Anda di halaman 1dari 22

KELEMAHAN-KELEMAHAN DALAM DIRI MANUSIA

Tafsiran Qs. Al-Ma’arij19-27,Ar-Rum54,Yasin 77,Al-Ahzab 72, Al-Balad4-


8,An-Nisa 28-29

Makalah Ini Dibuat Untuk di presentasikan pada mata Kuliah “Tafsir tarbawi”

Dosen Pengampu : Romyzal M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 9

Ahmad Nur Fauzi :1214.21.19151


Khalimatus sa’diyah: 1214.21.19188

Muli qurratul ayun :1214.21.19199


Ridwan efendi :1214.21.19151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SULTHAN SYARIF HASYIM
SIAK SRI INDRAPURA
TA : 2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA,sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah

tafsir tarbawi dengan judul: “kelemahan-kelemahan dalam diri manusia”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran dan kritik

sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di

karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh

karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran sera masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.Akhirnya kami berharap semoga makalah

ini dapat memperikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Siak,oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan masalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAASAN ................................................................................... 2

A. Tafsir tentang kelemahan-kelemahan dalam diri manusia ................... 3

1. Tafsir Qs..Ar-Rum54 .................................................................. 3

2. Tafsir Qs Al-Ma’arijj19-27 ......................................................... 5

3. Tafsir Qs. Yasin 77 ..................................................................... 8

4. Tafsir Qs. Al-Ahzab72 ................................................................ 9

5. Tafsir Qs. Al-Balad4-8 .............................................................. 13

6. Tafsir Tentang Qs. An-Nisa28-29 .............................................. 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 17

A. Kesimpulan ........................................................................................ 17

B. Saran ................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia merupakan makhluk unik, misteri, dan rumit. Keunikan manusia

dilihat dari sifat dualisme yang dimilikinya, seperti baik-buruk, senang-susah,

pemurah-pelit, halus-kasar, rajin-malas, dan lain sebagainya. Kemisterian

manusia terlihat dari hal-hal misteri yang ada pada dirinya, seperti ruh, nafsu,

hati, akal, dan segala hal yang abstrak lainnya. Sedangkan kerumitan manusia

dilihat dari selalu tidak tuntasnya pembicaraan tentangnya. Beberapa ahli

filsafat, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai Zoon politicon atau

hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai Das Kranke

Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah dan gelisah. Ilmu-ilmu

humaniora termasuk ilmu filsafat telah mencoba menjawab pertanyaan

mendasar tentang manusia itu, sehingga terdapat banyak rumusan atau

pengertian tentang manusiaManusia adalah makhluk yang berakal budi. Sebagai

makhluk ciptaan Tuhan Yang Masa Esa yang mengemban tugas mengelola dan

memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan penuh tanggung jawab,

oleh pencipta-Nya dianugerahi berbagai potensi.1

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, AL-ma’rij 19-27
2. Bagaimana tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S Al-Rum 54

1
3. Bagaimana tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, Yasin 77
4. Bagaimana tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, Al-Ahzab 72
5. Bagaimana tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, AL-Balad 4-8
6. Bagaimana tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, An-Nisa’ 28-29

C. Tujuan masalah

1. Mengetahui tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri


manusia pada Q.S, AL-ma’rij 19-27
2. mengetahui tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S Al-Rum 54
3. mengetahui tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, Yasin 77
4. mengetahui tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, Al-Ahzab 72
5. mengetahui tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, AL-Balad 4-8
6. mengetahui tafsir mengenai kelemahan-kelemahan dalam diri
manusia pada Q.S, An-Nisa’ 28-29

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kelemahan dalam diri manusia

Manusia memiliki keterbatasan secara fisik. Ia akan kalah berlari dengan

kijang, tidak mampu melawan burung untuk terbang, tidak bisa mengalahkan

monyet dalam memanjat, dan tidak bisa bersaing dengan ikan dalam berenang.

Di dalam ayat QS. Al-Rum/30: 54 juga dijelaskan Allah bahwa manusia

diciptakan pada awalnya memiliki fisik yang kuat. Tapi setelah melewati

beberapa masa, kekuatan itu semakin hilang dengan bertambahnya umur.

1. Tafsiran mengenai kelemahan dalam diri manusia pada (QS. Ar-um 54)
ُ ْ ً َ ً َ ُ ْۢ ُ ً ُ َ ْۢ ُ َ ُ ََ َ َّ ُ ‫َ ه‬
‫ّٰلل الذ ْي خلقك ْم ِّم ْن ض ْع ٍف ث َّم َج َع َل م ْن َب ْعد ض ْع ٍف ق َّوة ث َّم َج َع َل م ْن َب ْعد ق َّو ٍة ض ْعفا َّوش ْي َبة َۗيخل ُق‬ ‫ا‬
َْ ْ ُ ُۚ ۤ َ
‫َما َيشا ُء َوه َو ال َعل ْي ُم القد ْي ُر‬

Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu

menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu

lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang

dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha

Kuasa.

