DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bisamillahirahmanirrahim
Alhamdulillah Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini atas izin dan karunianya lah kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.tak lupa pula kita hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasulullah SAW.semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Makalah berjudul zikir dan doa setelah shalat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah fikih.
Pada makalah ini diuraikan zikir dan doa setelah sholat beserta adab-adab,waktu waktunya dan
hikmahnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dengan kerendahan hati, kami
memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan dalam penulisan makalah ini
oleh karena itu,saran dan kritik dari pembaca semoga makalah ini memberikan manfaat.Aamiin.
Wassalamualikum wr.wb
DAFTAR ISI
Cover .................................................................
Kata pengantar ....................................................
Daftar isi .....................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang ..........................................................
2. Rumusan masalah ...................................................
3. Tujuan .........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian dzikir .............................................
2.Adab ( tata cara ) berdzikir..................................
3. Macam- macam dzikir ....................................
4. Bacaan dzikir yang shahih setelah shalat fardu.......
5. Keutamaan dzikir .................................................
6. Hikmah dzikir ........................................................
7. Pengertian doa ...............................................
8. Adab( tata cara) berdoa..................................
9. syarat – syarat agar doa cepat terkabul .......................
10. Hal – hal yang mengambat terkabulnya doa ............
11. waktu – waktu utama dalam berdoa .................
12. Hikmah berdoa ................................................
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Zikir dan doa adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh umat islam sebagai bentuk ibadah yang
dilakukan untuk memuji dan mengagungkan Allah SWT. Dengan berdzikir kepada-Nya maka hati
akan menjadi tenang. Bahkan Allah sendiri telah memerintahkan umat islam untuk senantiasa
berdzikir kepada-Nya sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Ahzab ayat 41 dan 42 yang
artinya:”hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah, (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyak nya. Dan bertasbihlah kepada-Nyadi waktu pagi petang.”
Namun masih banyak umat islam yang tidak mengetahui mengenai dzikir-dzikir yang shahih
sesudah shalat fardhu yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Untuk itu umat islam masih sangat
butuh pengetahuan mengenai segala hal tentang do’a dan dzikir.
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka muncul permasalahan sebagai berikut:
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka kita dapat memperoleh tujuan sebagai berikut:
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dzikir
Kata “dzikr” menurut bahasa artinya ingat. Sedangkan dzikir menurut pengertian syariat adalah
mengingat Allah SWT dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kita diperintahkan untuk
berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaran-Nya sehingga kitabisa
terhindar dari penyakit sombong dan takabbur. Seperti firman Allah SWT:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. (Al-Ahzab 41)
Ada beberapa bentuk dan cara berdzikir diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul
di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam
semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
2. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di
dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya.
Contohnya adalah: mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur’an
dan sebagainya.
3. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan
menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi
dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan
keridhoan Allah SWT. ( In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, 2006:155 ).
Bagi orang yang berdzikir sangat disunatkan untuk menjalankan adab atau tata cara berdzikir, yaitu:
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Dari Yusairah ra.-salah seorang wanita yang ikut hijrah
bersama-sama Rasulullah SAW ke Madinah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda kepada
kami (para wanita) : “wajib atas kalian untuk membaca tasbih , tahlil dan taqdis (bacan-bacaan mulia
yang mengandung isi pengakuan atas kesucian Allah dan ke Esaan-Nya dari sifat-sifat yang mulia
bagi-Nya). Dan ikatlah (bacaan-bacaan itu) dengan ujung-ujung jari, Karena sesungguhnya ujung-
ujung jari itu akan ditanya dan diperiksa. Janganlah lalai, (jikalau kalian lalai), pasti dilupakan dari
rahmat (Allah)”. (HR Tirmidzi dan Abu Dawud)
3. Macam-Macam Dzikir
1. Dzikir secara mutlak, yaitu dzikir yang diperintahkan tanpa ada ikatan waktu, tempat, atau
jumlah tertentu, maka dzikir semacam ini tidak boleh dilakukan dengan menentukan jumlah-
jumlah yang dikhususkan seperti seribu kali dan semisalnya. [Lihat Ilmu Ushul Bida’ bab/pasal
Hadyus Salaf wal Amal bin Nushushil Ammah.] Dzikir semacam ini sebagaimana dalam firman-
Nya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya”. (QS. al-Ahzab [33]: 41)
Membatasi suatu ibadah yang tidak dibatasi oleh Allah adalah menambah syari’at Allah. Allah
tidak mengikat dengan jumlah tertentu dalam dzikir jenis ini merupakan kemurahan dan kemudahan
dari Allah. Setiap hamba-Nya bebas berdzikir sesuai dengan kemampuannya tidak terikat dengan
jumlah dzikir tertentu. [Lihat as-Subhah Tarikhuha wa Hukmuha hlm. 102-103.].
