Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“DINASTI ILKHAN”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Khoiriyah, M.Ag.

Disusun Oleh :
Muhammad Rifdan Fatih Ishlahiyy (226141049)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TP.2023
A. SEJARAH BERDIRINYA
1. Pendahuluan
Dinasti Ilkhan merupakan salah satu cabang rumpun dari bangsa Mongol,
Bangsa Mongol yang berada di daratan Asia Timur, berbatasan dengan Rusia di
sebelah utara dan Republik Rakyat Cina di Selatan, mempunyai nilai keutamaan
yang berbeda dibanding dengan bangsa-bangsa yang lain, mulai dari kontraversi
lahirnya bangsa Mongol hingga pada gaya kepemimpinan Jengis Khan dan Hulagu
Khan yang dikenal sebagai sosok legendaris penakluk beberapa Negara.

Pada abad ke-7 M Sentral Asia (Asia Tengah) dihuni oleh suku-suku yang
liar lagi biadab dari pegunungan Altai. Di sebelah Barat, mereka diklasifikasikan sebagai
orang-orang Turki. Sedangkan di sebelah Timur diklasifikasikan sebagai orang-orang
Mongol. Orang-orang Turki setelah berpindah dan memasuki daerah kerajaan Islam
di bagian Barat dan memeluk agama Islam, menjadi suku yang berbudaya. Pada
tahun 1206 M, Suatu suku kecil dari bangsa Mongol berkumpul di Laut Baikal. Tahun
1207-1215 M merupakan pergerakan Jengis Khan dalam melakukan perluasan wilayah.
Kejeniusan Jengis Khan dan keberanian orang-orang yang loyal padanya menjadikan
dominasi kekuasaannya meluas secara cepat keseluruh Mongolia dan daerah-
daerah tetangganya, sehingga daerah kekuasaannya terlihat diperbatasan Iran,
Khawarizn di Asia Tengah, yang luasnya meliputi Persia hingga Transoxiana.
Karena kekagumannya akan kekuatan militer (khususnya senjata) dan majunya
kebudayaan bangsa Iran yang pada saat itu berdirinya Dinasti Abbasiyah di Baghdad,
maka Jengis Khan mengirim pada duta dalam berdagang. Disinilah awal sejarah
hubungan bangsa Mongol dengan ummat Islam hingga berakhir pada kehancuran
kerajaan-kerajaan Islam. Pasukan Mongol dibawah pimpinan Jengis Khan dan Hulagu
Khan, meluluh lantahkan Transoxania dan Khurasan (1219-1231) kemudian
menumbangkan kekuasaan Saljuk Rum (1235-1236 M) Bahgdad hancur lebur dan
Khalifah Abbasiyah dibunuh (1258 M). Pasukan kencana kumpulan dari beberapa
suku Mongol menyapu wilayah kota-kota, budaya, perdagangan, ilmu agama dan
filsafat selama setengah abad di bantai dan di hancurkan dengan tingkat kehancuran
yang belum pernah terjadi sebelumnnya. Bangsa mongol berhasil menguasai
Baghdad pada tahun 1258 M yang menandakan kehancuran bagi peradaban Islam.
(Suryanti, 2017)

