebabkan oleh
banyaknya pemberontakan dan juga perang saudara yang terjadi di antara anggota
keluarga kerajaan. Kemudian datangnya bangsa Inggris menjadi puncak
kemunduran Kerajaan Mughal. Kerajaan Mughal pun akhirnya dapat ditaklukan
oleh Inggris pada tahun 1757 M.
DAFTAR PUSTAKA

Miri, Djamaluddin. 2009. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal. Vol


11, No 3. Surabaya: El-Harakah.
Roslan, Zulfazdlee Mohamad. 2017. Kemelut Politik Mughal pada Penghujung
Era PEmerintahan Shah Jahan. Jurnal Usuluddin 45 (1): 27-59.
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Utami, Novita. 2014. Dinasti Mughal di India: Sejarah Peradaban Islam.
Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Anda mungkin juga menyukai