2. Dzikir muqoyyad, yaitu dzikir-dzikir yang dianjurkan supaya dilakukan dengan hitungan tertentu,
seperti ucapan Subhanalloh 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allohu Akbar 33 kali, dan hitungan
paling banyak yang pernah dianjurkan oleh Nabi adalah 100 kali, sebagaimana Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam: “Barang siapa mengucapkan Subhanallohi wabihamdihi setiap hari seratus kali,
maka dihapus dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. al-Bukhori: 6042 dan Muslim:
2691)
Adapun yang disyari’atkan dalam dzikir muqoyyad adalah dengan menggunakan ruas-ruas jari
atau ujung-ujungnya, sebagaimana perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para istri
dan kaum wanita dari kalangan sahabatnya. Beliau bersabda:
ات ٌ وا ْعقُد ََّن بِاأْل َنَا ِم ِل فَإِنَّه َُّن َم ْس ُؤوْ اَل.
ٌ َت َو ُم ْستَ ْنطَق َ
“Hitunglah (dzikir) itu dengan ruas-ruas jari karena sesungguhnya (ruas-ruas jari) itu akan ditanya
dan akan dijadikan dapat berbicara (pada hari Kiamat).” (HR. Abu Dawud: 1345, dishohihkan oleh al-
Hakim dan adz-Dzahabi, dihasankan oleh an-Nawawi dan al-Hafizh, al-Albani dalam Silsilah Dho’ifah:
1/186)
Adapun tentang makna األَنَا ِم ُلQotadah berkata bahwa maksudnya adalah ujung-ujung jari.
Sedangkan Ibnu Mas’ud, as-Suddiy, dan Robi’ bin Anas berkata, األَنَا ِم ُلadalah jari-jemari itu sendiri
(Tafsir al-Qur‘anil Azhim kar. Ibnu Katsir 2/108).
Ibnu Manzhur (Lisanul Arab 14/295) mengatakan bahwa األَنَا ِم ُلadalah ruas-ruas jari yang paling atas
yang ada kukunya.
Dalam al-Qomush al-Muhith: 2/955 disebutkan bahwa األَنَا ِم ُلadalah ruas-ruas jari atau sendi-
sendinya.
Dari keterangan di atas jelas bahwa berdzikir disyari’atkan dengan ujung-ujung jari atau ruas-ruas
jari. Dan inilah cara yang paling mudah sesuai dengan Islam yang penuh dengan kemudahan,
sehingga kaum muslimin dari semua kalangan dapat melakukannya tanpa menggunakan alat bantu
seperti kerikil, biji-bijian, butiran-butiran tanah liat, atau alat penghitung modern, dan semisalnya.
“Berdzikir hanya dengan tangan kanan saja, tidak selayaknya dengan tangan kiri, sebagaimana
ditegaskan oleh Syaikh Ibnu Baz (Fatawa Islamiyyah hlm. 320), beliau berkata:
“Sungguh telah sah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau menghitung tasbihnya
(dzikirnya) dengan tangan kanannya, dan barang siapa berdzikir dengan kedua tangannya maka tidak
berdosa, lantaran riwayat kebanyakan hadits yang mutlak (mencakup tangan kedua tangan), tetapi
berdzikir dengan tangan kanan saja lebih afdhol karena mengamalkan sunnah yang sah dari Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suka
mendahulukan bagian kanan baik dalam bersandal, bersisir, bersuci, dan setiap urusannya.” (HR. al-
Bukhori 1866 dan Muslim 268)
1, Membaca
ا ْل َجالَ ِل َواإلِ ْك َر ِام. ار ْكتَ َيا َذا
َ سالَ ُم َت َب َّ هللا أَ ْس َت ْغفِ ُر هللاَ اللَّ ُه َّم أَ ْنتَ ال
َّ سالَ ُم َو ِم ْن َك ال َ أَ ْس َت ْغفِ ُر هللاَ أَ ْس َت ْغفِ ُر
Artinya:“Saya memohon ampun kepada Allah.(3x) Ya Allah Engkau Maha Sejahtera, dan dari-Mu lah
kesejahteraan, Maha Suci Engkau wahai Rabb pemilik Keagungan dan Kemuliaan.”
2. Membaca :
ِّد ِم ْنكَ ا ْل َج ُّد َمانِ َع لِ َما أَ ْعطَيْتَ َوالَ ُم ْع ِط َي لِ َما َمنَعْتَ َوالَ يَ ْنفَ ُع َذا ا ْل َج ِّد الَ اللَّ ُه َّم
Artinya:”Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Ya Allah tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau beri, dan tidak ada yang
dapat memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya
dari (siksa)-Mu.”
3. Membaca :
ش َْي ٍء قَ ِد ْي ٌر.َ إِالَّ قُ َّوةَ َوالَ َح ْو َل ال،ِ إِالَّ نَ ْعبُ ُد َوالَ هللاُ إِ ِإللَهَ َد ُهبِاهلل،ُإِيَّاه
Artinya:”Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tidak ada Ilah yang
berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah. Kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya.