2. Awal Mula Berdirinya Dinasti Ilkhan

Dinasti Ilkhan merupakan bagian dari Kekaisaran Mongol. Dinasti ini didirikan
pada abad ke-13 yang berbasis di Iran dan sekitarnya, seperti Azerbaijan bagian tengah
dan timur Turki. Pada awalnya kerajaan ini menjadi wilayah kekuasaan Jenghis
Khan. Dengan perpecahan kekaisaran Mongol setelah tahun 1259 M, wilayah itu
berdiri sendiri menjadi Ilkhan yang terpisah secara fungsional. Dinasti ini kemudian
berkembang ke wilayah-wilayah yang saat ini terdiri dari sebagian besar Iran, Irak,
Armenia, Azerbaijan, Georgia, Turkmenistan, Turki, Afghanistan barat, dan tepi barat
laut dari anak benua India. Hulagu Khan adalah Khan pertama dari Dinasti Ilkhan yang
menguasai wilayah Persia. Kota Baghdad yang merupakan pusat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan Islam telah dihancurkannya pada tahun 1258 M. Dia juga melakukan
peperangan dan pembantaian besar-besaran terhadap penduduk yang ada di daerah
Perisa. Ada beberapa faktor yang menjadikan Hulagu Khan berkeinginan
menguasai wilayah Islam diantaranya : Ibu Hulagu Khan, istri dan sahabat
dekatnya, Kitbuq adalah seorang Kristen fanatik yang memendam kebencian
mendalam terhadap orang Islam, dan para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia
yang memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad
sebelumnya ketika Persia ditaklukan oleh pasukan Muslimin pada masa Khalifah
Umar bin Khattab. Keberhasilan ekspansi yang dilakukan oleh Hulagu Khan
terutama kehancuran Baghdad tahun 1258 M, telah mendirikan suatu kerajaan
Mongol dengan gelar Ilkhan. Dinasti Ilkhan berdiri pada tahun 1259, pada saat Hulagu
Khan berhasil memantapkan kekuasaannya di Baghdad. Ilkhan dalam bahasa
Mongol adalah kepala suku, dalam makna khusus dikalangan Mongol juga disebut
sebagai perwakilan dari pusat kekuasaan Khan Agung, yang memiliki wilayah yang
sangat luas. Ilkhan merupakan gelar yang diberikan kepada Hulaghu Khan sebagai
bentuk penghargaan terhadap prestasi-prestasi yang diperolehnya ketika sukses
melakukan ekspansi wilayah dan mengalahkan setiap musuh-musuhnya. (Herawati,
2021)
Jika kita lihat sejarah-sejarah penaklukan suatu bangsa terhadap bangsa lain,
maka penguasalah yang akan menanamkan pengaruhnya terhadap bangsa
taklukannya. Lihat saja seperti penaklukan bangsa Arab di Spanyol yang mampu
merubah Spanyol menjadi kekuasaan umat Islam (dinasti Umayah II Andalusia)
yang pada akhirnya dapat direbut kembali (reconquista) oleh penguasa Kristen
Spanyol. Kemudian penaklukan bangsa Portugis di Amerika Selatan yang mampu
merubah mayoritas penduduknya menjadi nasrani, berikutnya penjajahan Spanyol atas
Fhilipina yang menjadikan hampir semuanya penganut Kristen khatolik, berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia juga yang membuat masyarakat Indonesia
menjadi penganut agama Islam. Inilah yang menjadikan tulisan ini menarik untuk
ditulis karena ketika dunia muslim dikuasai oleh bangsa Mongol, mereka sendirilah
yang pada akhirnya menjadikan Islam sebagai agama yang dianut oleh keturunan-
keturunan bangsa Mongol. Dengan begitu bagaimanakah pengaruh Mongol terhadap
sejarah umat Islam, selain pembantaian dan pembunuhan, apakah para penduduk Muslim
yang diperintah bangsa Mongol dapat mengikuti ajaran yang dianut oleh bangsa
Mongol yaitu Syamanisme ?. Jawabannya adalah dan inilah yang jarang diketahui oleh
para sejarawan bahwa bangsa Mongol sudah mulai memeluk Islam tiga puluh lima tahun
setelah mereka memasuki wilayah muslim. Bahkan, tidak sampai setengah abad
setelah mereka memasuki wilayah Muslim. Mayoritas bangsa Mongol sudah sudah
memeluk Islam, mereka menaklukan berbagai wilayah dan menetap didalamnya
dalam masa yang cukup lama, bahkan mereka tidak segan-segan memerangi
keturunan kaumnya sendiri atas nama Islam. Dengan mayoritas bangsa Mongol
memeluk Islam menjadikan agama ini menjadi agama yang mampu menghadapi
terpaan badai yang menghadangnya. (Sujati et al., 2018)