Dalam Jalalain dijelaskan (Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari

keadaan lemah), yaitu dari air mani yang hina lagi lemah itu (kemudian Dia

menjadikan kalian sesudah keadaan lemah) yang lain yaitu masa kanakkanak

(menjadi kuat) masa muda yang penuh dengan semangat dan kekuatan

(kemudian Dia menjadikan kalian sesudah kuat itu lemah kembali dan

3
beruban) lemah karena sudah tua dan rambut pun sudah putih. Lafal dha'fan

pada ketiga tempat tadi dapat dibaca dhu'fan. (Dia menciptakan apa yang

dikehendaki-Nya) ada yang lemah, yang kuat, yang muda, dan yang tua (dan

Dialah Yang Maha Mengetahui) mengatur makhluk-Nya (lagi Maha Kuasa)

atas semua yang dikehendaki-Nya. Setelah itu ia dilahirkan dari perut ibunya

dalam keadaan lemah, kecil, dan tidak berkekuatan. Kemudian menjadi besar

sedikit demi sedikit hingga menjadi anak, setelah itu berusia balig dan masa

puber, lalu menjadi pemuda. Inilah yang dimaksud dengan keadaan kuat

sesudah lemah. Kemudian mulailah berkurang dan menua, lalu menjadi

manusia yang lanjut usia dan memasuki usia pikun; dan inilah yang dimaksud

keadaan lemah sesudah kuat.

Kemudian mulailah berkurang dan menua, lalu menjadi manusia yang

lanjut usia dan memasuki usia pikun; dan inilah yang dimaksud keadaan

lemah sesudah kuat. Di fase ini seseorang mulai lemah keinginannya, gerak,

dan kekuatannya; rambutnya putih beruban, sifat-sifat lahiriah dan batinnya

berubah pula, Dalam perspektif pendidikan Islam, kelemahan manusia secara

fisik diperbaiki secara terbatas dengan menjaga kesehatan. Selain itu,

kelemahan fisik ini bisa diubah menjadi potensi dengan berolahraga secara

teratur.2

2 alkauniyah: jurnal ilmu al-quran dan tafsir hal,88-89

4
2. Tafsiran kelemahan dalam diri manusia pada (QS.Ma’arijj 19-27)
َّ ً ‫) َوإ َذا َم َّس ُه ْال َخ ْ ُي َم ُن‬20( ‫وعا‬ ُّ ََّ ‫) إ َذا َم َّس ُه‬19( ‫وعا‬
ً ‫الّش َج ُز‬ َ َ ْ ْ َّ
ً ‫ان ُخل َق َه ُل‬
‫) إَّل‬21( ‫وعا‬ ْ ‫إن اْلنس‬
ٌ ‫ين نف َأ ْم َواله ْم َح ٌّق َم ْع ُل‬
)24( ‫وم‬ َ َّ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َّ َ‫ْ ُ َ ِّ ن‬
‫) والذ ي‬23( ‫) الذين هم عَل صَلتهم دائمون‬22( ‫المصل ْي‬
َ ُ َ َّ َ ِّ ْ َ َ ُ ِّ َ ُ َ َّ َ ُ ْ َْ َ
‫ين ه ْم م ْن َعذاب َرِّب ه ْم‬ ‫) والذ‬26( ‫ين‬ َّ
ِ ‫) والذين يصدقون بيوم الد‬25( ‫للسائل والمحروم‬
َ ُ ْ
(27 )‫ُمشفقون‬

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir

(19). Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah(20); dan apabila

ia mendapat kebaikan, ia amat kikir(21), kecuali orang-orang yang

mengerjakan salat(22), yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya(23),

dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu(24),

bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai

apa-apa (yang tidak mau meminta)(25), dan orang-orang yang

mempercayai hari pembalasan(26), dan orang-orang yang takut

terhadap azab Tuhannya(27).

Allah Swt. menceritakan perihal manusia dan watak-watak buruk yang telah
menjadi pembawaannya.
}‫قِ َهلُوعًا‬
َ ‫انِ ُخل‬
َ ‫س‬َ ‫{إِ َّنِاإل ْن‬
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah. (Al-Ma'arij: 19)
Yang hal ini ditafsirkan oleh firman selanjutnya:
َّ ‫{إذَاِ َم‬
}‫سهُِالش َُّّرِ َج ُزوعًا‬
Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. (Al-Ma'arij: 20)
Yakni apabila tertimpa kesusahan, ia kaget dan berkeluh kesah serta hatinya
seakan-akan copot karena ketakutan yang sangat, dan putus asa dari mendapat
kebaikan sesudah musibah yang menimpanya.
َّ ‫{وإذَاِ َم‬
}‫سهُِا ْل َخ ْي ُرِ َمنُوعًا‬ َ
dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. (Al-Ma'arij: 21)
Yaitu apabila ia mendapat nikmat dari Allah Swt., berbaliklah ia menjadi orang
yang kikir terhadap orang lain, dan tidak mau menunaikan hak Allah yang ada
padanya.