Baginya nikmat, anugerah, dan pujian yang baik. Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan hanya Allah, dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir
tidak menyukainya.”
4. Membaca :
لَهُ ا ْل ُم ْل ُك َولَهُ ا ْل َح ْم ُد يُ ْحيِ ْي َويُ ِميْتُ َو ُه َو َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء قَ ِد ْي ٌر,ُش ِريْكَ لَه
َ َالَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال
Artinya:”Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dialah yang menghidupkan
(orang yang sudah mati atau memberi ruh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dan
Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 10x setiap selesai shalat maghrib dan
shubuh).
5. Membaca :
Artinya:“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah
dengan baik kepada-Mu.”
6. Membaca :
ِ اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل
Artinya:”Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan
amalan yang diterima.”
5. Keutamaan Berdzikir
:152)
1. Firman Allah,
Artinya:“Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang lalai.”(Al-A’raaf:205)
Adapun di dalam As-Sunnah Diantaranya:
Artinya:“Permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir kepada
Allah adalah seperti orang yang hidup dan mati.” (HR. Al-Bukhariy no.6407 bersama Fathul Bari
11/208 dan Muslim 1/539 no.779).
“Permisalan rumah yang di dalamnya disebut nama Allah dan rumah yang di dalamnya tidak disebut
nama Allah adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.”
2. Dari ‘Abdullah bin Busrin radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam telah banyak
atasku, maka kabarkan kepadaku dengan sesuatu yang aku akan mengikatkan diriku dengannya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidziy 5/458 dan Ibnu
Majah 2/1246, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/139 dan Shahiih Sunan Ibni Maajah 2/317)
6. Hikmah Berdzikir
Do’a menurut bahasa yaitu “ad-du’aa” artinya memanggil, meminta tolong, atau memohon
sesuatu. Sedangkan doa menurut pengertian syariat adalah memohon sesuatu atau memohon
perlindungan kepada Allah SWT dengan merendahkan diri dan tunduk kepadaNya. Allah
memerintahkan umat islam untuk senantiasa berdo’a. seperti firman-Nya:
Artinya:“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. “Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.(55) Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik”.(56)
(Al-A’raf 55-56)
Karena berdo’a merupakan permohonan kepada Allah SWT, maka sebaiknya diperhatikan adab (tata
cara) berdo’a, sebagai berikut:
1. Memulai berdo’a dengan bacaan hamdalah dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW.
2. Ketika berdo’a dilakukan dengan khusyu’, penuh pengharapan, memohon dengan kesungguhan
kepada Allah SWT.
3. Menghadap ke arah kiblat sambil mengangkat kedua tangan setinggi bahu.
4. Merendahkan suara, tidak terlalu lemah dan tidak terlalu keras.
5. Berkeyakinan bahwa Allah pasti mengabulkannya dengan sepenuh-penuh pengharapan
6. Bersungguh-sungguh di dalam berdo’a.
Setiap orang yang berdo’a pasti berharap agar do’a nya cepat terkabul. Akan tetapi, terkabulnya
suatu do’a tentu harus memenuhi beberapa syarat, adapun syarat-syarat nya antara lain sebagai
berikut:
Berikut ini beberapa hal yang menghambat terkabulnya do’a, sebagai berikut:
12 . Hikmah Berdo’a
1. Kesimpulan
Dzikir dan do’a adalah dua hal yang saling berhubungan. Dzikir sebagai sebutan dan ingat kepada
Allah merupakan pendahuluan do’a. orang dapat berdo’a bila ia menyebut nama Allah dan ingat
kepada-Nya, yang merupakan tujuan kepada siapa ia memanjatkan do’a. dengan mulut dan hati
yang berdzikir, diharapkan orang yang berdo’a tergerak melakukan perbuatan yang sesuai dengan
kehendak nama yang ia sebut dalam dzikir.
Dalam berdo’a dan berdzikir terdapat adab, tata cara, dan syarat-syaratnya. Dan ternyata ada
hal-hal yang dapat menghambat terkabulnya do’a, seperti: makan makanan yang tidak halal,
terdapat hal-hal yang terlarang dalam do’a nya, serta berprasangka buruk kepada Allah.
Setelah mengetahui hal-hal mengenai do’a dan dzikir, sebaiknya kita melakukan do’a dan dzikir
dengan benar, memenuhi adab dan tata cara nya, serta syarat-syaratnya. Insha Allah do’a kita akan
dikabulkan oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar Syaikh Bin Abdullah Abu Zaid,2006, Koreksi Dzikir dan Do’a Sehari-hari, Dar al-Ashimah,
Riyadh, Jakarta
http://ilhamdwinov.blogspot.co.id/2013/03/dzikir-dan-doa_5.html
http://amalilmukita.blogspot.co.id/p/makalah-tentang-dzikir-s.html
http://dokumen.tips/education/makalah-agama-tentang-dzikir-dan-doa.html