Dinasti Ilkhan yang didirikan oleh Hulagu Khan memliki kekuasaan meliputi
dari lembah sungai Amu Daria sampai Syam dan dari Kawkasus sampai Hidukush.
Kehadiran dinasti Ilkhan yang menegakkan ajaran Islam sebagai agama resmi
kenegaraan, merupakan terobosan baru bagi peradaban Islam di tangan bangsa
Mongol. Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu Khan telah diperintah
oleh Dinasti Ilkhan. Umat Islam yang masih menetap di daerah Baghdad dipimpin oleh
Hulagu Khan seorang raja yang beragama Syamanisme. Hulagu Khan sangat
membenci Ummat Islam. Kebenciannya semakin menjadi-jadi dikarenakan istrinya
merupakan seorang Kristen yang mendorong untuk melakukan pembantaian terhadap
kaum Muslimin. Namun demikian,di akhir-akhir kehidupan Hulagu Khan telah
mempercayakan pendidikan putra keduannya, Teguder kepada seorang pendidik Mualim.
Hulagu khan Meninggal pada tahun 663 H/1265 M. Keberhasilan Hulagu Khan
menguasai Persia dan Irak, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspansi di
berbagai negara lain. Hulagu bergerak memerangi Syiria dan daerah-daerah lain yang
berada di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk. Hulagu sangat tertarik menguasai Mesir,
akan tetapi pasukan Mamluk lebih kuat dan lebih cerdik.Pada tahun 1260 M pasukan
Mongol berhasil menduduki Nablus dan Gaza.Panglima tentara Mongol, Kitbugha,
mengirim utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutuz penguasa Dinasti Mamluk
menyerahkan diri. Permintaan tersebut ditolak oleh Qutuz dan utusan bangsa Mongol
telah dibunuh oleh penguasa Dinasti Mamluk. Tindakan Qutuz ini menimbulkan
kemarahan dikalangan tentara Mongol. Kitbugha kemudian melintasi Yordania
menuju Galilie Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamluk yang dipimpin langsung
oleh Qutuz dan Baybras di Ain Jalut. Pertempuran dahsyat terjadi, pasukan Mamluk
berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3 September 1260 M. Kemenangan oleh
Mamluk ini patuh diperoleh karena Mamluk menggunakan strategi perang yang tepat.
Taktik yang dipakai oleh panglima Baybras adalah dengan memancing keluar pasukan
berkuda Mongol yang terkenal hebat sekaligus kejam ke arah lembah sempit sehingga
terjebak, kemudian pasukan kuda mereka melakukan serangan balik dengan kekuatan
penuh yang sebelumnya memang sudah bersembunyi di dekat lembah tersebut.
Taktik ini menuai sukses besar. Pihak Mongol terpaksa mundur dalam kekacauan
bahkan panglima perang mereka, Kitbuqa berhasil ditawan dan akhirnya dibunuh.
(Herawati, 2021)