5
ُ ‫ ََِس إع‬:‫بن َرابح‬
‫ت أَِِب‬ ُ ‫وسى بإ ُن عُلَ ّي‬ َّ ‫ َح َّدثَنَا أَبُو َع إب ِد‬:‫َْحَ ُد‬
َ ‫ َح َّدثَنَا ُم‬،‫الر إْحَ ِن‬ ‫ام أ إ‬ ِ‫ال إ‬
ُ ‫اْل َم‬ َ َ‫ق‬
‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬َ َ‫ ق‬:‫ول‬
ُ ‫ت أ ََاب ُه َريرة يَ ُق‬ َ َ‫ث َع إن َع إب ِد ال َإع ِزي ِز بإ ِن َم إرَوا َن بن احلكم ق‬
ُ ‫ ََِس إع‬:‫ال‬ ُ ‫ُُيَ ِّد‬
."‫ْب َخالِ ٌع‬
ٌ‫ َو ُج إ‬،‫ " َش ُّر َما ِِف َر ُج ٍل ُش ٌح َهالِ ٌع‬:‫اَّللُ َعلَإي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ
َ ‫اَّلل‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman,
telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, bahwa ia pernah
mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Abdul Aziz ibnu Marwan
ibnul Hakam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a.
berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sifat terburuk yang ada pada diri
seorang lelaki ialah kikir yang keterlaluan dan sifat pengecut yang parah.
Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Abdullah ibnul Jarah, dari Abu Abdur
Rahman Al-Muqri dengan sanad yang sama, dan ia tidak mempunyai hadis dari
Abdul Aziz selain dari hadis ini.
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
َ ‫{إالِا ْل ُم‬
َ ‫صل‬
}ِ ‫ين‬
kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. (Al-Ma'arij: 22)
Yakni manusia itu ditinjau dari segi pembawaannya menyandang sifat-sifat yang
tercela, terkecuali orang yang dipelihara oleh Allah dan diberi-Nya taufik dan
petunjuk kepada kebaikan dan memudahkan baginya jalan untuk meraihnya.
Mereka adalah orang-orang yang mengerjakan salat.
َ ِ‫علَى‬
َ ‫صالته ْمِدَائ ُم‬
}ِ ‫ون‬ َ ‫{الَّذ‬
َ ِ‫ينِ ُه ْم‬
yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. (Al-Ma'arij: 23)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah orang-orang yang
memelihara salat dengan menunaikannya di waktunya masing-masing dan
mengerjakan yang wajib-wajibnya. Demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Masruq,
dan Ibrahim An-Nakha'i. Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan tetap
dalam ayat ini ialah orang yang mengerjakan salatnya dengan tenang dan khusyuk,
semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
َ ِ‫ينِ ُه ْمِفي‬
َ ُ‫صالته ْمِخاشع‬
ِ‫ون‬ َ ُ‫قَدِْأ َ ْفلَحَِا ْل ُم ْؤمن‬
َ ‫ونِالَّذ‬
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyuk dalam salatnya. (Al-Mu’minun: 1-2)
Demikianlah menurut Uqbah ibnu Amir. Dan termasuk ke dalam pengertian ini
kalimat al-ma-ud da-im, artinya air yang tenang dan diam, tidak beriak dan tidak
bergelombang serta tidak pula mengalir. Makna ini menunjukkan wajib tuma-ninah
dalam salat, karena orang yang tidak tuma-ninah dalam rukuk dan sujudnya bukan
dinamakan orang yang tenang dalam salatnya, bukan pula sebagai orang yang
menetapinya, bahkan dia mengerjakannya dengan cepat bagaikan burung gagak
yang mematuk, maka ia tidak beroleh keberuntungan dalam salatnya.
Menurut pendapat yang lain, apabila mereka mengerjakan suatu amal kebaikan,
maka mereka menetapinya dan mengukuhkannya, sebagaimana yang disebutkan
dalam hadis sahih diriwayatkan melalui Siti Aisyah r.a., dari Rasulullah Saw. yang
telah bersabda:

6
َِّ ‫ال إِ ََل‬
"‫اَّلل أَ إد َوُم َها َوإِ إن قَ ّل‬ ِ ‫ب إاْلَ إعم‬
ُّ ‫َح‬
َ َ ‫"أ‬
Amal yang paling disukai oleh Allah ialah yang paling tetap, sekalipun sedikit.
Menurut lafaz yang lain disebutkan:
ِ ‫«ما َداوم َعلَي ِه ص‬
»ُ‫احبُه‬ َ ‫َ ََ إ‬
yang paling tetap diamalkan oleh pelakunya
Selanjutnya Aisyah r.a. mengatakan, Rasulullah Saw. adalah seorang yang apabila
mengamalkan suatu amalan selalu menetapinya. Menurut lafaz yang lain
disebutkan selalu mengukuhkannya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang mereka
itu tetap mengerjakan salatnya. (Al-Ma'arij: 23), Telah diceritakan kepada kami
bahwa Nabi Danial a.s. menyebutkan sifat umat Muhammad Saw. Maka ia
mengatakan bahwa mereka selalu mengerjakan salat yang seandainya kaum Nuh
mengerjakannya, niscaya mereka tidak ditenggelamkan; dan seandainya kaum 'Ad
mengerjakannya, niscaya mereka tidak tertimpa angin yang membinasakan mereka;
atau kaum Samud, niscaya mereka tidak akan tertimpa pekikan yang mengguntur.
Maka kerjakanlah salat, karena sesungguhnya salat itu merupakan akhlak orang-
orang mukmin yang baik.
*******************
Firman Allah Swt.:
}‫ِوا ْل َمحْ ُروم‬ ٌّ ‫ينِفيِأ َ ْم َواله ْمِ َح‬
َّ ‫قِ َم ْعلُو ٌمِلل‬
َ ‫سائل‬ َ ‫{والَّذ‬
َ
dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau
meminta). (Al-Ma'arij: 24-25)
Yakni orang-orang yang di dalam harta mereka terdapat bagian tertentu bagi orang-
orang yang memerlukan pertolongan. Masalah ini telah diterangkan di dalam tafsir
surat Az-Zariyat.
Firman Allah Swt.:
َ ُ‫صدق‬
}‫ونِبيَ ْومِالدين‬ َ ‫{والَّذ‬
َ ُ‫ينِي‬ َ
Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan. (Al-Ma'arij: 26)
Yaitu meyakini adanya hari kiamat, hari penghisaban, dan pembalasan; maka
mereka mengerjakan amalnya sebagaimana orang yang mengharapkan pahala dan
takut akan siksaan. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
}ِ ‫ون‬ َ ‫عذَاب‬
َ ُ‫ِربه ْمِ ُمشْفق‬ َ ‫{والَّذ‬
َ ِ‫ينِ ُه ْمِم ْن‬ َ
dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. (Al-Ma'arij:27)

7
3. Tafsiran QS. Yasin 77
ٌ‫يم ُمب ن‬ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َ ُ ْ ْ َ َ َ َ
﴾77﴿ ‫ي‬ ْ ٌ ‫أول ْم ي َر اْلن َسان أنا خلقناه من نطف ٍة فإذا هو خص‬

Artinya:Dan tidak kah manusia memperhatikan bahwa Kami

menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh

yang nyata

Beralih dari uraian tentang pendustaan kaum kafir kepada nabi

Muhammad, Allah melalui ayat ini menjelaskan keniscayaan hari kebangkitan.

Ayat ini turun untuk menjawab kelancangan al-”’ bin w’il yang menantang

rasulullah untuk membuktikan kemampuan Allah membangkitkan kembali

tulang lapuk yang dibawanya. Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa

kami menciptakannya dari setetes mani, kemudian setelah melalui berbagai

proses ia lahir ke dunia dan tumbuh menjadi manusia sempurna, lalu ternyata

dia menjadi musuh yang nyata! mereka berubah menjadi musuh dengan

mengingkari hari kebangkitan. Sungguh, sikap ini tidak sejalan dengan akal

sehat. Demikianlah keingkaran manusia kepada kami. Dan dia membuat

perumpamaan bagi kami dan melupakan asal kejadiannya dari setetes air mani

yang hina. Dia berkata, ‘siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang

yang telah hancur luluh” jika menyadari asal kejadiannya, tentu manusia akan

percaya bahwa Allah mahakuasa menghidupkannya kembali sesudah mati.3

3 Tafsir Al-Qur'an Surah Yasin Ayat 77 ‫ يس‬Lengkap Arti Terjemah Indonesia - DAAR AL ATSAR

INDONESIA/.https://daaralatsarindonesia.com/tafsir-036-077/

8
4. Tafsiran kelemahan manusia dalam diri manusia pada (QS.AL-ahzab 72)

ۖ ‫نس َٰ ُن‬ َ‫ٱْل ْرض َو ْٱلج َبال َف َأ َب ْ ن‬


َ ‫ي َأن َي ْحم ْل َن َها َو َأ ْش َف ْق َن م ْن َها َو َح َم َل َها ْٱْل‬ َْ َ
‫و‬ ‫ت‬ َٰ
‫و‬ َ َٰ ‫ٱلس َم‬ َ ْ َ ْ َ َ َّ
َّ ‫ٱْل َم َان َة َع ََل‬ ‫إنا عرضنا‬
ْ ِ
ً ً ‫ان َظ ُل‬
َ َ ُ َّ
‫وما َج ُهوَّل‬ ‫إنهۥك‬

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul

amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan

dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat

zalim dan amat bodoh.