3. Perkembangan Pemerintahan Dinasti Ilkhan


Serangan ke Baghdad, yang merupakan pusat Kekhalifahan Abbasiyah, juga
mengakibatkan musnahnya berbagai karya intelektual buah pemikiran para ilmuwan
dan filsuf Muslim. Mereka membakar fasilitas belajar, perpustakaan, serta
menenggelamkan berbagai kitab penting. Kendati merupakan sejarah kelam bagi
Islam, tumpasnya Abbasiyah dan beberapa negeri Muslim lainnya menjadi pintu
masuk penyebaran Islam terhadap bangsa Mongol. Setelah menguasai negeri Islam,
bangsa Mongol pun hidup berdampingan dengan penduduk Muslim yang selamat dari
peperangan.Bangsa Mongol bergaul dengan penduduk Muslim dan mulai berkenalan
dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Hal tersebut menjadi titik awal dianutnya Islam oleh
bangsa Mongol.
Sebelum mengenal Islam, bangsa Mongol merupakan penganut agama
Syamaniyah, yakni kepercayaan menyembah bintang-bintang dan matahari terbit.Adapun
nama Tuhan mereka, yaitu Tengri (sang langit biru yang kekal). Agama ini merupakan
warisan turun-temurun dari nenek moyangnya. Kendati mengakui adanya Tuhan,
yakni Tengri, bangsa Mongol tidak terlalu mengagungkannya. Mereka justru memuja
arwah-arwah, terutama arwah atau ruh yang dianggap jahat. Menurut mereka, arwah
jahat memiliki kemampuan mendatangkan sebuah bencana. Oleh sebab itu, mereka
memujanya agar terhindar dari petaka. Dianutnya Islam oleh raja-raja Mongol
tersebut memberi dampak signifikan. Yakni, diserapnya Islam oleh segenap bangsa
mereka (Herawati, 2021)
Dinasti Ilkhan yang semula berasal dari Bangsa Mongol yang kebanyakan menganut
ajaran Syamaniyyah mengapa bisa berubah menjadi dinasti dengan kepemerintahan
islam? Perkembangan pemerintahan dinasti ilkhan yang awal berdirinya dipimpin oleh
Hulagu Khan yang sangat membenci islam tetapi pada saat pemerintahan Taghudar Khan
dan dilanjut oleh Ghazan Khan dinasti Ilkhan menganut pemerintahan berlandaskan
pemerintahan islam. Setelah meninggalnya Hulagu Khan, pada tahun 1265 M ia diganti
oleh anaknya yang bernama Abaqa Khan.
Abaqa Khan memerintah pada 1265-1282, ia menaruh perhatian pada umat
Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama kristen Nestorian, yakni
Doquz Khatun. Orang-orang Mongol dinasti Ilkhaniyah ini bersekutu dengan
orang-orang salib, penguasa kristen Eropa, Armenia Sicilia untuk melawan
dinasti Mamluk dan keturunan saudara-saudaranya sendiri dari dinasti Horde
Keemasan (goldenHorde) yang bersekutu dengan dinasti Maluk. Abaqa Khan mewarisi
kebencian terhadap kaum muslimin dari ayahnya (Hulagu Khan) lantas Abaqa
Khan mewariskan kebencian tersebut kepada Arghun putranya. Hal yang semakin
menambah kebencian Abaqa Khan terhadap Islam adalah pernikahannya dengan putri
Konstantinopel (Byzantium), yang tidak lain merupakan taktik kaum Kristen. Abaqa
Khan meninggal pada tahun 1282. Tahtanya pun diwarisi Taghudar saudaranya. (Sujati
et al., 2018)
Taghudar alias Taghudar Ahmad alias Muhammad Khan orang pertama yang
masuk Islam diantara dinasti Ilkhan yang didirikan oleh Hulagu Khan. Taghudar
adalah putra Hulagu yang pendidikannya ia percayakan kepada seorang pendidik
muslim. Maka, Taghudar tumbuh besar dalam naungan Islam. Ia bahkan dipanggil
dengan nama Ahmad. Pada 681 H/1283 M, Taghudar berupaya mengikat perjanjian
damai dengan Sultan Qalawun, akan tetapi Arghun putra Abaqa menentang
Taghudar dan membunuh pamannya itu. Arghun lantas menggantikan posisinya
ketiaka Taghudar sudah mengirim utusan untuk menemui Sultan Qalawun mengikat
perjanjian damai.
Arghun mewarisi kebencian terhadap Islam dari Abaqa Khan bapaknya. Oleh
karena itulah ia menyingkirkan Taghudar pamannya yang beragama Islam. Ia lantas
membentuk persekutuan dengan pasukan Salib dan bangsa Armenia untuk melawan
dinasti Mamluk dan Tode Mongke Khan Mongol Utara telah masuk Islam. Arghun
mati pada 691H/1291 M. Tahtanya pun diwarisi oleh Gaykahtu saudaranya. (Sujati et
al., 2018)
Gayghatu memerintah Ilkhan selama empat tahun pada 1291 M –1295M. Ia
kemudian digantikan oleh Baydu yang memerintah dalam periode yang singkat, yakni
kurang lebih selama satu tahun dan masih di tahun 1295 M. Dari masa Hulagu hingga
Baydu, kecuali Ahmad Teguder, seluruh penguasa Dinasti Ilkhan adalah non-
Muslim. Pada periode ini tidak ada perkembangan yang cukup berarti terutama bagi
masyarakat Muslim yang berkaitan dengan perkembangan Islam dan
peradabannya dan dilanjutkan oleh Ghazan Khan. (Herawati, 2021)
Pada mulanya Ghazan Khan menganut Budha, kemudian ia
mengumumkan keislamannya pada tahun 694 H/1296 M dan mengganti namanya
menjadi Mahmud. Ia berkuasa dalam pemerintahan pada 695 H/1297 M. Seluruh dinasti
Toluy beserta tujuh puluh ribu orang Tartar pun turut memeluk Islam. Seiring
dengan berjalannya waktu masyarakat dari kalangan Bangsa Mongol dapat
menerima ajaran agama Islam. Hal ini lebih didukung oleh adanya asimilasi dan
pergaulan dengan masyarakat Muslim dalam jangka waktu yang lama. Para
penguasadaerahpada masa Ghazan Khan ini mulai memperhatikan Islam dan kepentingan
masyarakat Muslim. Bahkan tekanan kultural dan keagamaan dari lingkungan Persia
semakin besar, maka para penguasa dari Dinasti Ilkhan mulai merenggangkan
hubungannnya dengan raja-raja agung di Cina. Selain itu Ghazan Khan juga menetapkan
bahwa pemerintahannya menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Catatan
sejarah menyatakan bahwa masa kepemimpinan Ghazan Khan merupakan masa
kejayaan Islam dengan Dinasti Ilkhannya. Ghazan Khan melakukan perubahan
dan pembaharuan disektor-sektor pemerintahan dan masyarakat sehingga terlihat
kemajuan dan kontribusinya terhadap Islam. Sultan Ghazan dikenalsebagai Raja
Mongol pertama yang mencetak uang dinar dengan inskripsi Islam. Sebagai Ruler by
the grace of God. Ghazan Khan kembali menegakkan syari’at Islam. Undang-undang
Kerajaan Ilkhan digantikan dengan undang-undang yang berasaskan Islam. Reformasi
lain yang dilakukan adalah pengurangan pajak terutama bagi petani. Ia juga
menurunkan jumlah pelacuran di seluruh negeri. Walaupun beberapa perubahan
yang dilakukan Ghazan menyebabkan orang Mongol yang masih beragama Budha
tidak puas namun pemeritahan Ghazan relatif stabil. Dengan perubahan-perubahan dan
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan itu pemerintahan Ghazan juga terkenal bebas
dari KKN (korupsi, kolusi,dan nepotisme). Negaranya aman; bebas dari kelaliman dan
pemaksaan. Ia juga dikenal sebagai sahabat rakyat yang selalu mengunjungi masyarakat
baik langsung maupun dengan menyamar. Kemakmuran negerinya dibuktikan dengan
banyaknya kepala negara yang berdatangan ke istananya di Tabriz. Bahkan India,
Spanyol, Mesir, Inggris, dan beberapa negara lain mengadakan hubungan bilateral.
Para duta tersebut meramaikan ibukota semasa Ghazan yang sering disebut sebagai