ۡ ‫( إ َّنا َع َر ۡض َنا‬Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat) yaitu ibadah
َ‫ٱلأَ َمانَ َة‬

salat dan ibadah-ibadah lainnya, apabila dikerjakan, pelakunya akan mendapat

ِ ‫س َٰ َم َٰ َوتَِ َو أٱۡل َ أر‬


pahala, dan apabila ditinggalkan, pelakunya akan disiksa َ‫ض‬ َّ ‫علَىَ ٱل‬
َ

َ‫( َو أٱل ِج َبا ِل‬pada langit, bumi dan gunung-gunung) seumpamanya Allah

menciptakan pada masing-masing pemahaman dan dapat berbicara َ‫فَأ َ َب أينَ َ أَن‬

َ ‫( َي أحمِ ألنَ َه‬maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
ََ‫اَوأ َ أشف أَقن‬

khawatir) yakni merasa takut ‫ن‬


َ‫س‬ ِ ‫( مِ أن َهاَ َو َح َملَ َهاَ أ‬akan mengkhianatinya lalu
َ َٰ ‫ٱۡلن‬

dipikullah amanat itu oleh manusia) oleh Nabi Adam, sesudah terlebih dahulu

ditawarkan kepadanya.

َ َ َ‫( ِإنَّهۥَ َكان‬Sesungguhnya manusia itu amat zalim) terhadap dirinya sendiri,
‫ظلو ًما‬

ً ‫( َجه‬lagi amat bodoh) tidak mengerti


disebabkan apa yang telah dipikulnya itu َ‫ول‬

tentang apa yang dipikulnya itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Yang dimaksud dengan

al-amanah adalah, ketaatan yang ditawarkan kepada mereka sebelum

9
ditawarkan kepada Adam, akan tetapi mereka tidak menyanggupinya. Lalu

Allah swt. berfirman kepada Adam:

“Sesungguhnya Aku memberikan amanah kepada langit dan bumi serta

gunung-gunung, akan tetapi mereka tidak menyanggupinya. Apakah kamu

sanggup untuk menerimanya?ََ”Dia menjawab: “Ya Rabb-ku, apa isinya?َ”

Allah berfirman: “Jika engkau berbuat baik, engkau akan diberi balasan, dan

jika engkau berbuat keburukan engkau akan disiksa.َ َ”Lalu Adam as.

ِ ‫َو َح َملَ َهاَ أ‬


َ َٰ ‫ٱۡلن‬
menerimanya dan menanggungnya. Itulah firman Allah: َ َ‫سنَ ِإنَّهۥَ َكان‬

ً ‫ظلو ًماَ َجه‬


َ‫ول‬ َ (“dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia

itu amat dhalim dan amat bodoh.”)

‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu َ‘Abbas ra.: “Amanah adalah kewajiban-

kewajiban yang ditawarkan oleh Allah swt. kepada langit, bumi dan gunung-

gunung. Jika mereka menunaikannya, Allah akan membalas mereka.

Dan jika mereka menyia-nyiakannya niscaya Allah akan menyiksa mereka.

Mereka enggan menerimanya dan menolaknya bukan karena maksiat, akan

tetapi karena taَ’zhim [menghormati] agama Allah kalau-kalau mereka tidak

mampu menunaikannya.”

Kemudian Allah menawarkannya kepada Adam, maka Adam menerimanya

َ َ َ‫سنَ إِنَّهۥَ َكان‬


dengan segala konsekuensinya. Itulah firman Allah: َ‫ظلو ًما‬ ِ ‫َو َح َملَ َهاَ أ‬
َ َٰ ‫ٱۡلن‬

ً ‫“( َجه‬dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
َ‫ول‬

amat dhalim dan amat bodoh.”) yaitu pelanggar [menyimpangkan] perintah

Allah.

10
Malik meriwayatkan bahwa Zaid bin Aslam berkata: “Amanah itu tiga: shalat,

shaum dan mandi junub.”

Semua pendapat tersebut tidak saling bertentangan, bahkan saling melengkapi.