The Golden Age Of Islam Post Baghdad. Ghazan meninggal pada tahun 1304 M
pada usia 32 tahun. Kepemimpinannya digantikan oleh Oljeitu yang naik tahta
pada 1304 M-1316 M. (Herawati, 2021)
Oljeitu tumbuh besar dalam lingkungan agama Kristen, namun kemudian ia
memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Khodabandeh. Akan
tetapi sangat disayangkan ia menganut sekte Rafidah (Syiah Imamyah) pada tahun 709
H/1307 M, dan mulai memaaksa rakyatnya untuk mengikuti sekte tersebut. Maka
terjadilah peperangan antara dirinya dan dinasti Mamluk serta Mongol Utara. Dua
Amir yang melarikan diri dari dinasti Mamluk, yaitu Qara Sankar dan Al-Afram
memiliki peranan besar dalam mengalahkan Toqta Khan Mongol Utara. Oleh
karena itu Toqta berkorespondensi dengan dinasti Mamluk untuk bersatu melawan
dinasti Ilkhaniyah. Dalam berperang dengan dinasti Ilkhaniyah, dinasti Mamluk
mendominasi sebagian besar peperangan. Pada tahun 716 H/ 1315 M, Hamidah bin
Abi Nama mendatangi Muhammad Khodabandeh untuk mengajaknya memerangi
penduduk Mekkah. Muhammad Khodabandeh pun bersedia membantunya, terlebih
karena penduduk Mekkah adalah Ahlu sunnah. Namun Khodabandeh meninggal
dunia sebelum sempat menyerang kota Mekkah, sehingga tidak pernah terjadi
peperangan. Sepeninggal Khodabandeh, Abu Said putranya naik tahta.
Abu Said masih belia tatkala mewarisi tahta pada tahun 717 H/ 1317 M.
Chupan, perdana Menteri mendiang ayahnya, berkorespondensi dengan
Muhammad Oz Beg Khan Mongol Utara ihwal penyerangan negeri-negerinya, akan
tetapi Oz Beg menolak. Maka, terjadilah perang antara Yesu panglima pasukan
Dinasti Chagatai dan Abu Said. Pada saat itu Abu Said menang. Namun, kekalahan Yesu
membuat Oz Beg mundur dari peperangan. Oz beg berupaya untuk bersatu dengan
Muhammad bin Qalawun sultan dinasti Mamluk untuk memerangi Abu Said, akan
tetapi Sultan Muhammad Qalawun justru mengadakan perjanjian damai dengan Abu
Said. Pada saat era Abu Said, mulailah Madzhab Sunni kembali ke pangkuan
negara Ilkhaniyah setelah sekian lama ayahnya berupaya mewajibkan aliran Syiah di
negara tersebut. Oleh karena itu, terjadilah aneka kekacauan dan disintegrasi dinasti
Ilkhaniyah dengan begitu cepatnya. Para pemimpin daerah berpegang pada keyakinan
mereka masing-masing, sehingga munculah dinasti-dinasti baru seperti dinasti Jalayri dan
dinasti Artuqi. Sejak itu, kekacauan terjadi secara merata di dinasti tersebut.
Dinasti Ilkhaniyah pun musnah dan berakhir pada pemerintahan Abu Said. Pada
tahun 784 H/ 1335 M, Timur Lenk datang untuk membinasakan berbagai negeri di
(bekas wilayah) dinasti Ilkhaniyah. Ia mampu untuk menguasai seluruh bagian-bagian
dinasti tersebut(dan mendirikan dinasti Timuriyah). Sangat menarik jika kita lihat
Sebagian wilayah dinasti Ilkhaniyah yang berada di kawasan kebudayaan Arab
seperti Irak, Suriah, Kurdistan dan Azerbaizan, serta sebagian Persia sebelah
barat, walaupun secara politis dapat ditaklukan oleh Mongol, tetapi akhirnya Mongol
sendiri terserap ke dalam budaya Islam. Dapatlah disimpulkan bahwa akar budaya
Islam di kawasan budaya Arab diperintah bukan hanya dinasti yang berbangsa
Arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-
dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah kekuasaan
dari bangsa Arab sendiri yakni agama Islam, baik pada masa klasik maupun masa
modern ini. (Sujati et al., 2018)

B. RAJA-RAJA DINASTI ILKHAN

1. Hulagu Khan
Hulagu Khan merupakan Khan pertama dari Dinasti Ilkhan. Pada masa
kepemimpinan Hulagu Khan, dinasti ilkhan melakukan ekspansi besar-besaran dan
menguasai Kota Baghdad yang dimana kota tersebut adalah pusat peradaban dan
kebudayaan dinasti abbasiyah.
2. Abaga Khan
Abaga Khan adalah putra dari Hulagu Khan yang mewarisi sifat ayahnya yang
sangat membenci islam dan ditambah istrinya adalah putri dari Konstantinopel.
3. Taghudar Khan
Beliau adalah Khan pertama yang beragama islam yang sedari kecil dibesarkan di
lingkungan muslim. Tetapi Taghudar Khan mendapat tentangan dari saudaranya yaitu
Arghun Khan dan akhirnya dibunuh.
4. Arghun Khan
Arghun Khan merupakan khan yang bukan hanya membenci islam tetapi juga
tidak mentolerir islam di masa kekuasaannya berbeda dengan hulagu khan yang masih
bisa toleransi dengan agama Islam.
5. Gaygatu Khan
Gaygatu Khan memimpin dinasti Ilkhan hanya 3 tahun yakni dari tahun
1290-1993 M.
6. Baydu
Melanjutkan pemerintahan gaygatu Khan, baydu juga menguasai dinasti ilkhan
sangat singkat yakni dari tahun 1294-1295 M.
7. Ghazan Khan
Ghazan Khan merupakan Khan kedua yang beragama islam. Pada masa ghazan,
dinasti ilkhan dapat dibilang sedang berada pada keemasannya. Ghazan berhasil
membawa rakyat-rakyatnya menganut agama islam dan sejak ini dinasti ilkhan
menganut pemerintahan islam.
8. Oljaytu
Beliau tumbuh besar dalam lingkungan agama Kristen, namun kemudian ia
memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Khodabandeh.
Akan tetapi sangat disayangkan ia menganut sekte Rafidah (Syiah Imamyah) pada
tahun 709 H/1307 M, dan mulai memaksa rakyatnya untuk mengikuti sekte
tersebut. Akhirnya memicu peperangan dengan dinasti mamluk dan mongol utara.
9. Abu Said
Pada masa Abu Said dinasti ilkhan mengalamai kemunduran dan berujung pada
kehacuran.

C. KEMUNDURAN DINASTI ILKHAN


Dinasti Ilkhan mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abu Said. Dinasti
Ilkhan diperintah Raja Arpha (1335 M), Musa (1336 M), Muhammad (1336-1337 M),
Jahan Timur (1338-1340 M), Sati Bek (1338-1339 M) dan Sulaeman (1339-1343 M).
Mereka semua adalah figur raja-raja yang lemah, karena di masa ketujuh raja ini di
wilayah kerajaan Dinasti Ilkhan banyak terjadi perpecahan dan pertikaian, sehingga
wilayah kekuasaan digantikan oleh dinasti-dinasti lokal seperti Dinasti Jalayiriyah,
Muzhaffariyyah dan Sarbadariyyah di Khurasan. Sampai dengan dengan dekade
keempat dari abad XIV, tepatnya di tahun 1343 M kekuasaan dari Dinasti Ilkhan
sudah tidak ada dan sisa-sisa dari wilayah kekuasaannnya di masa kemudian
diambil alih dan dipersatukan oleh Timur Lenk sebagai satu kesatuan integritas di bawah
panji-panji kekuasaannya. (Suryanti, 2015)
Pada saat itu terjadi bencana kelaparan, angin topan, hujan es yang sangat
menyedihkan dan menjadi malapetaka. Dinasti Ilkhan terpecah belah setelah
meninggalnya Abu sa’id dan masing-masing pecahan tersebut saling memerangi.Faktor
kehancuran dinasti Ilkhan adalah serangan dari Timur Lenk. Timur Lenk
merupakan gubernur Transoxiana di bawah amir Ghazaghan. Ia memberontak
terhadap serbuan Tughluq. Setelah mampu menaklukkan Tughluq Timur dan Ilyas
Khoja.Kemudian ia melakukan penyerangan ke Dinasti Ilkhan yang sudah terpecah belah
dan saling memerangi. Pada akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh serangan
Timur Lenk. (Herawati, 2021)

D. DAFTAR PUSTAKA
 Abstrak, H. (n.d.). POTRET SEJARAH DINASTI ILKHAN 1258 M-1343 M.
dinasti ilkhan 2. (n.d.).
PERANAN DINASTI ILKHAN (BANGSA MONGOL) TERHADAP. (n.d.).
Sujati, B., Astuti, N. Y., Uin, P., Gunung, S., & Bandung, D. (2018). POLITIK PENGUASAAN BANGSA
MONGOL TERHADAPNEGERI-NEGERI MUSLIM PADA MASA DINASTI ILKHAN (1260-1343). In Jurnal
Rihlah (Vol. 06, Issue 01).

Anda mungkin juga menyukai