Semuanya kembali kepada makna, bahwa amanah tersebut adalah taklif

[pembebanan] serta menerima berbagai perintah dan larangan dengan

syaratnya. Yaitu jika melaksanakan mendapat pahala, dan jika

meninggalkannya dia akan disiksa. Maka manusia menerimanya atas

kelemahan, kebodohan dan kedhalimannya kecuali orang yang diberi taufiq

oleh Allah swt. Kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.

Di antara yang berkaitan dengan amanah adalah hadits yang diriwayatkan oleh

Imam Ahmad, bahwa Hudzaifah ra. berkata: “Rasulullah saw. bercerita kepada

kami dengan dua cerita. Aku sudah mengetaui cerita yang pertama dan aku

sedang menunggu cerita yang kedua. Beliau bercerita kepada kami, bahwa

amanah turun di dalam hati seseorang, kemudian al-Qur’an turun. Maka

mereka memahami al-Qur’an dan memahami as-Sunnah.

Kemudian beliau bercerita kepada kami tentang diangkatnya amanah dengan

bersabda: “Seseorang tidur lalu amanah dicabut dari hatinya, sehingga

bekasnya begitu tampak hitam legam seperti bekas terakar, padahal tidak ada

apa-apa َ.-kemudianَbeliauَmengambilَkerikilَdanَdijatuhkanَkeَkakinya–

َIaَpunَmeneruskanَperkataannya:َ“Makaَmanusiaَdalamَhalَ jual-beliَhampir

َ:tidakَ adaَ satupunَ yangَ menunaikanَ amanah.َ Sehinggaَ dikatakan

َ”.Sesungguhnyaَ diَ baniَ Fulanَ adaَ seorangَ laki-lakiَ yangَ amanahَ [jujur]“

11
َSehinggaَ dikatakanَ kepadaَ mereka:َ “Alangkahَ kuatnya,َ alangkahَ indahnya

َdanَ alangkahَ berakalnya,َ padahalَ diَ dalamَ hatinyaَ tidakَ adaَ keimanan

.[amanah]َseberatَdzarrahَpun

َSesungguhnyaَakanَdatangَsuatuَmasa,َdanَakuَtidakَpeduliَapakahَakuَtelah

َberjualَbeliَdenganَkalian.َJikaَiaَseorangَMuslim,َniscayaَkejujurannyaَitu

َdikembalikanَ kepadaَ agamanya.َ Jikaَ iaَ seorangَ Nasrani/Yahudi,َ niscaya

َkejujurannyaَituَdikembalikanَkepadaَusahanyaَ[usahanyaَyangَmembuatَdia

َ.[berlakuَjujur

َAdapunَ padaَ waktuَ itu,َ akuَ tidakَ berjualَ beliَ denganَ seseorangَ dariَ kalian

َkecualiَsiَFulanَdanَsiَFulanَ[yangَakuَketahuiَkejujurannya].”َDitakhrijَoleh

.al-BukhariَdanَMuslim

َ.Imamَ Ahmadَ berkataَ dariَ ‘Abdullahَ binَ ‘Amrَ ra.َ bahwaَ Rasulullahَ saw

َbersabda:َ“Empatَhal,َjikaَadaَpadaَdirimuَmakaَtidakَberbahayaَbagimuَapa

َyangَhilangَdariَdunia;َmenjagaَamanah,َjujurَdalamَtuturَkata,َbaikَakhlak

َdanَ iffahَ [kemurnian]َ dalamَ kesucian.”َ (demikianَ yangَ diriwayatkanَ oleh

َ(ImamَAhmadَdalamَMusnadnya

َAth-ThabraniَmeriwayatkanَdiَdalamَMusnadnya,َdariَ‘Abdullahَbinَ‘Umar

َ,binَal-Khaththabَra,َberceritaَkepadakuَYahnyaَbinَAyyubَal-‘Allafَal-Mishri

َ:bahwaَ‘Abdullahَbinَ‘Umarَra.َberkata,َRasulullahَsaw.َbersabda

َEmpatَ hal,َ jikaَ adaَ padaَ dirimuَ makaَ tidakَ berbahayaَ bagimuَ apaَ yang“

َhilangَ dariَ dunia;َ menjagaَ amanah,َ jujurَ dalamَ tuturَ kata,َ baikَ akhlakَ dan

12
َiffahَ [kemurnian]َ dalamَ kesucian.”َ (diَ dalamَ isnadَ ditambahkanَ Ibnu

َ(HujairahَdanَmenjadikannyaَdiَdalamَMusnadَIbnuَ‘Umar

َTelahَ adaَ pulaَ laranganَ bersumpahَ denganَ amanah.َ Dalamَ halَ iniَ terdapat

َhaditsَmarfu’.َAbuَDawudَmeriwayatkanَdariَIbnuَBuraidah,َbahwaَayahnya

َberkata,َ Rasulullahَ saw.َ bersabda:َ “Barangsiapaَ yangَ bersumpahَ dengan

َamanah,َ makaَ bukanَ termasukَ golonganَ kami.”َ (Abuَ Dawud


4
(meriwayatkannyaَsendiri

5. Tafsiran tentang kelemahan dalam diri manusia pada (QS.AL-balad 4-8)

٤َ-َ‫سانَ َفِ ْيَ َكبَ ٍۗد‬ ِ ْ ‫لَقَدَْ َخلَ ْقن‬


َ ‫َاَال ْن‬

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

َ َ‫سبَاَ ْنَلَّ ْنَيَّ ْقد َِر‬


٥َ-ٌََۘ‫علَ ْيهَِا َ َحد‬ َ ‫اَيَ ْح‬

Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang
berkuasa atasnya?

٦َ-َ‫يَق ْولَا َ ْهلَ ْكتَ َم ًالَلُّبَد ًٍۗا‬

Dia mengatakan, "Aku telah menghabiskan harta yang banyak."

٧َ-ٌَ‫سبَا َ ْنَلَّ ْمَيَ َر ٓٗهَا َ َح ٍۗد‬


َ ْ‫اَيَح‬

Apakah dia mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya?

Yang menjadi obyek sumpah adalah Firman Allah, “Sungguh Kami telah

menciptakan manusia berada dalam susah payah.” Kemungkinan yang

dimaksudkan adalah segala kesusahan yang menderanya ketika berada di

4 Surat Al-Ahzab Ayat 72 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di TafsirWeb/https://tafsirweb.com/7684-surat-al-ahzab-ayat-72.html

13
dunia, di alam barzakh dan pada hari berlakunya kesaksian. Seharusnya

manusia mengerjakan perbuatan yang bisa membuatnya terbebas dari berbagai

kesusahan itu dan mengharuskannya berbahagia selama-lamanya. Bila ia tidak

mengerjakannya, berarti ia senantiasa didera siksaan berat selama-lamanya.

Kemungkinan lain, makna ayat ini adalah Allah menciptakan manusia dalam

bentuk dan wujud yang paling sempurna yang membuatnya mampu berbuat

apa saja serta mengerjakan perbuatan-perbuatan berat. Meski demikian,

manusia tetap saja tidak mau bersyukur kepada Allah atas nikmat yang agung

itu. Bahkan ia merasa sombong karena diberi kesehatan serta bersikap angkuh

terhadap Penciptanya. Dengan kebodohan dan kezhalimannya, ia mengira

kondisi itu akan bertahan lama baginya dan dikira kekuasaannya untuk

bertindak tidak akan hilang darinya. Karena itulah Allah berfirman, “Apakah

manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa

atasnya,” hingga ia pun bertindak melampaui batas dan merasa bangga atas

harta yang dibelanjakan untuk keinginan-keinginan dirinya, “lalu berkata, Aku

telah menghabiskan harta yang banyak,” yakni yang amat banyak, sebagian

mereka diatas sebagian yang lain. Allah menyebut membelanjakan harta untuk

keinginan syahwat dan maksiat dengan kata membinasakan, karena orang yang

membelanjakan tersebut tidak mendapatkan guna dari harta yang dibelanjakan.

Hanya ada penyesalan, kerugian, kelelahan, dan kekurangan yang didapatkan.

Tidak sama seperti orang yang membelanjakan hartanya dalam keridhaan

Allah dan untuk kebajikan. Karena orang tersebut pada hakikatnya melakukan

perdagangan dengan Allah dan mendapatkan keuntungan berlipat-lipat dari

14
harta yang dibelanjakannya. Allah berfirman seraya memberi ancaman kepada

orang yang membelajakan hartanya untuk memenuhi keinginan syahwatnya

didasari sifat kesombongan “apakah dia mengira tidak akan ada yang

melihatnya seorangpun?”, maksudnya, apakah dia menyangka dalam

perbuatannya ini bahwa sanya Allah tidak melihatnya dan menghitungnya baik

kecil maupun besar? Bahkan Allah sungguh telah melihatnya, dan menjaga nya

dengan memeperhatiakan perbuatanya, dan mewaakilkan hal itu kepada dua

malaikat yang mulia yang masing-masing memperhatikan amalan yang baik

dan yang buruk.5

6. Tafsiran kelemahan dalam diri manusia pada (QS.Anisa28-29)


ً َ ُ َ َ ِّ َ ُ َ ُ َّ ُ ُ
َ ‫نك ْم ُۚ َو ُخل َق ْٱْل‬
‫نس َٰ ُن ضعيفا‬ ‫ي ِريد ٱّٰلل أن يخفف ع‬

Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia


dijadikan bersifat lemah.

Allah menginginkan bagi kalian kemudahan, sebab agama ini

menjelaskan dalam menjaga kebaikan dan menjauhi keburukan dengan

cara yang paling mudah dan paling ringan. Hal ini karena rahmat dan

kebaikan-Nya yang sempurna serta karena pengetahuan-Nya tentang

kelemahan manusia dari berbagai sisi, terutama yang berhubungan dengan

urusan wanita, oleh sebab itu Allah meringankan manusia dari apa yang

tidak mampu dilakukan oleh keimanan, kesabaran, dan kekuatannya.

5 https://news.detik.com/berita/d-5200295/surat-al-balad-arab-latin-dan-terjemahannya

15
ُ ُ َ ۟ ُُ َْ َ َ َ َ ً َ َٰ َ َ ُ َ َ َٰٓ َّ َ ْ َ
ُ
ُۚ ‫اض ِّمنك ْم ُۚ َوَّل تقتل َٰٓوا أنف َسك ْم‬ َٰ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ ۟ َٰٓ ُ ُ َ َ ۟ ُ َ َ َ َّ َ ُّ ََٰٰٓ َ
ٍ ‫ي أيها ٱل َذين ُءامنوا َّل تأ كلوا أم َٰو لكم بينكم بٱلب طل إَّل أن تكون تج رة عن تر‬
َ َ َّ َّ
ً ‫ان بك ْم َرح‬
‫يما‬ ‫إن ٱّٰلل ك‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.

Setelah Allah menjelaskan cara berlaku terhadap diri dengan

menikah, kemudian Allah menjelaskan cara berlaku terhadap harta yang

dapat digunakan untuk menjalankan pernikahan dan pembelian budak

wanita; sehingga Dia melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari

memakan harta orang lain dengan cara yang batil, yaitu mencari harta

dengan cara yang dilarang oleh syariat seperti mencuri, menipu, mengutil,

berjudi, dan berinteraksi dengan riba. Namun Allah menghalalkan harta

yang didapat dari perdagangan dan pekerjaan dan muamalat yang

dibolehkan syariat yang dilakukan dengan suka sama suka.

Kemudian Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari

saling membunuh atau benuh diri, sebab Allah mengasihi mereka. Salah

satu dari rahmat-Nya adalah dengan melindungi darah dan harta mereka dan

melarang untuk ditumpahkan, serta tidak membebani mereka dengan bunuh

diri saat bertaubat sebagaimana cara bertaubat Bani Israil.67

6 https://tafsirweb.com/1560-surat-an-nisa-ayat-28.html

7
https://tafsirweb.com/1561-surat-an-nisa-ayat-29.html

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada 9 fakta kelemahan manusia disebutkan dalam Al Quran. Secara kodrati
manusia memiliki kelemahan (QS an-Nisa [4]: 28). Kelemahan manusia
yang disebutkan dalam Al Quran bermacam-macam.
Beberapa di antaranya merupakan tabiat buruk manusia. Berikut
pemaparannya :
1. Manusia itu suka membantah:
Hal ini terungkap dalam Al Quran surat Al-kahfi ayat 54 :
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al
Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah.”
2. Manusia itu bersifat lemah:
Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat An-Nisa ayat 28 :
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah.”

3. Manusia itu zalim dan bodoh :


Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72 : “Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
4. Manusia itu kikir:
Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat Al-Isra’ ayat 100 :
“Katakanlah: ‘Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan,
karena takut membelanjakannya’. Dan adalah manusia itu sangat kikir.”

17
5. Mencintai kehidupan dunia:
Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 20 : “Sekali-kali
janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan
dunia.”

6. Manusia suka melampaui batas:


Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat Al-Alaq ayat 6 :
“Ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.”

7. Manusia kadang malas berbuat baik:


Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 21 :
“Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.”

8. Manusia senang berkeluh kesah dan gelisah :


Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19 :
“Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah lagi kikir.”

9. Manusia sering tergesa-gesa:


Hal ini terungkap dalam Al Qur’an surat Al-Anbiya ayat 37 :
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku
perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta
kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.”
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun dan semoga bermanfaat untuk
menambah khazanah keilmuan kita. Kritik dan saran yang membangun kami
harapan untuk perbaikan penyusunan makalah ini

18
Dartar pustaka

https://daaralatsarindonesia.com/tafsir-036-077َ/

https://tafsirweb.com/7684-surat-al-ahzab-ayat-72.html

https://tafsirweb.com/12700-surat-al-balad-ayat-4.html

https://news.detik.com/berita/d-5200295/surat-al-balad-arab-latin-dan-terjemahannya.

https://tafsirweb.com/12700-surat-al-balad-ayat-4.html

: https://tafsirweb.com/1561-surat-an-nisa-ayat-29.html

19

Anda mungkin juga menyukai